MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Tafsir Modern dan
Kontemporer yang diampu oleh Bapak Dr. Afifullah, M. Sc.
Oleh:
Kelompok 10
MEI 2023
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menaruh perhatian yang besar terhadap persoalan-persoalan
perempuan. Buktinya di dalam Al-Qur’an persoalan-persoalan perempuan
dibicarakan di berbagai surat dan ayatnya. Pembicaraan tersebut menyangkut
berbagai sisi kehidupan perempuan. Ada surat dan ayat Al-Qur’an yang
berbicara tentang asal kejadian perempuan, hak dan kewajiban perempuan dan
keistimewaan-keistimewaan tokoh-tokoh perempuan dalam sejarah agama
atau kemanusiaan. Dalam QS. al-Nisā’ (4): 1, Allah Swt. menegaskan bahwa
perempuan adalah satu unsur di antara dua unsur, laki-laki dan perempuan,
yang mengembangbiakkan manusia. Artinya secara normatif Al-Qur’an
memihak pada kesamaan status antara perempuan dan laki-laki. Namun
secara kontekstual Al-Qur’an memang menyatakan adanya kelebihan tertentu
laki-laki daripada perempuan. Misalnya dalam surat al-Nisā’ ayat 34 Allah
Swt. menyatakan, lelaki adalah pemimpin bagi perempuan. Akan tetapi,
dengan mengabaikan konteksnya, melalui penafsiran-penafsiran terhadap surat
al-Nisa’ para mufassir justru berusaha memberi status lebih unggul bagi laki-
laki secara normatif. Model penafsiran para mufassir tersebut tentu saja sangat
merisaukan banyak orang terutama kalangan feminis Muslim.1
Sejak sepuluh tahun terakhir kata gender telah memasuki
pembendaharaan disetiap diskusi dan tulisan sekitar perubahan sosial dan
pembangunan dunia ketiga. Demikian juga di Indonesia, hampir semua uraian
tentang program pengembangan masyarakat maupun pembangunan
dikalangan organisasi non pemerintah diperbincangkan masalah gender.
Untuk memahami konsep gender harus dibedakan antara kata gender dengan
kata seks (jenis kelamin). Sejarah perbedaan gender (gender differences)
antara manusia jenis laki–laki dan perempuan terjadi melalui proses yang
sangat panjang. Oleh karena itu, terbentuknya perbedaan–perbedaan gender
dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat
1
Asghar Ali Enginer, Hak-Hak Perempuan dalam Islam. Terj. Farid Wajdi dan Cici Farkha
Assegaf (Yogyakarta: LSPPA Yayasan Prakarsa, 1994), 61.
bahkan dikontruksi secara sosial atau kultural, melalui ajaran agama maupun
negara.2
Perbedaan–perbedaan gender tersebut kadang kala menimbulkan suatu
ketidakadilan. Ketidakadilan terhadap perempuan sudah sejak lama terjadi.
Mungkin sejalan dengan usia manusia itu sendiri. Memandang rendah
perempuan, menjadikan sebagai pelengkap bagi kehidupan bagi laki–laki
adalah hal yang sudah membiasa dalam kehidupan perempuan. Bahkan dari
waktu ke waktu ketidakadilan tersebut semakin menunjukkan eksistensinya
dalam kehidupan masyarakat, menunggu sentuhan kemanusian untuk
memperbaiki pandangan yang kurang memanusiakan perempuan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sketsa kehidupan Amina Wadud?
2. Bagaimana tafsir gender Amina Wadud?
3. Bagaimana sketsa kehidupan Riffat Hasan?
4. Bagaimana tafsir gender Riffat Hasan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sketsa kehidupan Amina Wadud
2. Untuk memahami tafsir gender Amina Wadud
3. Untuk mengetahui sketsa kehidupan Riffat Hasan
4. Untuk memahami tafsir gender Riffat Hasan
2
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,1996), 7.
BAB II
PEMBAHASAN
5
Mutrofin, “Kesetaraan Gender,” 241-243.
Dalam hal ini, metodologi yang digunakan oleh Riffat tentu tidak
kosong dari latar belakangnya. Riffat yang mana telah di sebutkan sebelumya
di poin biografi, ia berusaha untuk menggugat sistem patriarki yang telah
mengakar di lingkungan kehidupannya. Salah satu usahanya adalah untuk
menafsirkan ulang Al-Qur’an yang mana selama ini dipandang mengandung
banyak bias-bias patriarki. Dengan ini, untuk melakukan penafsirannya, ia pun
merekontruksi metodologinya. Untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
selama ini mengandung bias-biaspatriarki, ia menawarkan metodenya yaitu
historis-kritis-kontekstual. Aplikasi dari metode ini terdiri dari beberapa cara
sebagai berikut: pertama, memeriksa kebenaran makna kata atau bahasa,
dengan cara menelusuri sejarah akar kata yang sesuai dengan konteks di mana
kata itu dikemukakan. Kedua, melakukan pengujian terhadap produk-produk
tafsir yang telah ada dari sisi konsistensi filosofisnya. Ketiga, menggunakan
prinsip etis yang mendasarkan pada prinsip keadilan yang merupakan bagian
dari kepercayaan bahwa Tuhan Maha Adil.6
Menurut Riffat Hasan, adanya diskriminasi dan segala macam bentuk
ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan dalam lingkungan umat
Islam berakar dari pemahaman yang ‘keliru’ dan bias patriarkhi terhadap
sumber ajaran Islam, yaitu kitab suci Al-Qur’an. Oleh sebab itu, dia
menyerukan perlunya dilakukan dekonstruksi pemikiran teologis tentang
perempuan, terutama mengenai konsep penciptaan Hawa sebagai perempuan
pertama.
11
Mutrofin, “Kesetaraan Gender,” 239-240.
12
Muhammad Amin Fathih dan Fikri Al-Fadani, “Pemikiran Amina Wadud Tentang Pendekatan
Hermeneutika Untuk Gerakan Gender,” Zawiyah 8, no 2 (Desember, 2022): 11-12.
pertama, Dalam konteks apa ayat tersebut diturunkan. Kedua¸ Bagaimana
komposisi gramatika yang ada dalam ayat tersebut (terkait dengan
pengungkapan dan yang dikatakan). Ketiga, Bagaimana pandangan dunia
terhadap ayat tersebut secara menyeluruh. Menurut Amina Wadud jika
penafsir dalam pembacaan teks dapat menghubungkan ketiga aspek tersebut
menjadi satu kesatuan, maka akan lebih meminimalisir terhadap
kesubjektifitasan para penafsir terhadap ayat yang di tafsirkannya dan lebih
mendekatkan kebenaran dalam memahami pesan yang dimaksud dalam ayat
tersebut).
Selain aspek-aspek yang ada di atas, prior texts (latar belakang,
persepsi dan kondisi) menjadi faktor penting bagi penafsir, terutama dalam
kerangka metode tafsir yang digunakan Amina Wadud. Prior texts memiliki
andil besar dalam memberikan cakupan yang sangat luas bagi penafsiran,
sehingga tidak menimbulkan anggapan bahwa tafsir tertentulah yang lebih
benar dibandingkan tafsir lainnya, karena hal ituakan membatasi lingkup
dalam memahami makna ayat secara luas.13
Akar permasalahan ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan, menurut
Wadud, adalah dari penciptaan manusia. Pendapat yang berkembang di
masyarakat saat ini adalah bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk
laki-laki. Konsekuensi dari pendapat ini adalah bahwa asal usul perempuan
berbeda dengan laki-laki. Jika laki-laki diyakini berasal dari sumber yang
pertama kali diciptakan oleh Tuhan yakni tanah (saripati tanah), sedangkan
perempuan tidak. Konsekuensi ini muncul karena perempuan diciptakan dari
sumber yang tidak sempurna pula yaitu bagian dari laki-laki. Dengan kata
lain, penciptaan perempuan sangat tergantung pada penciptaan laki-laki. Jika
laki-laki tidak atau belum diciptakan oleh Tuhan, maka perempuan tidak akan
pernah pula tercipta.
Pendapat seperti yang dijelaskan di atas bukanlah muncul dengan tiba-tiba
atau tanpa dasar sama sekali. Salah satu dasar yang paling kuat yang
dimunculkan oleh pendukung pendapat ini adalah ayat QS. al-Nisa (4): 1.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa awalnya Tuhan menciptakan laki-laki
13
Muhammad Amin Fathih dan Fikri Al-Fadani, “Pemikiran Amina,” 12-13.
dari sumber yang satu, kemudian baru diciptakan perempuan dari sumber
(bagian) dari diri laki-laki.
Secara rinci Wadud membahas ayat tersebut dengan analisis teks
(komposisi bahasa) terlebih dahulu. Dia melakukan analisis secara mendalam
terhadap kata kunci dalam ayat tersebut, terutama nafs dan zawj. Kata nafs
(yang diartikan denga diri), secara konseptual, menurut Wadud, mengandung
makna yang netral, tidak mengacu kepada jenis kelamin. Jadi bisa digunakan
untuk laki-laki atau perempuan. Dia menegaskan bahwa dalam catatan Al-
Qur’an tentang penciptaan, Tuhan tidak pernah merencanakan untuk memulai
penciptaan–Nya berdasarkan jenis kelamin. Pemahaman yang netral
sepertinya telah terabaikan selama ini, sehingga memberikan implikasi yang
tidak setara terhadap asal usul penciptaan laki-laki dan perempuan.14
14
Irsyadunnas, “Tafsir Ayat-Ayat Gender Ala Amina Wadud Perspektif Hermeneutika Gadamer,”
Musawa 14, n0. 2 (Juli, 2015): 131-133.
secara biologis semata-mata adalah untuk menjalankan fungsi masing-masing
sebagai unsur pasangan yang saling melengkapi.15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya sedikit penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Riffat adalah seorang feminis Muslimah yang berasal dari keluarga
sayyid di Lahore, sebuah kota tua di negara Islam Pakistan pada
tahun 1943, meskipun tanggalnya tidak diketahui secara pasti.
15
Irsyadunnas, “Tafsir Ayat-Ayat Gender,” 133.
Keluarganya merupakan keluarga terkemuka yang sangat dihormati
di kota tersebut, bersama lima saudara laki-laki dan tiga saudara
perempuan.
2. Metodologi yang digunakan oleh Riffat tentu tidak kosong dari latar
belakangnya. Riffat yang mana telah di sebutkan sebelumya di poin
biografi, ia berusaha untuk menggugat sistem patriarki yang telah
mengakar di lingkungan kehidupannya. Salah satu usahanya adalah
untuk menafsirkan ulang Al-Qur’an yang mana selama ini dipandang
mengandung banyak bias-bias patriarki.
3. Amina Wadud memiliki nama panjang Amina Wadud Muhsin. Ia
adalah salah seorang tokoh feminis Muslimah kontroversial yang
lahir di Bethesda, Maryland Amerika Serikat pada 25 September
1952. Ayahnya adalah seorang penganut Methodist dan ibunya
keturunan budak Berber, Arab, dan Afrika pada kurun ke-8 Masehi.
Wadud memeluk Islam pada tahun 1972.6 Wadud janda dengan lima
anak, dua laki-laki dan tiga perempuan.
4. Amina Wadud memiliki metode penafsiran tersendiri dengan
berlandaskan kerangka pemikiran Fazlur Rahman, seorang tokoh
perintis tafsir kontekstual. Amina Wadud menyatakan bahwa dalam
upaya menjaga relevansinya dengan manusia, Al-Qur’an harus tetap
ditafsirkan secara terus menerus sesuai dengan konteks yang ada.
Dalam kaitannya ini ia menawarkan penafsiran Al-Qur’an dengan
pendekatan konteks hermeneutik, sebagaimana yang digagas oleh
Fazlur Rahman. Gagasan teori pemikiran Amina Wadud dirumuskan
pada metode pendekatan yang disebutnya dengan hermeneutika
tauhid, yang berangkat pada asumsi bahwa laki-laki dan perempuan
dalam fitrah penciptaannya sama.
B. Saran
Dengan adanya sedikit penjelasan di atas, kami mengharap kepada
seluruh pembaca yang budiman untuk membaca dengan seksama dan
memahami secara betul. Selain itu pemakalah yang statusnya juga manusia
tidak akan luput dari kesalahan. Jika terdapat banyak kesalahan kami mohon
maaf dan kami dengan senang hati menerima masukan dan kritik konstruktif
sebagai pembelajaran bagi kami untuk lebih baik lagi dalam pembuatan
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA