Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP TAUHID MENURUT PANDANGAN


MU’TAZILAH, AHL AS-SUNNAH WA AL JAMAAH, DAN
WAHABI
(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tauhid, Akhlak, dan Tasawuf)

Disusun oleh:

Tsaqif Irsyad N R (2201026053)


Naufal Ramy (2201026076)
Sauma Wulandari (2201026057)
Khasna Ghina H. (2201026080)

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2022

i
DAFTAR ISI

COVER JUDUL ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
A. Firqoh Mu’tazilah ................................................................................................. 4
1. Sejarah Munculnya Mu’tazilah ....................................................................... 4
2. Ajaran Firqoh Mu’tazilah ................................................................................ 5
3. Ciri-ciri Mu’tazilah ........................................................................................... 7
B. Firqoh Ahl-Sunnah Waljamaah .......................................................................... 7
1. Sejarah Firqohh Ahl Sunnah Wal Jama’ah ................................................... 7
C. Firqoh Wahabi ..................................................................................................... 10
1. Sejarah Firqoh Wahabi .................................................................................. 10
2. Ajaran Wahabi ................................................................................................ 10
3. Ciri-ciri wahabi ............................................................................................... 12
BAB III............................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tauhid merupakan pondasi dasar ajaran agama Islam yang paling penting dan
utama. Tauhid menjadikan umat muslim agar lebih kokoh dalam menjaga
keyakinan dan ketakwaannya kepada Allah Swt. Ilmu tauhid merupakan ilmu yang
mengkaji tentang wujud Allah dari aspek sifat-sifat wajib, jaiz, dan mustahil bagi
Allah dan mengkaji tentang Rasul-rasul Allah yang meliputi kebenaran risalahnya,
sifat yang wajib dan mustahil baginya.1 Tauhid juga dapat disebut dengan istilah
akidah atau aqo’id yang membahas tentang kepercayaan Islam. Melalui ilmu tauhid
umat Islam hendaknya memahami segala aspek tentang ketuhanan, konsep takdir,
dan mempercayai segala yang ghaib.
Ajaran tauhid merupakan ajaran yang dibawa oleh semua utusan Allah. Hal ini
bertujuan agar umat manusia tidak menghamba dan menggantungkan diri
melainkan hanya kepada Allah Swt semata. Sejak zaman kenabian hingga masa
khalifah Umar bin Khattab, ajaran tauhid atau akidah ini bukan menjadi masalah
untuk diperdebatkan masyarakat Islam pada masa itu fokus terhadap pengelolan
dan pengembangan Islam. Masalah yang kerap terjadi adalah terkait dengan
masalah-masalah furu’iyah saja, tidak mengenai ushuliyah akidah. Pada saat itu
keadaan umat cukup mengerti tentang isyarat-isyarat Al-Qur’an dan nash-nashnya.2
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, lambat laun lahir bermacam-macam aliran
ilmu tauhid bahkan terdapat aliran yang bertentangan dengan ajaran tauhid yang
pernah diajarkan oleh Rasulullah. Bukan tanpa alasan, munculnya firqoh-firqoh
atau sekte-sekte dalam ilmu tauhid tersebut dikarenakan munculnya berbagai fitnah
dikalangan umat muslim sehingga menimbulkan perpecahan diantara umat.
Terkait perpecahan umat Islam yang disebabkan lahirnya firqoh-firqoh tersebut,
ternyata Rasulullah sudah mengabarkan dalam kepada umat bahwa umat Islam
akan terpecah belah menjadi 73 firqoh dan hanya satu golongan yang dianggap
benar dan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.3

1 Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Kairo: tt), hlm. 7.


2 Prof. Dr. K.H. Sahilun A. Nasir, M.Pd.I, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Jakarta, hlm. 59.
3
Prof. Dr. K.H. Sahilun A. Nasir, M.Pd.I, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Jakarta, hlm. 64.

