Anda di halaman 1dari 12

SIKAP RASULULLAH SAW KETIKA MENGAJAR

MAKALAH

DOSEN PENGAMPU :
Dr. SANDI SANTOSA, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Ari Wijaya
Awaliya Hijrati
Ayu Putri Wulan Lestari
Bintang M. Gunawan
Julianti Sintia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN
JAKARTA
1442 H/2021
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sikap Rasulullah SAW Ketika Mengajar”
dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat
luas.

Bekasi, 03 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………… ii
Daftar Isi…………………………………………………………………. iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………......………… 1
C. Maksud dan Tujuan ……………………………..…………...….. 1
BAB II Pembahasan
A. Memanggil Nama Siswa dengan Nama Asli ……………….…… 2
B. Menyentuh Tubuh Pelajar ….…………...…..….……….……..… 3
C. Memegang Tangan Pelajar …..……………….……………...…... 5
BAB III Penutup
A. Kesimpulan………………………………………………..……… 8
Daftar Pustaka…………………………………………………...……. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasulullah SAW merupakan seorang uswatun hasanah bagi umatnya. Beliau
diutus oleh Allah untuk memperbaiki akhlak manusia yaitu untuk memperbaiki
akhlak manusia. Pendidikan yang dilakukan oleh beliau terhadap sahabat terbukti
mampu melahirkan generasi-generasi islam. Keberhasilan beliau dalam mendidik
para sahabatnya menunjukkan bahwa pendidikan yang beliau lakukan sangat
penting untuk ditiru dan di praktekkan dalam lingkungan keluarga maupun dunia
pendidikan. Sejalan dengan kurikulum 2013 yang digunakan dalam dunia
pendidikan. Kurikulum 2013 memfokuskan pada kompetensi-kompetensi tertentu
oleh peserta didik. Begitu juga dalam pendidikan agama islam yang syarat
penguasaan peserta didik terhadap kompetensi, yaitu spiritual dan sikap. Tujuan
pendidikan agama islam dalam membina peserta didik agar berakhlak mulia
mengalami banyak hambatan, yang disebabkan merosotnya moral masyarakat.
Pendekatan psikologis merupakan salah satu pendekatan yamg dipertimbangkan
dalam pembelajaran. Faktor psikologis digunakan untuk memahami perilaku
peserta didik untuk belajar dan memberikan perlakuan terhadap peserta didik
dengan karakter masing-masing.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sikap Rasulullah Saw Ketika Mengajar?
2. Bagaimana Sikap yang Baik Ketika Mengajar?
C. Maksud dan Tujuan
Mengetahui sikap yang baik ketika mengajar berdasarkan contoh sikap Rasulullah
Saw ketika kengajar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Memanggil Siswa dengan Nama Asli


َ‫الح َسنُ َح َّدثَنَا َع ْب َد الرَّحْ َم ِن بن‬ َ َ ‫َح ّدثَنا َ ابُو النُّعْما ِن ُم َح َّم ُد بْنُ الفَضْ ِل َح ّدثَنَا َج ِري ُر بنُ حا َ ِز ٍم َح ّدثَنا‬
ْ َ‫َس ُم َرةَ قال قال النّب ّي صلى هللا عليه وسلم يا عبد الرّحمن بن َس ُم َرةَ ال تَسْأ َ ِل اإلما َرةَ فَإنَّك‬
‫إن‬
‫ وإذا َحلَ ْفتَ علَى‬،‫غير َمسْأَلَ ٍة أُ ِع ْنتَ عليها‬ ِ ‫وإن أوتِيتَها ِمن‬
ُ ْ ،‫أُوتِيتَها‚ عن َمسْأَلَ ٍة ُو ِك ْلتَ إلَيْها‬

