A. Pendahuluan
Asia tenggara merupakan salah satu dari tujuh wilayah peradaban Islam lainnya,
yang terdiri dari wilayah peradaban Islam–Arab, Islam-Persia, Islam-Turki, Islam-Afrika,
Islam anak benua India dan terakhir adalah wilayah peradaban Islam yang disebut Westeren
Hemisphere. Islam masuk dikawasan Asia Tenggara melalui cara damai dan ramah serta
toleran selama berabad-abad berbeda karakteristik dengan Islam dikawasan lain, terutama
diwilayah Timur Tengah yang penyebarannya melalui perang atau penakhlukan. Sehingga
menyebabkan Islam yang ada dikawasan Asia Tenggara adalah Islam yang lunak atau
akomodatif, termasuk didalamnya mencakup hal kepercayaan, praktek keagamaan dan
tradisi setempat. Yang akhirnya terbawa sampai pada penerimaan masalah ideologi.
Banyak ahli mencoba menjelaskan latar belakang mengapa Islam dapat diterima
dan meluas sebagai agama mayoritas masyarakat Asia Tenggara. Salah satunya
menyatakan bahwa para pedagang muslimlah yang menyebarkan agama Islam disana.
Pendapat tentang masalah kapan kedatangan Islam di Asia Tenggarapun masih dalam
perdebatan. Sebagian berpendapat bahwa kedatangan Islam sudah berlangsung sejak abad
pertama Hijriyah (abad 7 M). pendapat ini berdasarkan berita Cina dari zaman T’ang yang
menyebutkan keberadaan orang-orang Ta-shih (yakni Arab) yang tidak jadi menyerang
kerajaan Ho-Ling dibawah Ratu Sima (674 M). Pendapat ke-2 menyatakan bahwa Islam
masuk ke Asia Tengara baru terjadi pada abad ke- 13 dengan hipotesa akibat peruntuhan
Dinasti Abasiyyah oleh serangan Hulagukhan 1258M. Data yang memperkuat pendapat ini
adalah catatan Marcopolo, berita Ibn Batutah serta batu nisan Sultan Malik al-Shaleh tahun
1297M. pendapat ke-3 menyatakan bahwa Islam datang sampai membentuk masyarakat
muslim baru terjadi pada abad ke-13 dengan melihat data arus penyebaran, kedatanan dan
perkembangan ajaran tasawuf di kawasan Asia Tenggara.
Pada makalah kali ini kami akan membahas mengenai Islam di Brunei Darusallam,
pembahasannya mencakup kebudayaan dan tradisi Brunei pra-Islam, proses masuknya
agama Islam dan perkembangan Islam di Brunei Darusallam. Brunei Darusallam terkenal
Negara yang merupakan masyarakat yang mayoritas menganut agama Islam dan syariat
Islam di jadikan sebagai landasan hukum Negara.
Negara Brunei Darusallam merupakan Negara kecil yang kaya akan minyak
bumi dan gas alam, dengan pendapatan perkapitas penduduknya $ 24,826 tertinggi di
dunia. Negara ini memperoleh kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1984 setelah
dijajah Inggris selama 96 tahun. Brunei Darusallam terletak dipantai barat laut pulau
Kalimantan. Memiliki luas 5,766 km dengan jumlah penduduk 385.660 jiwa, lebih dari
65% bangsa Brunei adalah keturunan melayu, sedangkan 25% adalah keturunan dari Cina.
Pada umumnya sisanya adalah suku Dayak dan kelompok pribumi Kalimantan yang lain,
bahwa Melayu dan Inggris merupakan bahasa resmi dan sekitar 60% penduduk Brunei
Darusallam beragama Islam yang merupakan agama resmi di negaranya.
Brunei Darusallam berbatasan dengan laut Cina Selatan dan diapit oleh 2 wilayah
Malaysia yakni Sabah dan Serawak serta di perintah oleh seorang Sultan. Negara Brunei
dibagi menjadi 4 daerah yaitu: Belait, Muara, Temburong dan Tutong. Kota-kota utama
Negara ini disamping Bandar Seri Begawan (ibu kota) adalah Muara, Kuala Belait, dan
Penaga (kota minyak dan kota rekreasi). Oleh karena kemakmurannya pendidikan dan
kesehatan di berikan kepada rakyatnya secara cuma-cuma.
Catatan Cina Dinasti Ming menyatakan bahwa orang Puni pada masa itu sering
melakukan perniagaan dengan negri Cina. Adat kebiasaan orang Puni lainnya yakni dalam
tata cara pemakaman pada masa itu. Jika ada orang yang meninggal maka mayatnya akan
dimasukan kekeranda yang dibuat dari buluh kemudian dibawa kehutan dan ditinggalkan
begitu saja. 2 bulan kemudian barulah pihak keluarga mulai bercocok tanam, orang
Punipun mayoritas menganut agama Budha.
Agama Islam diperkirkan telah lama tersebar di Brunei. Pada tahun 1511, Melaka
telah jatuh ketangan Portugis. Mulanya Portugis menumpukan kepentingan wilayahnya
kepada semenenjung Tanah Melayu dan Selat Melaka. Tetapi pada tahun 1526, berikutan
dengan tercapainya satu perjanjian perniagaan dengan Brunei, Portugis telah membuka
perniagaan di Brunei. Pada masa itu Brunei telah menjadi tempat persinggahan para
pedagang disepanjang lalulintas perkapalan Malaka dan Ternate.
Menurut riwayat china, pada 977, raja Puni telah menghantar utusannya ke China
yang diketuai oleh Pu Ya-li, qadhi Qasim dan Sheikh Noh. Ini membuktikan bahwa
agama Islam sudah dipeluk oleh orang berpengaruh di Brunei. Dalam sejarah China,
dicatatkan bahwa pada 1370 Brunei atau Puni pada masa itu rajanya bernama Ma-ha-mo-
sya(sultan Mohammad Shah) telah menghantar utusan ke China dengan membawa
sepucuk surat menggunakan tulisan khat yang bentuknya sama dengan tulisan Huiku,
tulisan orang Islam keturunan Turki yang mendiami daerah Uighur.
Berdasarkan data diatas, dipercayai agama Islam telah masuk ke Brunei jauh
sebelum tahun 1368. Sesudah Awang Alak Baetatar(sultan Muhammad Syah), Islam
barulah menjadi agama resmi bagi seluruh Negara. Disebutkan juga oleh riwayat China
bahwa utusan China, yang diketuai oleh seorang Islam bernama Cheng Ho, yang datang
ke Brunei pada 1405, mendapati bahwa di Brunei telah ada kerajaan Islam dan keluarga
raja tersebut disebutnya dengan sebutan “Pengiran”. Pengganti sultan Muhammad Shah
adalah Pateh Berbai yang setelah diangkat menjadi sultan bergelar sultan Ahmad.
Menurut salasilah raja-raja Brunei, sultan Ahmad kemudian digantikan oleh menantunya
sultan Sharif Ali berasal dari Taif., seorang keturunan Nabi dari jalur Sayyidina Hasan.
Beliau kawin denga putri sultan Ahmad bernama Putri Rana Kesuma. Setelah sultan
Ahmad wafat, sultan Sharif Ali diangkat menjadi sultan ke3, dengan gelar sultan Berkat.
Yang perlu dicatat dari sultan Sharif Ali adalah bahwa beliaulah yang sebenarnya
menanamkan ajaran Islam sesuai dengan ajaran ahl sunnah wa jama’ah dengan mazhab
syafi’i. Selain itu, beliau pula yang menentukan arah kiblat yang betul, karena ajaran
Islam sebelumnya banyak bercampur dengan ajaran Hindu-Budha.
Sultan Sharif Ali wafat pada 1432 dan digantikan oleh putra baginda bernama
Sultan Sulaiman. Keturunan sultan Sharif Ali inilah yang melahirkan keturunan Sultan
dan raja-raja Brunei sampai hari ini. Dua dari peletak asas dan pembangunan kesultanan
Brunei yang berpengaruh adalah Sultan Sulaiman dan Sultan Bolkiah. Dibawah
pemerintahan Sultan Bolkiah itulah Brunei mencapai masa kegemilangan. Era keemasan
ini berlanjut selama beberapa waktu hingga kedatangan pengembara-pengembara barat,
seperti pelaut berbangsa Portugis, Ludovico de Vartema (1507), dan Antonio Pigfetta
(1521), yang banyak menceritakan masa keemasan Brunei.
Adapun nama-nama Sultan yang pernah menguasai kesultanan Brunei adalah
sebagai berikut:
1. Sultan Muhammad Syah (1363-1402)
2. Sultan Ahmad (1408-1425)
3. Sultan Sharif Ali (1425-1432)
4. Sultan Sulaiman (1432-1485)
5. Sultan Bolkiah (1485-1524)
6. Sultan Abdul Kahar (1524-1530)
7. Sultan Saiful Rijal (1533-1581)
8. Sultan Syah Brunei (1581-1582)
9. Sultan Muhammad Hasan (1582-1598)
10. Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598-1659)
11. Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1659-1660)
12. Sultan Haji Muhammad Ali (1660-1661)
13. Sultan Abdul Hakkhul Mubin (1661-1673)
14. Sultan Muhyiddin (1673-1690)
15. Sultan Nasaruddin (1690-1710)
16. Sultan Husin Kamaluddin (1710-1730)dan 1737-1740)
17. Sultan Muhammad Alaudin (1730-1737)
18. Sultan Omar Ali Saifudin (1740-1795)
19. Sultan Muhammad Tajudin (1795-1804) dan (1804-1807)
20. Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
21. Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
22. Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
23. Sultan Omar Ali Saifudin II (1828-1852)
24. Sultan Abdul Momin (1852-1885)
25. Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
26. Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
27. Sultan Ahmad Tajudin (1924-1950)
28. Sultan Haji Omar Ali Saifudin III (1950-1967)
29. Sultan Haji Hassanal Bolkiah (1967- sekarang)
G. Penutup
Negara Brunei Darusallam merupakan negara kecil yang kaya akan minyak bumi
dan gas alam, dengan pendapatan perkapita penduduknya $ 24,826 tertinggi di dunia.
Negara ini memperoleh kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1984 setelah dijajah
Inggris selama 96 tahun. Dalam catatan sejarah Cina Brunei pada zaman dahulu dikenal
dengan nama Po-li, Po-lo, Poni atau Puni dan Brunei dalam catatan Arab Brunei dikenal
sebutan zabaj atau Randj. Adapun pada catatan tradisi lisan syair Awang Semaun, kata
Brunei berasal dari kata Barunah yang bermakna “tempat yang sangat baik”.
Mengacu pada catatan Cina, kerajaan Brunei telah ada semenjak abad ke-6M.
Hal ini terbukti karena adanya hubungan dagang antara Brunei dan Dinasti Liang (502-
566) di Cina. Brunei pada masa itu dikenal dengan sebutan Po-li, penyebutan nama
kerajaan Brunei ini berbeda-beda karena sesuai dengan sebutan yang digunakan oleh
masing-masing Dinasti seperti: Dinasti Tang : Po-li (618-906SM), Dinasti Sang: Po-lo
(960-1279M), Dinasti Ming: Po-ni/Puni (1368-1643M). Catatan Cina Dinasti Ming
menyatakan bahwa orang Puni pada masa itu sering melakukan perniagaan dengan negri
Cina.
Menurut riwayat China, pada 977, raja Puni telah menghantar utusannya ke
China yang diketuai oleh Pu Ya-li, qadhi Qasim dan Sheikh Noh. Ini membuktikan bahwa
agama Islam sudah dipeluk oleh orang berpengaruh di Brunei. Dalam sejarah China,
dicatatkan bahwa pada 1370 Brunei atau Puni pada masa itu rajanya bernama Ma-ha-mo-
sya (Sultan Mohammad Shah) telah menghantar utusan ke China dengan membawa
sepucuk surat menggunakan tulisan khat yang bentuknya sama dengan tulisan Huiku,
tulisan orang Islam keturunan Turki yang mendiami daerah Uighur.
Berdasarkan data diatas, dipercayai agama Islam telah masuk ke Brunei jauh
sebelum tahun 1368. sesudah Awang Alak Baetatar (Sultan Muhammad Syah), Islam
barulah menjadi agama resmi bagi seluruh negara. Menurut salasilah raja-raja Brunei,
Sultan Ahmad kemudian digantikan oleh menantunya Sultan Sharif Ali berasal dari Taif.,
seorang keturunan Nabi dari jalur Sayyidina Hasan. Beliau kawin denga putri Sultan
Ahmad bernama Putri Rana Kesuma. Setelah Sultan Ahmad wafat, Sultan Sharif Ali
diangkat menjadi Sultan ke-3, dengan gelar Sultan Berkat. Yang perlu dicatat dari Sultan
Sharif Ali adalah bahwa beliaulah yang sebenarnya menanamkan ajaran Islam sesuai
dengan ajaran ahl sunnah wa jama’ah dengan mazhab Syafi’i. selain itu, beliau pula yang
menentukan arah kiblat yanag betul, karena ajaran Islam sebelumnya banyak bercampur
dengan ajaran Hindu-Budha.
Pemerintahan negara Brunei, sebagaimana tercatat dalam kanun Brunei dan
pernah dijalankan sebelum menyebarluasnya sistem atau gaya pemerintahan ala barat
(Inggris), adalah suatu pemerintahan yang terdiri dari Sultan, jema’ah perunding, dan
penasihat, yaitu duli-duli wajir, pangiran bendahara, pangiran di-gadong, pangiran
temenggong, pangiran pamancha, kadhi besar, dan beberapa orang ceteria (sebutan orang
Melayu untuk Satria).
Dimulai pada zaman pemerintahan Sultan Muhammad Hasan (1582-1598)
Brunei mempunyai pemerintahan yang berbentuk piramida, dengan sultan berada pada
puncaknya, sedang dibawahnya adalah empat orang wajir, yakni pangiran bendahara,
pangiran di-gadong, pangiran temenggong, dan pangiran pamancha.
Upaya mencapai kemerdekaan Brunei semakin menggelora setelah pada tahun
1952. Azahari kembali dari Indonesia dan kemudian aktif menjadi pemimpin dalam
memperjuangkan hasrat bangsa Brunei. Berbekal dukungan kuat masyarakat Brunei, pada
januari 1955 Azahari secara resmi mengumumkan pendirian Partai Rakyat Brunei (PRB).
Brunei baru mengumumkan kemerdekaannya pada 1 Januari 1984, dengan menempuh
perjuangan melalui jalur diplomasi pihak kerajaan. Setelah Brunei merdeka, kerajaan
berusaha menjadikan Islam sebagai landasan undang-undangnya dalam falsafah negara,
yang disebut Melayu Islam Beraja (MIB).
DAFTAR PUSTAKA