Anda di halaman 1dari 32

HADITS TENTANG LARANGAN BERMUKA DUA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis Maudhu’i
Dosen Pengampu: Bapak Jamal Abd Nasir Lc., M.Th.I.

Oleh:
MOH. TAUFIQ

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan


rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Selawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad saw. yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju ke alam
yang penuh keilmuan seperti yang kita rasakan saat ini. Dan tak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jamal Abd Nasir Lc., M.Th.I. selaku
dosen pengampu mata kuliah Hadits Maudhu’i.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Maudhu’i
yang berjudul “Hadits Larangan bermuka dua”.
Selanjutnya, sebagai karya manusia, tentu makalah ini akan memiliki
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya atas segala kesalahan di dalam makalah ini, dan penulis sangat
mengharapkan tegur sapa dari pembaca sekalian.

Pamekasan, 27 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………........1
C. Tujuan Masalah………………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teks dan Terjemahan Hadits Larangan Bermuka Dua…………………………..………3
B. Kualitas Hadits Larangan Bermuka Dua………………………………………..……….3
C. Asbab al-Wurud Hadits Larangan Bermuka Dua……………………………………...12
D. Definisi dan Tanda-Tanda Orang Bermuka Dua……………………………………….12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….19
B. Saran..............……………………………………………………………………….19
DAFTAR PUSTAKA.…………………………………………………………………… 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana kehidupan yang sering kita jumpai dengan berbagai macam sifat
yang terdapat pada diri seorang manusia yang terus mengalami perkembangan sesuai
fenomena dan eksitensi dalam diri seseorang maupun lingkungan sehingga
terbentuknya suatu karakter mulai dari potensi dasar yang dimilikinya sejak lahir.
Sampai terwujudnya suatu karakter yang mana akan tampil saat seorang bermulai
berinterksi dengan lawan bicaranya, perlu kita ketahui sifat seorang saat berbicara. Ialah
saat mereka mulai berbicara dengan lawan bicaranya namun tak sesuai dengan
perilakunya yang tidak lain halnya berbalik dengan cara bicaranya. Kebanyakan orang
tanpa mereka sadari saat berbicara mengatakan setuju dengan mudahnya dalam hati
mengingkarinya. Ada pula saat mereka berjanji dan dilain waktu meraka
mengingkarinya tidak lain halnya mereka ini kerap memiliki predikat munafik dimata
orang lain dan Agama. 1
Seseorang memiliki karakter masing-masing yang telah di bawanya sejak lahir
hingga setiap orang tanpa ia sadari memiliki karakter yang bermacam. Sebagai umat
Rasullah SAW. Telah di peringati dengan berbagai risalahnya agar dapat memilah mana
yang baik dan yang buruk bagi umat manusia. Sedangkan Rasullah telah memberikan
gambaran orang-orang yang akan masuk surga di sisi Allah dan masuk neraka dengan
mendapatkan sisksaan dari Allah, Al-Qur`an pun telah menjelaskan bahwasannya
seorang yang munafik ini akan berpecah belah diantaranya, orang yang bermuka dua
tidak pernah sadar akan apa yang telah mereka perbuat atau terkadang dengan sengaja
mereka lakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teks dan Terjemahan Hadits Larangan Bermuka Dua?
2. Bagaimana Kualitas Hadits Larangan Bermuka Dua?
3. Apa Definisi dan Tanda-Tanda Bermuka Dua?

1
Iril Admizal, “Strategi Menghadapi Orang Munafik Menurut Al-Qur`an”, al-Quds Jurnal Al-Qur’an
dan Hadis, vol 2, no 1, 2018. 63.
1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Teks dan Terjemahan Hadits Larangan Bermuka Dua
2. Untuk mengetahui Kualitas Hadits Larangan Bermuka Dua
3. Untuk mengetahui Definisi dan Tanda-Tanda Bermuka Dua

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teks dan Terjemahan Hadits Larangan Bermuka Dua

‫ َع ِن‬،ِ‫ َع ْن أَبِي الزنَاد‬، ٍ‫قَ َرأْتُ َعلَى َمالِك‬: ‫َحدَّثَنَا يَ ْحيَى ْبنُ يَ ْحيَى قَا َل‬
،‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى للاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ أَ َّن َر‬،َ‫ َع ْن أَبِي ه َُري َْرة‬،‫ج‬
َ ِ‫سو َل للا‬ ِ ‫ْالع َْر‬
‫ الَّذِي يَأْتِي َهؤ َُل ِء‬،‫ ذَا ْال َو ْج َهي ِْن‬،‫اس‬
ِ َّ‫إِ َّن ِم ْن شَر الن‬: ‫قَا َل‬
(‫ َو َهؤ َُل ِء ِب َو ْج ٍه) رواه مسلم‬،ٍ‫ِب َو ْجه‬
“Yahyā bin Yahyā telah memberitahukan kepada kami, beliau berkata: Saya telah
membaca atas Mālik, dari Abî Zinād, dari al-A’raj, dari Abî Hurairah, sesungguhnya
Rasulullah saw. Bersabda: Seburuk-buruk manusia adalah Dzul-wajhain2(orang yang
bermuka dua), yaitu orang yang ketika di tengah sekelompok orang, ia menampakkan
suatu wajah, namun di tengah sekelompok orang lain, ia menampakkan wajah yang
lain”.(HR. Muslim).2
B. Kualitas Hadis
1. Takhrij Hadis
a) Shohih Bukhari no.6643

‫ب َع ْن ِع َراكٍ َع ْن أَ ِبي ه َُري َْرةَ أَ َّنهُ َس ِم َع‬ ٍ ‫ْث َع ْن َي ِزيدَ ب ِْن أَ ِبي َح ِبي‬ ُ ‫َحدَّثَنَا قُتَ ْي َبةُ َحدَّثَنَا اللَّي‬
‫اس ذُو ْال َو ْج َهي ِْن َّال ِذي َيأْ ِتي هَؤُ َل ِء ِب َو ْج ٍه‬
ِ ‫سلَّ َم يَقُو ُل ِإ َّن ش ََّر ال َّن‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫ّللا‬ ُ ‫َر‬
َ ‫َوه‬
)‫َؤُل ِء ِب َو ْج ٍه)رواالبخاري‬
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami al- Laits,
dari Yazid bin Abi Habib, dari ‘Irak, dari Abi Hurairah, sesungguhnya beliau mendengar
dari Rasulullah saw. Lalu Rasulullah bersabda: ”sesungguhnya Seburuk-buruk manusia
adalah Dzul-wajhain (orang yang bermuka dua), yaitu orang yang ketika di tengah
sekelompok orang, ia menampakkan suatu wajah, namun di tengah sekelompok orang
lain, ia menampakkan wajah yang lain. (HR. Bukhārî).3
b) Sunan Abu Dawud

2
Abū Al-Hasan Muslim bin Hajjāj, " Sahih Muslim", No. 2526 (Riyāḍ: Dār Ṭaybaḥ lĭ An-Nasyri wa At-
Tauzĭ’i, 1426 H), 1231.
3
Muhammad bin Ismail Abu ‘Abdillah al-Bukhari al-Ja’fi, “Sahih Bukhari”, vol. 3, no.6643 (Beirut: Dār al-
Tauq al-Najah, 2001).

3
َّ ‫ص َّلى‬
ُ‫ّللا‬ َ ‫ج َع ْن أَ ِبي ه َُري َْرةَ أَ َّن ال َّن ِب َّي‬
ِ ‫الزنَا ِد َع ْن ْال َع َْر‬ِ ‫س ْف َيانُ َع ْن أَ ِبي‬
ُ ‫سدَّد َحدَّثَنَا‬َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
َ ‫اس ذُو ْال َو ْج َهي ِْن الَّذِي َيأْ ِتي َهؤ َُل ِء بِ َو ْج ٍه َوه‬
‫َؤُل ِء بِ َو ْج ٍه‬ ِ َّ‫سلَّ َم َقا َل˸ ِم ْن ش َِر الن‬
َ ‫َعلَ ْي ِه َو‬
Telah menceritakan kepada kami Musaddad, Telah menceritakan kepada kami
Sufyan, dari Abi Zinad, dari al-A’raj, dari Abi Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw.
Bersabda: “Seburuk-buruk manusia adalah Dzul-wajhain (orang yang bermuka dua),
yaitu orang yang ketika di tengah sekelompok orang, ia menampakkan suatu wajah,
namun di tengah sekelompok orang lain, ia menampakkan wajah yang lain”.(HR. Abu
Dawud).4
c. Sunan Tirmidzi no. 1948

ُ ‫ح َع ْن أَ ِبي ه َُري َْرةَ قَا َل قَا َل َر‬


َّ ‫سو ُل‬
ِ‫ّللا‬ َ ‫َحدَّثَنَا َهنَّاد َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَةَ َع ْن ْال َ ْع َم ِش َع ْن أَ ِبي‬
ٍ ‫صا ِل‬
‫ّللاِ يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة ذَا ْال َو ْج َهي ِْن‬ ِ َّ‫سلَّ َم إِ َّن ِم ْن ش َِر الن‬
َّ َ‫اس ِع ْند‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ
Telah menceritakan kepada kami Hannād, telah menceritakan kepada kami Abu
Mu’āwiyah, dari A’masy, dari Abî Shālih, dari Abî Hurairah ia berkata. Rasulullah saw.
bersabda: “Sesungguhnya manusia paling buruk di sisi Allah kelak pada hari kiamat adalah

seorang yang bermuka dua”.(HR. Tirmidzi).5

d. Musnad Ahmad no. 7724

ُ‫ب َع ْن ِع َراكٍ َع ْن أَبِي ه َُري َْرةَ أَنَّه‬ٍ ‫َحدَّثَنَا هَا ِشم َحدَّثَنَا لَيْث َحدَّثَنِي يَ ِزيد ُ ْبنُ أَبِي َحبِي‬
‫اس ذُو ْال َو ْج َهي ِْن يَأْتِي َهؤ َُل ِء‬ ِ َّ‫سلَّ َم يَقُو ُل إِ َّن ش ََّر الن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫ّللا‬ ُ ‫س ِم َع َر‬
َ
‫بِ َو ْج ٍه َو َهؤ َُل ِء بِ َو ْج ٍه‬
Telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Laits,
Telah menceritakan kepadaku Yazîd bin Abî Habîb, dari ‘Irāk, dari Abî Hurairah,
sesungguhnya beliau mendengar dari Rasulullah saw. Lalu Rasulullah bersabda:
”sesungguhnya Seburuk-buruk manusia adalah Dzul-wajhain (orang yang bermuka dua),
yaitu orang yang ketika di tengah sekelompok orang, ia menampakkan suatu wajah, namun

di tengah sekelompok orang lain, ia menampakkan wajah yang lain. (HR. Ahmad).6
2. Skema Sanad

4
Abū Daūd, “Sunan Abū Daūd” (Beirūt: Dār Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 1416 H), 206.
5
Muhammad bin Isa bin Surah bin Musa al-Dahhak al-Tirmidzi,”Sunan al-Tirmidzi”, vol.3 (Mesir: Syarikah
Maktabah wa Mathba’ah Mustafa al-Babi al- Halabi, 1975), 602.
6
Ahmad bin Hanbal, “Musnad Imam Ahmad bin Hanbal” No. 7724 (Riyāḍ: Dārussalām, 1434 H), 276.

4
a. Skema sanad yang diriwayatkan Imam Muslim

Rasulullah Saw.

Abdur Rahman bin Sakhr(W. 57 H)

Abdur Rahman bin Hurmuz(W. 117 H)

bin Dzakwan Abu Az- Abdullah Zanad(W. 130 H)

Malik bin Anas bin malik(W. 174 H)

Yahya Ibn Yahya( W. 226 H)

Al-Imam Abul Husain Muslim bin Al-Hallaj Al-Qusyairi Al-Nasaiburi (w.261 H)

3. Kritik Sanad
a. Biografi Perawi
1. Abdur Rahman bin Shakr 7
 Nama : Abdur Rahman bin Shakr
 Kalangan : Shahabat
 Kuniyah : Abu Hurairah
 Negeri semasa hidup: Madinah

7
Yusuf al-Mizzi, Tahzîb al-Kamāl fi asma’ al-Rijāl ( Beirut: Muassasah ar-Risālah, 1408 H). Juz 17, hal.
184.

5
 Wafat : 57 H
Adapun komentar Ulama’ terhadap beliau adalah:
Ulama’ Komentar

Ibnu Hajar al-‘Asqalani Shahabat

b. Guru dan Murid


Periwayat Guru Murid
Abdur Rahman bin Nabi Saw, Usamah bin Basyir bin Lahiq, Ja’far
Sakhr8 Haritsah, Umar bin bin Birqan, Syaiban bin
Khattab, Fadhal bin Abdurrahman,
Abbas, Ka’ab al-Akhbar, Abdurrahman bin
Abu Bakar Ash-Shiddiq, Hurmuz, Tholhah bin
Aisyah RA, Basyroh bin Zaid, Qais bin Rabi’, Abd
Abi Bashroh al-Ghifary. al-Ghaffar bin Qasim.

2. Abdur Rahman bin Hurmuz9


 Nama : Abdur Rahman bin Hurmuz
 Kalangan :Tabi’in Peretengahan
 Kuniyah : Abu Daud
 Negeri semasa hidup: Madinah
 Wafat : 117 H

Adapun komentar Ulama’ terhadap beliau adalah:

Ulama’ Komentar
Muhammad Ibn Sa’id Ṡiqaḥ
Ali Ibn al-Madini Ṡiqaḥ
Ahmad bin Abdullah Al- ‘Ijli Ṡiqaḥ
Abu-Zur’ah Ṡiqaḥ
Guru dan Murid

8
Ibn Hajar al-Asqalānî, “Tahdzîb at Tahdzîb”, Jilid 5 ( Kairo: Dār al-Islāmy, 1414H), 230.
9
Yusuf al-Mizzi, Tahzîb al-Kamāl fi asma’ al-Rijāl, hal. 467.

6
Periwayat Guru Murid
Abdurrahman bin Usaid bin Rafi’ bin Asid bin Yazid, Ja’far bin
Hurmuz10 Khodij, asy’ats bin Ishaq Rubai’ah, Harits bin
bin Abi Waqqas, Abi Abdurrahman, Sofwan
Sa’id al-Khudri, Abi bin Sulaim, Abdullah bin
Salamah bin Hasan, Abdullah bin
Abdurrahman bin ‘Auf, Dzakwan, Abdullah bin
Abi ‘Ubaidah bin Sa’id, Abdukkah bin
Abdillah bin Zam’ah, ‘iyasy, Abdullah bin al-
Abu Hurairah. Fadhl.
3. Abdullah bin Dzakwan11
 Nama : Abdullah bin Dzakwan
 Kalangan : Tabi’in Biasa
 Kuniyah : Abu Abdur Rahman
 Negeri semasa hidup: Madinah
 Wafat :130 H

Adapun komentar Ulama’ terhadap beliau adalah:

Ulama’ Komentar
Ahmad bin Hambal Ṡiqaḥ
Abu-Zur’ah Ṡiqaḥ
Yahya bin Ma’in Ṡiqaḥ
Al- ‘ijli Ṡiqaḥ
Abu Hatim Ṡiqaḥ, Faqîh, shālihul Hadîts,
Shāhibu Sunnah
Muhammad Ibn Sa’id Ṡiqaḥ
An-Nasa’i Ṡiqaḥ
Ibn Hibban Di sebutkan dalam kitab ats-Siqqāt
Guru dan Murid

10
Ibn Hajar al-Asqalānî, “Tahdzîb at Tahdzîb”, Jilid 6 ( Kairo: Dār al-Islāmy, 1414H), 230. hal. 290.
11
Yusuf al-Mizzi, Tahzîb al-Kamāl fi asma’ al-Rijāl, juz 14, hal. 476.

