PLURALISME
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Ahkam Siyasah
Dosen pengampu: Ahmad Dinal Musthofa,M.H
Kelompok 11:
Syafaatur Rahmah 200203110037
Ahmad Syahrul Illiyin 200203110044
Puji syukur Alhamdulillah kami ucapakan atas berkah dan rahmat yang tel
ah Allah SWT anugrahkan kepada kita, sehingga makalah yang kami susun ini da
pat terselesaikan guna memenuhi tugas mata kuliah Hadist Ahkam Siyasah.
Sholawat dan salam kami sampaikan kepada suri tauladan kita Nabi Muha
mmad SAW, yang mana berkat beliau kita dapat merasakan nikmat Isalam dan Im
an. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahsin Dinal Musthaf
a selaku dosen pengampu mata kuliah Hadist Ahkam Siyasah yang telah membim
bing kami dengan kami dengan baik.
Kami menyadari bila tulisan kami ini masih memiliki kekurangan dan kete
rbatasan, oleh karenanya kami mengharapkan saran dan kritik sebagai upaya menj
adikan tulisan kami ini menjadi lebih baik.
Kelompok 11
2
DAFTAR ISI
Contents
Kata Pengantar................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan masalah................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Hadist tentang Pluralisme...................................................................................5
B. Konsep pluralisme................................................................................................8
BAB III...........................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................17
B. Saran...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajemukan atau yang biasa dikenal dengan adalah suatu fenomena kea
daan masyarakat yang harus kita hadapi dengan arif dan bijaksana. Membuda
yakan saling menghargai dan berdamai adalah salah satu cara yang siperlukan
dalam menghadapi pluralisme, sehingga dapat menjadi solusi guna menjaga k
esatuhan dan persatuan di masyarakat. Tantangan pluralisme seharusnya dapa
t menjadi peluang untuk menunjukkan bahwa ketetuan dalam Al-Qur’an dan
Hadits merupakan pedoman dalam hidup bermasyarakat. Menggunakan Al-Q
ur’an dan Hadits sebagai rujukan berfikir guna menghadapi tantangan pluralis
me dalam masyarakat dan menghindari terjadinya konflik yang mengatasnam
akan agama. Berkenaan dengan hal tersebut penulis akan menjelaskan Sebagi
an kecil hadits yang membahas terkait pluralisme secara singkat.
B. Rumusan masalah
1. Apa hadist yang membahas pluralisme?
2. Apa itu pluralisme?
C. Tujuan
1. Mengtahui hadist yang membahas pluralisme
2. Agar pembaca mengetahui konsep dari pluralisme
4
BAB II
PEMBAHASAN
ِ ع َْن َجابِ ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللا، د هَّللا ِ ْب ِن ِم ْق َس ٍمGِ ع َْن ُعبَ ْي، ع َْن يَحْ يَى، َح َّدثَنَا ِه َشا ٌم، َضالَة َ ََح َّدثَنَا ُم َعا ُذ بْنُ ف
يَا: فَقُ ْلنَا، َوقُ ْمنَا بِ ِه،صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمَ فَقَا َم لَهَا النَّبِ ُّي،ٌ َم َّر بِنَا َجنَا َزة: قَا َل،ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما
ِ َر
ِإ َذا َرَأ ْيتُ ُم ْال ِجنَازَ ةَ فَقُو ُموا: ال ٍّ ِإنَّهَا ِجنَا َزةُ يَهُو ِد،ِ َرسُو َل هَّللا
َ َ ق.ي
1
Wildan Amiruddin dan Lilik Canna AW, Pluralisme Agama di Desa Balon Lamongan, Jurnal
Pemikiran dan Kebudayaan Islam, No.30,44.
5
dan menghindari perilaku yang dapat menimbulkan konflik antar agama.
Disisi lain Rosulullah SAW juga menegaskan bahwa kita menghormati
agama lain tidak akan tercampur akidah kita dengan akidah mereka.