1
‫سب ِعينَ مِ لَّة ُك ُّل ُهم‬ َ ‫ق أ ُ َّمتِي‬
َ ‫علَى ث َ ََلث َو‬ ُ ‫سب ِعينَ مِ لَّة َوتَفت َ ِر‬ َ ‫َوإِنَّ بَنِي إِس َرائِي َل تَفَ َّر َقت‬
َ ‫علَى ثِنتَي ِن َو‬
‫ع َلي ِه َوأَصحَابِي‬
َ ‫ّللا َقا َل َما أَنَا‬ِ َّ ‫سو َل‬ َ ‫فِي النَّ ِار إِ َّّل مِ لَّة َواحِ دَة َقالُوا َو َمن ه‬
ُ ‫ِي يَا َر‬

“Sungguh Bani Israil telah terpecah belah diatas 72 millah. Umatku akan
terpecah diatas 73 millah. Semua di neraka kecuali satu millah. Mereka
bertanya: Siapa ya Rasulullah? Nabi bersabda, apa yang aku dan para
sahabatku berada diatasnya.”
Munculnya aliran-aliran atau sekte-sekte ilmu akidah dikalangan
masyarakat saat ini tentu akan menimbulkan berbagai bentuk perdebatan dan
perpecahan diantara umat muslim. Seperti yang terjadi saat ini, tak dapat
dipungkiri lagi perbedaan pendapat mengenai ushuliyah akidah kerap terjadi
dan tak sedikit golongan yang merasa benar sehingga merendahkan saudara
muslim yang lain. Tentunya tak pernah ada ajaran Rasulullah yang
mememrintahkan umatnya untuk saling mencaci dan menghina antara sesama
manusia terlebih saudara sendiri. Oleh karena itu, pemahaman ilmu akidah
yang benar harus ditancapkan di dalam hati setiap umat Islam sehingga, tidak
ada lagi kasus-kasus perpecahan yang disebabkan karena berbeda paham.

B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab munculnya firqoh-firqoh (aliran-aliran) setelah wafatnya
Raulullah Saw.?
2. Bagaimana sejarah munculnya aliran Mu’tazilah, Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah, dan Wahabi?
3. Bagaimana perkembangan aliran Mu’tazilah, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,
dan Wahabi?
4. Apa saja yang menjadi ajaran dalam aliran Mu’tazilah, Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah, dan Wahabi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep aqidah berdasarkan firqoh Mu’tazilah, Ahlus Sunnah
Wal Jama’ah, dan Wahabi.

2
2. Mengetahui perkembangan aliran Mu’tazilah, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,
dan Wahabi.
3. Mengetahui ajaran-ajaran dalam aliran Mu’tazilah, Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah, dan Wahabi.

D. Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan mahasiswa mengenai konsep aqidah berdasarkan
firqoh Mu’tazilah, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, dan Wahabi.
2. Meningkatkan daya intelektual mahasiswa tentang perkembangan aliran
Mu’tazilah, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, dan Wahabi.
3. Menambah pemahaman mahasiswa mengenai ajaran-ajaran dalam aliran
Mu’tazilah, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, dan Wahabi.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Firqoh Mu’tazilah
1. Sejarah Munculnya Mu’tazilah
Istilah Mu’tazilah berasal dari kata i’tazala yang memiliki arti menyisihkan
diri, mengasingkan diri. Sejarah munculnya firqoh mu’tazilah yaitu bermula
dari seorang ulama tabi’in yang terkenal bernama Imam Hasan al-Basri
menyelenggarakan majelis di kota Basrah. Pada suatu kesempatan, Imam
Hasan al-Bashri menjelasakan tentang seorang muslim yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya, tetapi muslim tersebut telah banyak melakukan dosa-
dosa besar dan meninggal sebelum bertobat atas dosa-dosanya tersebut.
Menurut Imam Hasan al-Basri orang tersebut di akhirat kelak akan
mendapatkan hukuman di neraka sesuai apa yang telah diperbuat, setelah masa
hukumannya selesai maka orang tersebut akan dimasukkan kedalam surga
Allah Swt. Namun, terdapat murid dari Imam Hasan al-Basri yang bernama
Wasil bin Atho’ yang berpendapat bahwa orang muslim yang melakukan dosa
besar statusnya adalah bukan kafir dan juga bukan mukmin tetapi, di tingah-
tengahnya. Setelah itu, Wasil bin Atho’ keluar dari majelis Imam Hasan al-
Bashri dan membuat majelis di sudut masjid kota Basrah tersebut yang diikuti
oleh temannya Amr bin ‘Ubaid. Atas kejadian tersebut Imam Hasan al-Basri
mengatakan “Wasil menjauhkan diri dari kita (i’tazala’anna). Hingga pada
saat itulah pengikut Wasil bin Atho’ disebut kamu mu’tazilah.
Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa istilah mu’tazilah telah
muncul sekitar seratus tahun sebelum kejadian Wasil dan Imam Hasan terjadi.
Namun, istilah I’tazala dan Mu’tazilah cenderung kepada nama golongan yang
memisahkan diri dari pertikaian politik yang terjadi pada masa Usman Ibn
Affan dan Ali bin Abi Thalib. Mereka cenderung menjauhkan diri dari
kelompok-kelompok yang bertikai. Dapat diartikan bahwa, munculnya
mu’tazilah pada zaman ini di latarbelakangi oleh masalah politik, yaitu dengan
menampilkan sikap netral dan tidak ikut campur terhadap pertikaian politik

4
Aliran Mu’tazilah berkembang pesat dan menonjolkan akal logika maka
dari itu aliran mu’tazilah lebih dikenal dengan istilah rasionalisme islam.
Golongan mu’tazilah sangat giat mempelajari filsafat Yunani terutama filsafat
plato dan Aristoteles. Aliran ini banyak terpengaruh dari ajaran-ajaran barat
yang berpendapat bahwa Al-Qur’an itu adalah hadits atau Khalqul Qur’an.
Golongan mu’tazilah lebih mengedepankan akal pikiran dan ilmu logika
kemudian baru Al-Qur’an dan hadits. Hal ini berbeda dengan aliran ahli sunnah
wal jama’ah yang mendahulukan Al Quran sebelum akal logika. Ajaran
mu’tazilah tidak mempercayai hal-hal yang diluar akal logika seperti peristiwa
Isra’ dan Mi’raj. Mereka beranggapan bahwa peristiwa tersebut sama sekali
tidak bisa diterima dengan pikiran yang rasional.

2. Ajaran Firqoh Mu’tazilah


Firqoh mu’tazilah memiliki lima prinsip ajaran yaitu:
1. Tauhid
Kaum mu’tazillah memiliki pandangan tersendiri terhadap tauhid dan
mereka menamakan dirinya sebagai ahlul adli wat tauhid. Menurut
mereka Tuhan itu Esa tidak ada yang menyamainya, tidak bisa disifati
dengan sifat-sifat makhluk Tuhan Maha Mengetahui, Berkuasa, Maha
Melihat tetapi tidak seperti orang yang mengetahui, orang yang berkuasa,
dan tidak seperti penglihatan makhluknya. Akan tetapi, kaum mu’tazilah
menganut pendapat yang meniadakan sifat Allah yang Qadim. Dan adanya
istilah istilah tersebut, hingga akhirnya Mu’atthillah menjadi gelar bagi
musuh musuh kaum Mu’tazilah yang dikarenakan telah meniadakan sifat
sifat Allah dan menghilangkannya. Dan dengan istilah ini pula lah
terbentuknya orang orang yang menetapkan adanya sifat sifat tuhan
dengan nama Shifattiyah.

2. Keadilan
Bertanggung jawab merupakan sebuah pondasi manusia atas
perbuatannya. Keburukan berada pada tangan manusia dan Allah tidak
menciptakan perbuatan pada manusia, karena manusia memiliki hati dan

5
akal agar bisa membedakan mana perinah dan larangannya, apa yang
dilarangnya dan apa yang di perintahkannya Allah hanya terikat dengan
kebaikan kebaikan pada kewajibannya dan tidak terikat dengan yang di
larang olehnya atas keburukan keburukannya. Dan demikian pula kaum
Mu’tazilah menolak golongan Jabariyah yang tidak memiliki kebebasan
justru manusia hanya dalam keterpaksaan saja.
Dengan istilah pernyataan tersebut hingga akhirnya manusialah yang
dapat memutuskan perbuatannya sendiri entah baik ataupun buruknya.
Dan dari itulah ia pun berhak dalam meraih pahala ataupun dosa. Dan
Allah pun terbebas dari hal yang jelek, aniaya, dan perbuatan yang di
pandang kemaksiatan atau kekafiran.
Dengan prinsip diatas Mu’tazilah di juluki sebagai Al adhiyah yang
berarti orang orang yang menganut tentang keadilan. Dan karena itu juga
mereka disebut sebgai Qadariyah yang berarti orang orang yang
menentang adanya Qadha dan Qadar dalam hidup ini.

3. Janji dan Ancaman


Dalam ancamannya tuhan menjanjikan pahala dan siksaan bagi yang
melakukannya, maka hal yang baik pastinya akan di balas dengan yang
baik dan apabila hal yang buruk pasti di berikan pula yang setimpal
dengannya. Hanya dengan taubat terhadap dosa yang dia lakukan maka
akan diampuni kesalahannya. Mereka mengatakan: Kesepakatan kaum
Mu’tazilah bahwa seoranh mukmin apabila saat ia wafat dalam keadaan
taubat dan taat, maka dia berhak untuk mendapatkan pahala dan juga
mendapatkan karunia tuhan, akan tetapi jika wafat dalam keadaan tidak
bertaubat terlebih dahulu maka dia akan di tempatkan di alam neraka
selama lamanya, namun siksa yang di terimanya lebih ringan
dibandingkan dengan orang orang kafir. Maka inilah yang di sebut dengan
janji dan ancaman yang telah di tentukan.

6
4. Tempat diantara dua tempat
Washil bin Atho’ memgatakan bahwa orang yang berdosa besar selain
musyrik itu tidak mukmin dan tidak pula kafir, tetapi fasiq. Dan fasiq
terletak diantara iman dan kafir.

5. Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Prinsip ini lebih di terapkan ke dalam hubungannya dengan taklif dan
lapangan fiqih dari pada lapangan tauhid. Permasalahan ayat tentang
perbuatan amal maruf dan nahi munkar, banyak ayat yang
menerangkan tentang permsalahan tersebut dalam Al quran terutama
pada surat Ali Imran ayat 104. Dalam menyiarkan agama islam prinsip
tersebut harus dijlanakan bagi seluruh umat dan turut andil dalam tugas
yang telah di berikan. Mu’tazilah tak segan untuk memilih jalur
kekerasan untuk urusan amar ma’ruf nahi munkar.

3. Ciri-ciri Mu’tazilah
Mu’tazilah memiliki beberapa ciri-ciri diantaranya:
1. Menafikan sifat-sifat Allah.
2. Al-Qur’an tidak bersifat Qodim.
3. Suka berdebat.
4. Menolak adanya takdir.
5. Segala sesuatu yang dilakukan manusia berdasarkan pilihan manusia
sendiri.

B. Firqoh Ahl-Sunnah Waljamaah


1. Sejarah Firqohh Ahl Sunnah Wal Jama’ah
Ahlus Sunnah Wa al-Jama’ah berasal dari kata-kata:
a. Ahl (Ahlun), berarti “golongan” atau “pengikut”.
b. Al-Sunnah berarti “tabiat, perilaku, jalan hidup, perbuatan yang
mencakup ucapan, tindakan, dan ketetapan Rasulullah Saw.
c. Wa, yang berarti “dan” atau “serta”
d. Al-Jama’ah berarti jalan hidup para sahabat.

