Anda di halaman 1dari 10

Kesultanan

Banten
Anggota :
1. Andrea Salsalova (K4419013)
2. Bonaventura Marsev P (K4419027)
3. Dyah Ayu Prawitasari (K4419033)
Sejarah Awal Munculnya Kesultanan Banten
● Kesultanan atau Kerajaan Banten merupakan kerajaan islam yang berada di provinsi Banten di
wilayah paling ujung Pulau Jawa. Sebelum menjadi sebuah kerajaan, Banten dahulu dikenal sebagai
Banten Girang bagian dari Kerajaan Sunda.
● Sunan Gunung Jati pertama kali datang ke Banten yang ketika itu bernama Wahanten untuk
menyebarkan agama islam bersama pangeran Walangsungsang. Ketika itu Banten masih dipimpin oleh
Sang Surosowan (penguasa Wahanten pesisir) dan Arya Suranggana (penguasa Wahanten girang). Yang
ketika akhirnya bersatu disebut dengan Banten.
● Kerajaan Demak yang saat itu merupakan sebuah kerajaan yang besar sedang melakukan upaya
penaklukan wilayah dan berhasil menaklukan Kawasan pesisir Jawa Barat.
● Pada tahun 1527, Sultan Trenggana memerintah Fatahillah untuk memperluas wilayah Demak hingga
akhirnya dapat menaklukan Sunda Kelapa (Pelabuhan sentral Kerajaan Sunda) termasuk menguasai
wilayah Banten.
● Jadi, kerajaan Banten ini merupakan wilayah taklukan Kerajaan Demak, namun seiring berjalannya
waktu, kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran, sehingga Banten akhirnya melepaskan diri pada
tahun 1552 – 1570 saat masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin atas perintah dari Sunan Gunung Jati.
Raja-Raja Kerajaan Banten
 1. Maulana Hasanuddin / Sultan Hasanudin (1552-1570)
Maulana Hasanuddin merupakan putra Sunan Gunung Jati dan cucu dari Surosowan. Pada 1552, Maulana Hasanuddin
membangun istana keraton Surosowan. Ia juga membangun alun-alun, masjid agung, dan pasar. Istana tersebut selesai tahun
1526, dan pada saat itu juga Arya Surajaya penguasa Wahanten Girang meninggalkan kekuasaanya. Akhirnya wahanten
girang dan pesisir disatukan oleh sunan Gunung Jati dan berganti nama menjadi Banten. Sunan gunung jati kemudian kembali
untuk memerintah Cirebon, kekuasaan Banten diserahkan kepada Maulana Hasanuddin . ia juga membangun Pelabuhan
Karangantu yang menjadi pelabuhan internasional.
 2. Maulana Yusuf Panembahan Pakalang Gede (1570-1585)
Ia menjadi raja pada tahun 1570 menggantikan Maulana Hassanudin dan berhasil menakhlukan Pakuan yang merupakan
ibukota Padjajaran. Ia juga berhasil menyingkirkan Raja Padjajaran yakni Prabu Sedah. Pada masa pemerintahannya banten
berhasil maju dalam bidang pembangunan kota, desa dan persawahan
 3. Maulana Muhammad Pangeran Ratu Ing Banten (1585-1596)
Pada tahun 1596, Banten menyerang Palembang dibawah kepemimpinan Maulana Muhammad dengan tujuan yakni
memperluas jalur perdagangan rempah-rempah dan hasil bumi, namun ia gagal dan tewas dalam pertempuran.
 4. Sultan Abul Mafachir Mahmud Abdul Kadir Kenari (1596-1647)
memulai masa pemerintahannya pada tahun 1596. Pada masa pemerintahannya, ketegangan seringkali terjadi antara Banten
dan Belanda. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pertempuran-pertempuran kecil diantara keduanya.
 5. Sultan Abul Ma’ali Ahmad (1647-1651)
Merupakan putra dari Sultan Abu Mufakhir yang juga bergelar Sultan, namun masa pemerintahannya hanya berlangsung
sebentar.
 6. Sultan Ageng Tirtayasa-Abul Fath Abdul Fattah (1651-1682)
ia banyak membangun proyek pertanian untuk kesejahteraan masyarakat. Sultan Ageng merupakan ahli dalam berbagai strategi perang. Pada
masa pemerintahannya Banten mencapai puncak kejayaan. Bahkan perekonomian internasional berkembang pesat. Pada masa ini
Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang sering melakukan blokade terhadap kapal dagang menuju Banten. Ia
meninggal di sel tahanan Batavia tahun 1683. Masa berakhirnya pemerintahan sultan Ageng menjadi awal masa kemunduran dan runtuhnya
kerajaan Banten.
 7. Sultan Haji (1683-1687)
Pada tahun 1680, terjadi pertikaian antara Sultan Haji dengan ayahnya yakni Sultan Ageng dikarenakan adanya perebutan kekuasaan.
Bahkan Belanda turut serta membantu Sultan Haji dalam upaya menyingkirkan Sultan Ageng. VOC memanfaatkan kondisi tersebut untuk
membantu Sultan Haji sehingga terjadi Perang Saudara. Akibatnya Sultan Ageng terpaksa turun tahta dan pindah kek kawasan Tirtayasa.
 8. Sultan Abu fadhl Muhammad Yahya (1687-1690)
Ia diangkat menggantikan Sultan Haji ketika kondisi Banten di bawah cengkraman VOC. Pemerintahan Sultan Abu fadhl hanya berlangsung
tiga tahun
 9. Sultan Abul Mahasin Zainul Abidin (1690-1733)
Sultan Abul Mahasin merupakan saudara Sultan Abu fadhl yang dikenal dengan gelar Kang Sinuhun ing Nagari Banten. Pada masa ini
terjadi perang saudara untuk memperebutkan kekuasaan Kerajaan Banten.
 10. Sultan Muhammad Syifa Zainul Arifin (1733-1747)
Pada masa pemerintahannya, ia terpengaruh oleh Ratu Fatimah sehingga menjadikannya permaisuri. Terjadi kekacauan terlebih karena
keberadaan VOC yang berkuasa di Banten. Ia juga yang mengangkat Pangeran Syarif Abdullah dari keluarga Ratu Fatimah menjadi putera
mahkota.
 11. Sultan Syarifuddin Ratu Wakil / Pangeran Syarif Abdullah (1747-1750)
Pangeran syarif Abdullah menjadi Raja Banten ketika Sultan Zainul Arifin diasingkan ke Ambon sampai akhirnya meninggal. Meski Syarif
Abdullah merupakan Raja, pemerintahan dipegang oleh Ratu Fatimah.
 12. Sultan Muhammad Wasi Zainul Alimin (1752-1753)
Diangkatlah sultan Muhammad Wasi, namun ia harus menandatangani perjanjian yang menguntungkan dan memperkuat kekuasaan VOC di
Banten. Perjanjian itu sangat merugikan Banten.
 13. Sultan Muhammad Arif Zainul Asyikin (1753-1773)
Setelah wafat, ia digantikan oleh puteranya.
 14. Sultan Abul Mafakih Muhammad Aliyuddin (1773-1799)
Pada tahun 1773 ketika Sultan Muhammad Syifa Zainul Asyikin wafat dan beliau digantikan oleh putranya Sultan Aliyuddin yang
merupakan ulama dan berkarya mengarang wawasan-wawasan tentang agama, perjuangan Islam dan menulis kisah para Ambia dan Aulia.
 15. Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin (1801-1802)
Beliau menentang berbagai tindakan Belanda yang melukaihati rakyat dan kerajaan Banten. Beliau bertahta hanya satu tahun,
 16. Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803)
 17. Sultan Agilludin (1803-1808)
 18. Sultan Wakil Pangeran Suramanggala (1808-1809)
 19. Sultan Muhammad Syafiuddin (1809-1813)
Dikarenakan ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah Belanda yang menindas, sering kali
terjadi perlawanan terhadap Belanda, untuk melemahkan perlawanan rakyat, Banten dibagi
kedalam tiga daerah yang statusnya sama dengan kabupaten yakni : Banten Hulu, Banten Hilir,
dan Anyer. Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin ketika itu ditunjuk Belanda untuk memimpin
Banten Hulu.
 20. Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussholihin (1813)
Ia menjadi Sultan dalam waktu yang singkat karena dipaksa turun tahta oleh Stamford Raffles.
Hal tersebut menjadi tanda berakhirnya kekuasaan Banten
Kondisi Politik Kerajaan Banten Kondisi Ekonomi Kerajaan Banten
Perkembangan politik semakin Kehidupan Masyarakat Banten memiliki hubungan
berkembang di setiap dinamika Kesultanan Banten ekonomi dengan daerah di
siapa yang memimpin dari Nusantara. Komoditas
kesultanan tersebut. Pada saat di perdagangan lokal di banten lebih
pimpin oleh Sultan Hasanudin. beragam di bandingkan dengan
Kesultanan Banten yang merupakan komoditas dalam perdagangan
Kondisi Sosial Budaya
bekas dari kerajaan Demak mulai internasional. barat dan timur
Meskipun agama Islam mempengaruhi
mendirikan wilayah sendiri dan nusantara berkumpul di teluk
sebagian besar kehidupan Kesultanan
berupaya mengembangkan banten, seperti dari Palembang,
Banten, namun penduduk Banten telah
kerajaanya dengan berkerja sama pariaman, dari lawe dan
menjalankan praktek toleransi terhadap
dengan kerajaan Demak. Selain itu tanjungpura (Kalimantan selatan),
keberadaan pemeluk agama lain. Hal ini
Sultan Hasanuddin sudah mulai malaka, Makassar, jawa timur dan
dibuktikan dengan dibangunnya sebuah
menjadikan Banten sebagai pusat Madura. Banten yang menjadi
klenteng di pelabuhan Banten pada tahun
perdagangan, dan mulai melakukan maju banyak dikunjungi
1673. Masyarakat yang berada pada wilayah
hubungan poitik dengan wilayah pedagang-pedagang dari Arab,
Kesultanan Banten terdiri dari beragam etnis
lain seperti Lampung, Jawa Barat, Gujarat, Persia, Turki, Cina dan
yang ada di Nusantara, antara lain: Sunda,
dan Sumatra Selatan. Namun pada sebagainya. Salah satu contoh
Jawa, Melayu, Bugis, Makassar, dan Bali.
tahun-tahun berikutnya Raja-Raja komoditas perdagangan adalah
Dalam bidang seni bangunan Banten
Banten saling berebut kekuasaan beras dan lada.
meninggalkan seni bangunan Masjid Agung
seperti yang dilakukan Sultan Haji
Banten yang dibangun pada abad ke-16.
yang merebut tahta Sultan Ageng.
Masa Kejayaan dan Kemunduran Kerajaan Banten :

Kemunduran Kerajaan Banten  Berawal dari adanya konflik yang terjadi diantara Sultan
Ageng dan anaknya Sultan Haji (1680). VOC
Kondisi pada masa kejayaan :
memanfaatkan keadaan ini dengan memihak Sultan Haji
 Kerajaan Banten mengalami puncak .Akibat adanya konflik ini Sultan Ageng terpaksa mundur
kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan dari kerajaan.pada tahun 1683 Sultan Ageng pun
Ageng Tirtayasa ditahun 1561-1682. Pada ditangkap Bersama kedua putranya yaitu Syekh Yusuf
saat itu Banten memiliki armada kerajaan dan Pangeran Purbaya.
yang kuat bahkan pernah mempekerjakan
 Sebagai balasan karena telah membantu Sultan Haji
orang Eropa di Kerajaan Banten. Kerajaan
dalam konflik tersebut. Sultan Haji menyerahkan
Banten berhasil keluar dari pengaruh VOC
Lampung pada VOC. Pada tahun 1687, Sultan Haji wafat.
yang saat itu telah memblokade kapal dagang
Sedangkan saudara dan keturunanya silih berganti berebut
yang menuju ke wilayah Banten. Banten juga
kekuasaan. Kekuasaan Banten pun jatuh ke tangan VOC
berhasil melakukan monopoli terhadap
dan pengangkatan Sultan Banten yang baru pun harus
perdagangan lada di wilayah lampung dan
dengan persetujuan Gubernur Hindia Belanda. Pada tahun
berhasil membuat sector perdagangan Banten
1813, Kerajaan Banten dihancurkan oleh pemerintahan
menjadi lebih maju.
kolonial Inggris dan berakhirlah Kerajaan Banten.
Peninggalan Kesultanan Banten

Masjid Agung Banten Istana Keraton Kaibon Keraton Surosowan,


merupakan peninggalan juga menjadi salah satu merupakan peninggalan
Kerajaan Banten yang peninggalan dari Kerajaan dari Kerajaan Banten
terletak di Desa Banten Banten yang dahulu yang menjadi tempat
dipakai sebagai tempat Meriam Ki Amuk, dalam
Lama, Kecamatan tinggal dari Sultan Banten Benteng Speelwijk terdapat
Kasemen dan masih tinggal Bunda Ratu dan juga menjadi pusat
Aisyah, ibu Sultan beberapa buah meriam dan
berdiri sampai sekarang pemerintahan. meriam yang memiliki
Syaifudin.
ukuran terbesar dinamakan
demikian karena meriam ini
Benteng Speelwijk , Danau Tasikardi, Vihara Avalokitesvara, dapat menembak dengan
benteng pertahanan maritim merupakan danau buatan dengan adanya toleransi jauh dan memiliki daya
di bangun tahun 1585, yang terletak di sekitar tinggi sehingga Vihara ledak yang besar.
berfungsi untuk melindungi Istana Keraton Kaibon yang menjadi tempat
wilayah dari serangan laut dan dibangun pada tahun beribadah umat Budha ini
dan untuk mengawasi 1570 sampai dengan juga didirikan.
aktivitas pelayaran di sekitar 1580 masa pemerintahan
Selat Sunda. Sultan Maulana Yusuf.
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai