Anda di halaman 1dari 9

ANALISA TERHADAP ISI KANDUNGAN AL-QURAN YANG

BERHUBUNGAN DENGAN AKHLAK DAN MUAMALAH

I. Kandungan dan Isi Al-Quran


Al-Quran berisi pesan-pesan ilahi (risalah illahiyah) untuk umat manusia
yang disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw. Pesan-pesan tersebut tidak
berbeda dengan risalah yang dibawa olae Nabi Adam, Nuh, Ibrahim dan rasulrasul lainnya sampai kepada Nabi Isa, rialah itu adalah mentauhidkan Allah.
Konsep ketuhanan yang diajarkan oleh Al-Quran tidak berbeda dengan
konsep ketuhanan ang diajarkan oleh rasul yang pernah Allah utus didunia
ini.hanya persoalan huum atau syariat sajalah yang selalu berubah sesuai
dengan perubahan situasi dan kondisi dimana nabi itu diutus.
Bagaimanapun juga, kita sering membaca perbincangan Al-Quran
mengeni bumi, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, jagat raya, fenomena
alam, dan sejarah. Perbincangan tersebut dalam kitab Suci ini, merupakan
rangkaian pembelajaran bagi umat manusiamengenai tauhid dan ketundukan
kepada Allah.
Sebenarnya banyak ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam Al-Quran.
Akan tetapi, kebanyakan dari kita hanya membacanya saja tanpa mau
memahami isi yang terkandung di dalamnya. Di bulan Ramadhan, banyak
orang-orang berlomba mengkhatamkan Al-Quran. Sebenarnya bukan
mengkhatamkan yang diutamakan akan tetapi menelaah dan mempelajari AlQuran yang sangat dianjurkan agar tidak terjadi kesalahpahaman memaknai
Islam seperti yang terjadi belakangan ini dimana banyak timbul aliran-aliran
sesat yang mengatasnamakan Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
Banyak timbul perpecahan di dalam umat Islam salah satunya adalah tidak
memahami kandungan ayat Al-Quran seperti yang telah penulis katakan di
atas. Kebanyakan dari mereka hanya membaca tapi tidak mempelajari. Itulah
gambaran umum isi kandungan Al-Quran. Para ahli telah banyak mengkaji

dan memperinci kandungannya. Hasil kajiannya menunjukan perbedaanperbedaan, sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing.1
I.1. Akhlak
Kata akhlaq meupakan jamak dari al-khuluq. Secara harfiah, ia berasal
dari kata kholaqa yang berarti menjadikan. Dan al-akhuluq berarti kejadian.
Secara istilah, al-akhlaq diartikan kepada suasana jiwa (ahwal an-nafs) yang
berpengaruh pada prilaku. Ibnu Miskawaih (421 H) mendefinisikan akhlaq itu
sebagai sifat yang etrtanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.2
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang
terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul
madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak
bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa
yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.
Contohnya pada surat Al Israa : 23-24, Al Ahqaaf : 15 , Adh Dhuhaa : 9-11, Al
Balad : 12-16, Al Insaan : 8-11 , An Nisaa : 36-37.

Akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka


kebiasaannya itu disebut akhlak . Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang
yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan
semata-mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu
seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan
timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan

1 Anitadk, hubungan akidah, ibadah, muamalah dan akhlak, diakses dari


https://anitadeka.wordpress.com/2013/07/15/hubungan-aqidah-ibadah-muamalah-dan-ahklak/,
pada tanggal 04 Oktober 16, 15:27
2 Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlaq, Dar al-Mishriyah, Kairo, 1929, hal 63.

kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang
dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Allah SWT berfirman Surah Al-Maidah, ayat 8
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orangorang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlakutidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamukerjakan.
Akhlak sifatnya universal dan abadi. Akhlak dalam islam merupakan
refleksi internal dari dalam jiwa manusia yang dieksternalisasikan secara
kongrit dalam bentuk perilaku dan tindakan nyata.
Akhlak, yang dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istila etika atau
moral, merupakan salah satu isi kandungan Al-Quran yang sangat mendasar.
Urgensi ajaran Akhlak ini, antara lain dapat dipahami pernyataan Rasullah
Saw. ketika beliau bersabda yang artinya:
sesungguhya aku diutus (ke muka bumi ni) untuk menyenpurnakan ahklak
Mengingat di antara tujuan utama dari kenabian dan kerasulan Muhammad
Saw. Adalah untuk menyempurnakan ahklak, maka sungguh pada tempatnya
jika dalam Al-Quran al-Karim kita jumpai sejumlah ayat yang mengatur soal
Akhlak. Dengan demikian, dapatla dikatakan bhwa sumber akhlak yang paling
utama dalam islam ialah Al-Quran al- Karim. Ketika Aisyah r.a ditanya salah
seorang sahabat tentang akhlak Rasulullah Saw. ia menjawab bahwa tegas
dengan tegas bahwa (sumber) akhlak Rasulullah Saw. adalah Al-Quran yang
artinya:

(berkata: Aisyah r.a): Adalah akhlak Rasulullah Saw. itu AlQuran.3


Seperti disinggung sebelum ini, akhlak memiliki kedudukan yang sangat
penting bagi kehidupan umat manusia, dan bahkan juga bagi kesuksesan
seseorang dalam melakukan tugasnya. Rasulullah Saw. sendiri sebagaimana
dinyatakan Al-Quran, berhasil melaksanakan misinya menyampaikan risalah
Islamiyah antara lain justru disebabkan komitmen dan konsisten akhlaknya
yang sangat agung, dan karenanya beliau menjadi uswatun hasanah (contoh
yang baik) bagi umat yang mengikutinya.
Dan sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berakhlak yang
agung.(QS Nun/Al-Qalam [68]:4)
Sesungguhnya dalam diri Rasullah itu terdapat suri tauladan yang baik
bagi kamu semua, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allah
dan kedatangan hari akhir, serta orang yang banyak menyebut-nyebut (Asma)
Allah.(QS Al-Ahzab[33]:21)
Dengan demikian, akhlak merupakan perbuatan yang sudah menjadi
kebiasaan, mendarah daging dan dilakukan secara secara terus-menerus tanpa
memerlukan pemikiran terlebih dahulu. Seseorang yang pada suatu saat
memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain belum dapat
dikatakan berakhlak baik, sebelum dilihat lebih lanjut apakah perbuatan yang
sama dilakukan dalam kesempatan lain atau tidak. Jika perbuatan itu dilakukan
secara terus-menerus, orang tersebut dapat disebut berakhlak, tapi jika tidak
tanpa ada alasan yang dapat dibenarkan, orang tersebut tidak dapat disebut
demikian, karena sikap dan perbuatan yang dilakukan yang belum tetap dan
belum mendarah daging.4
3 Muhammad Amin suma, Ulumul Quran, RajaGrafindo Persada, Depok,
2013, hlm. 103.
4 Muhammad Amin suma, Ulumul Quran, RajaGrafindo Persada, Depok,
2013, hlm. 104.

Oleh karena itu, apabila ada orang yang kelihatannya pemurah karena
memberikan sesuatu kepada orang lain, perbuatan tersebut belum dapat
dikatakan sebagai ahlaknya, sebelum jelas apakah perbuatan itu dilakukan
dengan secara sinambung atau hanya sewaktu-waktu saja.
Dengan perkataan lain akhlak adalah suatu haiat atau bentuk dari suatu
keadaan jiwa yang benar-benar telah meresap. Dari sini timbul berbagai
perbuatan secara sepontan, mudah, dan terus-menerus, tanpa dibuat-buat dan
tanpa memelurkanpemikiran atau renungan dan angan-angan. Apabila dari
haiat tadi terlahir kelakuan-kelakuan yang baik dan terpuji menurut akal dan
syariat agama, maka haiat yang demikian itu dapat dinamakan budi pekerti
atau akhlak yang mulia.5
I.2. Muamalah
Telah ada kesepakatan di kalangan umat Islam, bahwa sumber hokum
utama dan pertama dalam Islam ialah Al-Quran. Al-Quran memang memuat
sejumlah ketentuan hokum, dan sekaligus juga menyinggung kaidah-kaidah
umum pembentukannya. Tapi ada yang lebih urgen lagi yaitu nilai hukum yang
bersifat universal dan mendasar. Ada beberapa indikasi yang menunjukkan
berapa serius dan antusias kitab suci yang satu ini terhadap persoalan-persoalan
hukum. Antusias Al-Quran terhadap paradigm hukum antara lain dapat
ditelesuri melalui indicator-indikator berikut:
Pertama, Al-Quran menjuluki dirinya dengan hukum yang daripadanya
kata hukum itu diambil. Ia, Al-Quran mempunyai banyak nama dan julukan.
Diantara julukan yang dimaksud ialah hukum.6
5 Anonim, isi kandungan alquran aqidah ibadah akhlak hukum sejarah dorongan untuk
berfikir garis besar inti sari al-quran, diakses dari http://www.organisasi.org/1970/01/isikandungan-alquran-aqidah-ibadah-akhlak-hukum-sejarah-dorongan-untuk-berfikir-garis-besarinti-sari-al-quran.html, pada tanggal 04 oktober 16, 15:10
6 Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, RajaGrafindo Persada, Depok,
2013, hlm. 104.

Kedua, surat dan ayat terpanjang dalam Alquran ialah surat dan ayat
hukum. Surat yang dimaksud ialah surat Al-Baqarah [2] yang terdiri atas 287
ayat, 3100 kata, dan 25.500 berisikan masalah keimanan, kisah dan lain-lain.
Surat ini juga mengandung sejumlah hukum, baik dalam bidang ibadah
maupun muamalah.
Ketiga, dalam Al-Quran kita jumpai ayat-ayat yang memerintahkan
manusia supaya berlaku adil, baik dalam bertindak dan berperilaku, maupun
dalam bersikap dan bertutur kata. Sebaliknya Al-Quran melarang seseorang
berbuat kezhaliman dan kecurangan, serta mengecam siapapun yang berlaku
sewenang-wenang dan melampaui batas. Dalam Al-Quran kita dapatkan
1. 29 kali kata al-adl dan yang serumpun denganya, yang berarti adil atau
2.
3.
4.
5.

keadilan
27 kali kata al-qisth dalam berbagai bentuknya, yang juga berarti adil
299 kali kata zhulm dan yang serumpun, yang melarang berbuat aniaya
20 kali it ada yang maksudnya melarang berbuat melampaui batas
20 kali kalimat udwan, yang masuknya melarang sikap bermusuhan7
Keempat, dan inilah yang terpenting, dalam Al-Quran termasuk sejumlah

ayat hukum (ayat al-Ahkam) atau ayat peraturan perundang-undangan (ayat alqanuniyah), yakni ayat-ayat yang di dalamnya terkandung perintah dan atas
larangan, serta masalah-masalah fiqhiyah lainnya. Ada perbedaan pendapat di
kalangan para ahli tafsir ahkam mengenai jumlah ayat akham itu sendiri.
Ada yang menyatakan tidak lebih dari 150 ayat seperti dikatakan
Thanthawi Jauhari, 200 ayat menurut Ahmad Amin, 228 ayat menurut
perhitungan Abd al-Wahhab Khallaf, sekitar 500 ayat menurut perkiraan alGhazali Razi, al-Kilabi, Ibn-Qudamah dan lain-lain, 900 ayat menurut
perhitungan yang dinukilkan dari Ibn al-Mubarak, 1.100 ayat menurut angka
yang diberikan Abu Yusuf, dan adapula yang menyebutkan bilangan lebih
banyak lagi dari itu.
7 Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, RajaGrafindo Persada, Depok,
2013, hlm. 105.

Kelima, hampir pada setiap surah panjang, dan semua surah surah
Madaniah, selalu ada ayat-ayat hukum di dalamnya. Dari sekian banyak surah
panjang, hanya sekitar 29 surat saja yang secara eksplisit tidak ada ayat hukum
di dalamnya, yaitu: Maryam [19], Al-Anbiya [21], Al-Naml [27], Al-Qashash
[28], Saba [34], Fathir [35], Yasin [36], Al-Shaffat [37], Shad [38], Al-Zumar
[39], Al-Mumin [40], Fushshilat [41], Al-Qamar [54], Al-Waqiah [56], AlShaff [61], Al-Jumuah [62], Al-Munafiqun [63], Al-Mulk [67], Al-Qalam [68],
Al-Haqqah [69], Al-Maarij [70], Nuh [71], Al-Jinn [72], Al-Muzzamil [73],
Al-Muddatstsir [74], Al-Qiyamah [75], Al-Insan [76], dan Al-Mursalat [77].
Sedangkan dari surah-surah Madaniyah, hanya dalam surah surah Al-Naba
[78], Al-Naziat [79], Al-Zalzalah [99] dan Al-Nashr [110] saja yang tidak
memuat ayat-ayat hukum dalam artian yang formal.8

I.2.1. Pembagian Muamalah


Menurut Ibn Abidin, fiqh muamalah terbagi menjadi 5 bagian, yaitu :
1. Mu awadlah Maliyah (Hukum Kebendaan),
2. Munakahat (Hukum Perkawinan),
3. Muhasanat (Hukum Acara),
4. Amanat dan Ariyah (Pinjaman),
5. Tirkah (Harta Peninggalan).
Ibn Abidin adalah salah seorang yang mendiami mendefinisikan muamalah
secara luas sehingga munakahat termasuk salah satu bagian fiqh muamalah,
padahal munakahat diatur dalam disiplin ilmu tersendiri, yaitu fiqh munakahat.
Demikian pula tirkat, harta peninggalan atau warisan, juga termasuk bagian fiqh
muamalah, padahal tirkah sudah dijelaskan dalam disiplin ilmu tersendiri, yaitu
fiqh mawaris.9

8 Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, RajaGrafindo Persada, Depok,


2013, hlm. 106.

Al-Fikri dalam kitabnya, Al-Muamalah al-Madiyah wa al-Adabiyah,


menyatakan bahwa muamalah dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut.
1. Al-Muamalah al-madiyah adalah muamalah yang mengkaji objeknya
sehingga sebagian ulama berpendapat bahwa muamalah al-madiyah adalah
muamalah bersifat kebendaan karena objek fiqh muamalah adalah benda
yang halal, haram dan syubhat untuk diperjualbelikan, benda-benda yang
memadatkan dan benda yang mendatangkan kemaslahatan bagi manusia,
serta segi-segi yang lainnya.
2. Al-Muamalah al-adabiyah ialah muamalah yang ditinjau dari segi cara
tukar-menukar benda yang bersumber dari panca indra manusia, yang
unsur penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban, misalnya
jujur, hasud, dengki, dan dendam.
Muamalah madiyah yang dimaksud al Fikri ialah aturan-aturan yang
ditinjau dari segi objeknya. Oleh karena itu, jual beli benda bagi Muslim bukan
hanya sekedar memperoleh untung yang sebesar-besarnya, tapi secara vertikal
bertujuan untuk memperoleh ridho Allah dan secara horizontal bertujuan untuk
memperoleh keuntungan sehingga benda-benda yang diperjualbelikan akan
senantiasa dirujukan kepada aturan-aturan Allah. Benda-benda yang haram
diperjualbelikan menurut syara tidak akan diperjualbelikan, karena tujuan jual
beli bukan semata ingin memperoleh keuntungan, tetapi juga ridho Allah.
Muamalah al-adabiyah ialah aturan-aturan Allah yang wajib diikuti dilihat
dari segi subjeknya. Muamalah adabiyah itu bersih berkisar pada kehidupan
kedua belah pihak, ijab kabul, dusta, menipu, dan yang lainnya.
Pembagian muamalah di atas dilakukan atas dasar kepentingan teoritis
semata-mata sebab dalam praktiknya, kedua bagian muamalah tersebut tidak
dapat dipisah-pisahkan.10

9 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, RajaGrafindo Persada, Depok, 2013, hlm.


03.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad. 1929. Kitab Al-Akhlaq. Kairo: Dar al-Mishriyah.
Anitadk, 2013. Hubungan akidah, ibadah, muamalah dan akhlak,
https://anitadeka.wordpress.com/2013/07/15/hubungan-aqidah-ibadahmuamalah-dan-ahklak/, 04 Oktober 2016.
Anonim, 2016. Isi kandungan alquran aqidah ibadah akhlak hukum sejarah
dorongan

untuk

berfikir

garis

besar

inti

sari

al-quran,

http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-alquran-aqidah-ibadahakhlak-hukum-sejarah-dorongan-untuk-berfikir-garis-besar-inti-sari-alquran.html, 04 oktober 16.


Suhendi, Hendi. 2013. Fiqh Muamalah. Depok: RajaGrafindo Persada.
Suma, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Quran. Depok: RajaGrafindo
Persada.

10 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, RajaGrafindo Persada, Depok, 2013,


hlm. 04.

Anda mungkin juga menyukai