Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

(Mustholah Hadits)

MENJELASKAN HADIST MARDUD, MAUDHU’, MATRUK DAN MUNKAR

Dosen pengampu : Antria Susilawati S.H

Disusun oleh :

Fitriani

Ayu Lestari

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYRI’AH


SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH HIDYATULLAH BALIKPAPAN
2020 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji dan rasa syukur yang teramat sangat kepada Allah Yang Maha Pengasih
atas segala kemurahannya.Di tanganNya kekuasaan yang aka da bisa menandingiNya.

Shalawat dan salam insyaAllah kita selalu limpahkan kepada Baginda Nabi kita yang
menjadi hamba kekasih Allah, beserta keluarga tercintanya, para sahabatnya dan segenap
yang mengikuti beliau dengan kesetiaan sampai akhir zaman.

Kalinya rasa syukur yang teramat sangat kepada Allah, dimana dengan kasih
sayangNya, kehendak dan kekuasaanNyalah makalah yang membahas tentang
“viruscorona(Covid-19)” ini akhirnya terwujud.

Dalam makalah ini saya secara pribadi, menyadari banyak kekurangan-kekurangan


yang terdapat pada makalah ini disebabkan dengan kelemahan saya.Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sangat membangun, saya harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama untuk saya pribadi dan para pembaca
Amin…

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………. 1
Daftar Isi………………………………………………………………………………… 2
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………... 3
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………. 3
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………...4
Bab II Pembahasan……………………………………………………………………...5
A. Hadits Mardud Maksud dan Penyebab Cacatnya Rawi…………………………..5
B. Definisi dan Derajat Hadits Maudhu’……………………………………………. 5
C. Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu’…………………………………………. 6
D. Cara Mengetahui Hadits Maudhu’………………………………………………. 7
E. Motivasi Pembuat Hadits Maudhu’ dan Golongan-golongan Pembuatnya………7
F. Kesalahan Ahli Tafsir Yang Menyebut Hadits-Hadits Palsu……………………. 8
G. Kitab-kitab Populer Yang Memuat Hadits Palsu…………………………………8
H. Definisi dan Contoh Hadits Matruk………………………………………………9
I. Penyebab Rawi dituduh Berd……………………………………………………..9
J. Definisi dan Contoh Hadits Munkar……………………………………………... 9
K. Kedudukan Hadits Munkar dan Hadits Matruk………………………………….10
L. Perbedaan Hadits Munkar dan Syadz……………………………………………10

Bab III Penutup………………………………………………………………………..11


A. Kesimpulan………………………………………………………………………11
B. Daftar Pustaka……………………………………………………………………12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pengertian hadits menurut bahasa
adalah baru atau khabar yang bermakna sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain dalam bentuk berita. Sedangkan
menurut istilah hadits merupakan segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi
Muhammad Saw baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat-sifat
beliau. Ilmu hadits adalah salah satu ilmu yang harus kita pelajari untuk
mengetahui mana sebenarnya hadits yang murni berasal dari nabi muhammad
Saw, mana hadits yang meragu-ragukan dan mana hadits yang tidak benar atau
hadits yang dipalsukan oleh orang lain.
Umat Islam sepakat bahwa hadits merupakan sumber ajaran Islam kedua
setelah al-Qur’an. Ilmu hadits merupakan salah satu pilar-pilar tsaqofah islam
yang memang sudah selayaknya dimiliki oleh setiap kaum muslimin. Dewasa ini,
begitu banyak opini umum yang berkembang yang mengatakan bahwa ilmu hadits
hanya cukup dipelajari oleh para salaafussholih yang memang benar-benar
memiliki kemampuan khusus dalam ilmu agama, sehingga opini ini membuat
sebagian kaum muslimin merasa tidak harus untuk mempelajari ilmu hadits. Hal
ini tentu sangat tidak dibenarkan karena dapat membuat kaum muslimin menjadi
kurang tsaqofah islamnya terutama dalam menjalankan sunnah-sunnah Rosulullah
shollallahu’alaihi wasallam. Terlebih dengan keadaan saat ini dimana sangat
banyak beredar hadits-hadits dho’if dan hadits palsu yang beredar di tengah-
tengah kaum muslimin dan tentunya hal ini akan membuat kaum muslimin
menjadi para pelaku bid’ah. Jika kaum muslimin masih memandang remeh
tentang ilmu hadits ini, maka tentu ini adalah suatu hal yang sangat berbahaya
bagi ‘aqidah kaum muslimin dalam menjalankan sunnah Rosulullah
shollallahu’alaihi wasallam. 
Maka dari itu, sudah sepantasnya bagi setiap muslim untuk mempelajarinya
supaya tidak timbul kesalah pahaman. Pada pembahasan kali ini kita akan
membahas beberapa pembahasan dari hadits-hadits palsu diantaranya, hadits
mardud, munkar, matruk, dan maudhu’.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang akan kami bahas
di dalam makalah ini, diantaranya:
1.1 Apa maksud dan penyebab cacat rawi dari hadits mardud.
1.2 Apa definisi dan derajat hadits maudhu’
1.3 Apa hukum meriwayatkan hadits maudhu’
1.4 Bagaimana cara mengetahui hadits maudhu’
1.5 Apa motivasi pembuat hadits maudhu’ dan golongan-golongan pembuatnya
1.6 Apa kesalahan ahli tafsir yang menyebut hadits-hadits palsu
1.7 Apa kitab-kitab populer yang memuat hadits palsu
1.8 Apa definisi dan contoh hadits matruk
1.9 Apa penyebab rawi dituduh berdusta
1.10 Bagaimana tingkatan hadits matruk
1.11 Apa definisi dan contoh hadits munkar
1.12 Bagaimana tingkatan hadits munkar
1.13 Apa perbedaan hadits munkar dan syadz

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadits Mardud Maksud dan Penyebab Cacatnya Rawi


1. Maksud dari cacatnya rawi
Yang dimaksud dengan cacatnya rawi adalah cemarnya perkataan dan aspek
keadilan dan agamanya menjadi pembicaraan, begitu pula aspek kedlabitan,
hafalan dan kecerdasannya.
2. Penyebab cacatnya rawi
Penyebab cacatnya rawi ada sepuluh macam. Lima berkaitan dengan aspek
keadilan, dan lima lainnya berkaitan dengan kedlabitan.
Yang berkaitan dengan cacat dalam hal keadilan, yaitu:
1) dusta
2) dituduh berdusta
3) fasik
4) Pembuat bid’ah
5) bodoh
Yang berkaitan dengan cacat dalam hal kedlabitan, yaitu:
1) kekeliruannya amat parah
2) hafalannya buruk
3) lupa
4) banyak prasangka
5) bertentangan dengan rawi tsiqah

B. Definisi dan Derajat Hadits Maudhu’


Pengertian Hadist Maudhu’
Menurut secara bahasa berarti ‫الجديد‬, yaitu sesuatu yang baru, selain itu hadits
pun berarti ‫بر‬K‫الخ‬ , berita. Yaitu sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan
dipindahkan  dari seseorang kepada orang yang lain. Sedangkan ‫موضع‬ merupakan
derivasi dari kata  ‫عا‬KK‫ع – وض‬KK‫ع – يض‬KK‫وض‬ yang secara bahasa berarti menyimpan,
mengada-ngada atau membuat-buat.

5
Adapun pengertian hadits maudhu’ (hadits palsu) secara istilah ialah:

‫ما نسب الى رسول هللا صلى هللا عليه و السالم إختالفا و كذبا م ّما لم يقله أويقره‬

“Apa-apa yang disandarkan kepada Rasulullah secara dibuat-buat dan dusta,

padahal beliau tidak mengatakan dan memperbuatnya”.

Dr. Mahmud Thahan didalam kitabnya mengatakan,


‫اذا كان سبب الطعن فى الروى هو الكذ ب على رسول هللا فحد يثه يسمى الموضع‬

“Apabila sebab keadaan cacatnya rowi dia berdusta terhadap Rasulullah, maka

haditsnya dinamakan maudhu’”. ( Taysiru Musthalahu Alhadits:89)

Dan pengertiannya secara istilah beliau mengatakan


‫هو الكذب المختلق المنصوع المنسوب الى رسول هللا صلى هللا عليه والسالم‬

“Hadits yang dibuat oleh seorang pendusta yang dibangsakan kepada

Rasulullah”  
   Hadist Maudhu’ yang berarti yang dilarang, yaitu hadits dalam sanadnya
terdapat perawi yang berdusta atau dituduh dusta. Jadi hadits itu adalah hasil kara
ngannya sendiri bahkan tidak pantas disebut hadits.

C. Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu’


Islam telah sepakat (ijmak) bahwa hukum membuat dan meriwayatkan hadits
maudhu’ dengan sengaja adalah haram. Ini terkait perkara-perkara hukum-hukum
syarak, cerita-cerita, targhib dan tarhib dan lain-lain.
Yang menyelisihi ijmak ini adalah sekumpulan ahli bid'ah,di mana mereka
mengharuskan membuat hadits-hadits untuk menggalakkan (targhib), menakut-
nakuti kepada kejahatan (tarhib) dan mendorong kezuhudan. Mereka berpendapat
bahwa  targhib dan tarhib tidak  masuk dalam kategori hukum-hukum syarak.
Pendapat ini jelas salah karena, Rasulullah dengan tegas memberi peringatan
kepada orang-orang yang berkata atas nama beliau seperti sabdanya
“Sesungguhnya pembohongan atas namaku tidak seperti pembohongan atas
orang-orang, Siapa yang berbohong atas namaku, maka dia dengan sengaja
mempersiapkan tempatnya di dalam neraka ”,“ Janganlah kamu, atas namaku,
karena sebenarnya orang yang atasku akan masuk neraka ”.

6
Para ulama Ahlu Sunnah wal Jamaah, sepakat  mengharamkan dalam
perkara- yang berkaitan dengan hukum dan perkara-perkara yang berkaitan
dengan targhib dan tarhib. Semuanya termasuk dalam salah satu dari dosa-dosa
besar. Para ulama telah berijmak bahwa diharamkan atas nama seseorang, apalagi
ada atas seorang yang diturunkan wahyu.
Pendapat pendapat di kalangan ahlu Sunnah wal Jamaah berkenaan dengan
kedudukan orang yang membuat hadits tersebut, apakah dia menjadi kafir dengan
perbuatannya itu dan adakah periwayatannya diterima kembali sekiranya dia
bertaubat.  Jumhur Ahlu Sunnah berpendapat bahwa orang yang membuat hadits-
hadits maudhu 'tidak menjadi kafir dengan pembohongannya itu, kecuali ia
menganggap perbuatannya itu halal.

D. Cara Mengetahui Hadits Maudhu’


Menurut Mahmud Thahan ada empat cara yang bisa digunakan untuk
mengetahui hadits itu shahih atau bukan. Keempat cara tersebut adalah sebagai
berikut:
 Pertama, pengakuan dari pemalsu hadits itu sendiri. Misalnya, Abu ‘Ismah
Nuh bin Abu Maryam pernah mengaku bahwa ia permah memalsukan
hadits terkait keutamaan berapa surat dalam Al-Qur’an. Hadits palsu ini ia
sandarkan kepada sahabat Ibnu Abbas RA.
 Kedua, menelusuri tahun kelahiran orang yang meriwayatkan hadits
dengan tahun wafat gurunya yang disebutkan dalam silsilah sanad. Kalau
perawi hadits itu lahir setelah wafat gurunya, maka hadits tersebut bisa
dikategorikan hadits palsu karena tidak mungkin keduanya bertemu.
 Ketiga, melihat ideologi perawi hadits. Sebagian perawi hadits ada yang
fanatik dengan aliran teologi yang dianutnya. Misalnya, perawi hadits
Rafidhah yang sangat fanatik dengan ideologinya, maka hadits-hadits yang
disampaikannya terkait keutamaan ahlul bait perlu ditelusuri
kebenarannya.
 Keempat, memahami kandungan matan hadits dan rasa bahasanya.
Biasanya hadits palsu secara tata bahasa tidak bagus dan terkadang
maknanya bertentangan dengan Al-Qur’an.

E. Motivasi Pembuat Hadits Maudhu’ dan Golongan-golongan Pembuatnya


Dalam Taysiru Musthalahil hadits, Mahmud Thahan memerinci ada 5 hal yang
mendorong orang untuk memalsukan hadits :
 Pertama, untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maksudnya, pemalsu
hadits membuat hadits dan mengatasnamakan Rasulullah agar orang lain

7
termotivasi untuk beribadah. Memang niatnya bagus, tetapi caranya tidak
benar.
 Kedua, untuk merusak Islam dari dalam. Sebagian musuh Islam terpecah
belah dan salah memahami agamanya. Diantara orang yang pernah
melakukan ini adalah Muhammad bin Sa’id As-Syami.
 Ketiga, untuk mendekati penguasa. Sebagian pemalsu hadits membuat
hadits palsu yang berkaitan dengan penguasa. Tujuannya untuk memuji
dan mendekati penguasa. Misalnya, kisah Ghiyats bin Ibrahim An-Nakha’I
yang memalsukan hadits supaya bisa dekat dengan Amirul mu’minin
almahdi
 Keempat, untuk mencari rejeki. Biasanya hal ini dilakoni oleh orang-orang
yang berprofesi sebagai pencerita atau pendongeng. Melalui cerita-cerita
itu dia mendapatkan uang dari pendengarnya. Untuk menarik pendengar,
sebagian mereka memalsukan hadits. Diantar yang melakukan ini adalah
Abu Sa’id Al-Mada’ini.
 Kelima, untuk mencari popularitas. Supaya orang yang meriwayatkan
hadits ini semakin popular dan dikenal banyak orang, mereka membuat
hadits yang tidak pernah diriwayatkan oleh orang lain. Melalui hadits
palsu itu mereka semakin dikenal karena tidak ada yang meriwayatkan
selain dia. Diantara yang memalsukan hadits demi popularitas adalah Ibnu
Abi Dahiyyah.

F. Kesalahan Ahli Tafsir Yang Menyebut Hadits-Hadits Palsu


Kesalahan Sebagian Ahli Tafsir Dalam Menyebutkan Hadits Maudhu’
Sebagian ulama tafsir melakukan kesalahan dengan menyebutkan Hadits
Maudhu’’dalam tafsir mereka tanpa menjelaskan kepalsuannya, khususnya
riwayat tentang fadhilah Al-Qur’an surat per surat diantara mereka adalah As-
Isa’Labi, Al-Wahidi, Az-Zamakhsyari, dan Al-Badhawi.

G. Kitab-kitab Populer Yang Memuat Hadits Palsu


1. Tadzkirat al-Maudhu’at, karya Abu al-Fadl Muhammad Thahir al-Maqdisi
(448-507 H)
2. Al-Maudhu’at Al-Kubra, karya Abu al-Faraj ‘Abdur Rahman ibn al-Jauzi
(508-597 H)
3. Al-Durr al-Multaqath fi Tibyan al-Ghalath, karya Radhi al-Din Abu al-Fadhl
Hasan ibn Muhammad ibn Husain (w.623 H)
4. Al-Ba’ith ‘ala al-Khalash min Huwadits al-Qasshash,karya Zainuddin
‘Abdurrahim al-Iraqi (725-806 H)
5. Tanzih al-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an al-Akhbar al-Syani’ah al-
Maudhu’ah, karya Abu Hasan ‘Ali ibn Muhammad al-Kannani (w. 936 H)

8
6. Al-Fawaid al-Majmu’ah fi al-Ahdits al-Maudhu’ah, karya al-Qadhi Abu
‘Abdillah Muhammad ibn ‘Ali al-Syaukani (1173-1255)

H. Definisi dan Contoh Hadits Matruk


 
 Menurut bahasa, matruk merupakan isim maf'ul dari lafadz "taraka" (‫ َر َك‬9َ‫)ت‬
yang berarti meninggalkan, sedangkan matruk sendiri berarti sesuatu yang
ditinggalkan.
 Sedangkan menurut istilah, seperti dalam Kitab Minhatul Mughits, Bab Hadits
Matruk adalah demikian :

‫اع َد ا ْل َم ْعلُ ْو َم ِة َولَ ْم يُ ْر َو اِاَّل ِمنْ ِجهَّتِ ِه‬


ِ ‫ب لِ ُم َخالَفَ ِة َح ِد ْيثِ ِه ا ْلقَ َو‬
ِ ‫ُه َو َما ا ْنفَ َر َد ِب ِه ُر َواتُ ُه ْم بِا ْل َك ِذ‬
"Hadits matruk adalah hadits yang para rawinya secara individu melakukan
kebohongan agar hadits itu bertentangan dengan kaidah-kaidah yang telah
diketahui dan tidaklah diriwayatkan kecuali berasal dari dirinya rawi itu sendiri".
 Contoh
‫ َوإِ َذا َجهَّ ْرتُ بِقِ َرا َءتِ ْي فَاَل يَ ْق َرأَنَّ َم ِع ْي أَ َح ٌد أخرجه الدارقطني في السنن‬،‫س َر ْرتُ بِقِ َرا َءتِ ْي فَا ْق َرؤ ُْوا َم ِع ْي‬
ْ َ‫إِ َذا ا‬
"Ketika aku menyamarkan bacaanku, maka membacalah kalin bersamaku. Dan
ketika aku mengeraskan bacaanku, maka sungguh jangan seorang pun yang
menyertai bacaan bersamaku (HR. Daraquthni dalam Kitab Sunannya)".

