1. Kerajaan Champa
(Lam Ap). Akan tetapi saat ini saat belum diketahui secara pasti apa hubungan antara
kedua kerajaan tersebut. Lin-Yi didirikan oleh seorang pejabat lokal bernama Ku-Lien
yang memberontak terhadap kekaisaran Han pada tahun 192 masehi, yaitu di daerah kota
Hue sekarang. Penduduk Lin-Yi bertutur dalam bahasa Cham, sejak awal Lin-yi
merupakan negeri yang takluk pada China dan membayar upeti kepadanya Nama
Champa pertama kali di sebut dan dipakai dalam dua buah inskripsi bahasa sansekerta
yang bertarikh 658 M yang ditemukan di bagian tengah Vietnam dan satu lagi ditemukan
Kamboja pada tahun 668 M. Penguasa pertama kerajaan Champa yang diketahui secara
pasti dan tertulis dalam prasasti adalah BHADRAVARMAN, yang memerintah antara
tahun 380-413 m.
Champa merupakan sebuah kerajaan persekutuan yang terdiri dari lima kerajaan ;
mempunyai wilayah otonom dengan ibu Negara Indrapura yang sekarang kita kenal
Daerah Champa meliputi area pegunungan di sebelah barat daerah pantai IndoChina,
yang dari waktu ke waktu meluas meliputi wilayah Laos sekarang akan tetapi bangsa
Champa lebih berfokus pada laut dan memiliki beberapa kota berbagai ukuran di
sepanjang pantai. Setelah abad ke-7 Champa meliputi wilayah provinsi-provinsi modern
Quang Nam, Quang , Noai,Binh, Dinh Phu, Yen Khanh, Hoa NInh, Thuan, dan Binh
Thuan di Vietnam.
Kerajaan champa mempunyai hubungan diplomatic dengan kerajaan-kerajaan
tetangganya dengan kerajaan China dan Vietnam di utara, Kamboja di barat dan
dianut oleh masyarakat champa pada abad ke VIII dan XI adalah Bhuda Mahayana, yang
Pada abad ke-XI disini terjadi peralihan orientasi Champa China ke India. Ini
kerajaan Funan disini telah menyebabkan masuknya budaya india.Mulai jaman ini
kebudayaan Champa termasuk sistem sosial, keagamaan dan lainnya dipengaruhi oleh
budaya India dan agama hindu dan Bhuda. Pada 939 M muncul kekuatan baru di wilayah
ini yakni Dai-Viet (Kemudian menjadi Vietnam).Mulai saat itu terjadi peperangan yang
menaklukan ibu kota Indrapura dan Raja Champa memindahkannya jauh ke selatan yakni
ke Vijaya.Namun pada 1044 Dai Viet berhasil memasuki kembali kota Vijaya dan
Vietnam yang semakin dapat memperbesar wilayahnya dan mencaplok Champa.Satu kali
Champa pernah kembali kepada kejayaannya namun hanya dalam durasi singkat yaitu
ketika Champa diperintah oleh Che Bong Nga yaitu sekitar tahun 1360-1390.
Setelah penaklukan Champa oleh Le Thanh Tong raja Vietnam Yang menghancurkan
VIjaya pada tahun 1471 dan menghancurkan segala sesuatu sisa-sisa kebudayaan
Champa yang sangat dipengaruhi oleh Agama Hindu dan Bhuda dan menggantikannya
dengan kebudayaan China/Vietnam.Setelah Invasi besar-besaran yang dilakukan Le
Thanh Tong ini kemudian kerajaan Champa yang masih bertahan adalah sisa-sisa
kerajaan Champa dari belahan selatan yakni Kauthara dan panduraga yang diperintah
oleh Bo Tri Tri. Dan kemudian disinilah kerajaan Champa mulai menerima kebudayaan
melayu serta Islam yang masuk melalui pelabuhan Panduranga dan Kauthara, dan
Khalifah ketiga Islam, yang mengirm pertama Muslim resmi utusan ke Vietnam dan
Dinasti Tang Cina di 650. Pedagang Laut Muslim yang dikenal pernah berhenti di
pelabuhan di Kerajaan Champa dalam perjalanan ke China pada awal sejarah Islam
namun, yang bahan bukti pertama dari penyebaran Islam terjadi pada era Dinasti Song,
dokumen dari China yang mencatat bahwa Cham membiasakan diri dengan Islam di
akhir tahun ke-10 dan awal abad ke 11. jumlah pengikut mulai meningkat karena kontak
dengan Kesultanan Malaka meluas pada tahun 1471 pada saat runtuhnya Kerajaan
Champa, tapi Islam tidak akan menjadi agama utama di kalangan Cham sampai
pertengahan abad ke-17.