ِ ُول هَّللا
َ َرس
ع َْن
ِ َجابِ ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللا
ع َْن
ع َْن
يَحْ يَى
)َح َّدثَنَا (السماع
امام البخاري
6
Biografi singkat
Ubaidillah bin Miqsam Jabir bin Abdilla -Ishaq bin Hazim ال بأس:بو حاتم الرازي
h, Abdullah bin U - Ishaq bin Abdilla
به هو ثقة
mar bin Khattab, h
Abi Hurairah - Yahya bin Abi K ثق:أبو زرعة الرازي
atsir
ثقة: النسائي.
Yahya bin Abi Katsir Ibrahim bin andull -Aban ibnu Hasyim يحيى بن أبي كثير أحسن:شعبة
ah, Anas bin Mali Al-muallimi
حديثا من الزهري.
k, Ubaidillah bin - Aban ibnu Yazid
Miqsam al-a’thor وقال عبد الرحمن بن الحكم بن
- Hisyam ad-dastu
كان شعبة يقدم: بشير بن سلمان
waii (Hisyam bin
Abi Abdillah) يحيى بن أبي كثير على الزهري
.
Hisyam bin Abi Abdillah Yahya bin Abi Ka Muad bin Fadlalah ما من الناس أحد أقول إنه:شعبة
tsir طلب الحديث يريد به وجه هللا عز
وجل إال هشام الدستوائي
Muad bin Fadlalah Hafsh bin Maisara Al-bukhari, ذكره في طبقة تبع:ابن حبان
h, khalid bin hum -abu Muslim Ibrahi
) األتباع من كتابه (الثقات.
aid al mahri, Hisy m Abdullah Asyuki
am ad-dastuwaii -Ahmad bin Mansh قال في:ابن حجر العسقالني
(Hisyam bin Abi ur Arramadi
ثقة: تقريب التهذيب.
Abdillah)3
Berdasarkan penjelasan diatas hadist ini termasuk jenis hadits marfu’ yakn
i perkataan, perbuatan maupaun ketetapan yang disandarkan pada Nabi SAW. Sed
angkan dari segi kualitasnya penulis dengan keterbatasan sumber menganggap ba
2
Al-mizzi, Tadzhib Kamal FI Asma Ar Rijal,juz 4, Muassasah ar-Risalah Bairut,1992,446
3
Al-mizzi, Tadzhib Kamal FI Asma Ar Rijal,juz 28, Muassasah ar-Risalah Bairut,1992,129.
7
hwa hadits ini adalah sahih karena diriwayatkan oleh para ulama dengan kalimat
tsiqah sebagimana yang dijabarkan diatas , selain juga karena dimuat dalam Shahi
h Bukhari
B. Konsep pluralisme
1. Pengertian Pluralisme
Pluralisme diambil dari pluralis yang berarti jamak, lebih dari satu.4 Plural
izzing sama dengan jumlah yang menunjukkan lebih dari satu, atau lebih dari
dua yang mempunyai dualis, sedangkan pluralisme sama dengan keadaan ata
u paham dalam masyarakat yang majemuk bersangkutan dengan system socia
l politiknya sebagai budaya yang berbeda-beda dalam satu masyarakat5 . Dala
m istilah lain plualisme adalah sama dengan doktrin yang menyatakan bahwa
kekuasaan, pemerintahan di suatu Negara harus dibagi bagikan antara berbag
ai gelombang karyawan dan tidak dibenarkan adanya monopoli suatu golonga
n6.
8
2. Fiqh Al-Hadits Pluralisme Agama Ibn Taimiyah
Berikut ini beberapa hadits dan ayat yang dikemukakan Ibn Taimiyah me
nyangkut agama selain Islam.
1) Hadits tentang Nabi Muhammad lebih utama dari Nabi yang lain
Ibn Taimiyah mengatakan bahwa agama para nabi adalah satu, yaitu
agama Islam. Sama-sama menyembah Allah semata-mata, tiada sekutu
apapun bagi-Nya. Dialah yang patut disembah menurut cara yang
diajarkan para nabi-Nya pada suatu masa, karena itulah agama Islam yang
sesuai untuk masa itu. Syari’at yang datang kemudian kadangkala
menghapus syar`at sebelumnya sesuai dengan kehendak Allah. Nabi
Muhammad pada awalnya diperintahkan shalat berkiblat ke Baitul
Maqdis, kemudian dinasakh (diharamkannya) dan diganti untuk
menghadap ke Ka`bah. Meskipun syari`at telah berbeda namun agama
Islam tetap satu (dalam kurun yang berbeda). Begitu juga agama Islam,
pernah mensyari’atkan kepada Bani Israil untuk berkumpul melakukan
shalat pada hari Sabtu (sebagai hari raya mingguan umat Nabi Musa),
namun kemudian dinasakh dengan disyar`atkan shalat tersebut pada hari
Jum`at kepada umat Islam. Siapa yang berpegang kepada yang mansukh
tidak dipandang lagi sebagai muslim, karena tidak dianggap lagi agama
para nabi setelah datangnya Nabi Muhammad. Barangsiapa tidak mau
masuk ke dalam agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad, ia bukanlah
seorang muslim. Barangsiapa meninggalkan syari`at para Nabi dan
menciptakan sebuah syari`at, itu dianggap batal dan tidak boleh
9
mengikutinya, karena Allah berfirman dalam surat al-Syūrā, ayat 21: اَ ْم َل ُه ْم
هّٰللا ۤ
ُ ْن َما لَ ْم َيْأ َذ ۢنْ ِب ِه
ِ ۗ ُش َر ٰكُؤ ا َش َرع ُْوا لَ ُه ْم م َِّن ال ِّدي
Apakah mereka mempunyai sesembahan selain Allah yang
menetapkan aturan agama bagi mereka yang tidak diizinkan atau diridhai
Allah?.
Oleh karena itu, kaum Yahudi dan Nasrani dipandang "kafir" karena
mereka berpegang kepada syari`at yang telah dimansukhkan. Berdasarkan
hal tersebut, Ibn Taimiyah berpendapat bahwa Allah mewajibkan kepada
semua manusia (jamī` al-khalq) untuk mengimani semua kitab dan para
nabi-Nya di mana Nabi Muhammad sebagai penutup. Mereka pun "wajib"
mengikuti Nabi Muhammad dan syari`at yang dibawanya, yaitu apa yang
disampaikan di dalam al-Qur'an dan sunnah.8
Akan tetapi Ibn Taimiyah tidak menganggap ahlul kitab itu sebagai kaum
"musyrikin" sebagaimana pandangan sebahagian ulama, oleh karena itu, wanita
kitabiyah boleh dinikahi. Dalam hal boleh mengawini wanita kitabiyah, ia tidak
memandang kaum ahli kitab ini sebagai orang musyrik, karena: pertama, semua
orang yang masih beriman kepada para nabi dan kitab-kitabnya yang masih
8
Ibn Taimiyah, Jāmi` al-Rasā'il, Tahqīq Muhammad Rasyād Sālim, Majmū`ah al-'Ulā
(Cairo: Matba`ah al-Madanī, 1984), 283-284; Ibn Taimiyah, Majmū` Fatāwā, juz 19, 180-
195
9
Ibn Taimiyah, Majmū` Fatāwā Syaykh al-Islām Ibn Taimiyah, juz 32, 178-179
10
"asli" tidak dianggap mereka musyrik. Hanya saja pekerjaan kaum Nasrani
menciptakan kemusyrikan yang dilarang oleh Allah, oleh karena itu, mereka
dipandang musyrik perbuatannya (bi al-fi`l=`anmā yusyrikūn), bukan musyrik
pada nama atau sejak asalnya (musyrikūna bi al-'ism). Musyrik berdasarkan
nama lebih utama daripada musyrik karena perbuatannya. Maka yang dilarang
nikah oleh Allah dalam surat al-Baqarah: 221, adalah yang berdasarkan
nama (bi al-'ismi).