I. Penyebab Rawi dituduh Berdusta


 Hadits tersebut hanya diriwayatkan dari jalurnya saja dan hadits tersebut
menyelisihi kaidah-kaidah yang yang sudah dimaklumi, yaitu kaidah-kaidah
umum yang telah disimpulkan oleh para ulama dari seluruh nash yang shahih.
 Rawi tersebut dikenal suka dan terbiasa berbicara dusta, namun dia tidak
terlihat berdusta saat menyampaikan hadits.

J. Definisi dan Contoh Hadits Munkar


 Menurut bahasa, merupakan isim maf'ul dari kata al-inkar, lawan dari kata al-
iqrar (sepakat).
 Menurut istilah, para ulama membuat definisi hadits munkar bermacam-
macam, tetapi yang terkenal ada dua:
1. Hadits yang didalam sanadnya terdapat rawi yang kekeliruannya parah,
atau banyak lupa, atau menampakkan kefasikannya. Inilah definisi yang
disinggung oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar. Definisi ini juga digunakan oleh
Al-Baiquni dalam Mandhumat.
2. Hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang dhoif, yang bertentangan dengan
rawi tsiqah. Definisi ini juga disebut-sebut oleh Al-Haifzh dan
dijadikannya sebagai sandaran.

9
 Contoh :

Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari jalan
Hubayyib bin Habib az-Zayyat dari Abu Ishaq dari Al-‘Aizar bin Huraits dari
Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma dari Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam bahwa
beliau bersabda :

َّ ‫َمن أَقا َم الصَّالةَ وآتى ال َّزكاةَ و َح َّج البيتَ وصا َم وقَ َرى ال‬
َ‫ض ْيفَ َد َخ َل الجنَّة‬

“Barangsiapa mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah,


berpuasa dan memuliakan tamu, maka niscaya dia masuk surga”

K. Tingkatan Hadits Munkar dan Hadits Matruk


 Hadits munkar termasuk hadits yang sangat dhaif, dan ia berada di peringkat
ketiga setelah hadits maudhu’ dan hadits matruk.
 Hadits ini merupakan hadits paling dhaif setelah hadits maudhu’ (palsu).
L. Perbedaan Hadits Munkar dan Syadz
1. Hadits syadz itu diriwayatkan oleh rawi yang maqbul (dapat diterima), hanya
bertentangan dengan (rawi) yang lebih utama.
2. Sedangkan munkar diriwayatkan oleh rawi dhoif yang bertentangan dengan
rawi tsiqah.
Dari sini dapat diketahui bahwa persamaannya terletak pada aspek menyelisihi
(pertentangannya). Perbedaannya terletak pada yang syadz itu diriwayatkan oleh
rawi yang maqbul, sedangkan munkar diriwayatkan oleh rawi dhoif.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Hadits maudhu’ adalah hadits yang tidak bersumber dari Rasullulah atau dengan
kata lain bukan hadits Rasul, akan tetapi suatu paerkataan atau perbuatan
seseorang atau pihak tertentu dengan suatu alasan kemudian dinisbatkan
kepada Rasul.
 Hadist munkar adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang diri periwayat
yang dha’if dari segi hafalannya, tanpa diikuti dengan riwayat dari orang yang
lebih kuat, atau yang setingkat apabila kedha’ifannya ringan, dari segi
akurasinya. Dengan demikian periwayat itu meriwayatkan hadits dalam bentuk
yang berbeda dengan hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang yang lebih
kuat, baik perbedaan dalam sanad atau matan.
 Hadits matruk adalah salah satu jenis hadits yang tingkat dan levelnya ada
dalam golongan hadits dhaif.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/alquranmulia.wordpress.com/2013/05/20/hadits-
mardud-disebabkan-cacatnya-perawi/amp/
https://juraganberdesa.blogspot.com/2019/11/pengertian-hadist-maudhu.html
https://inpasonline.com/hukum-meriwayatkan-dan-menyebarkan-hadits-maudhu/
https://islam.nu.or.id/post/read/84991/empat-cara-mengetahui-hadits-palsu
https://anfieldvillage.wordpress.com/tag/kitab-hadis-palsu/
https://www.pelangiblog.com/2020/02/pengertian-dan-contoh-hadits-matruk.html
https://belajarislam.com/2011/01/hadits-munkar/
https://alsofwah.or.id/cetakhadits.php?id=194
http://www.abufurqan.net/mengenal-hadits-matruk-dan-hadits-munkar/
file:///C:/Users/HP/Downloads/KESALAHAN_DAN_PENYIMPANGAN_DALAM_
TAFSIR.pdf

12
13

Anda mungkin juga menyukai