7
Secara etimologis Ahl Sunnah Wal Jama’ah memiliki arti golongan
yang mengikuti segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan yang
berasal dari Rasulullah Saw. serta mengikuti jalan hidup para sahabat
Rasulullah.
Abu al-Fadl bin al-Syekh ‘Abd. Al-Syakur al Sanuri dalam kitabnya “Al
Kawakib al-Lamma ‘ah fi Tahqiq al-Musamma bi Ahlus Sunnah wa al-
Jamaah” menyatakan bahwa, Ahulus Sunnah Wal Jawamah ialah
golongan yang senantiasa berpegang teguh (commited) mengikuti
Sunnah Rasul Saw. dan petunjuk (tariqah) para sahabatnya, baik dalam
lingkup akidah, ibadah, maupun dalam lingkup akhlak.
Ahlus Sunnah Wal Jamaah senantiasa berpegang teguh kepada Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
Golongan Ahlus Sunnah Wal Jamaah ialah satu-satunya golongan
yang kelak akan selamat dari ancaman neraka. Hal ini ditegaskan
melalui hadis yang berbunyi:
‫فواحدة في الجنة واثنتان‬. ‫ لتفترق أمتى على ثالث وسبعين فرقة‬،‫والذي نفس محمد بيده‬
‫أهل السنة والجماعة‬: ‫مـن هـم يـا رسول هللا؟ قال‬: ‫قيل‬. ‫وسبعون في النار‬
Artinya: "(Rasulullah Saw bersumpah) bahwa demi Dzat yang
menguasai ji Muhammad, sungguh umatku bakal terpecah menjadi 73
golongan Maka yang satu golongan masuk surga, sedangkan yang 72
golongan masuk neraka. Seorang sahabat bertanya: Siapakah
golongan yang masuk surga itu ya Rasulullah? Jawabnya: Yaitu
golongan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah". (HR. Al-Tabrani).
Berdasarkan hadis diatas, umat islam terpecah belah menjadi 73
golongan dan hanya satu golongan yang akan masuk surga yaitu
golongan Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Perkembangan sejarah Ahlus Sunnah Wal Jamaah mulanya masih
bersifat substansial hingga melembaga menjadi sebuah paham. Apabila
ditelisik lebih jauh dari masa Khalifah Abu Bakar ra. sampai masa
kilafah Ali bin Abi Thalib, umat tidak luput dari nuansa perbedaan
paham. Namun, paham-paham yang muncul dan sampai keluar dari
khittah Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Al-Qur’an dan Al-Hadis) pada

8
dasarnya tidak sebanding dengan jumlah mereka yang masih berada
dalam khittahnya. Sampai disini, Batasan substansial paham Ahlus
Sunnah Wal Jamaah masih diikuti oleh golongan terbanyak. Golongan
mayoritas ini memang belum disebut sebagai golongan Ahlus Sunnah
Wal Jamaah. Para ulama menyebutnya dengan istilah yang berbeda-
beda, antara lain:
a. Jumhur al-Ummah al-Islamiyah (mayoritas umat Islam).
b. Jama’iyah (umat terbesar).
c. Al-Sawad al-A’dham (kelompok besar).
d. Al-Salaf al-Salih (para pendahulu yang saleh-saleh).
e. Ahl al-Haq (golongan yang hak/benar).
f. Ahl Al-Hadits
Nama-nama tersebut masih sering digunakan untuk menyebutkan
golongan terbanyak yang tetap berpegang teguh kepada petunjuk naqli
(Al-Qur’an dan al-Sunnah). Selanjutnya, nama-nama tersebut sering
dipergunakan sebagai nama lain dari Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Paham Ahlus Sunnah Wal Jamaah memiliki ruang lingkup yang
meliputi ibadah (fiqh), akhlak (tasawuf), dan aqidah.
1. Aqidah
Pemahaman aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang dicetuskan
oleh al-hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi yaitu aqidah
yang sejalan dan berpegang teguh terhadap petunjuk naqli dan
mempergunakan akal untuk memahami naqli.
2. Fiqh
Dalam masalah fiqh mencakup lingkup secara vertikal seperti
ibadah manusia kepada Allah (sholat, puasa, naik haji, dan
sebagainya), serta dalam lingkup horizontal (muamalah) seperti
hubungan manusia dengan manusia lainnya (jual beli, warisan,
berpolitik, dan lainnya).
3. Tasawuf
Paham Ahlus Sunnah Wal Jamaah mengikuti wacana aklak
(tasawuf) yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Al-Ghazali,

9
Al-Junaidi, dan tokoh-tokoh lain yang sepaham termasuk Abu Yazid
al-Bustami. Wacana mereka sejalan dengan substansi paham Ahlus
Sunnah Wal Jamaah serta diterima dan diikuti oleh mayorigas umat
Islam.
Umat Islam di Indonesia mayoritas mengikuti paham teologi
Ahlus Sunnah Wal Jamaah atau Sunni dan sedikit sekali mereka
yang mengaku berpaham Syi’ah, Liberalisme, dan Radikalisme.

C. Firqoh Wahabi
1. Sejarah Firqoh Wahabi
Dasar-dasar teologi Wahhabi dibangun oleh seorang tokoh abad ke-18
yaitu Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab (w. 1206 H./1792 M.). Muhammad
bin Abdul Wahab sering melakukan peralawatan dan sering berpindah-
pindah dari satu kota ke kota yang lain. Kemudian ia pulang ke tanah
kelahirannya di Uyainah untuk mengajarkan paham-pahamnya. Karena
pahamnya tidak diterima ia kemudian berpindah ke Dar’iyah yang sudah
memeluk ajaran Wahabi, bahkan menjadi pelindung dan penyiarnya.
Gagasan utama ‘Abd al-Wahhab adalah bahwa ummat Islam telah
melakukan kesalahan dengan menyimpang dari jalan Islam yang lurus, dan
hanya dengan kembali ke satu-satunya agama yang benar mereka akan
diterima dan mendapat rida Allah. ‘Abd al-Wahhab hendak membebaskan
Islam dari semua perusakan yang diyakininya telah menggerogoti agama
Islam, yang di antaranya adalah tasawuf, doktrin perantara (tawassul),
rasionalisme, ajaran Syiah, serta banyak praktik lain yang di nilainya
sebagai inovasi bid’ah.

2. Ajaran Wahabi
Ada beberapa isu yang ditekankan sebagai ajarannya yang
membedakannya dengan ajaran gerakan Islam yang lain, yaitu meliputi
masalah tauhid, tawassul, ziarah kubur, takfir, bid’ah, khufarat, ijtihad,
dan taklid.
1. Tauhid

10
Paham Wahabi berpendapat bahwa keesaan Allah ditentukan dalam
tiga bentuk. Pertama, tauhid al-rububiyah, penegasan keesaan Allah
Swt. dan tindakan-Nya: Tuhan sendiri adalah Pencipta, Penyedia, dan
Penentu alam semesta. Kedua, tauhid al-asma’ wa al-sifat (keesaan
nama dan sifat-Nya), yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah Swt.
Ketiga, tauhid al-Ilhiyah, menjelaskan bahwa hanya Allah Swt. yang
berhak disembah.
2. Tawassul
Paham Wahabi menolak keras praktik tawassul. Menurut pandangan
mereka, ibadah harus merujuk ucapan dan tindakan secara lahir dan
batin yang dikehendaki dan diperintahkan Allah Swt. Bahwa meminta
perlindungan kepada pohon, batu, da semacamnya adalah syiruk.
Perantaraan oleh pihak lain tidak dilakukan kecuali seizin Allah Swt.
Kebiasaaan mencari perantara dari orang yang dianggap suci (wali)
yang telah meninggal adalah dilarang. Memohon Nabi menjadi
penghubung kepada Allah Swt. juga tidak dapat diterima.
Wahabi menganggap bahwa banyak orang yang telah mengubah doa
bagi yang dikubur menjadi memanjatkan doa kepada orang yang
dikubur. Pemujaan yang berlebihan terhadap jasad orang yang terkenal
sebagai wali merupakan pintu gerbang dari kesyirikan. Menurut wahabi,
untuk menghilangkan tradisi seperti ini harus dihilangkan dengan cara
memusnahkan makam-makam orang yang yang dianggap suci, dan
mereka memandang orang Islam yang masih melakukan kesyirikan
adalah orang kafir dan harus dibunuh.