Alasan yang kedua, ahlul kitab itu harus dibedakan antara yang disebut
"tersendiri" dan yang disebut "beriringan" seperti yang disebut di dalam surat al-
Ηajj: 17;
ص ُل بَ ْينَهُ ْم يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ۗ ِة هّٰللا ٰ َّاِ َّن الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َوالَّ ِذ ْينَ هَا ُدوْ ا َوالصَّابِـِٕ ْينَ َوالن
َ ْص ٰرى َو ْال َمجُو
ِ س َوالَّ ِذ ْينَ اَ ْش َر ُك ْٓوا ۖاِ َّن َ يَ ْف
اِ َّن هّٰللا َ ع َٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء َش ِه ْي ٌد
Alasan ketiga, surat al-Mā'idah di atas sebagai surat yang lebih akhir
turun daripada surat al-Baqarah, maka ia menjadi penasikh ayat dalam surat al-
Baqarah tersebut. Sehubungan dengan pendapatnya itu, Nurcholis Madjid
menyebutkan: "mengenai Taurat dan Injil, Ibn Taimiyah mengatakan bahwa
sebahagian besar ajaran kitab-kitab suci tersebut tetap benar, dan hukum-hukum
atau syar`atnya masih berlaku untuk kaum Muslim, sepanjang tidak dengan jelas
dinyatakan telah dinasakh atau diganti oleh al-Qur'an."
11
anita kitabiyah, ia hampir sepaham dengan kelompok pluralis yang kedua di atas
(kelompok inklusivis). Oleh karena itu, ia cocok digolongkan pemikiran- pemiki
rannya secara umum, kepada "inklusivisme hegemonistik".
Menurut Ibn Taimiyah, Yahudi dimurkai (maghdūb) oleh Allah, dan kaum
Nasrani itu dipandang sesat (dullāl),10 karena keduanya telah merubah ajaran
10
Berdasarkan QS. al-Mā'idah: 60; QS. al-Mujādilah: 14; QS. Ali `Imran: 112; QS. al- Baqarah:
61 dan 90 (terhadap kaum Yahudi) dan QS. al-Mā'idah: 73-77; QS. al-Nisa': 171 (terhadap kaum
Nasrani)
12
Nabi mereka dalam masalah kebenaran (al-haqq), kaum Yahudi sebagai
muqassirūna `an al-haqq (pengkooptasi kebenaran) dan Nasrani ghālūna fīhi
(berlebih-lebihan dalam kebenaran). Yahudi dianggap "kufr" karena mereka
tidak mengamalkan agama padahal mereka mengetahui kebenaran sedangkan
Nasrani mengamalkannya tanpa ilmu. Mereka memang giat dalam beribadah
tetapi tidak menurut syar`at Allah sehingga mengatakan sesuatu tentang Allah
dengan sesuatu yang mereka tidak ketahui. Ibn Taimiyah mengutip pernyataan
seorang Salaf, Sufyan bin `Uyaynah, ia berkata bahwa sesungguhnya orang fasad
dari para ulama Islam sama dengan Yahudi dan orang fasad dari kalangan ahli
ibadah Islam sama dengan Nasrani."11
Dari Anas bin Mālik ia berkata: Sewaktu Nabi pindah ke Madinah, orang-orang
Madinah mempunyai dua hari raya, mereka dapat bersenang-senang di dalamny
a. Nabi bertanya kepada warga Madinah, bagaimana kedua hari raya kalian itu.
Mereka menjawab: pada zaman jahiliyah, dalam masa dua hari raya itu kami ber
main bersuka ria. Akhirnya Nabi bersabda: sesungguhnya Allah telah menyediak
an pengganti dua hari raya jahiliyah itu dengan dua hari raya Islam yang lebih b
aik, yaitu `īd al-adhā dan `īd al-fitrī.
Merayakan hari raya agama non Islam dilaranag sebagaimana yang tercantum
dalam hadist diatas. Bahkan Ibnu Taimiyah dan muridnya yang Ibnu Qayyim
mengharamkan umat muslim memberikan ucapan selamat untuk orang nonmuslim yang
merayakan hari raya mereka. Mngucapkan selamat pada peryaan oranng non-muslim
sama halnya dengan mengaukui mengakui kebanaran tasa agama yang mereka anut dan
hal tersebut bertnetangan dengan dalil qur’an QS Al-Maidah:48,QS Ali Imran:85 da
11
Muhammad Sālih al-`Uthaymīn, Syarah Iqtidhā' al-Sirāth al-Mustaqīm Mukhalifatu Ashāb al-
Jahīm, cet. 1 (Cairo: Dār Ibn al-Haytam, 2003), 5-9
13
n hadis tasyabbuh.12 Mengucapkan sselamat atas perayaan umat non muslaim
merupaka bentuk menyerupai mereka dipandang sama dengan golongan mereka juga (ma
n tasyabbaha biqawmin fahuwa ma`ahum). Secara mutlak, selain yang dibolehkan, mengi
kuti perbuatan agama mereka dan syiar-syiar agamanya,seperti hari-hari raya mereka, ada
lah haram menurut Ibn Taimiyah.13 Dalam hal inilah Batasan plurapisme.Selain berdasark
an kepada hadits di atas, Ibn Taimiyah memandang larangan menghadiri hari raya orang k
afir itu berdasarkan pada ayat 72 surat al-Furqan:
الزوْ ۙ َر َواِ َذا َمرُّ وْ ا بِاللَّ ْغ ِو َمرُّ وْ ا ِك َرا ًما
ُّ ََوالَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْشهَ ُدوْ ن
Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang
12
Syamsul Bahri,“Mengucapkan hari natal dan hari raya agama lain” Jurnal kalam, no.2 (2016)
41-42
13
Agusni Yahya, “Fikih Hadits Ibnu Taimiyah Tetang Pluralisme Agama” Jurnal Substantia, no.1
(2011), 19.
14
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia,2006),853.
14
paling baik, kecuali dengan orangorang zalim diantara mereka, dan katakanlah
kami telah beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya
kepada-Nya berserah diri.” Qs. Al-Ankabut (29);46
15
Hamiruddin, “Dakwah dan Perdabatan Pluralisme Agama” Jurnal Tabligh no. 2 (2019),338
16
Emha Ainun Najib,Anggukan retmis kaki pak kyai (Surabaya: Risalah gusti,1995), 79.
15
good dalam realitas eksoterik agama-agama. Disamping itu pluralisme harus
dipahami sebagai pertalian sejati kebinnekaan dalam ikatan-ikatan keadaban,
bahkan pluralisme adalah suatu keharusan bagi keselamatan manusia, melalui
mekanisme dan pengimbangan masing masing pemeluk agama dan
menceritakan secara obyektif dan transparan tentang histores agama yang
dianutnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pluralisme berasal dari kata pluralis yang berarti jamak, lebih dari satu, ata
u pluralizzing sama dengan jumlah yang menunjukkan lebih dari satu, atau lebih d
17
Seyyed Hossein Nasr, In Quest of the Eternal Sophia dalam Philosopher Critique D’eux Mens
Philosophische Selbstbetrachtugen, (Andre Mercier and Sular Maja, Vol. 5-6,1980),113. dikutip
dalam Buku Islam dan Pluralisme oleh Syyed Husein Nasr dan Jhon Hick, oleh Adnan Aslan. 20.
16
ari dua yang mempunyai dualis, sedangkan pluralisme sama dengan keadaan atau
paham dalam masyarakat yang majemuk bersangkutan dengan system social politi
knya sebagai budaya yang berbeda-beda dalam satu masyarakat. Salah satu hadist
yang berkenaan dengan pluralisme adalah:
ِ ع َْن َجابِ ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللا، د هَّللا ِ ْب ِن ِم ْق َس ٍمGِ ع َْن ُعبَ ْي، ع َْن يَحْ يَى، َح َّدثَنَا ِه َشا ٌم، َضالَة َ ََح َّدثَنَا ُم َعا ُذ بْنُ ف
يَا: فَقُ ْلنَا، َوقُ ْمنَا بِ ِه،صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمَ فَقَا َم لَهَا النَّبِ ُّي،ٌ َم َّر بِنَا َجنَا َزة: قَا َل،ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما
ِ َر
" ِإ َذا َرَأ ْيتُ ُم ْال ِجنَا َزةَ فَقُو ُموا: ال ٍّ ِإنَّهَا ِجنَا َزةُ يَهُو ِد،ِ َرسُو َل هَّللا
َ َ ق.ي
(" )رواه البخاري
Kata uang perlu diperhatikan dari hadits tersebut adalah فَقُو ُموا, hal tersebut
merupakan cara Rasulullah SAW memberikan contoh kepada umatnya untuk men
ghormati umat nonmuslim tanpa harus menghawatirkan keyakinan atau aqidahnya
karena perilaku tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah sendiri.
B. Saran
Mekalah kami ini masih belum bisa dikatan baik oleh karenanya kami sanga
t mengahrapkan masukan dari pembaca untuk perbaikan, sehingga makalah ini da
pat menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ainun Najib, Emha ,Anggukan retmis kaki pak kyai. Surabaya: Risalah
gusti,1995.
Al-mizzi, Tadzhib Kamal FI Asma Ar Rijal,juz 4, Muassasah ar-Risalah
Bairut,1992.
17
Amiruddin, Wildan dan Lilik Canna AW.” Pluralisme Agama di Desa Balon
Lamongan”, Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam, No.30(2021),43-
54.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia,2006.
Bahri, Syamsul.“Mengucapkan hari natal dan hari raya agama lain,” Jurnal
kalam, no.2 (2016):10-21.
Digdo, Prigoo. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius,1990.
Hamiruddin, “Dakwah dan Perdabatan Pluralisme Agama” Jurnal Tabligh no. 2:
(2019),331-347.
Hasan, Fuad. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke II. Jakarta: Balai
Pustaka,1990.
Ilham, Muhammmad. “Monoisme dan Pluralisme Kebenaran dalam Persfektif Hu
kum Islam”Sangaji, no.1(2021):69-80. http://ejournal.iaimbima.ac.id/inde
x.php/sangaji/article/view/603/446
Muhammad bin Ismail Al-Bukhori,Shohih Bukhori, Darul Khadhor Linsasyri wa
Tauzi’,Riyad, 1436 H,85 nomor 1311.
Muhammad Sālih al-`Uthaymīn, Syarah Iqtidhā' al-Sirāth al-Mustaqīm
Mukhalifatu Ashāb al-Jahīm, cet. 1,Cairo: Dār Ibn al-Haytam, 2003.
Seyyed Hossein Nasr, In Quest of the Eternal Sophia dalam Philosopher Critique
D’eux Mens Philosophische Selbstbetrachtugen, (Andre Mercier and Sular
Maja, Vol. 5-6,1980),113. dikutip dalam Buku Islam dan Pluralisme oleh
Syyed Husein Nasr dan Jhon Hick, oleh Adnan Aslan.
Yahya, Agusni. “Fikih Hadits Ibnu Taimiyah Tetang Pluralisme Agama” Jurnal S
ubstantia, no.1 (2011): 19.
18