Anda di halaman 1dari 9

Perkembangan Islam Di Vietnam

1. Kerajaan Champa

Sebelum terbentuknya kerajaaan Champa di daerah tersebut terdapat kerajaan Lin-Yi

(Lam Ap). Akan tetapi saat ini saat belum diketahui secara pasti apa hubungan antara

kedua kerajaan tersebut. Lin-Yi didirikan oleh seorang pejabat lokal bernama Ku-Lien

yang memberontak terhadap kekaisaran Han pada tahun 192 masehi, yaitu di daerah kota

Hue sekarang. Penduduk Lin-Yi bertutur dalam bahasa Cham, sejak awal Lin-yi

merupakan negeri yang takluk pada China dan membayar upeti kepadanya Nama

Champa pertama kali di sebut dan dipakai dalam dua buah inskripsi bahasa sansekerta

yang bertarikh 658 M yang ditemukan di bagian tengah Vietnam dan satu lagi ditemukan

Kamboja pada tahun 668 M. Penguasa pertama kerajaan Champa yang diketahui secara

pasti dan tertulis dalam prasasti adalah BHADRAVARMAN, yang memerintah antara

tahun 380-413 m.

Champa merupakan sebuah kerajaan persekutuan yang terdiri dari lima kerajaan ;

Indrapura, Amarawati, Vijaya, Kauthara, dan Panduranga yang masing-masing

mempunyai wilayah otonom dengan ibu Negara Indrapura yang sekarang kita kenal

dengan Quang Nam.

Daerah Champa meliputi area pegunungan di sebelah barat daerah pantai IndoChina,

yang dari waktu ke waktu meluas meliputi wilayah Laos sekarang akan tetapi bangsa

Champa lebih berfokus pada laut dan memiliki beberapa kota berbagai ukuran di

sepanjang pantai. Setelah abad ke-7 Champa meliputi wilayah provinsi-provinsi modern

Quang Nam, Quang , Noai,Binh, Dinh Phu, Yen Khanh, Hoa NInh, Thuan, dan Binh

Thuan di Vietnam.
Kerajaan champa mempunyai hubungan diplomatic dengan kerajaan-kerajaan

tetangganya dengan kerajaan China dan Vietnam di utara, Kamboja di barat dan

Nusantara di selatan.Disini Champa secara teratur mengirim utusan-utusannya dan

mengadakan hubungan Ekonomi dan keagamaan dengan China.Ajaran Agama yang

dianut oleh masyarakat champa pada abad ke VIII dan XI adalah Bhuda Mahayana, yang

merambah champa melalui pendeta Bhuda yang datang dari China.

Pada abad ke-XI disini terjadi peralihan orientasi Champa China ke India. Ini

disebabkan karena peperangan dan penaklukan terhadap wilayah tetangganya yaitu

kerajaan Funan disini telah menyebabkan masuknya budaya india.Mulai jaman ini

kebudayaan Champa termasuk sistem sosial, keagamaan dan lainnya dipengaruhi oleh

budaya India dan agama hindu dan Bhuda. Pada 939 M muncul kekuatan baru di wilayah

ini yakni Dai-Viet (Kemudian menjadi Vietnam).Mulai saat itu terjadi peperangan yang

berkepanjangan antara Vietnam dan Champa.Pada tahun 982 Vietnam berhasil

menaklukan ibu kota Indrapura dan Raja Champa memindahkannya jauh ke selatan yakni

ke Vijaya.Namun pada 1044 Dai Viet berhasil memasuki kembali kota Vijaya dan

membunuh Rajanya.Kemudian berbagai usaha di lakukan oleh Raja-Raja Champa untuk

membalaskan dendamnya namun pada kenyataanya semakin mereka menyerang justru

Vietnam yang semakin dapat memperbesar wilayahnya dan mencaplok Champa.Satu kali

Champa pernah kembali kepada kejayaannya namun hanya dalam durasi singkat yaitu

ketika Champa diperintah oleh Che Bong Nga yaitu sekitar tahun 1360-1390.

Setelah penaklukan Champa oleh Le Thanh Tong raja Vietnam Yang menghancurkan

VIjaya pada tahun 1471 dan menghancurkan segala sesuatu sisa-sisa kebudayaan

Champa yang sangat dipengaruhi oleh Agama Hindu dan Bhuda dan menggantikannya
dengan kebudayaan China/Vietnam.Setelah Invasi besar-besaran yang dilakukan Le

Thanh Tong ini kemudian kerajaan Champa yang masih bertahan adalah sisa-sisa

kerajaan Champa dari belahan selatan yakni Kauthara dan panduraga yang diperintah

oleh Bo Tri Tri. Dan kemudian disinilah kerajaan Champa mulai menerima kebudayaan

melayu serta Islam yang masuk melalui pelabuhan Panduranga dan Kauthara, dan

meningkatkan hubungan dengan Negri-negri di melayu dan Nusantara.

2. Masuknya Islam pertama kali di Champa

Khalifah ketiga Islam, yang mengirm pertama Muslim resmi utusan ke Vietnam dan
Dinasti Tang Cina di 650. Pedagang Laut Muslim yang dikenal pernah  berhenti di
pelabuhan di Kerajaan Champa dalam perjalanan ke China pada awal sejarah Islam
namun, yang bahan bukti pertama dari penyebaran Islam terjadi pada era Dinasti Song,
dokumen dari China yang mencatat bahwa Cham membiasakan diri dengan Islam di
akhir tahun ke-10 dan awal abad ke 11. jumlah pengikut mulai meningkat karena kontak
dengan Kesultanan Malaka  meluas pada tahun 1471 pada saat runtuhnya Kerajaan
Champa, tapi Islam tidak akan menjadi agama utama di kalangan Cham sampai
pertengahan abad ke-17.

Kemudian ada juga yang mengatakan Masuknya islam di Champa menurut beberapa
sumber yang dihimpun memiliki beberapa pendapat yaitu:

 Menurut Al- Dimasqhi 727/1327 m. dikatakan bahwa wakil muslim resmi


pertama yang diutus ke Vietnam adalah pada jaman khalifa Uthman Ibn ‘Affan
pada tahun 29/650, diikuti jaman Bani Umaiyyah dan Al-Hajjaj, dan dikatakan
bahwa para pelarian yang melarikan diri dari pada penindasan dan pembunuhan
masal oleh Bani Umaiyyah yang terdiri dari keturunan Alawiyyah.
 Dikatakan pada abad ke-10 Para pedagang muslim dari timur tengah telah biasa
menjadikan pelabuhan-pelabuhan Sanf dalam kerajaan Champa dan juga
kepulauan Sanf sebagai tempat persinggahan sebelum ke China.Dikatalan bahwa
salah stau factor pengislaman Champa adalah karena para pelayar Champa turut
mengadakan hubungan dengan masyarakat muslim dalam persinggahan mereka
di pelabuhan- pelabuhan kepulawan melayu. Para pedagang dari Brunei dan
Banten juga pernah berdagang di Champa.
 Di Champa dikatakan bahwa islam telah ada disana berdassarkan penemuan batu
Nissan yang bertarikh 431/1039 di daerah Pang Rang atau Pandurangga yang
merupakan kota pelabuhan penting Champa pada jaman silam dan diajarkan
menurut aliran Syi’Ah.Golongan Syi’ah Alawiyyah yang menuju ke kepulawan.

Pada abad ke 17 ini merupakan puncak islamisasi sendiri ketika masyarakat telah
mengenal budaya-budaya melayu serta islam dan para pedagang dari timur tengah sering
menjadikan pelabuhan-pelabuhan di Champa menjadi tempat persinggahan mereka
sebelum ke China karena jalur perdagangan bangsa arab ke Indochina melewati wilayah
tersebut dan kemudian juga berdagang di wilayah tersebut Setelah itu Raja-Raja Champa
dan para Bangsawan Champa kemudian memeluk Ajaran Islam dan ini memicu orientasi
keagamaan orang Cham dan Pada Saat Aneksasi yaitu penggabungan antara wilayah-
wilayah kekuasaan politi Vietnam orang-orang cham mayoritas telah memeluk Agama
Islam.

3. Kedudukan Islam Vietnam dalam konteks kemazhaban

Lazimnya, Muslim Melayu Cham menyebutkan mereka bermazhab al-Syafi’i.Namun


demikian, ia sebenarnya merujuk kepada apa yang biasanya difahami kaum muslimin
seperti di Malaysia juga, yiaitu merujuk kepada Al-Sunnah wa al-Jama‘ah dalam akidah
dan al-Syafi’I dalam fiqh.Mazhab fiqh al-Hanafi turut mendapatkan tempat disebabkan
faktor pengaruh luar khususnya dari India dan Pakistan.
Dalam konteks akidah dan pemikiran Islam, Muslim Melayu Cham tidak begitu
memahami peranan dan kedudukan mazhab al-Asy’ariyyah sebagai salah sebuah mazhab
yang penting dalam pembentukan akidah dan pemikiran Islam bagi masyarakat ini di
Vietnam dan bahkan dalam Islam itu sendiri. Oleh sebab itu, tidak banyak maklumat
diperolehi berhubung dengan aliran pemikiran atau mazhab al-Asya’irah atau al-
Asy’ariyyah di Vietnam.Justeru, maklumat dan informasi mengenainya difahami dalam
kerangka al-Syafi’i semata-mata.
4. Islam di Vietnam pada massa sekarang

Masyarakat muslim Vietnam biasanya dibedakan menjadi 2 golongan yang pertama


yaitu golongan muslim pendatang yang berkembang di kota-kta besar seperti Ho Chi
Minh(dahulu Saigon), Tay Ninh, dan An Giang yang berbatasan dengan Kamboja mereka
kebanyakan merupakan pedagang dan pengusaha yang berasal dari berbagai negeri. Dan
yang kedua yaitu Golongan Muslim Cham, yang merupakan penduduk local dan
komunitas muslim tertua yang menempati wilayah dataran pesisir Vietnam Tengah, di
Annam lama, wilayah Thun Hai, Phan Rang, dan Nha Trang, Serta juga kawasan selatan,
seperti Chau Doc dan phan Thiet. Jumlah masyarakat Muslim Vietnam sekitar 1% dari
seluruh populasi Vietnam.
Setelah Vietnam memasuki era baru dan politik terbuka, umat Islam juga ikut
menikmati perubahan politik tersebut baik secara internal dalam bentuk semakin
terbukanya kegiatan keagamaan dan semakin pulihnya posisi sosial umat Islam; maupun
eksternal, relasi yang dimilikinya dengan dunia internasional, khususnya hubungan
dengan kelompok cham di kamboja dan pusat-pusat Islam Asia tenggara, Serta Islam
Arab. Dengan dibangunnya pusat pengkajian da pendidikan Islam di kota Ho Chi Minh
dan dibukanya berbagai kantor perwakilan Negara-negara sahabat yang mayoritas
penduduknya Muslim suasana di kota tersebut tidak lagi mencerminkan suasana anti
tuhan.

5. Isu-isu primer dan uatama umat muslim Vietnam

Islam dianggap salah sebuah agama daripada beberapa buah agama dan kepercayaan di
Ho Chi Minh dan Vietnam umumnya.Ia kelihatan disamararakan dengan berbagai agama
dan kepercayaan lain.Pemerintah Vietnam lebih menekankan idelogi komunis sebagai
prinsip fundamental mereka dan aspek-aspek keagamaan tidak diberikan penekanan.
Walaupun agama kelihatan tidak dominan, namun Islam diberikan kebebasan untuk
diamalkan sama seperti kepercayaan Buddhisme yang menjadi anutan dan kepercayaan
mayoritas rakyat Vietnam. Bagaimanapun dari segi peruntukan, ia tidaklah berbeda.
Dengan kata-katanya, semua agama dan penganutnya diberikan layanan yang sama.
Perkembangan Islam Di Singapura

A. Singapura dan Masuknya Islam

Singapura merupakan sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara. Didirikan dan
dibangun pertama kalinya oleh Sir Stamford Raffles pada tahun 1819 untuk dijadikan benteng
dan pelabuhan militer di bawah kekuasaan Inggris. Pada Perang Dunia II sekitar tahun 1942,
Jepang menguasai daerah Asia Timur termasuk Singapura. Tahun 1959 Singapura menjadi
Negara merdeka dan bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun 1963. Akan tetapi
berselang dua tahun kemudian yaitu 1965, Singapura lepas dari Malaysia.

Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia Tenggara,
khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan peneliti sejarah mengatakan
bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari
Cina yang berasal dari Zaman T-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti
yaitu akibat adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mogul pada tahun 1258, berita
Marcopolo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta nisan-nisan kubur Sultan Malik as
Saleh tahun 1292. Adapun Islam datang ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti
perkembangan Islam Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai
pendatang. Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan wilayah Melayu
lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau setidaknnya migran asli atau paling
awal. Pada masa kekuasaan Inggris di Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan
ibadah haji. Robert W. Hefner dalam bukunya yang bejudul Making Modern Muslim: The
Politics of Islamic Education in Southeast Asia, mengatakan bahwa Setelah tahun 1820, jamaah
haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami kebangkitan. Jumlah jemaah haji melonjak
setelah pembukaan Terusan Suez pada bulan November 1869. Pada tahun 1885, meskipun
beberapa Muslim Philiphina dan Kamboja belum mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah
dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu Indonesia sekarang dan Thailand Selatan
melaksanakan haji dalam jumlah yang besar.

B. Minoritas Umat Islam Singapura

Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura sangatlah sedikit
dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang memungkinkan terjadinya masyarakat
Islam minoritas, Pertama, mereka terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang
telah memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi karena perubahan
dan perkembangan geografis dan politik. Pada tahun 1890 migrasi penduduk Cina mencapai
95.400 jiwa per tahun dan meningkat menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam
catatan statistik populasi Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 persentase komponen etnis
berkisar 77% Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain.
Pada sensus yang diadakan tahun 1980 menunjukkan jumlah penduduk Singapura 2.414.000
orang, diantaranya 400.000 orang adalah Muslim. Pada 1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan
420.000 atau 17% penduduk. Dalam sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar 360.000 adalah
Melayu, 34.000 India, 6.000 Cina dan dari lain-lain asal.

Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan penduduk lain di
semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan universitas hanya 2,5% dari jumlah seluruh
lulusan. Persentase Muslim dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat rendah dari rata-rata
nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan seorang Muslim dalam
kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi di bidang hukum dan universitas.
Adapun secara ekonomi, Muslim Singapura berada di antara yang paling miskin. Pemuda-
pemuda Muslim menghadapi banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hanya sebagian kecil
diantara mereka yang dipanggil untuk dinas militer nasional.

C. Gerakan Keislaman di Singapura

Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya gerakan yang didirikan
oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru Singapura. Hal itu ditunjukkan dengan
membentuk Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran
Hukum Islam (The Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh
parlemen Singapura. MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang mengurus masalah
keagamaan dan masyarakat Islam.

Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat Muslim Singapura telah mendirikan sebuah
organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim. Organisasi ini mendirikan Pusat Islam King Faisal
Memorial Hall. Selain itu, organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum.
Organisasi Muslim penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf (Dar-ul-Arqam) yang
merupakan organisasi dakwah utama di Singapura dan mengurus serta membawa Islam lebih
dari 8.000 orang sejak tahun 1982. Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang
dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP)
yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas Muslim dalam pengembangan diri
secara dinamis dan penuh percaya diri dalam konteks berwarga Negara Singapura yang tetap
berpegang teguh kepada warisan kultular dan agamanya.

Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat keislaman di Singapura adalah


didirikannya sekolah yang berbasiskan Islam atau biasa dikenal dengan madrasah. Sampai saat
ini di Singapura terdapat 6 buah madrasah Islam di Singapura, diantaranya madrasah Al-Irsyad
Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah
Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-
Islamiah. Selain itu di Singapura juga benar-benar memberikan kebebasan gerak literatur Islam
dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil yaitu bahasa Muslim India dan kebebasan pergi untuk
berhaji, sekitar seribu jama'ah se tahunnya.
Seorang guru besar The Australian National University yaitu A.C Milner berpendapat
mengenai Singapura, bahwa di Negara tersebut ada indikasi-indikasi "jiwa Syariat" di kalangan
Muslim Singapura. Adapun Richard C. Martin dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the
Muslim World, mengatakan perbedaan dasar yang dapat ditarik antara Indonesia, Malaysia dan
Singapura yaitu adanya gerakan reformis yang berusaha mentranformasikan budaya dan
masyarakat dan mereka yang berusaha untuk mempekerjakan proses politik untuk mendirikan
sebuah Negara Islam.

Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan sejarah dan
perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat keislaman mereka dengan
berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun
meningkat, populasi umat bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau
madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan untuk kemajuan dan
semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan dalam berwarga negara, meskipun masih
kurang dalam berbagai aspek dan diplat sebagai masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan,
kegigihan dan perjuangan mereka sebagai yang minoritas patut kita contoh dan kita ambil
hikmahnya.

D. Model Pendidikan Islam di Singapura

Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura tidak dapat diketahui dengan pasti.
Yang jelas pendidikan islam telah ada pada fase awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri.
Pendidikan islam di Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia
Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para ulama tersebut
diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad
Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh
Habib Ali Habsyi (Kwitang Jakarta), Syaikh Anwar Seribandung (Palembang), Syaikh Mustafa
Husain (Purba Baru Tapanuli), Syeikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang) dll. Seperti di
Negara lain, pendidikan agama Islam di Singapura dijalankan mengikuti tradisi dan system
persekolahan modern. System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam berdasarkan sistem
persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di Indonesia.

E. Kondisi Pendidikan Masyarakat Islam di Singapura Saat Ini

Saat Negara Singapura termasuk ketat dan cukup keras kepada para aktivis Islam. Mereka tak
segan-segan mendeportasi mahasiswa Islam yang dinilai mempunyai komitmen terhadap
perkembangan dakwah. Aktivitas keislaman di Singapura pun otomatis tidak banyak. Dengan
perkembangan seperti ini, sepertinya Islam di negeri Singa ini tak bisa berkembang terlalu
banyak. Namun bukan berarti orang-orang Islam di sana pun berdiam diri. Hingga azan bisa
berkumandang di Singapura. Perkembangan Islam itu terus menunjukkan peningkatan yang
cukup berarti. Hingga kini, pemeluk Islam di Singapura tercatat sebanyak 15 persen dari jumlah
penduduk keseluruhan (sekitar 650 ribu orang dari 3,5 juta jumlah penduduk keseluruhan).

Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau lebih dikenal sebagai muslim
Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77 persen, dan India 8 persen. Di tengah sistem
kehidupan sekuler yang diterapkan pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu
meningkatkan kualitas diri, agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan zaman.

Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya sendiri. Tidak lagi
di ambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk madrasah ada kotak bernama "Dana
Madrasah". Sedangkan dana masjid diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak
Jumat. Meski juga terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf. Madrasah, masjid, dan
LSM

Manajemen profesionalitas dalam pemberdayaan potensi dan peningkatan kualitas umat


bukan hanya terlihat pada aspek ZIS wakaf. Ia juga tampak jelas dalam pengelolaan pendidikan
(madrasah), masjid, dan lembaga-lembaga swadaya Islam non-pemerintah (NGO). Lembaga
pendidikan Islam (madrasah) dikelola secara modern dan profesional, dengan kelengkapan
perangkat keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam (sebanyak enam buah, seluruhnya di
bawah naungan MUIS), sistem pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu agama dan
ilmu-ilmu umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-
Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah
Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah.

Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul 08.00 hingga 14.00. Lama
waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan non-madrasah. Agar tidak ketinggalan
dengan kemajuan teknologi, maka di setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan
internet, serta sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas
internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan
modern. Murid dibiasakan dengan teknologi, terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka
diberi waktu dua jam untuk aplikasi dan pemberdayaan internet. Sayangnya, pendidikan Islam
baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah (SMU). Untuk perguruan tingginya hingga
kini belum ada.

Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman. Diskusi ini biasanya
diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid. Dewan pengurus setiap masjid juga
menerbitkan media (majalah dan buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim.
Berbeda dengan di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan
pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern.

Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah pentingnya dalam
upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu potret yang maju dan progresif.
Berbagai LSM Islam yang ada terbukti berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat
muslim.

Menyadari hal ini, pemerintah dan tokoh-tokoh Islam di Singapura mengadakan berbagai
upaya peningkatan berbagai aspek, sehingga pada saat ini masyarakat muslim Singapura sudah
banyak yang berpendidikan formal dan bahkan ada pula yang mendapatkan gelar Ph.D

Anda mungkin juga menyukai