Anda di halaman 1dari 7

1

ISLAM DI KAMBOJA
Kalau kita pernah menyaksikan film layer emas, Killing Field, karya sutradara
dengan pemeran utama Dr.Chaing Nghor, terlihat betapa dramatis dan mengerikan
film tersebut. Kekejaman Khulagu Khan yang menyusun tengkorak manusia bak
gunungan, atau pengasingan kaum Yahudi di Truebelanka dan Gullag, dalam drama
traumatis itu tidak akan pernah dilupakan sejarah kelam. Demikian pula nasib Muslim
Kamboja, lebih dramatis lagi, dalam cengkraman penderitaan.
Kamboja pernah mengalami suatu kejadian yang mengguncang panggung
sejarah umat Islam, baik yang menyangkut politik maupun ekonomi. Dominasi kaum
Muslim dalam perdagangan dan upaya penyiaran Islam yang amat gencar dilakukan
didaerah ini membantu memfasilitasi naiknya pamor kelompok Muslim di kerajaan
Kamboja. Di Kamboja, peranan dan pengaruh kaum Muslim lebih besar karena
beberapa abad sebelumnya di Champa yang kemudian bergabung dengan kerajaan
Kamboja pernah terdapat kesultanan Muslim.
Penduduk Muslim Kamboja, sebagaimana Muslim lain, bersifat cosmopolitan.
Mungkin Karena factor inilah yang kemudian menjadikan penguasa Kamboja masuk
Islam diawal abad ke tujuh belas.
Masuk Islamnya penguasa Kamboja ini lebih memperkuat posisi dominasi
masyarakat Muslim di Kamboja, namun, seperti pengalaman Ayutthaya,
ketidakstabilan hubungan internasional diwilayah ini mempengaruhi posisi
masyarakat Muslim Kamboja. Mereka tidak mampu mancapai posisi sebelumnya, dan
Islam tidak bisa memasuki elit penguasa sebagaimana dikerajaan lain di Asia
Tenggara. Konspirasi di kalangan istana negara mengakhiri kekuasaan Islam yang
singkat di Kamboja. Nasib kaum Muslim yang berubah dengan cepat itu merupakan
akibat dari serangan gencar yang dilakukan Eropa yang kemudian mengakhiri
dominasi kaum Muslim di Asia Tenggara.
Dalam tragedy yang lebih tragis, ketika rezim Pol Pot yang telah mengusir
penduduk kota besar, menghancurkan pagoda-pagoda, masjid-masjid, bank-bank serta
tempat-tempat bisnis yang lain dan membantai kaum intelektual. Khemer Merah
merusak seluruh infrastruktur Kampuchea, mulai dari orang terpelajar dan intelektual,
kemudian menyerang bangunan-bangunan serta semua instalasi lainnya yang
dibutuhkan bagi kehidupan negeri ini. Dalam penghancuran ini orang-orang
Muslimlah yang paling menderita.
Muslim Kamboja dalam acara yang tertutup, mandapat bantuan dari Bank
Pembanguna Islam (Islamic Development Bank) yang digunakan semata-mata untuk
kaum Muslim yang menderita kekurangan bahan pokok dalam segala sector.
Dari sebuah laporan statistic mengenai penduduk yang melek huruf di
Kamboja pada tingkat sekolah dasar tercatat sebanyak 1.304.225 anak yang 761.811
diantaranya duduk ditahun pertama. Usaha ini yang baru dimulai pada 1975 tergolong
sangat membanggakan, mengingat buku-buku pelajaran sekolah ditulis tangan oleh
sekelompok guru untuk semua tingkat pendidikan.

2
Namun, dibawah rezim Pol pot sekolah-sekolah ditutup atau ditinggalkan dan
bantuan serta bahan pelajaran sekolah simusnahkan. Tak ada anak yang bersekolah.
Anak-anak yang berusia 6-10 tahun tak pernah sekolah dan semuanya duduk ditahun
pertama sekolah mereka. Bersama mereka terdapat juga mereka yang berusia 10-15
tahun; artinya, mereka yang pernah bersekolah selama 1,2,3 atay 4 tahun, tetapi telah
keluar. Oleh karena itu, mereka lupa pada pelajarannya.
Dalam iklim yang tertekan dan tertindas, telah muncul pemimpin yang sadar
akan perlunya pembebasan kaum Muslim di Kamboja. Salah seorang pemimpin
komunitas Muslim, yakni Dr.Abdul Kayoun yang mewakili kaum minoritas ini duduk
dibadan tertinggi, yaitu Front Persatuan Nasional. Teman seperjuangannya, Al-Taman
Ibrahim,alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo serta Mohammad Wan-Wan yang
bertanggung jawab atas urusan agama dalam Front Persaudaraan Nasional itu terus
berjuang untuk pembebasan kaum Muslim di sana. Gambaran lengkap mengenai
situasi komunitas Islam yang sangat menderita dibawah rezim colonial, Sihanuok,
Lon Nol dan Pol Pot terdahulu, strukturnya, para pemimpinnya serta orang-orang
militannya, banyak nama-nama penentang yag tewas sebagai syuhada bagi Islam
dalam berbagai rezim.
Penduduk Muslim Kamboja berkisar 800.000 orang, tetapi lebih dari 70%
diantaranya telah dibantai. Dari 113 masjid, hanya 20 yang tertinggal, sedangkan
yang lainnya telah dimusnahkan. Bahkan kedua puluh mesjid tadi setelah diperbaiki,
diruntuhkan pula. Para mantan pemimpin agama yang dibantai seperti Mufti Haji
Abdullah, dibantai juga sepert Haji Slimane Chekri dan Haji Slimane Fekri.
Lebih dari 300 guru terlibat dalam pengajaran agama kepada para anggota
komunitas. Ada beberapa syeikh yang terkenal, sembilan pemegang diploma AlAzhar,lima dari Uiversitas Islam Madinah yang lainnya mendapat pendidikan di
Universitas Al-Mohammadiyah di Kelantan, Malaysia, dan ada juga beberapa orang
yang dididik di India. Dari semua ini, hanya 38 orang yang masih hidup, sisanya telah
dibunuh oleh rezim Pol Pot; dan dari lulusan Al-Azhar hanya dua yang tertinggal.
Ada pula masjid yang didirikan tahun 1813, tetapi dibangun kembali dan
diperbaiki 60 tahun yang lalu. Sekitar 40 sampai 50 jemaah berkumpul untuk
menunaikan shalat harian. Pada haru Jumat, masjid ini penuh sesak dan banyak yang
harus shlat dipekarangan. Masjid hanya memiliki satu al-Quran berbahasa Arab.
Negeri kamboja ini sebelumnya mempunyai 500 orang dokter, tapi hanya 40
orang yang masih hidup.
Kalau kita sewaktu-waktu berkunjung ke Kamboja, jangan lupa mampir ke
kamp pembantaian di Toul Sleng. Kamp ini terletak dalam sebuah gedung bekas
sekolah menengah atas yang dahulu mempunyai 2000 murid, kemudian diubah oleh
Pol Pot menjadi sebuah tempat untuk penyiksaan, penjara dan kuburan.
UNICEF pada 1979, telah mengoordinasikan semua kegiatan PBB dengan
menugaskan delapan orang pakar. Wakil FAO membantu menghidupkan kembali
kegiatan pertanian. Komisi tinggi untuk pengungsi mengarahkan tiga pakar yang
bertanggung jawab untuk menerima dan menempatkan kembali para pengungsi yang

3
kembali kenegeri ini. 185.000 pengungsi kembali dari Thailand, 115.000 dari Vietnam
dan 20.000 dari Laos. Dari jumlah 320.000 ini, sekitar 20% adalah Muslim.
Meskipun komunitas Islam menderita akibat pemusnahan terencana yang
besar-besaran selama periode dari tahun 1975 hingga Januari 1979, kini para anggota
komunitas ini bebas melaksanakan kewajiban agamanya dan pemerintah sekarang ini
sedang berupaya dengan sungguh-sungguh untuk memberikan mereka perwakilan
disemua tingkat.
Mayoritas Muslim dari etnis Cham. Sulit memastikan kapan Cham mulai
mengenal al-Quran. Islam memasuki masyarakat Cham diperkirakan pada periode
Dinasti Zoong di China (960 1280). Komunitas Muslim Cham telah ada pada abad
X. Tampaknya melalui hubungan dengan orang-orang Melayulah Cham menjadi
Muslim. Cham, setelah kejatuhan negeri pada tahun 1470, menyaksikan sebagian
anggota komunitas mereka mengungsi ke Kamboja dimana mereka semua adalah
Muslim.
Masih tersisa, fenomena kepimimpinan dan hierarki keagamaan dikalangan
Muslim Kamboja terdiri dari seorang kepala kerohanian nagi seluruh komunitas yakni
Mufti. Dibawahnya terdapat tiga penanggung jawab administrasi yakni tuan kalik,
vadjak dan tuan pake. Dibawahnya lagi, ditingkat masjid terdapat hakim (atau ke vat),
dan imam. Khatib bertugas membacakan doa-doa dan memimpin jemaah, sedangkan
bilal bertanggung jawab atas ketertiban agama.
Upacara-upacara Islam dilaksanakan dan dihormati; bulan Ramadhan (boulan
Oek) dan bulan Haji (boulan Cek Hadjih) serta bulan Tuhan (olan Ovlah). Melut suatu
upacara pengkhitanan anak-anak serta tamat al-Quran, suatu ritual yang lain untuk
menghormati orang-orang yang telah menamatkan membaca al-Quran sampai
sekarang tetap dilaksanakan.
Keterangan mengenai pemusnahan besa-besaran yang terencana dari pihak
Khmer Merah ini agaknya kurang lengkap dan berbias. Sekalipun begitu, jelaslah
antara dua pertga hingga tiga perempat Muslim dibunuh secara individual ataupun
kolektif hanya kerena mereka beragama Islam.
Pembunuhan missal yang sistematis terhadap kaum Muslim di Kamboja
timbul dari rasa kebencian terhadap agama. Hal ini mungkin karena kepercayaan
kepada Allah tak pernah dapat dirukunkan dangan kepatuhan yang membuta kepada
Angkar, organisasi tertinggi Khmer Merah.
Meskipun umumnya mereka berasimilasi dengan penduduk Khmer lainnya
yang pada dasarnya Buddhis, bagian terbesar dari kaum Muslim Cham tinggal
diwilayah Tonle Sap dan di tepi Sungai Mekong. Mereka juga bermukim di provinsi
Kampot dan sekitar ibukota. Kebanyakan mereka adalah nelayan, petani, dan
peternak.
Dewasa ini mereka sedang berusaha memulai kembali kehidupan mereka.
Pertama-tama yang digarap dalam hal ini material, karena kebanyakan diantaranya
hancur luluh. Perlahan-lahan mereka mendapatkan kembali sarana untuk menghidupi
keluarga mereka dan komunitas mereka yang bercerai berai, agar tetap hidup seperti
orang-orang Khmer yang lain.

4
Meski merupakan bagian dari minoritas agama dan etnik sekaligus, orang
Cham tidak berselisih dengan tetangga mereka yang beragama Budha. Kedua unsure
ini hidup dengan selaras.
Kalangsungan hidup komunitas Muslim Cham di Kamboja terjamin dalam
milieu Buddhis yang secara tradisional bersikap toleran. Wajar saja kalau komunitas
Muslim Cham dan mayoritas Buddhis Khmer harus bersama-sama membuka halaman
baru dalam sejarah negeri mereka. Namun, ada benarnya juga bahwa sejarah
komunitas Muslim Cham akhir-kahir ini masih tetap tidak dikenal selain oleh
beberapa pakar, dan bahwa ia patut dikenal dengan lebih baik.

5
Kamboja
Di abad pertengahan, Indochina dibagi ke dalam tiga kerajaan : Annam
(Vietnam sekarang), Kamboja, dan Campa. Annam terdiri hanya dataran Tonkin
Utara, yakni delta Sungai Merah. Annam adalah Negara Buddhis. Kamboja adalah
tradisi Hindu dan menguasai daerah yang lebih luas dari Kamboja sekarang. Kamboja
juga meliputi Kicinchina, yakni elta Sungai Mekong. Bagian tengah dari Vietnam
sekarang merupakan daerah kekuasaan Campa. Kerajaan yang hidup lebih dari lima
belas abad ini berbudaya Hindu. Diantara tiga kerajaan ini (Annam, Kamboja, dan
Campa) selalu terjadi perang, dengan Annam sebagai kekuatan penyerang dan agresif.
Pada tahun 1471, ibukota baru Campa dihancurkan; pada pergantian abad enam belas
Annam menaklukkan daerah Hue; dan pada akhir abad yang sama, ia mengambil
seluruh Kerajaan Campa juga dengan menaklukkan seluruh delta Mekong selama
abad delapan belas dan sembilan belas. Pengambilan Kamboja seluruhnya dihentikan
oleh Prancis.
Kerajaan Campa mempunyai pertalian dengan negara-negara Hindu Jawa dan
Malaka. Ketika wilayah-wilayah ini menerima Islam, orang-orang Campa yang di
aniaya dan ditaklukkan oleh orang-orang Vietnam yang menyerbu, memeluk Islam
secara missal. Mereka juga beremigrasi dalam jumlah besar ke kerajaan Kamboja
dimana mreka mendapat perlindungan dan pengayoman. Jadi, mayoritas terbesar
Muslim Kamboja sekarang adalah orang-orang Campa, yakni benar-benar penduduk
ali Indochina sebelum serbuan Vietnam dari utara.
Pada tahun 1971, jumlah Muslim Kamboja sekitar 500.000 orang, diantaranya
480.000 orang asal Campa dan 20.000 asal Jawa yang nenek moyangnya beremigrasi
ke Kamboja di abad tiga belas. Semua Muslim ini mengikuti mazhab Syafi'i. Pada
1974 sebelum serangan gencar Khmer Merah ke negeri itu, pada sekitar 550.000
Muslim di Kamboja. Muslim hidup di empat belas dari tujuh belas provinsi di negeri
itu, dengan pemusatan terbesar di Kampong Campa dimana mereka membentuk
sekitar 36% dari jumlah penduduk (sekitar 300.000 Muslim). Juga ada persentase
tinggi bagi Muslim di provinsi-provinsi berikut: Kampot, Kandal, Phom Penh,
Kampong Chhang, Kampong Thum, Kracheh, dan Batdambang. Orang Campa
berbahasa mereka sendiri dan orang Jawa berbahasa Kamboja. Pada 1974 ada sekitar
185 masjid di negeri itu, lima puluh sembilan diantaranya ada di Provinsi Kampong
Campa dan sm,bilan di kota Phnom Penh. Sekitar separuh penduduk Muslim telah
dibantai oleh Khmer merah. Pada 1982, jumlah Muslim diestimasikan lebih dari
335.000 orang.
Mayoritas Muslim hidup didesa-desa padat. Sebagian hidup dikota-kota dan
bekerja dibidang perdagangan dan industri. Pusat spiritual orang Muslim di Chruoy
Changvar, dekat Phom Penh, dimana kebanyakan pejabat tinggi Muslim tinggal
termasuk pemimpin tertinggi mereka. Kebanyakan Muslim adalah petani, lainnya
tukang daging, nelayan dan pembuat sampan. Kabanyakan Muslim berasal dari Jawa
hidup di Chruoy Changvar. Semua Muslim anggota dari Perkumpulan Islam yang
berpusat di Phnom Penh yang cabang=cabangnya meliputi semua desa Muslim.
Secara histories, Raja Kamboja bermurah hati kepada orang Muslim, dan pemimpin
tertinggi komunitas Muslim diangkat oleh Raja dan dipandang sebagai anggota
kerajaan.

6
Komunitas Muslim Kamboja terorganisasi dengan baik. Setiap desa Muslim
dipimpin oleh seorang hakam dibantu oleh seorang kalik (qadi). Imam memimpin
sembahyang, dan ketib (katib) mengajar al-Qur'an, bilal memanggil orang untuk
sembahyang, Hakam dipilih oleh komunitas. Setiap desa mempunyai sebuah sekolah
Islam. Pelajar yang paling maju dikirim ke Malaysia, Saudi Arabia dan Mesir untuk
mendapatkan pendidikan tinggi Islam. Beberapa ratus orang Muslim Kamboja setiap
tahunnya pergi ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji.
Situasi berubah secara drastic ketika Khmer Merah mengambil alih kekuasaan
pada 1974. Sejak pengambilan kekuasaan oleh orang-orang kejam di zaman modern
ini, ratusan ribu warga Negara telah dibunuh, jutaan dutelentarkan dan semua bentuk
agama dilarang. Banyak warga negara melarikan diri dari negeri itu dan
memberitakan cerita-cerita yang mengejutkan tentang perlakuan kejam yanmg telah
dikenakan kepada mereka. Diantara mereka ada 25.000 Muslim yang diterima oleh
Malaysia dan dimukimkan kebanyakannya di Kelantan. Sebagiannya beremigrasi ke
Thailand, banyak lagi pergi ke Saudi Arabia, Prancis dan Amerika Serikat.
Para pengungsi Muslim ini menceritakan kisah-kisah mengejutkan tentang
pembunuhan, kerja paksa dan pemecahan unit-unit keluarga. Para pembunuh
memukul khususnya para pemimpin komunitas seperti Kolonel Hamzah, Kolonel Si
Met, Letnan Dua Lee Seman, Nong May Cit, KApten Yok Rani, dan anggota
perwakilan Seriod di Phnom Penh, Oh Sulaiman. Masjid-masjid telah ditutup dan
para pemimpin keagamaan Muslim yang melawan langkah ini ditembak mati.
Diantara sekian banyak yang terbunuh adalah Imam Tabub Ahmad dan Tuan Shahid
Ali dari Tebor. Gadis-gadis Muslim dicemari oleh Khmer Merah yang biadab dan
ketika merka melawan di tempat-tempat seperti Kamponh Deras, seluruh komunitas
dibunuh secara kejam. Kepala qadi dikomunitas Muslim Serong Yusof dibunuh
bersama para imam terkemuka yang lain, seperti Ustadz Yaakub, Ustadz Sulaiman
(yang pernah belajar di India), dan sebagainya.
Kejatuhan Khmer Merah pada bulan Januari 1979 benar-benar merupakan
berita baik bagi Muslim, tetapi belum jelas apakah kerusakan yang dilakukan selama
empat tahun penganiayaan yang kejam akan berakhir dan rezim baru akan
mengembalikan kemerdekaan beragama yang telah mereka nikmati sampai beberapa
tahun yang lalu. Namun kecenderungannya baik, sejak Bank Pembangunan Islam
dapat menghubungi orang Muslim yang masih bertahan dan memberikan pertolongan
sederhana kepada mereka, tanpa ada keberatan dari pemerintah. ( Ali Kettani.M,
Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, Pent, Zarkowi Soejoeti, PT. RajaGrafindo
Persada,2005)

7
Pendahuluan
Asia dapat dibagi kedalam lima bagian besar sepanjang mengenai orang-orang
Muslim: Negara-negara Muslim, India, China, Uni Soviet, minotitas Muslim lainnya.
Dalam makalah ini akan di bahas tentang minoritas Muslim di Kamboja.
Persoalannya sekarang adalah apakah suatu Negara Muslim dilawankan
dengan Negara-negara non Muslim dimana Muslim hidup sebagai minoritas ? Tentu
saja tidak selalu mudah untuk menjawab pertanyaan ini. Defenisi yang paling akurat
tentang Negara Muslim adalah Negara yang seluruh filsafat keberadannya didasarkan
pada ajaran-ajaran Quran dan Sunnah. Negara seperti ini

Anda mungkin juga menyukai