7
Abdullah bin Dzakwan12 Aban bin Utsman, As’ad Abdurrahman bin Ishaq,
bin Sahl, Anas bin Malik, Abdurrahman bin Abi az-
Kharijah bin Zaid, Sa’id Zinad, Abdul Wahab bin
bin al-Mutsayyib, Bukht, Ubaidillah bin
Sulaiman bin Yasar, Umar, Isa bin Abi Isa,
Thalhah bin Abdullah
Al-Laits bin Sa’d, Malik
Abdullah bin Ja’far, bin Anas, Muhammad bin
Ishaq, Muhammad bin
Abdullah bin Niyar,
Abdullah, Muhammad bin
Abdurrahman bin Jarhad, Ajlan.
Abdurrahman bin

Hurmuz.
4. Malik bin Anas bin Malik13
 Nama : Malik bin Anas binMalik
 Kalangan : Tabiut Tabi’in kalangan tua
 Kuniyah : Abu Abdillah
 Negeri semasa hidup: Madinah
 Wafat :174
Adapun komentar Ulama terhadap beliau adalah:

Ulama’ Komentar
sufyan bin ‘Uyainah Ṡiqaḥ
Muhammad bin Sa’id Ṡiqaḥ, Ma’mun, Tsabt, Wara’, Faqih,
Alim, Hujjah
Yahya bin Ma’in Ṡiqaḥ
Harits bin Miskin Tsabt
Amr bi ‘Ali Ṡiqaḥ
Abdur rahman bin Yusuf Ṡiqaḥ
Ibn Hibban Disebutkan dalam kitab Ats-Tsiqqāt
Al-‘ijli Ṡiqaḥ
Guru dan Murid
Periwayat Guru Murid

12
Ibn Hajar al-Asqalānî, “Tahdzîb at Tahdzîb”,....hal. 203.
13
Yusuf al-Mizzi, Tahzîb al-Kamāl....,Juz 27, hal. 91.
8
Malik bin Anas bin Malik 14 Sholeh bin Kaisan, Yahya bin Ibrahim,
Sofwan bin Sulaim, Yahya bin Ayyub, Yahya
Shaifi Maula Abi Ayyub, bin Zakariya, Yahya bin
Dhamrah bin Sa’id, Sa’id, Yahya bin
Thalhah bin Abdul malik, Abdullah, Yahya bin Abi
Amir bin Abdullah, Umar, Yahya bin
Abdullah bin Abu Bakar Qaza’ah, Yahya bin
bin Muhammad bin Amr, Yahya al-Andalusi,
Abdullah bin Dinar, Yahya bin Yahya an-
Abdullah bin Dzakwan. Naisaburi, Yazid bin
Abdullah, Yunus bin
‘Ubaidillah.
15
5. Yahya Ibn Yahya
 Nama : Yahya Ibn Yahya
 Kalangan: Tabi’it Tabi’in
 Kuniyah : Abu Zakaria
 Negeri semasa hidup: Baghdad
 Wafat : 226 H 

Adapun komentar Ulama’ terhadap beliau adalah:

Ulama’ Komentar
Ahmad bin Hambal Tsiqqah, Ziyadah
Ishaq bin Rahawiyyah Tsiqqah
‘Abbas bin Mus’ab Tsiqqah
Ibn Hibban Disebutkan dalam kitab Ats-Tsiqqāt
An-Nasa’i Tsiqqah, Tsabt/Ma’mun
Muhammad bin Sa’d Disebutkan dalam Al-Kabîr/As Soghîr
Yahya bin Ma’in Tsiqqah
Mufaddal bin Ghossān Tsiqqah, Syāmiyan
Ya’qub bin Sufyan Tsiqqah
Abu al-Qāsim Tsiqqah
Guru dan Murid

14
Ibn Hajar al-Asqalānî, “Tahdzîb at Tahdzîb”,....hal. 5.

15
Yusuf al-Mizzî, ”Tahzîb al-Kamāl fi asma’ al-Rijāl”, Juz 32, hlm. 31.
9
Periwayat Guru Murid
Yahya bin Yahya16 Abdul ‘Aziz bin Abu Abdillah
Muhammad, Abdul Muhammad bin Isma’il
Wahid bin Ziyad, Abdul al-Bukhari, Abul Husain
Warits bin Sa’id, Muslim bin al-Hajjaj
‘Ubaidillah bkin Iyad, Ali Al-Qusyairi Al-
bin ‘Umar, Fudhail bin Naisaiburi, Ibrahim bin
‘Iyadh, al-Laits bin Sa’d, Abdullah, Ibrahim bin
Malik bin Anas, Ali, Ahmad bin al-Azhar,
Muhammad bin Tsabit. Ahmad bin Hafs.
6. Imam Muslim17

 Nama Lengkap: Muslim bin Al-Hajjāj bin Muslim Al-Qusyairy

 Kalangan: -

 Kuniyah: -

 Negeri semasa hidup: -

 Wafat: 261 H18


Adapun komentar Ulama’ terhadap beliau:

Ulama’ Komentar
‘Abdurrahmān bin Abĭ Hātim Ṡiqaḥ
Maslamaḥ bin ain Ṡiqaḥ
Guru dan Murid
Periwayat Guru Murid
Imam Muslim Yahya bin Ibrahim bin
Yahya, Abū Muhammad bin
Bakar bin Nāfi´, Hamzah, Abu
Ibrāḥĭm bin Zakaria bin
Sa’ĭd Al Jauḥarĭ, Yahya bin

16
Ibn Hajar al-Asqalānî, “Tahdzîb at-Tahdzîb” Jilid 12, hlm. 31.

17
Yūsuf Al-Mizzĭ, ”Tahẓĭb Al-Kamāl fĭ Asmā´ Ar-Rijāl” Juz 27 No. 5923, 499.
18
Al-‘Asqalānĭ Asy-Syāfi’ĭ , “Taḥżĭb At-Taḥżĭb” Juz 4, 67-68.

