com/sejarah-kesenian-indonesia/antropologi/
Adat Pernikahan
A.Prosesi Adat (Lamaran)
Prosesi lamaran merupakan tahap yang dilakukan sebelum perkawinan berlangsung, yaitu sang calon
pengantin laki-laki akan mendatangi kediaman calon pengantin wanita yang bertujuan untuk memastikan
bahwa sang calon pengantin wanita bersedia menikah dengan sang calon pengantin pria. Biasanya di suku
madura di dahului dengan adanya :
Di masyarakat madura ( Desa Kacang ) jika perkawinan ingin dipercepat, biasanya dilengkapi dengan pisang
susu yang berarti kesusu tidak ketinggalan sirih dan pisang. Dan seperangkat pakaian dan ikat pinggang
(stagen) yang menandakan bahwa anak gadisnya sudah ada yang mengikat.
Setelah itu bawaan dari pihak laki-laki digelar di atas meja di depan tamu dan pini sepuh (sesepuh) dengan
catatan bawaan yang dibawa sang laki-laki sesuai dengan kemampuan dari pihaknya. Setelah penyerahan
sang gadis dibawa masuk dan pada saat pertengahan acara lamaran gadis tersebut akan dibawa keluar
bermaksud untuk diperkenalkan setelah itu sang gadis dipinta sungkeman kepada calon suami dan pini
sepuhnya yang sudah siap dengan amplop yang berisis uang untuk calon menantunya.
Setelah para tamu pulang oleh-oleh dari calon pengantin laki-laki dibagikan kepada pini sepuh, sanak familli,
dan tetangga dekat bertujuan untuk memberitahukan anak gadisnya sudah bertunangan, pada malam hari
calon pengantin laki-laki diajak untuk diperkenalkan dengan calon mertuanya.
Lalu seminggu kemudian akan diadakan kunjungan balasan dari pihak wanita dengan membawa nasi beserta
lauk pauknya, seperti 6 piring karang benaci ( ikan kambing yang dimasak kecap ), 1 baskom gulai kambing, 6
piring ikan kambing masak putih, 6 piring masak ikan ayam masak merah, 6 sisir sate besar-besa (1 sisi 10
tusuk), 2 sisir pisang raja. Balasan jajan untuk calon laki-laki terdiri dari satu tenon nasi beserta lauk pauknya.
Setelah acara ini selesai resmilah pertunangan tersebut.
1. Saat Perkawinan
Pada tahap ini adalah tahap yang paling utama, busana pengantin juga sudah disiapkan khusus agar lebih
menarik perhatian di banding tamu-tamu yang akan menghadiri upacara perkawianan tersebut. Pada saat
pernikahan calon laki-laki menggunakan beskaik blangkon, kain panjang yang didampingin orang tua, pini
sepuh serta sanak keluarga lainnya. Sedangkan untuk calon wanita menggunakan kebaya dan kain panjang.
Upacara akad nikah dilaksanakan dan dipimpin oleh penghulu dengan dua orang saksi yang diawali dengan
doa-doa pemanjat puji syukur kepada Allah. S.W.T lalu dilanjutkan dengan pengucapan ijab qobul yang
disaksikan para undangan dan memberikan seserahan mas kawin Al-Qur’an dan sajadah sebagai mas kawin
selanjutnya dengan syukuran bersama.
Di pintu masuk telah dibentangkan tali yang sudah digantungkan berbagai jenis makanan dan buah-buahan.
Tali ini disebut bhalabar. Pengantin pria dan pujangga pun duduk di bawah tali itu. Lalu pujangga akan
bernyanyi atau menembang yang isinya adalah memberitahukan kalau rombongan sudah tiba. Di pihak
pengantin wanita juga telah disiapkan seorang pujangga untuk menjawab sehingga terjadilah dialog dan tanya
jawab. Jumlah tali yang direntangkan bukan hanya berjumlah satu, bahkan sampai tiga. Bila setiap pertanyaan
dijawab dengan betul maka satu persatu tali akan terlepas sampai akhirnya pintu akan terbuka agar pengantin
pria bisa masuk. Tahap kedua, pengantin pria harus melewati “ujian” dalam acara mekalabah. Pada prosesi ini
utusan pengantin pria diharuskan melakukan uji ketangkasan dengan utusan pihak wanita. Orang yang telah
ditunjuk dari masing-masing pihak akan mempertunjukkan kebolehannya bermain silat di medan laga sambil
diiringi bunyi alat musik khas daerah. Tetapi pada akhirnya utusan dari pihak wanita diharuskan menyerah
kalah pada utusan sifat pihak pria sehingga sebagai pemenang, pengantin pria boleh melanjutkan
perjalanannya menemui pengantin wanita.
Lalu sehabis acara itu sang pengantin laki-laki diantar pulang dahulu dan kembali lagi untuk melaksanakan
resepsi. Tata rias pengantin Di Desa Tebang Kacang ada 3 macam yaitu :