3. Bid’ah
Wahabi berpendapat bid’ah adalah setiap ajaran atau tindakan yang
tidak didasarkan pada Al-Qur’an, Sunnah Nabi, atau ketetapan Sahabat
Nabi. Muhammad Ibn ‘Abd Wahab menyalahkan semua bentuk bid’ah
dan menolak pendapat orang-orang yang mengatakan “Bid’ah bisa jadi
baik atau patut dipuji (bid’ah hasanah). Wahabi memandang tindakan-
tindakan seperti memperingati kelahiran Nabi, ber-tawassul, membaca

11
Al-Fatihah atas nama pendiri tarekat sufi sesudah melaksankan sholat
adalah perbuatan bid’ah.
4. Ijtihad dan Taqlid
Menurut pendapat paham Wahabi, Allah memerintahkan untuk
mematuhi-Nya dan mengikuti Rasulullah. Wahabi menolak adanya
ijtihad dari empat imam mazhab. Mereka beranggapan bahwa tidak
sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Meskipun paham wahabi
mengikuti mazhab Hambali, mereka tidak menerima pandangan-
pandangannya sebagai jawaban yang final. Apabila terdapat tafsiran
mazhab Hambali terbukti salah maka mereka akan meninggalkannya.

3. Ciri-ciri wahabi
1. Meninggalkan Qunut
Ciri-ciri aliran Wahabi pertama adalah meninggalkan bacaan
Qunut. Namun, tidak semua orang yang meningglakan Qunut
sebagai Wahabi. Wahabi adalah umat yang menyerupakan Allah
dengan makhluk-Nya dan mensifatkan-Nya dengan anggota tubuh
maka tidak diragukan lagi mereka adalah seorang berpaham
Wahabi.
2. Orang yang sering mengkafirkan umat Islam yang bertawassul
Orang dengan paham Wahabi mereka sering mengkafirkan umat
Islam yang bertawassul dengan Rasulullah Saw dan menghalalkan
darah serta harta mereka.
3. Menganggap bahwa taqlid kepada Imam mazhab adalah kesyirikan
4. Mengharamkan pembacaan Al-Qur’an kepada orang yang telah
meninggal.
5. Menolak ziarah kubur

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat banyak sekali aliran-aliran (firqoh) dalam Islam. Seperti yang
sudah digambarkan dalam hadits Nabi, bahwa umat Islam akan terpecah belah
menjadi 73 golongan dan hanya satu golongan yang selamat dari api neraka yaitu
golongan yang berpegang teguh terhadap Sunnah Nabi Muhammad dan
ketetapan para sahabat.
Begitu penting untuk mempelajari mengenai aliran-aliran aqidah dalam
Islam agar tidak salah jalan dan terperangkap oleh aliran-aliran yang jauh dari
ketentuan Islam. Sebagai umat Islam tentunya ingin memasuki surga-Nya, untuk
itu sangat penting mengetahui ajaran-ajaran yang benar dan sesuai dengan
tuntunan Nabi Muhammad Saw.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nasir, A. Sahilun, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Depok: PT Raja


Grafindo Persada, 2020.

Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta: Universitas Indonesia Press.


1986.
Yuyu, Krisdiyansah. Arif Rahman Hakim, Ajaran Pokok Mu’tazilah dan
Pengaruhnya Pada Kejayaan Umat Islam Zaman Klasik, DOI:
10.32534/amfv.4ail.2671.

Rohidin, Mu’tazilah dan Sejarah Perkembangannya, 2018, DOI:


10.29300/jpkth.v712.1595.

14

Anda mungkin juga menyukai