10
Ibrāḥĭm bin Daud,
Mūsa Ar-Rāzĭ. Abdurrahman
bin Abi Hatim
ar-Razi

Derajat kualitas suatu hadits dianggap sudah shahih apabila telah memenuhi
beberapa kriteria. Jika berhubungan dengan sanad maka hadits tersebut harus
bersambung sanadnya, sang perawi harus adil, dan sang perawi bersifat dhabit.
Maka dari itu , jika dilihat dari segi ketersambungan sanad, maka hadits tentang
larangan bermuka dua di atas yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sanadnya
bersambung hingga Rasulullah Saw.

4. Kritik Matan
Pada umumnya dalam penelitian kritik matan dilakukan perbandingan-
perbandingan, seperti memperbandingkan Hadits dengan Al-Qur’an, hadits dengan
Hadits, hadits dengan peristiwa dan kenyataan sejarah, dan hadits dengan nalar atau
rasio. Dengan menghimpun hadits-hadits yang akan diteliti, dan melakukan
perbandingan-perbandingan secara cermat, akan dapat di tentukan tingkat akurasi
atau keshahihan teks (matan) hadits yang akan di teliti tersebut.
Hadits tentang larangan bermuka dua yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di
atas jika dilakukan perbandingan dengan ayat Al-Qur’an sudah jelas tidak
bertentangan. Karena di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 204 yang berbunyi:

‫ّللا َع ٰلى َما فِ ْي قَ ْل ِبه َوه َُو اَلَد‬


َ ٰ ُ‫اس َم ْن ي ْع ِجبُكَ قَ ْولُه فِى ْال َح ٰيوةِ الد ْنيَا َويُ ْش ِهد‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
َ ‫ْال ِخ‬
‫ص ِام‬
"Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia
mengagumkan engkau (Muhammad), dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi
hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras."(QS. Al-
Baqarah(2):204).

Jelas dalam ayat tersebut menggunakan lafadz ‫الخصام‬


Yang artinya penentang yang paling keras, bahkan Allah SWT, membenci
orang-orang yang bermuka dua tersebut dengan redaksi Al-Qur’an berikut ini:

‫س ٰالى‬
َ ‫ص ٰلوةِ قَا ُم ْوا ُك‬
َّ ‫ع ُه ْم َواِذَا قَا ُم ْْٓوا اِلَى ال‬
ُ ‫ّللا َوه َُو خَا ِد‬ ُ ‫ا َِّن ْال ُم ٰن ِف ِقيْنَ يُ ٰخ ِد‬
َ ٰ َ‫ع ْون‬

11
19 ‫ّللا ا َِّل قَ ِلي ً ا‬
‫ْل‬ َ َّ‫يُ َر ۤا ُء ْونَ الن‬
َ ٰ َ‫اس َو َل َي ْذ ُك ُر ْون‬
Maka dari itu, ayat di atas tidak bertentangan dengan hadis riwayat
Muslim no. 2526, selain itu ayat di atas tidak bertentangan dengan akal sehat.
Dari pemaparan di atas tentang analisis matan hadits, maka hadis tersebut
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tidak terkandung dalam Syadz dan
‘Illat.

C. Asbâb al-Wurûd Hadis

Tidak semua hadis memiliki asbâb al-Wurûd, hanya hadis-hadis tertentu


yang memiliki asbâb al-Wurûd secara global(umum) maupun secara
khâs(khusus). Pada hadis tentang larangan bermuka dua, hanya terdapat asbâb
al-Wurûd nya tanda-tanda orang munafik dimana Al-Khattabi menerangkan
bahwa hadis itu ditujukan kepada Rasulullah kepada orang yang munafik,
namun Rasulullah tidak menjelaskan keepada para sahabat nama orang yang
dimaksud, disebutnya: “si Fulan munafiik”. Hal ini menunjukkan keluhuran
budi beliau. Dalam riwayat Abû ‘Awanah berbunyi (artinya): “Tanda-tanda
orang munafik ada tiga: jika ia berkata berlainan dengan kejadian yang
sesungguhnya, jika ia berjanji untuk kebaikan ia tidak memenuhinya, jika ia
diberi kepercayaan mengenai harta, rahasia atau titipan ia kerjakan hal-hal
yang bertentangan dengan apa yang diperintahkan Allah kepadanya dan ia
berkhianat kepada-Nya.”

Ketiga tanda tersebut dikhususkan kepada Rasulullah karena ketiganya


meliputi perkataan, perbuatan dan niat yang saling bertentangan. 20

D. Definisi Munafik

Pada bagian awal Al-Qur’an, Allah SWT mengelompokkan umat manusia


kedalam tiga golongan, yakni: Mukmin, Kafir, dan Munafik. Allah SWT
menjelaskan ciri-ciri orang beriman (mukmin) secara sangat ringkas. Lalu, ciri-
ciri orang kafir cukup dijelaskan dengan satu ayat. Kemudian dilanjutkan dengan
menguraikan ciri-ciri orang munafik secara panjang-lebar. Golongan munafik

19
(QS. An-Nisâ’ (4): 142).
20
Ibn Hamzah Al-Husaini. Asbâbul Wurûd (Latar Belakang Historis Timbulnya Hadis-Hadis
Rasul). Kalam Mulia: Jakarta, 2005. Hal. 9.

12
dibahas dengan sangat panjang karena mereka adalah golongan yang paling
berbahaya di masyarakat. Oleh karenanya, sangatlah perlu kita mengenali ciri-ciri
dan nasib mereka ini.

Nifaq (kemunafikan) menurut etimologi (bahasa) merupakan kata sifat dari


kata nafaqa; diambil dari nafaqaaul yarbu’ (lubang sarang binatang sejenis tikus).
Diumpamakan jika ia disakiti dari arah lubang sarangnya dan dipukul dari sarang
lubang lain, maka akan keluarlah kepalanya. Dia akan menampakkan diri pada
lubang tersebut dan bersembunyi ke lubang lain. (Ibnu Al-Mandzur, Lisan Arab,
(X/358) dan Taj Al ‘Arus, (VII/79)).

Dan menurut terminologi (istilah), kemunafikan dibagi menjadi 2:


1. Nifaq I’tiqadi (keyakinan)
Yakni jika bathin bertentangan dengan keyakinan iman
2. Nifaq ‘amali (sikap keseharian)
Jika bathin bertentangan dengan dalam hal selain keyakinan iman

Munafiq (kata benda, dari bahasa Arab: munafiq, plural munafiqun) adalah
terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura
mengikuti ajaran agama namun sebenarnya tidak mengakuinya dalam hatinya.
Dalam Al-Qur'an terminologi ini merujuk pada mereka yang tidak beriman namun
berpura-pura beriman. (1)Apabila orang-orang munafik datang kepadamu,
mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul
Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-
Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-
benar orang pendusta. (2)Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai,

lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat


buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (3)Yang demikian itu adalah karena
bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu
hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. QS (63:1-3)

Ibnu Rajab mendefinisikan, bahwa nifaq menurut syariat dibagi menjadi


dua:
1. Nifaq Akbar
Jika seseorang menampakkan iman kepada Allah SWT, para

13
malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, dan hari Kiamat tetapi
bathinnya menyimpan rasa penentangan akan keseluruhan atau sebagian
dari iman tersebut.
2. Nifaq Asghar
Yaitu kemunafikan dalam sikap (nifaq ‘amal) dengan
menampakkan kecocokan dan menyimpan hal-hal yang bertentangan
dengan semua itu.
Nifaq I’tikad menjadikan pelakunya kafir dan keluar dari keimanan.
Kemunafikan tipe inilah yang ada pada orang-orang munafik masa Rasulullah
SAW. Banyak ayat Al-Qur’an turun menerangkan kondisi mereka, dan merekalah
yang mencetak kemunafikan gaya baru pada umat ini. Ibnu Juraij berkata:
”Ucapan orang munafik selalu menyelisihi perbuatan mereka. Apa yang ia
sembunyikan selalu menyelisihi apa yang ia tampakkan. Bathinnya menyelisihi
luarnya dan kehadirannya menyelisihi ketidakhadirannya. Sifat-sifat orang
munafik kebanyakan diturunkan dalam surat-surat madaniyah karena di Makkah
sunyi dari tindakan kemunafikan.
Nifaq ‘amal adalah salah satu dari bagian dosa besar. Pelakunya adalah orang
yang melakukan beberapa perbuatan kemunafikan yang telah dikategorikan oleh
Rasulullah SAW dalam banyak sabdanya. Seperti menyembunyikan kekufuran
dan menampakkan kiemanan. Namun penyifatan yang awalnya diidentikkan bagi
kalangan orang munafik saja justru kemudian bisa saja diamalkan oleh seorang
muslim yang lemah imannya. 21 Kategori ini disifatkan dalam sebuah hadist dari
Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Ada empat perkara yang apabila terkumpul pada diri seseorang maka ia adalah
seorang munafik tulen. Dan barang siapa yang terkumpul salah satu darinya
maka ia telah memiliki tabiat orang munafik sampai ia dapat meninggalkannya.
(Yaitu) jika ia dipercaya maka ia berkhianat, jika berbicara ia berdusta, jika ia
berjanji ia akan ingkar dan jika berseteru ia akan berbuat keji”.

E. Tanda-Tanda Munafik
1. Apabila berkata maka dia akan berkata bohong / dusta.

21
Muhammad Saifudin. Munafik dalam Perspektif Al-Qur’an. Skripsi Mahasiswa Program
Ssarjana UIN Raden Intan Lampung, 2018, h. 131.

14
Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang
lain. Jadi apabila kita tidak jujur kepada orang lain maka kita bisa menjadi
orang yang munafik. Contoh bohong dalam kehidupan keseharian kita
yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dituju
tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti
ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu
mengatakan tempat yang tidak habis dikunjunginya.
2. Jika membuat suatu janji atau kesepakatan dia akan mengingkari
janjinya.
Seseorang terkadang suka membuat suatu perjanjian atau
kesepakatan dengan orang lain. Apabila orang itu tidak mengikuti janji
yang telah disepakati maka orang itu berarti telah ingkat janji. Contohnya
seperti janjian ketemu sama seseorang di warung kebab bang piih tetapi
tidak datang karena lebih mementingkan bisnis. Misal lainnya yaitu seperti
para siswa yang telah menyepakati janji siswa namun tidak dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab.
3. Bila diberi kepercayaan / amanat maka dia akan mengkhianatinya.
Khianat mungkin yang paling berat kelasnya dibandingkan dengan
sifat tukang bohong dan tukang ingkar janji. Khianat hukumannya bisa
dijauhi atau dikucilkan serta tidak akan mendapatkan kepercayaan orang
lagi bahkan bisa dihukum penjara dan denda secara pidana. Contoh
berkhianat yaitu seperti oknum anggota TNI yang menjadi mata-mata bagi
pihak asing atau teroris. Contoh lainnya yaitu seperti seorang pegawai
yang dipercaya sebagai pejabat pajak, namun dalam pekerjaannya orang
itu menyalahgunakan jabatan yang digunakan dengan cara menilap uang
setoran pajak. 22
Sekarang marilah kita mempelajari ciri-ciri orang munafik yang dijelaskan oleh
Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah Ayat 8 yang artinya:

“Diantara manusia terdapat mereka yang mengatakan kami beriman kepada


Allah dan hari pembalasan, (namun) mereka tidak beriman, mereka hendak
menipu Allah dan orang-orang yang benar-benar beriman. Sungguh celaka

22
Abdurrahman. Tanda Orang Munafik. Jakarta: Cendikia, 2006, h. 20.

15
mereka, mereka tidak menipu siapapun selain diri mereka sendiri, tetapi mereka
tidak mengetahui.”
Perhatikanlah bahwa meskipun mereka menyatakan beriman kepada Allah
SWT dan hari pembalasan, tetapi tidak menyatakan beriman atas kenabian
Muhammad SAW. Ini adalah kasus orang-orang Yahudi di masa itu. Maka,
keimanan apapun tanpa mengimani kenabian Muhammad SAW tidak dapat
diterima. Begitu sesatnya mereka, sampai-sampai tidak dapat mengerti apa yang
mereka perbuat. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 10 yang artinya:

“Didalam hati mereka ada penyakit dan Allah telah menambah penyakit mereka.
Dan bagi mereka siksa yang amat pedih akibat kebohongan yang mereka
lakukan.”
Allah menjelaskan tiga tanda (indikator) yang jelas pada orang-orang
munafik. Didalam Surat Al-Baqarah Ayat 11-12 Allah SWT berfirman:

Artinya: “Jika dikatakan kepada mereka, “Janganlah membuat kerusakan di


bumi.” Mereka berkata, “Sesungguhnya kami melakukan perbaikan.”
Sesungguhnya merekalah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak
menyadarinya.
Yang ke-dua, Allah SWT menerangkan didalam Surat Al-Baqarah Ayat
13:

Artinya: “Jika dikatakan kepada mereka “Berimanlah sebagaimana orang-orang


lain telah beriman”, mereka berkata, “Akankah kami beriman seperti orang-
orang bodoh itu beriman?” Sesungguhnya merekalah yang bodoh, tetapi mereka
tidak mengetahui.”

Tanda ke-tiga dari orang-orang munafik diuraikan oleh Allah SWT dalam
Surat Al-Baqarah Ayat 14, 15, dan 16.

Artinya: Manakala mereka berada bersama-sama orang-orang beriman mereka


berkata ‘Kami beriman!’ Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka,
mereka berkata:"Sesungguhnya kami bersamamu! kami hanyalah berolok-olok
(berpura-pura). Allah SWT membalas olok-olok mereka, dan membiarkan mereka
terombang-ambing didalam kesesatan. Mereka adalah orang-orang yang
membeli kesesatan dengan petunjuk. Mereka tidak akan beruntung dan tidak akan

16
mendapat petunjuk”.
Sebaliknya, marilah kita menjabarkan bagaimanakah kesudahan orang-
orang beriman, lelaki maupun perempuan, di Hari Pembalasan. Allah
menerangkan hal ini dalam Surat Al-Hadid Ayat 12:

Artinya: Di Hari pembalasan, kamu akan melihat orang-orang beriman lelaki dan
perempuan dengan cahaya penuntun di depan dan di sisi kanan mereka. "Inilah
kabar gembira bagi kalian, yaitu surga yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, kalian akan tinggal untuk selamanya. Sungguh, inilah keberuntungan
yang sangat besar.”
F. Perumpamaan Orang Munafik
Ada beberapa perumpamaan yang digunakan Al-Qur’an untuk menyebut
orang munafik, di antaranya adalah: 23
a. Seperti kayu yang tersandar
b. Seperti orang yang menyalakan api
c. Seperti orang tuli, bisu, dan buta
d. Seperti orang yang ditimpa hujan lebat
G. Status Hukum Orang Munafik
Adapun mengenai status hukum orang-orang munafik ditinjau dari segi
syariah dan akidah adalh sebagai berikut:
a. Dihukum Kafir
b. Dihukumi Fasik
c. Larangan menshalati jenazah orang munafik
d. Seluruh amalan mereka menjadi sia-sia
H. Ancaman Bagi Orang Munafik
Allah SWT telah mengancam orang munafik dengan siksaan yang sangat
pedih, karena kejahatan dan kekufuran yang dilakukan telah melewati batas.
Adapun siksaan yang akan ditimpakan kepada orang munafik adalah sebagai
berikut:
a. Mereka ditempatkan di neraka paling bawah
b. Mereka dilaknati

23
Asep Muhammad. Konsep Muunafik dalam Al-Qur’an. Skripsi Mahasiswa, Program Sarjana
UIN Syarif Hidayatuullah Jakarta, 2018, h. 57.

