Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 3 :

Hertati
Lela Susanti Hasugian
Lutfi Aristo Ahmad Putra
Tri Mutaqin Muslim
Brunei Darussalam merupakan negara yang mayoritas penduduknya Bergama
Islam. Secara geografis negara ini terlatak dibagian utara pulau Kalimantan (Borneo) dan
berbatasan dengan Malaysia. Bagian utara berbatasab langsung dengan laut cina selatan,
bagian barat berbatasan dengan Malaysia Timur, bagian timur berbatasan dengan
Malaysia Timur, dan bagian selatan berbatasan dengan Malaysia Timur. Berdasarkan data
statistic penduduk Brunei Darussalam berjumlah sekitar 370 ribu orang. Sekitar 67 % dari
keseluruhan beragama Islam, Budha 13%, Kristen 10% dan kepercayaan lainnya sekitar
10%.
Brunei zama dulu disebut dengan kerajaan Borneo dan kemudian berubah
menjadi Brunei, mnam borneo ini diduga merupakan nama lain dari pulau Kalimantan. Ada
versi lain yang mengatakan Brunei berasal dari kata Baru Nah yang adal sejarah dikatakan
bahwa pada awalnya ada rombongan klan atau suku sakai (rombongan pedagang cina
yang gemar berniaga dari satu tempat ke tempat lain) yang dipimpin oleh patih Barbia
yang pergi ke sungai Brunei untuk mencari tempat dijadikannya negeri baru. Setelah
mendapatkan kawasan tersebut yang kedudukannya sangat startegis yang diapit oleh bukit
dan air yang memudahkan untuk transportasi dan kaya akan ikan sebagai sumber pangan.
Dan mereka mengucapkan Baru Nah yang artinya tempat itu sangan baik dan sesuai
dengan keinginan mereka untuk mendirikan suatu negeri.
Dari segi sejarahnya Brunei Darussalam merupakan kerajaan
tertua di Asia Tenggara dengan latar belakang sejarah Islam yang
gemilang. Pada abad ke-16 Brunei memegang peranan penting dalam
penyebaran Islam di wilayah Kalimantan dan Filipina. Setelah merdeka
Brunei kembali menunjukkan keseriusannya dalam penyebaran syiar
Islam hingga mencakup pada politik .
Sama halnya dengan Indonesia yang mayoritas Penduduknya
menganut Islam dengan Mahzab Syafi’I demikian juga dengan Brunei
Darussalam. Bahkan sejak memproklamasikan sebagai negara merdeka
Brunei telah memproklamasikan konsep “Melayu Islam Beraja” yang
berarti campuran bahasa melayu, budaya dan adat melayu, ajaran
syariat dan nilai Islam dan system monarki yang dihormati dan
diamalkan oleh semua rakyat sebagai falsafah negara.
Sejarah Masuknya Islam Ke Brunei
Darussalam
A. Dalam Ensiklopedia Islam dijelaskan bahwa Islam mulai
datang ke Brunei pada tahun 977 melalui jalur timur Asia
Tenggara oleh pedagang-pedagang dari negeri Cina. Islam
menjadi agam yang resmi semenjak Raja Awang Alak
Betatar masuk Islam dan Berganti Nama menjadi Muhammad
Shah (1406-1408). Perkembangan Islam semakin maju
setelah pusat penyebaran kebudayaan Islam Malaka jatuh
ketangan Portugis (1511) yang menyebabkan banyak ahli
agama yang pindah ke Brunei. Perkembangan Islam semakin
pesat pada masa pemerintahan Sultan Bolkiah (sultan ke-5)
yang wilayah pemerintahannya mencakup Suluk, Selandung,
Kepulauan Balabac, hingga ke Manila.
B. Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia mengatakan bahwa
agama Islam di Brunei masuk pada abad ke 15, yang saat itu
Brunei telah berubah menjadi kesultanan Islam. Yang daerah
kekuasaannya mencakup beberapa pulau di Filipina Selatan.
C. Dari sumber lain dikatakan bahwa silsilah kerajaan Brunei
didapatkan pada Batu Tarsialah yang menuliskan silsilah Raja-raja
Brunei yang dimulai dari Awang Alak Batatar, Raja yang pertama
memeluk agama Islam (1368) sampai kepada Sultan Muhammad
Tajuddin (Sultan ke-19 yang memerintah antara 1795-1804 dan
1804-1807). Data ini menunjukkan bahwa sistem pemerintahan
Brunei adalah kesultanan monarki mutlak Islam. Yang menjadikan
Islam sebagai Agama resmi negara.
D. Menurut Azyumardi Azra bahwa awal masuknya Islam di
Brunei adalah sejak tahun 977 kerajaan Borneo (Brunei) telah
mengutus Pu Ali(Abu Ali) ke Istana Cina. Pu Ali adalah
pedagang yang beragama Islam. Dan pada tahun itu juga
diutus lagi tiga duta ke Istana Sung, yang salah seorang
diantaranya Abu Abdullah. Peran penyebaran Islam di Brunei
terbukti dalam catatan sejarah.
E. John L. Esposito seorang orientalis menulis tentang sejarah
Islam, menurutnya islam pertama kali datang ke Brunei pada
abad ke-15 dan yang pertamakali memeluk Islam adalah
Raja Brunei.
• Sultan Muhammad Syah (1363-1402) • Sultan Husin Kamaluddin (1710-1730) dan
• Sultan Ahmad (1408-1425) (1737-1740)
• Sultan Sharif Ali (1425-1432) • Sultan Muhammad Alauddin (1730-1737)
• Sultan Sulaiman (1432-1485) • Sultan Omar Ali Saifudin (1740-1795)
• Sultan Bolkiah (1485-1524) • Sultan Muhammad Tajudin (1795-1804) dan
• Sultan Abdul Kahar (1524-1530) (1804-1807)
• Sultan Saiful Rijal (1533-1581) • Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
• Sultan Sayh Brunei (1581-1582) • Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
• Sultan Muhammad Hasan (1582-1598) • Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
• Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598-1659) • Sultan Omar Ali Saifudin II (1828-1852)
• Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1659-1660) • Sultan Abdul Momin (1852-1885)
• Sultan Haji Muhammad Ali (1660-1661) • Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-
1906)
• Sultan Abdul Hakkhul Mubin (1661-1673) • Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-
• Sultan Muhyiddin (1673-1690) 1924)
• Sultan Nasruddin (1690-1710) • Sultan Ahmad Tajudin (1924-1950)
• Sultan Haji OMal Ali Saifudin III (1950-1967)
• Sultan Haji Hassanal Bolkiah (1967- sekarang)
• Melalui Perdagangan
Pedagang Portugis dan Arab adalah golongan yang memiliki peranan penting
dalam penyebaran Islam di sekitar pulau-pulau Melayu. Pada abad ke-19
para perdagangan-perdagangan Arab-Persia menguasai perdagangan laut
dari Arab hingga ke China. Bahkan mereka menjadi penghubung antara
kepulauan Melayu dan China
• Melalui Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu factor yang membantu penyebaran agama
Islam di Asia Tenggara, tak terkecualI juga dengan Brunei. Perkawinan antara
pendakwah Syarif Ali dengan putri raja Brunei banyak memberikan
sambungan kepada perkembangan Islam di Brunei. Ditambah pula beliau
yang menjadi sultan sehingga mempermudah penyebaran Islam.
• Melalui Dakwah
Dakwah sangan berpengaruh dalam kurun waktu yang ke 10 dan seterusnya.
Berkemungkinan terbit dari persaingan antara Islam dan Kristen melalui
perang salib yang terjadi di Eropa.
Fase pemerintahan Islam yang terdapat di kerajaan Brunei Darussalam
terdiri atas 3 fase yakni sebagai berikut:
1. Kerajaan Brunei Islam Sebelum Kolonialisme
Perkembangan agama Islam di Brunei tidak lepas dari pengaruh para musafir,
pedagang Arab, serta mubaligh-mubaligh yang berdatangan silih berganti
sejak sebelum tahun 977 M. Pada masa itu, agama Islam belum menjadi
agama resmi di Kerajaan Brunei. Agama Islam baru menjadi agama resmi
pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Shah (1363-1482) dan
berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Syarif Ali atau Sultan
Brunei III.
Pergantian tampuk kepemimpinan terjadi ketika Raja Puni yang bernama Ma-
ha-mo-sha alias Sultan Muhammad Shah meninggal tahun 1482 M. Raja China
bertitah agar putera Raja Puni yang bernama Hsia-wang diangkat menjadi
raja. Namun, karena Hsia-wang masih berusia empat tahun, maka tahta
kerajaan kemudian diserahkan kepada Sultan Ahmad yang tak lain ialah
keponakan Ma-ha-mo-sha. Sultan Ahmad kemudian dicatat dalam sejarah
sebagai Sultan Brunei II.
Setelah 17 tahun berkuasa, Sultan Ahmad meninggal dan digantikan oleh
menantunya, Sultan Sharif Ali yang mana merupakan keturunan Sayyidina
Hasan, cucu Rasulullah Saw. Pada masa inilah terjadi perubahan besar dalam
sejarah Kerajaan Brunei Tua. Kerajaan Puni berubah menjadi Kerajaan Brunei
bersamaan dengan perpindahan Kerajaan Brunei Tua ke Kota Batu. Pergantian
nama ini berkaitan dengan putusnya hubungan dagang antara Brunei dengan
China. Berdasarkan sumber yang ada, alasan putusnya hubungan
perdagangan dua kerajaan tersebut disebabkan oleh pergantian sultan, yang
kemudian berimplikasi pada perubahan kebijakan politik luar negeri.
Kerajaan Brunei yang aman sentosa semakin berjaya setelah jatuhnya
Kerajaan Melaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 M, karena Sultan
Brunei saat itu, yaitu Sultan Bolkiah (Sultan ke Lima), mengambil alih
kepemimpinan Islam dari Melaka sehingga Brunei menjadi pusat
perkembangan Islam di wilayah-wilayah taklukan dan sekitarnya. Sejak saat
itulah Kesultanan Brunei mencapai zaman kegemilangannya.
2. Kerajaan Brunei Islam Pada Masa Kolonialisme.
Kolonialisme di Kerajaan Brunei terjadi pada tahun 1578 M
pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar. Pada tahun 1578 M
terjadi perselisihan di kalangan internal istana yang melibatkan Sultan
Saiful Rizal dengan dua pengeran Brunei yang dikenal dengan ”Perang
Kastila”. Situasi istana yang tidak kondusif itu dimanfaatkan oleh
Spanyol untuk menaklukkan Brunei.
Dalam upaya penaklukannya spanyol mengirim surat
permohonan kepada raja brunei saiful rizal agar memberi izin dan
perlindungan kepada misionaris serta dalam surat tersebut berisi
penghinaan terhadap islam yang menyebabkan pecahnya perang
pada bulan april 1587, Kendati sempat porak-poranda akibat
pertempuran itu, namun semangat juang dan nasionalisme rakyat Brunei
berhasil memukul mundur musuhnya pada bulan Juli 1578 M.
Masa kejayaan itu terenggut kembali ketika Kerajaan Brunei berada
di bawah kolonial Inggris. Kala itu, James Brooke datang dari Inggris pada
tahun 1839 ke Serawak dan menjadi raja disana. Ia menyerang Kerajaan
Brunei sehingga Kerajaan Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak.
Sedikit demi sedikit kekuasaan Kerajaan Brunei mulai terkikis. Khawatir akan
kehilangan yang lebih besar dari wilayah kekuasaannya, maka pada tahun
1888 M, Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin meminta perlindungan pihak
Great Britain (Inggris) dan membuat kesepakatan yang kesepakatan tersebut
hanya membawa keuntungan kepada inggris.
Perjanjian demi perjanjian kemudian dibuat susul menyusul pada tahun
1905, kemudian, 1906, 1959, 1971, hingga perjanjian tahun 1979 yang
merupakan perjanjian tambahan untuk merevisi perjanjian tahun 1888.
Perjanjian-perjanjian tersebut dibuat guna mengakhiri perjanjian istimewa
antara Kerajaan Brunei dengan Inggris yang bertentangan dengan tanggung
jawab antar bangsa sebagai negara yang berdaulat.
3. Kerajaan Brunei Islam Pasca Kolonialisme
Pada masa pemerintahan Sulta Hasanal Bolkiah, pada
tanggal 1 Januari 1984, Kerajaan Brunei merdeka dan menjadi
kerajaan yang berdaulat. Usaha menuju ke arah kemerdekaan ini
sebelumnya telah dirintis oleh ayahanda beliau, Sultan Haji Omar
‘Ali Saifuddin Sa‘adul Khairi Waddien atau yang lebih dikenal
dengan sebutan Sultan Omar Ali Saifuddien III yang dengan
penuh kebijakan menandatangani Perjanjian Perlembagaan
Bertulis Negeri Brunei tahun 1959.
• Politik
Sistem politik yang berlaku di Brunei adalah monarki absolute, di mana kepala
Negara juga menjadi kepala pemerintahan dan dinegara ini tidak ada lembaga
legislatif dan pelaksanaan pemilu.
Negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini menjadikan kepala Negaranya
sekaligus pemimpin islam, dengan kata lain, Sultan menjabat Kepala Negara
sekaligus merangkap ketua lembaga keagamaan yang mengatur lalu lintas
kehidupan beragama dan dibantu oleh mufti (ulama). Sementara itu, lembaga
eksekutifnya terdiri dari Perdana Menteri dan dibantu oleh 12 kementerian.
• Sosial dan Budaya
Budaya Brunei seakan sama dengan budaya Melayu, dengan pengaruh
kuat dari Islam, tetapi kelihatan lebih ketat dibandingkan Malaysia. Penjualan dan
penggunaan alkohol diharamkan, dimana orang luar dan non-Muslim hanya
dibenarkan membawa dalam 12 bir dan dua botol miras setiap kali mereka masuk
negara ini hal ini terjadi setelah pemberlakuan larangan pada awal 1990-an
yang mana mengakibatkan semua Klub malam yang terdapat di Brunei ditutup
serta Mufti Brunei juga menfatwakan pengharaman rokok pada tahun 2011.
• Ekonomi
Sejak zaman dahulu perekonomian Brunei didapatkan dari sektor perdagangan, hal ini
didasarkan atas bukti adanya catatan dari China yaitu tepatnya zaman Dinasti Ming antara tahun
1363-1643, yang mana pada masa ini pedagang dari China datang dan melakukan proses
dagang dengan barang dagangannya berupa kapur barus, tanduk rusa, timah, gelang dari
gading gajah, kulit kura-kura, sarang burung, wangi-wangian, kayu cendana, lilin lebah, dan
rempah-rempah.
Hingga saat ini perdagangan tetap menjadi sektor perekonomian bagi negara Brunei, namun
ketika tahun 1929 setelah ditemukannya kandungan minyak bumi di Brunei, maka perekonomian
Brunei pun terpaku pada sektor minyak bumi dan gas alam yang mana membuat Brunei menjadi
negara yang masuk 10 besar dengan Income Percapita terbesar ke 10 di dunia, hal ini jugalah
yang mengakibatkan rakyatnya bisa hidup dengan makmur.
• Pendidikan
Pendidikan Agama Islam telah diperkenalkan di Brunei sejak abad ke – 14, yaitu oleh mubaligh-
mubaligh melalui masjid-masjid, ataupun balai-balai adat. Pelajaran agama sebagai salah satu
mata pelajaran, pertama diperkenalkan di sekolah dasar tahun 1930-an. Walaupun demikian
sekolah agama baru terdapat pada tahun 1956, sekolah agama ini adalah atas titah perintah
Sultan Omar Ali Saifuddin III karena mendapat laporan bahwasanya kelemahan murid-murid di
beberapa sekolah Melayu terdapat dalam pendidikan Agama.
1. Masjid Kajang 2. Masjid Marbut Pak Tunggal
3. Masjid Omar Ali Saifuddin
Asia tenggara merupakan salah satu dari tujuh wilayah peradaban Islam lainnya,
yang terdiri dari wilayah peradaban Islam–Arab, Islam-Persia, Islam-Turki, Islam-
Afrika, Islam anak benua India dan terakhir adalah wilayah peradaban Islam yang
disebut Westeren Hemisphere. Islam masuk dikawasan Asia Tenggara melalui cara
damai dan ramah serta toleran selama berabad-abad berbeda karakteristik
dengan Islam dikawasan lain, terutama diwilayah Timur Tengah yang
penyebarannya melalui perang atau penakhlukan. Sehingga menyebabkan Islam
yang ada dikawasan Asia Tenggara adalah Islam yang lunak atau akomodatif,
termasuk didalamnya mencakup hal kepercayaan, praktek keagamaan dan tradisi
setempat. Yang akhirnya terbawa sampai pada penerimaan masalah ideology.

Agama Islam diperkirkan telah lama tersebar di Brunei. Pada tahun 1511, Melaka
telah jatuh ketangan Portugis. Mulanya Portugis menumpukan kepentingan
wilayahnya kepada semenenjung Tanah Melayu dan Selat Melaka. Tetapi pada
tahun 1526, berikutan dengan tercapainya satu perjanjian perniagaan dengan
Brunei, Portugis telah membuka perniagaan di Brunei. Pada masa itu Brunei telah
menjadi tempat persinggahan para pedagang disepanjang lalulintas perkapalan
Malaka dan Ternate.

Anda mungkin juga menyukai