‫ت الّذي هو َخ ْي ٌر‬ ِ ‫ َو ْأ‬،‫ك‬


َ ِ‫ فَ َكفِّرْ عن يَ ِمين‬،‫ فَ َرأَيْتَ َغ ْي َرها خَ ْيرًا ِم ْنها‬،‫يَ ِمي ٍن‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'man Muhammad bin Fadhl telah
menceritakan kepada kami Jarir bin Hazim telah menceritakan kepada kami Al
Hasan telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Samurah mengatakan,
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Abdurrahman bin Samurah,
Janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika engkau diberi (jabatan) karena
meminta, kamu akan ditelantarkan, dan jika kamu diberi dengan tidak meminta,
kamu akan ditolong, dan jika kamu melakukan sumpah, kemudian kamu melihat
suatu yang lebih baik, bayarlah kaffarat sumpahmu dan lakukanlah yang lebih
baik.
Maksud dari hadis ini adalah ketika Rasulallah Saw mengajarkan kepada
sahabat, Rasulallah Saw tidak segan untuk memanggil nama sahabat itu dengan
nama asli. Di hadis ini juga di berikan contoh seperti dengan lafadz "Ya
Abdurrahman bin Samurah" (wahai Abdurrahman bin Samurah). Apa tujuan kita
memanggil nama asli seorang pelajar? Yaitu untuk menunjukkan rasa kasih
sayang kita kepada para siswa/murid dan menunjukkan bahwa kita perhatian
kepada siswa.
Kebiasaan guru memanggil nama dengan julukan yang tidak dia sukai akan
menimbulkan kebencian. Meskipun itu dalam bentuk gurauan. Apa lagi jika
memanggilnya di depan teman sekelas atau forum yang lebih besar. Hal ini akan

2
menyakiti hatinya. Jangan sekali-sekali guru memanggil siswa dengan sebutan
seperti item, si gendut, si lemot, dan kata-kata lain yang meyakitinya.1
Cara guru berkomunikasi dengan pelajar yaitu memanggil nama asli atau
nama yang ia sukai dan itu termasuk adab guru ketika mengajar. Kaedah atau cara
ini mampu mengikat hati pelajar untuk menerima didikan dan ajaran dari gurunya
dengan sepenuh hati.
B. Menyentuh Tubuh Pelajar
َ َ‫ْت ُم َجا ِهدًا يَقُو ُل َح َّدثَنِي َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َس ْخبَ َرةَ أَبُو َم ْع َم ٍر ق‬
‫ال‬ ُ ‫ال َس ِمع‬
َ َ‫ْف ق‬ ٌ ‫َح َّدثَنَا أَبُو نُ َعي ٍْم َح َّدثَنَا َسي‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َكفِّي بَ ْينَ َكفَّ ْي ِه التَّ َشهُّ َد َك َما‬
َ ِ ‫ْت ا ْبنَ َم ْسعُو ٍد يَقُو ُل َعلَّ َمنِي َرسُو ُل هَّللا‬ ُ ‫َس ِمع‬
ُ‫ات ال َّساَل ُم َعلَ ْيكَ أَيُّهَا النَّبِ ُّي َو َرحْ َمة‬ ُ َ‫ات َوالطَّيِّب‬ ‚ُ ‫صلَ َو‬َّ ‫َّات هَّلِل ِ َوال‬ ِ ْ‫يُ َعلِّ ُمنِي السُّو َرةَ ِم ْن ْالقُر‬
ُ ‫آن التَّ ِحي‬
‫هَّللا ِ َوبَ َر َكاتُهُ ال َّساَل ُم َعلَ ْينَا َو َعلَى ِعبَا ِد هَّللا ِ الصَّالِ ِحينَ أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا‬
‫ض قُ ْلنَا ال َّساَل ُم يَ ْعنِى على النب ّي صلى هللا عليه وسلّم‬
َ ِ‫َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ َوه َُو بَ ْينَ ظَ ْه َرانَ ْينَا‚ فَلَ َّما قُب‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami
Saif dia berkata; saya mendengar Mujahid berkata; telah menceritakan kepadaku
Abdullah bin Sahbarah Abu Ma'mar dia berkata; saya mendengar Ibnu Mas'ud
berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengajariku tasyahud
sambil menghamparkan kedua telapak tangannya sebagaimana beliau
mengajariku surat Al Qur'an, yaitu; "At-Tahiyyatu lillahi wassholatu
waththoyyibaatu assalamu'alaika ayyuhannabiyyu wa rohmatullohi wa
barokaatuh, Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis sholihin, Asyhadu alla ilaaha
illaAlloh wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rosuluh (penghormatan,
rahmat dan kebaikan hanya untuk Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan
keberkahan tetap ada pada engkau wahai Nabi. Keselamatan juga semoga ada
pada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang
berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya).
Yaitu ketika beliau masih hidup bersama kami, namun ketika beliau telah
meninggal, kami mengucapkan; "Assalaamu maksudnya atas Nabi shallallahu
'alaihi wasallam."
1
Mustakim, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Songo, 2004), h. 63-
64.

3
Pada Hadis ini yaitu ketika Rasulallah Saw mengajarkan kepada sahabat
terkait hal yang perlu di praktikkan, maka Rasulallah Saw langsung praktikkan.
Di hadis ini Rasulallah Saw menggambarkan ketika mengajarkan tata cara
tasyahud kepada sahabat kemudian rasul mengarahkan tangan sahabat ketika
tasyahud. Tujuanya yaitu untuk lebih mengarahkan para siswa bagaimana cara
mempraktikkanya. Seperti bagaimana cara sholat yang benar? Di situlah guru
harus mempraktikkan bagaimana cara sholat yang benar. Mulai dari takbir hingga
salam.
Jerome S. Bruner (1966) adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan
ahli psikologi belajar kognitif.2 Perkembangan kognitif adalah perkembangan
kemampuan berpikir yang berlangsung secara setahap demi setahap.
Perkembangan kemampuan berpikir tersebut memerlukan interaksi anak dengan
lingkungannya.
Melalui penelitiannya tentang evolusi perkembangan manusia, Bruner
menemukan tiga bentuk berpikir manusia yang membangun kemampuan
seseorang dalam memahami dunia di sekitarnya. Ia mengemukakan bahwa
manusia merespons dunia di sekitarnya melalui gerakan motorik, melalui
imajinasi dan persepsi tentang lingkungannya, dan melalui cara yang mewakili
imajinasi dan persepsinya. Ketiga sisitem berpikir manusia tersebut sebagai: (1)
enactive representation, (2) iconic representation, dan (3) symbolic representation.
Bagi para penganut aliran kognitivisme, pembelajaran dipandang sebagai
upaya memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau
pengetahuan baru melalui proses discovery dan internalisasi. Agar discovery dan
internalisasi dapat berlangsung secara tepat maka perlu diperhatikan beberapa
prinsip pembelajaran yang perlu sebagai berikut:
a. Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar
merupakan suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban.
b. Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit sebelum ke
hal-hal yang abstrak.

2
Ratna Wilis Dahalar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 52.

4
c. Setiap usaha mengkonseptualisasikan materi pembelajaran hendaknya
diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa belajar.
d. Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar
siswa dengan memperhatikan tahap-tahap perkembangannya.
e. Materi pelajaran hendaknya dirancang dengan memperhatikan urutan
penyajian secara logis.3
Jadi di dalam hadis Rasulallah Saw tersebut menjelaskan tentang bagaimana
sikap Rasulallah Saw dan interaksi Beliau terhadap sahabat ketika dalam
pengajaran, sikap Rasulallah Saw dan interaksinya dalam hadits ini yaitu
menyentuh tangan sahabat, menjelaskan kepada kita betapa pentingnya
memahami emosi dan kejiwaan murid, Rasulallah Saw mencontohkan dengan
cara menyentuh tangan sahabat memberi dampak psikologi kepada sahabat, begitu
pula ketika kita terapkan kepada anak didik kita, interaksi melalui verbal/ucapan,
tingkah laku, gestur tubuh, tindakan, memberikan dampak yang sangat besar
kepada emosi, jiwa, dan mental anak didik kita.
C. Memegang Tangan Pelajar
‫ق ع َْن ْال َح َس ِن‬ ِ َ‫ص َّوافُ ْالبَصْ ِريُّ َح َّدثَنَا َج ْعفَ ُر بْنُ ُسلَ ْي َمانَ ع َْن أَبِي ط‬
ٍ ‫ار‬ َّ ‫َح َّدثَنَا بِ ْش ُر بْنُ ِهاَل ٍل ال‬
ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن يَأْ ُخ ُذ َعنِّي هَؤُاَل ِء ْال َكلِ َما‬
‫ت فَيَ ْع َم ُل‬ َ َ‫ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ ق‬
َ ِ ‫ال قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ُول هَّللا ِ فَأَخَ َذ بِيَ ِدي فَ َع َّد خَ ْمسًا َوق‬
‫ال‬ َ ‫ت أَنَا يَا َرس‬ُ ‫بِ ِه َّن أَوْ يُ َعلِّ ُم َم ْن يَ ْع َم ُل بِ ِه َّن فَقَا َل أَبُو هُ َر ْي َرةَ فَقُ ْل‬

ِ ‫اس َوأَحْ ِس ْن إِلَى َج‬


‫اركَ تَ ُك ْن‬ ِ َّ‫ض بِ َما قَ َس َم هَّللا ُ لَكَ تَ ُك ْن أَ ْغنَى الن‬َ ْ‫اس َوار‬ ِ َّ‫ار َم تَ ُك ْن أَ ْعبَ َد الن‬ ِ ‫ق ْال َم َح‬ ِ َّ‫ات‬
ُ ‫ك تُ ِم‬
‫يت‬ َّ ‫ض ِحكَ فَإِ َّن َك ْث َرةَ ال‬
ِ ‫ض ِح‬ َّ ‫ك تَ ُك ْن ُم ْسلِ ًما َواَل تُ ْكثِرْ ال‬ ِ َّ‫ُم ْؤ ِمنًا َوأَ ِحبَّ لِلن‬
َ ‫اس َما تُ ِحبُّ لِنَ ْف ِس‬
‫ث َج ْعفَ ِر ب ِْن ُسلَ ْي َمانَ َو ْال َح َسنُ لَ ْم‬ِ ‫ْرفُهُ إِاَّل ِم ْن َح ِدي‬
ِ ‫َريبٌ اَل نَع‬ ِ ‫يث غ‬ ٌ ‫ب قَا َل أَبُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد‬ َ ‫ْالقَ ْل‬
‫س ْب ِن ُعبَ ْي ٍد َو َعلِ ِّي ْب ِن زَ ْي ٍد قَالُوا لَ ْم يَ ْس َم ْع‬ َ ‫ي ع َْن أَي‬
َ ُ‫ُّوب َويُون‬ َ ‫يَ ْس َم ْع ِم ْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َش ْيئًا هَ َك َذا ر ُِو‬
‫يث قَوْ لَهُ َولَ ْم يَ ْذ ُكرْ فِي ِه‬
َ ‫ْال َح َسنُ ِم ْن أَبِي ه َُري َْرةَ َو َر َوى‚ أَبُو ُعبَ ْي َدةَ النَّا ِج ُّي ع َْن ْال َح َس ِن هَ َذا ْال َح ِد‬
َ ‫ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ ع َْن النَّبِ ِّي‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َ‚م‬

Famanti Naz, “Teori Belajar dan Implikasinya dalam Pembelajaran”, dalam


3

https://www.kompasiana.com/fkipipthukawkupang/teori-belajar-dan-implikasinya-dalam-
pembelajaran_54ffc47ea33311825c5102db. Diakses pada 10 November 2021.

5
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami [Bisyr bin Hilal Ash Shawwaf Al Bashri] telah
menceritakan kepada kami [Ja'far bin Sulaiman] dari [Abu Thariq] dari [Al
Hasan] dari [Abu Hurairah] berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam
bersabda: "Siapa yang mau mengambil kalimat-kalimat itu dariku lalu
mengamalkannya atau mengajarkan pada orang yang mengamalkannya?" Abu
Hurairah menjawab: Saya, wahai Rasulullah. beliau meraih tanganku lalu
menyebut lima hal; jagalah dirimu dari keharaman-keharaman niscaya kamu
menjadi orang yang paling ahli ibadah, terimalah pemberian Allah dengan rela
niscaya kau menjadi orang terkaya, berbuat baiklah terhadap tetanggamu
niscaya kamu menjadi orang mu`min, cintailah untuk sesama seperti yang kau
cintai untuk dirimu sendiri niscaya kau menjadi orang muslim, jangan sering
tertawa karena seringnya tertawa itu mematikan hati." Berkata Abu Isa: Hadits
ini gharib, kami hanya mengetahuinya dari hadits Ja'far bin Sulaiman dan Al
Hasan tidak mendengar apa pun dari Abu Hurairah. Seperti itulah diriwayatkan
dari Ayyub, Yunus bin 'Ubaid, 'Ali bin Zaid, mereka berkata: Al Hasan tidak
mendengar dari Abu Hurairah. Dan Abu 'Ubaidah An Naji meriwayatkan
perkataan Al Hasan pada hadits ini dan ia tidak menyebutkan dari Abu Hurairah
dari nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam.
Dari hadis tersebut dijelaskan bahwa Rasulallah Saw memegang tangan
sahabat ketika mengajarkan sesuatu. Tujuanya adalah supaya ada perasaan
bahagia dari siswa karena merasa di perhatikan oleh guru. Dan ini penting sekali
untuk membentuk psiklogi yang baik bagi siswa.
Setiap pihak atau personil di sebuah sekolah hampir semuanya
mengharapkan para peserta didiknya mampu belajar dengan baik, dan hasil dari
belajar itulah yang mampu mengubah tingkah laku siswa. Permasalahan yang
muncul, bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil balajar siswa dengan
pendekatan yang tepat? Salah satu solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu
pendekatan pembelajaran yang membuat siswa lebih senang dan lebih termotivasi
untuk belajar.

6
Perbedaan karakteristik peserta didik perlu juga menjadi perhatian, agar
guru dapat memberikan sentuhan yang mengena sampai ke hati, sehingga timbul
ikatan secara psikologis antara guru dengan siswa. Siswa adalah organisme yang
mengalami proses tumbuh kembang. Agar segala potensi yang dimilikinya dapat
tergali dan tergugah imajinasinya.4
Dalam berkomunikasi ini guru harus mampu melihat dan
mempertimbangkan perbedaan individu peserta didik saat mengajar. Perbedaan
tingkat kecerdasan dan kemampuan berpikir anak, gaya belajar, kepribadian, sikap
dan karakteristik-karakteristik lainnya yang beragam ini dapat menjadi bahan
pertimbangan guru dalam membuat perencanaan dan juga proses pembelajaran di
kelas. Tentu ini tidak mudah.5 Mengajar di kelas dengan karakteristik siswa yang
beragam membutuhkan banyak pemikiran dan usaha. Pembelajaran yang berbeda
perlu dipersiapkan untuk menjawab kebutuhan ini dengan mengenali variasi
individu dalam pengetahuan, kesiapan, minat, dan karakteristik siswa lainnya,
kemudian membuat pembelajaran yang berdiferensiasi berdasarkan kebutuhan dan
kekuatan siswa.6 Dengan demikian, pengajaran yang dibedakan bertujuan untuk
menyesuaikan tugas dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kemampuan siswa.

4
Setyo Sutrisno, “Pendekatan Personal Masalah Interaksi Sosial Peserta Didik”, dalam
https://poskita.co/2020/05/06/pendekatan-personal-masalah-interaksi-sosial-peserta-didik/ .
Diakses pada 10 November 2021.
5
Rosenberg, et.al., Special Education For Today’s Teachers: An Introduction, (New York:
Pearson Education, 2011), h. 103.
6
Koehler dan Shelby, Effects of Differentiating for Readiness, Interest and Learning
Profile on Engagement And Understanding. Thesis. Mathematical and Computing Sciences
Masters. (2010), h. 255.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketika Rasulallah Saw mengajarkan kepada sahabat, Rasulallah Saw tidak
segan untuk memanggil nama sahabat itu dengan nama asli. Di hadis ini juga di
berikan contoh seperti dengan lafadz "Ya Abdurrahman bin samurah" (wahai
Abdurrahman bin Samurah). Apa tujuan kita memanggil nama asli seorang
pelajar? Yaitu untuk menunjukkan rasa kasih sayang kita kepada para siswa/murid
dan Menunjukkan bahwa kita perhatian kepada siswa.
Ketika Rasulallah Saw mengajarkan kepada sahabat terkait hal yang perlu di
praktikkan, maka Rasulallah Saw langsung praktikkan. Di hadis ini Rasulallah
Saw menggambarkan ketika mengajarkan tata cara tasyahud kepada sahabat
kemudian rasul mengarahkan tangan sahabat ketika tasyahud. Tujuanya yaitu
untuk lebih mengarahkan para siswa bagaimana cara mempraktikkanya. Seperti
bagaimana cara sholat yang benar? Di situlah guru harus mempraktekan
bagaimana cara sholat yang benar. Mulai dari takbir hingga salam.
Rasulallah Saw memegang tangan sahabat ketika mengajarkan sesuatu.
Tujuanya adalah supaya ada perasaan bahagia dari siswa karena merasa di
perhatikan oleh guru. Dan ini penting sekali untuk membentuk psikologi yang
baik bagi siswa.

8
DAFTAR PUSTAKA
Famanti Naz, “Teori Belajar dan Implikasinya dalam Pembelajaran”, dalam
https://www.kompasiana.com/fkipipthukawkupang/teori-belajar-dan-
implikasinya-dalam-pembelajaran_54ffc47ea33311825c5102db. Diakses
pada 10 November 2021.
Koehler dan Shelby, Effects of Differentiating for Readiness, Interest and
Learning Profile on Engagement And Understanding. Thesis.
Mathematical and Computing Sciences Masters. (2010), h. 255.
Mustakim, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Songo,
2004), h. 63-64.
Ratna Wilis Dahalar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 52.
Rosenberg, et.al., Special Education For Today’s Teachers: An Introduction,
(New York: Pearson Education, 2011), h. 103.
Setyo Sutrisno, “Pendekatan Personal Masalah Interaksi Sosial Peserta Didik”,
dalam https://poskita.co/2020/05/06/pendekatan-personal-masalah-
interaksi-sosial-peserta-didik/ . Diakses pada 10 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai