2. Misna wati
BALIKPAPAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah yang telah di berikan yang berjudul “HADITS
Adapun tujuan dari Penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas UTS dari Dosen pada
mata kuliah Mustolah Hadits. Selain itu, Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hadits
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan moral
dan formal sehingga Makalah ini bias terselesaikan. Kami menyadari masih ada kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Kami mohon kepada Dosen yang terhormat dan pembaca dapat mengoreksi dan
mengkritik tulisan kami yang bersifat membangun, sangat diharapkan dalam penyempurna Makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATAPENGANTAR1…………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan………………………………………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
2. Contoh Mu’dlal………………………………………………………………………………………
3.
4.
1. Definisi Mu’an’an……………………………………………………………………………………
BAB II PENUTUP
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………
3.2. Saran……………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hadits merupakan landasan hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Hadits sebuah sumber
kedua di tunjukan ini ditunjukkan oleh tiga hal yaitu; Al-Qur’an sendiri, kesepakatan (ijma’) ulama,
dan logika akal sehat (ma’qul). Al-Qur’an menekankan bahwa Rasulullah SAW berfungsi
menjelaskan maksud firman-firman Allah SWT. (QS.16:44). Karena itu apa yang disampaikan Nabi
harus diikuti, bahkan perilaku Nabi sebagai Rasul harus diteladani oleh kaum Muslimin. Sejak masa
para sahabat sampai hari ini para ulama bersepakat dalam penetapan hukum didasarkan juga kepada
Fungsi hadits terhadap Al-Qur’an adalah sebagai bayan atau muhaqiq (penjelas dan penguat) bagi
Al-Qur’an. Baik sebagai bayan taqrir, bayan tafsir, takhshish al-‘am, bayan tabdila. Tidak hanya itu,
hadits Rasulullah telah menetapkan Hukum baru yang tidak ditetapkan oleh Al-Qur’an. Karena dalam
Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk taat secara
mutlak kepada apa yang diperintahkan dan dilarang Rasulullah, serta mengancam orang yang
menyelisihnya. Keberlakuan Hadits sebagai sumber hukum diperkuat pula dengan kenyataan bahwa
Al-Qur’an hanya memberi garis-garis besar dan petunjuk umum yang memerlukan penjelasan dan
Karena itu ke absahan Hadits sebagai sumber kedua secara logika dapat diterima. Di antara ayat-
ayat yang menjadi bukti bahwa hadits merupakan sumber hukum dalam Islam adalah sebagai berikut:
An-nisa :80 “Barang siapa yang mentaati Rasul, maka sesungguhnya dia telah mentaati Allah”.
Dalam ayat lain Allah berfirman : “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah Dia dan apa
yang dilarang-Nya bagimu maka tinggalkanlah” (QS. AlHasyr:7). Dalam Qs. An-nisa 59 Allah
berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul (Nya), dan ulil Amri
dianata kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
1.3. Tujuan
3.) Dapat mengetahui bagaiamana berkumpulnya dengan sebagian bentuk Hadits Mu’allaq
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. HADITS MU’DLAL
1. Definisi
Menurut bahasa : Merupakan isim maf’ul dari kata a’dlalahu, yang berarti tempat yang
memberatkan. Sedangkan secara Istilah: Hadits yang sanadnya gugur dua orang rawi atau lebih
secara berturut-berturut.
1) Kata syafi’I; telah mengabarkan kepada kami, Said bin Salim, dari Ibnu Juraij, bahwa: “Imam
syafi’I berkata, telah menceritakan kepada kami, said ibn salam, dari ibnu juraij bahwa Nabi
Muhammad apabila melihat Baitullah beliau mengangkat kedua tangannya”. Dapat kita
a. Imam Syafi’I
c. Ibnu Juraij
d. Rasulullah
Ibnu Juraij dalam Sanad diatas adalah tidak sezaman dengan nabi, bahkan masanya itu dibawah
tabi’in, sehingga di sebut tabi’it tabi’in, yakni pengikut tabi’in. Jadi diantara juraij dan
Rasulullah Sallallahi ‘alaihi wa sallam ada dua perantaraan yaitu sahabat dan tabi’in. Karena
kedua orang ini (sahabat dan tabi’in) tidak disebutkan ditengah sanad ini maka periwayatan
2) Hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam kitab Ma’rifa’Ulum al-Hadits dengan sanad
dari al-Qa’nabi, dari Malik, telah sampai kepadanya bahwa Abu Hurairah berkata, Rasullah
Al-hakim berkomentar: ‘Hadits ini Mu’dlal dari Malik, mu’dlalnya seperti yang terdapat
pada kitab al-Muwatha. Hadits ini mu’dlal karena gugurnya dua orang rawi secara berurutan,
yang terletak antara Malik dan Abu Hurairah. Kita mengetahui bahwa Hadits ini gugur sebanyak
dua orang secara berturut-turut berdasarkan hadits yang terdapat di luar kitab al-Muwatha,
yaitu: ….dari Malik dari Muhammad bin ‘Ajlan dari bapaknya dari Abu Hurairah.
3. Hadits Berkumpulnya Dengan sebagian Bentuk Hadits Mu’allaq Antara hadits mu’dlal
a. Hadits .mu’dlal dan mu’allaq berkumpul dalam satu bentuk, yaitu jika pada
permulaan sanadnya dibuang dua orang rawi secara berturut-berturut. Saat itu
1. Jika yang dibuang di tengah-tengah sanad itu dua orang rawi secara
2. Jika yang dibuang hanya seorang rawi pada permulaan sanad; maka dalam
Imam Syuthi berkata: Diantara kitab-kitab yang mengandung banyak Hadits mu’dlal,
munqathi dan mursal antara lain:
Menurut bahasa: merupakan Isim maf’ul dari kata ‘an’ana yang berarti dari, dari.
Hadits yang diriwayatkan oleh ibnu Majah, yang berkata: ‘Telah menuturkan kepadaku
Ustman bin Abi Syaiban, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah bin Hisyam, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Usamah bin Zaid dari Utsman bin Urwah dari Urwah
Menurut bahasa: Merupakan Isim maf’ul dari kata annana, yang berarti sesungguhnya,
b. yang benar dan pendapatnya yang bias diamalkan adalah pendapat jumhur dari pakar hadits,
fiqih dan ahli ushul, bahwa hadits mu’an’an itu muttashil (bersambung), asalkan memenuhi
beberapa syarat. Mereka sepakat terhadap dua buah syarat, akan tetapi berbeda pendapat
terhadap syarat-syarat lainnya. Dua buah persyaratan yang mereka sepakati, yang menurut Imam
1. Kepastian bertemunya: Ini merupakan pendapat Bukhari, Ibnu Madini, dan para muhaqqiq.
3. Mengetahui terhadap apa yang diriwayatkan: Ini adalah pendapat Abu Amru ad-Dani.
a. Imam Ahmad dan jamaah (sekumpulan ahli hadits) menggolongkannya sebagai munqathi’ ,
b. Jumhur (ahli hadits): anna itu sama dengan ‘an, yang mengandung pengertian as-sima’,
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas menjelaskan tentang beberapa hadits yang dha’if dan terdapat pula
hadits yang di perselisihkan oleh ulama. Tetapi hadits tersebut dapat kita amalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
c.Muannan Merupakan Isim maf’ul dari kata annana, yang berarti sesungguhnya,
3.2. Saran
Makalah ini adalah makalah buatan sendiri yang di ambil dalam beberapa referensi, yang
kami dapat dari beberapa buku, dan jurnal. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan yang
fatal dalam makalah ini maka kami sangat berharap atas kritik dan saran pembaca dan dosen
DAFTAR PUSTAKA
Salihima, O.S. (2015). Hadits Dhaif dan Maudhu’. Al-Islam, 18.