17
c. Anak dan hartanya akan mengadzab dirinya
d. Mereka dihinakan oleh Allah SWT di akhirat
e. Mereka di adzab di dunia dan di akhirat
I. Cara menghindari sifat munafik :
1. Hindari bergaul dengan orang munafik
2. Jangan diberi amanat
3. Tunjukkan keimanan dan ketaqwaan ketika berada di antara orang
mukmin
4. Segera memohon ampun (istighfar) kepada Allah dan bertaubat nasuha.

J. Akibat Negatif Dari Sifat Munafik

Sebagai orang muslim, kita dilarang berbuat nifak karena berbuat nifak itu
akan merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Bahkan,keluarganya pun ikut
menanggung akibat perbuatan nifak tersebut.
Adapun bahaya yang diakibatkan dari perbuatan nifak, antara lain :
1. Hatinya selalu was was, gelisah, dan tidak tenteram.
2. Tidak lagi dipercaya oleh orang lain karena merasa telah dikecewakan
akibat sifat kemunafikannya.
3. Dikucilkan orang karena orang munafik selalu mengecewakan orang
atau teman sehingga merasa enggan untuk bergaul dan tidak
mempercayainya lagi.
4. Diancam oleh Allah swt, dengan siksa neraka jahanam.

Begitu besar akibat yang ditimbulkan dari perbuatan munafik, baik mengenai diri
sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, sudah sepantasnya Allah memberikan
hukuman yang berat bagi orang yang munafik. 24

24
Ahmad Haikal, Ma. Bahaya Sifat Munafik. Jakarta: Al-Mawardi Prima. 2006, h. 89.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. “Yahya bin Yahya telah memberitahukan kepada kami, beliau berkata:


Saya telah membaca atas Malik, dari Abi Zinād, dari al-A’raj, dari Abi
Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda: Seburuk-buruk
manusia adalah Dzul-wajhain (orang yang bermuka dua), yaitu orang
yang ketika di tengah sekelompok orang, ia menampakkan suatu wajah,
namun di tengah sekelompok orang lain, ia menampakkan wajah yang
lain.”
2. Dari segi keadilan dan kedhabitan para perawinya, hadits di atas dapat
dinyatakan adil dan dhabit, hal ini di dasarkan pada penilaian para
Ulama’ yang menyatakan seluruh perawi dengan pernyataan positif
(ta’dil) sehingga sanadnya kuat, walaupun ada salah satu perawi yang
mendapat pengingkaran haditsnya, akan tetapi beliau juga mendapat
penilaian tsiqqah.
3. Nifaq (kemunafikan) menurut etimologi (bahasa) merupakan kata sifat
dari kata nafaqa; diambil dari nafaqaaul yarbu’ (lubang sarang binatang
sejenis tikus). Diumpamakan jika ia disakiti dari arah lubang sarangnya
dan dipukul dari sarang lubang lain, maka akan keluarlah kepalanya.
Dia akan menampakkan diri pada lubang tersebut dan bersembunyi ke
lubang lain.
B. Saran

Dalam pembahasan yang pemakalah lakukan tentunya banyak


mangandung kekurangan bahkan masih banyak yang belum terungkap.
Semoga para penetili selanjutnya dapat memberikan kontribusi yang lebih
mendalam lagi terhadap kajian ini lebih-lebih lagi terkait dengan kajian Al-
Qur’an.
Peneliti berharap peneliti selanjutnya dan terutama peneliti sendiri agar
mampu mengamalkan, mengajarkan bahkan menerapkan apa yang telah di
teliti pada makalah ini. Akhir semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan

19
taufiq dan hidayahnya kepada kita semua. Makalah ini dapat bermanfaat di
dunia dan akhirat. Âmîn....

20
DAFTAR PUSTAKA

Admizal, Iril, “Strategi Menghadapi Orang Munafik Menurut Al-Qur`an”, Al-quds


Jurnal Al-Qur`an dan Hadis, vol 2, no 1, 2018.
Al-‘Asqalānĭ, Ibn Hajar. “Taḥzĭb At-Taḥzĭb”. Kairo: Dārul Kitāb Al-Islāmy, 1414 H.
Al-Bukharĭ, “Kitab Sahĭh Bukhârĭ.” Beirût: Dār Ibn Kaṡĭr, 1423 H.
Al-Mizzĭ, Yūsuf. “Tahẓĭb Al-Kamāl fĭ Asmā´ Ar-Rijāl”. Beirut: Muassasah Ar-Risālaḥ,
1408 H.
Daūd, Abū. “Sunan Abū Daūd”. Beirût: Dār Al-Kutub Al-‘Ilmiyaḥ, 1416 H.
Hajjaj, Abū Al-Hasan Muslim. “Kitab Sahih Muslim”. Riyāḍ: Dār Ṭaybaḥ lĭ An-Nasyri
wa At-Tauzĭ’i, 1426 H.
Hanbal, Ahmad. “Musnad Imam Ahmad bin Hanbal”. Riyāḍ: Dārussalām, 1434 H.
Musnad Imam Ahmad Jilid 3. t.t: Pustaka Azza.
Saifudin, Muhammad. Munafik dalam Perspektif Al-Qur’an. Skripsi Mahasiswa Program
Sarjana UIN Raden Intan Lampung, 2018.
Haikal, Ahmad. Ma. Bahaya Sifat Munafik. Jakarta: Al-Mawardi Prima. 2006.
Al-Husaini. Ibn Hamzah. Asbâbul Wurûd (Latar Belakang Historis Timbulnya Hadis-Hadis
Rasul). Kalam Mulia: Jakarta, 2005.

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai