Sejarah Suku Madura ~ Suku bangsa ini mendiami Pulau Madura dan sebagian pantai Jawa bagian timur.
Jumlah populasi mereka sekitar 3.000.000 jiwa. Sebagian lain ada yang berdiam di kota-kota besar lain di
Indonesia. Bahasa mereka adalah bahasa Madura dengan dialek Kangean, Sumenep, Pamekasan, Bangkalan,
Probolinggo, Bondowoso dan Situbondo. Bahasa Madura juga mengenal tingkatan bahasa, yaitu bahasa kasar,
menengah dan halus, Bahasa kasar dipakai untuk komunikasi sehari-hari masyarakat.
C. Saat Perkawinan
Pada tahap ini adalah tahap yang paling utama, busana pengantin juga sudah disiapkan khusus agar
lebih menarik perhatian di banding tamu-tamu yang akan menghadiri upacara perkawianan tersebut. Pada saat
pernikahan calon laki-laki menggunakan beskaik blangkon, kain panjang yang didampingin orang tua, pini
sepuh serta sanak keluarga lainnya. Sedangkan untuk calon wanita menggunakan kebaya dan kain panjang.
Upacara akad nikah dilaksanakan dan dipimpin oleh penghulu dengan dua orang saksi yang diawali dengan
doa-doa pemanjat puji syukur kepada Allah. S.W.T lalu dilanjutkan dengan pengucapan ijab qobul yang
disaksikan para undangan dan memberikan seserahan mas kawin Al-Qur’an dan sajadah sebagai mas kawin
selanjutnya dengan syukuran bersama.
D. Upacara mengghar bhalabhar (buka pintu dengan melewati tali)
Pada hari H, pengantin pria datang ke rumah pengantin wanita sambil ditemani oleh seseorang yang
pintar menembang dan berteka-teki. Tugasnya untuk memimpin acara. Dalam bahasa Madura orang ini disebut
bhud jangga (pujangga). Acara dilakukan sebelum pengantin pria memasuki halaman rumah pengantin wanita.
Di pintu masuk telah dibentangkan tali yang sudah digantungkan berbagai jenis makanan dan buah-
buahan. Tali ini disebut bhalabar. Pengantin pria dan pujangga pun duduk di bawah tali itu. Lalu pujangga akan
bernyanyi atau menembang yang isinya adalah memberitahukan kalau rombongan sudah tiba. Di pihak
pengantin wanita juga telah disiapkan seorang pujangga untuk menjawab sehingga terjadilah dialog dan tanya
jawab. Jumlah tali yang direntangkan bukan hanya berjumlah satu, bahkan sampai tiga. Bila setiap pertanyaan
dijawab dengan betul maka satu persatu tali akan terlepas sampai akhirnya pintu akan terbuka agar pengantin
pria bisa masuk. Tahap kedua, pengantin pria harus melewati "ujian" dalam acara mekalabah. Pada prosesi ini
utusan pengantin pria diharuskan melakukan uji ketangkasan dengan utusan pihak wanita. Orang yang telah
ditunjuk dari masing-masing pihak akan mempertunjukkan kebolehannya bermain silat di medan laga sambil
diiringi bunyi alat musik khas daerah. Tetapi pada akhirnya utusan dari pihak wanita diharuskan menyerah
kalah pada utusan sifat pihak pria sehingga sebagai pemenang, pengantin pria boleh melanjutkan perjalanannya
menemui pengantin wanita.
Rumah Adat
Rumah adat Madura memiliki halaman yang panjang atau yang terkenal dengan sebutan Tanian Lanjang yang
berarti bukti kekerabatan masyarakat Madura. Rumah adat ini hanya memiliki satu pintu di depan. Agar
pemilik rumah, dapat mengontrol aktifitas keluar masuk keluarga. Pintu ini dihiasi ukiran-ukiran asli Madura,
dengan warna hijau dan merah, lambang kesetiaan dan perjuangan.
Musik Saronen
Merupakan music khas Madura, dimana alat music tersebut berbentuk kerucut dan dimainkan dengan cara
ditiup.
Karapan Sapi
Merupakan kebudayaan Madura yang sangat terkenal. Karapan sapi ini merupakan lomba memacu sapi paling
cepat sampai tujuan. Bertujuan untuk memberikan semangat kepada para petani agar tetap semangat untuk
bekerja dan meningkatkan produksi ternak sapinya.