Kemudian ada juga yang mengatakan Masuknya islam di Champa menurut beberapa
sumber yang dihimpun memiliki beberapa pendapat yaitu:
Pada abad ke 17 ini merupakan puncak islamisasi sendiri ketika masyarakat telah
mengenal budaya-budaya melayu serta islam dan para pedagang dari timur tengah sering
menjadikan pelabuhan-pelabuhan di Champa menjadi tempat persinggahan mereka
sebelum ke China karena jalur perdagangan bangsa arab ke Indochina melewati wilayah
tersebut dan kemudian juga berdagang di wilayah tersebut Setelah itu Raja-Raja Champa
dan para Bangsawan Champa kemudian memeluk Ajaran Islam dan ini memicu orientasi
keagamaan orang Cham dan Pada Saat Aneksasi yaitu penggabungan antara wilayah-
wilayah kekuasaan politi Vietnam orang-orang cham mayoritas telah memeluk Agama
Islam.
Islam dianggap salah sebuah agama daripada beberapa buah agama dan kepercayaan di
Ho Chi Minh dan Vietnam umumnya.Ia kelihatan disamararakan dengan berbagai agama
dan kepercayaan lain.Pemerintah Vietnam lebih menekankan idelogi komunis sebagai
prinsip fundamental mereka dan aspek-aspek keagamaan tidak diberikan penekanan.
Walaupun agama kelihatan tidak dominan, namun Islam diberikan kebebasan untuk
diamalkan sama seperti kepercayaan Buddhisme yang menjadi anutan dan kepercayaan
mayoritas rakyat Vietnam. Bagaimanapun dari segi peruntukan, ia tidaklah berbeda.
Dengan kata-katanya, semua agama dan penganutnya diberikan layanan yang sama.
Perkembangan Islam Di Singapura
Singapura merupakan sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara. Didirikan dan
dibangun pertama kalinya oleh Sir Stamford Raffles pada tahun 1819 untuk dijadikan benteng
dan pelabuhan militer di bawah kekuasaan Inggris. Pada Perang Dunia II sekitar tahun 1942,
Jepang menguasai daerah Asia Timur termasuk Singapura. Tahun 1959 Singapura menjadi
Negara merdeka dan bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun 1963. Akan tetapi
berselang dua tahun kemudian yaitu 1965, Singapura lepas dari Malaysia.
Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia Tenggara,
khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan peneliti sejarah mengatakan
bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari
Cina yang berasal dari Zaman T-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti
yaitu akibat adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mogul pada tahun 1258, berita
Marcopolo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta nisan-nisan kubur Sultan Malik as
Saleh tahun 1292. Adapun Islam datang ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti
perkembangan Islam Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai
pendatang. Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan wilayah Melayu
lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau setidaknnya migran asli atau paling
awal. Pada masa kekuasaan Inggris di Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan
ibadah haji. Robert W. Hefner dalam bukunya yang bejudul Making Modern Muslim: The
Politics of Islamic Education in Southeast Asia, mengatakan bahwa Setelah tahun 1820, jamaah
haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami kebangkitan. Jumlah jemaah haji melonjak
setelah pembukaan Terusan Suez pada bulan November 1869. Pada tahun 1885, meskipun
beberapa Muslim Philiphina dan Kamboja belum mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah
dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu Indonesia sekarang dan Thailand Selatan
melaksanakan haji dalam jumlah yang besar.
Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura sangatlah sedikit
dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang memungkinkan terjadinya masyarakat
Islam minoritas, Pertama, mereka terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang
telah memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi karena perubahan
dan perkembangan geografis dan politik. Pada tahun 1890 migrasi penduduk Cina mencapai
95.400 jiwa per tahun dan meningkat menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam
catatan statistik populasi Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 persentase komponen etnis
berkisar 77% Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain.
Pada sensus yang diadakan tahun 1980 menunjukkan jumlah penduduk Singapura 2.414.000
orang, diantaranya 400.000 orang adalah Muslim. Pada 1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan
420.000 atau 17% penduduk. Dalam sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar 360.000 adalah
Melayu, 34.000 India, 6.000 Cina dan dari lain-lain asal.
Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan penduduk lain di
semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan universitas hanya 2,5% dari jumlah seluruh
lulusan. Persentase Muslim dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat rendah dari rata-rata
nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan seorang Muslim dalam
kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi di bidang hukum dan universitas.
Adapun secara ekonomi, Muslim Singapura berada di antara yang paling miskin. Pemuda-
pemuda Muslim menghadapi banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hanya sebagian kecil
diantara mereka yang dipanggil untuk dinas militer nasional.
Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya gerakan yang didirikan
oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru Singapura. Hal itu ditunjukkan dengan
membentuk Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran
Hukum Islam (The Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh
parlemen Singapura. MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang mengurus masalah
keagamaan dan masyarakat Islam.
Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat Muslim Singapura telah mendirikan sebuah
organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim. Organisasi ini mendirikan Pusat Islam King Faisal
Memorial Hall. Selain itu, organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum.
Organisasi Muslim penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf (Dar-ul-Arqam) yang
merupakan organisasi dakwah utama di Singapura dan mengurus serta membawa Islam lebih
dari 8.000 orang sejak tahun 1982. Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang
dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP)
yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas Muslim dalam pengembangan diri
secara dinamis dan penuh percaya diri dalam konteks berwarga Negara Singapura yang tetap
berpegang teguh kepada warisan kultular dan agamanya.
Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan sejarah dan
perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat keislaman mereka dengan
berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun
meningkat, populasi umat bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau
madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan untuk kemajuan dan
semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan dalam berwarga negara, meskipun masih
kurang dalam berbagai aspek dan diplat sebagai masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan,
kegigihan dan perjuangan mereka sebagai yang minoritas patut kita contoh dan kita ambil
hikmahnya.
Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura tidak dapat diketahui dengan pasti.
Yang jelas pendidikan islam telah ada pada fase awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri.
Pendidikan islam di Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia
Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para ulama tersebut
diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad
Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh
Habib Ali Habsyi (Kwitang Jakarta), Syaikh Anwar Seribandung (Palembang), Syaikh Mustafa
Husain (Purba Baru Tapanuli), Syeikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang) dll. Seperti di
Negara lain, pendidikan agama Islam di Singapura dijalankan mengikuti tradisi dan system
persekolahan modern. System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam berdasarkan sistem
persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di Indonesia.
Saat Negara Singapura termasuk ketat dan cukup keras kepada para aktivis Islam. Mereka tak
segan-segan mendeportasi mahasiswa Islam yang dinilai mempunyai komitmen terhadap
perkembangan dakwah. Aktivitas keislaman di Singapura pun otomatis tidak banyak. Dengan
perkembangan seperti ini, sepertinya Islam di negeri Singa ini tak bisa berkembang terlalu
banyak. Namun bukan berarti orang-orang Islam di sana pun berdiam diri. Hingga azan bisa
berkumandang di Singapura. Perkembangan Islam itu terus menunjukkan peningkatan yang
cukup berarti. Hingga kini, pemeluk Islam di Singapura tercatat sebanyak 15 persen dari jumlah
penduduk keseluruhan (sekitar 650 ribu orang dari 3,5 juta jumlah penduduk keseluruhan).
Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau lebih dikenal sebagai muslim
Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77 persen, dan India 8 persen. Di tengah sistem
kehidupan sekuler yang diterapkan pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu
meningkatkan kualitas diri, agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan zaman.
Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya sendiri. Tidak lagi
di ambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk madrasah ada kotak bernama "Dana
Madrasah". Sedangkan dana masjid diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak
Jumat. Meski juga terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf. Madrasah, masjid, dan
LSM
Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul 08.00 hingga 14.00. Lama
waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan non-madrasah. Agar tidak ketinggalan
dengan kemajuan teknologi, maka di setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan
internet, serta sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas
internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan
modern. Murid dibiasakan dengan teknologi, terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka
diberi waktu dua jam untuk aplikasi dan pemberdayaan internet. Sayangnya, pendidikan Islam
baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah (SMU). Untuk perguruan tingginya hingga
kini belum ada.
Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman. Diskusi ini biasanya
diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid. Dewan pengurus setiap masjid juga
menerbitkan media (majalah dan buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim.
Berbeda dengan di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan
pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern.
Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah pentingnya dalam
upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu potret yang maju dan progresif.
Berbagai LSM Islam yang ada terbukti berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat
muslim.
Menyadari hal ini, pemerintah dan tokoh-tokoh Islam di Singapura mengadakan berbagai
upaya peningkatan berbagai aspek, sehingga pada saat ini masyarakat muslim Singapura sudah
banyak yang berpendidikan formal dan bahkan ada pula yang mendapatkan gelar Ph.D