Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah studi hadist
Disusun Oleh:
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Tabel 1. 1...............................................................................................................................................5
Gambar 1. 1...........................................................................................................................................8
s
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Hadits telah diterima oleh para cendekiawan Muslim sebagai sumber hukum Islam
kedua setelah Al-Qur'an. Umat muslim harus mengikuti petunjuk untuk setiap tindakan
dalam hadits dan Al-Qur'an. Jadi Selain itu, jika masalah berkembang dan tentu saja ketika
anda berada di tengah peradaban dan resolusi ditemukan. Metode Pilihan dan resolusi terbaik
adalah dengan memanfaatkan Al-Qur'an dan Hadits. Dengan adanya hadis maudhu’ sangat
disayangkan, karena munculnya hadis mawdhu mencemari hadis otentik yang sebenarnya
berasal dari nabi Muhammad saw. Hadis mawdhu diciptakan secara sengaja oleh
individu-individu yang mempunyai motif beragam. Kemudian disebarkan di masyarakat
dengan alasan yang banyak juga.
Oleh karena itu janganlah kita mengarang hadist yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam. Belajarlah sesuai apa yang ada dalam agama islam, karena itu akan mengandung
bid’ah yang dilarang dalam agama islam. Dan banyaknya lebih membaca lagi untuk bisa
memperdalam agama islam.
1
Rabiatul Aslamiah, “Hadis Maudhu Dan Akibatnya,” Alhiwar Jurnal Ilmu teknik dan Dakwah 4, no. 7 (2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hadist Maudhu’?
2. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri Hadist Maudhu’?
3. Sebutkan dan jelaskan faktor pendorong Hadis Maudhu’?
4. Sebutkan penanggulan Hadis Maudhu’?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Hadis Maudhu’.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri Hadist Maudhu’.
3. Untuk mengetahui faktor pendorong Hadis Maudhu’.
4. Untuk mengetahui penanggulan Hadis Maudhu’
BAB II
PEMBAHASAN
Hadis maudhu’ ialah suatu kenyataan atau fakta. Adanya orang-orang yang selalu
berusaha atau bersih keras memalsukan sesuatu yang berharga dan otentik seperti
memalsukan berlian, emas, permata atau karya seni dan sebagainya. Menurut kaum muslim
setelah Al-Qur’an hadist atau sunnah menjadi peninggalan yang paling berharga dan dijaga
oleh Rasulullah SAW, sebagai landasan hidup di muka bumi Allah SWT. Maka dari itu
dilandasi oleh berbagai dorongan dan untuk meraih tujuan- tujuan yang bermacam-macam,
sekumpulan orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda telah melakukan pemalsuan
hadist ini. Sebagian dari mereka selaku para pemalsu hadist tersebut, memang tergolong pada
pelaku bid’ah dan munafik, Sebagian lagi karna didorong faktor kehilangan negerinya karena
telah dikuasai oleh islam. Dan sebagiannya lagi adalah mereka yang masih gelap, masih
diselimuti kebodohan serta kurangnya pengetahuan tentang ajaran islam. Bahkan kadang-
kadang ada dari umat islam itu sendiri yang memiliki niat dan tujuan yang baik namun, tidak
memahami prosedur yang benar yang sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani niat dan
tujuan tersebut.
Secara etimologi kata Maudhu’ merupakan isim maf’ul berasal dari kata wadha’a yang
bermakna Al- Isqath (menggugurkan), Al- Tark (meninggalkan), Al- Iftira wa Al-ikhtilaq
(membuat- buat atau mengada- ngada). Namun, secara terminology menurut Ibn Al shalah
ُ ْ ه َُو ْالم ُْخ َتلَ ُق ْال َمصْ نُوyaitu suatu hadist
dan di ikuti oleh Al Nawawi, hadist Mawdhu yang berarti : ع
atau sunnah yang diciptakan dan dibuat-buat.2 Berdasarkan pengertian pengertian yang telah
dijabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa hadist mawdhu’ ialah hadist yang di ada-ada
dengan memakai nama Rasulullah. hadist mawdhu, disini menurut opini mayoritas ulama
tidak termasuk kedalam kategori hadist karena tidak bersumber dari realitas atau benar-benar
ada di kehidupaan Rasul dan bahkan haram hukumnya untuk meriwayatkannya. Apabila
isinya baik maka lebih baik dikategorikan sebagai kata-kata hikmah untuk mendorong,
memotivasi. Yang salah ialah mengatasnamakan nabi untuk melegalitas kebaikan yang
terkandung matannya. Para ulama memutuskan agar menaruh hadist mawdhu’ ini pada
2
Dr. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadis (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001).
kategori hadist yang mardud (ditolak), disebabkan rusak pada segi perawinya serta
kandungan hadistnya.
Pengakuan dari si pendusta atau pembuat hadis palsu, Pemalsu Hadits Ini secara
terbuka mengakui pemalsuan hadits. Abu 'lshmah Nuh ibn Abi Maryam' yang
melakukan ini telah mengarang sejumlah hadits tentang pentingnya surat al-Qur'an.4
berdasarkan maknanya, berarti hadis itu berlawanan dengan al-qur’an, hadis mutawatir, dan
ijma’, beserta logika yang masuk akal.5
"Anak zina itu, tidak dapat masuk surga, sampai tujuh keturunan"
Penjelasan hadis ini berlawanan terhadap kandungan surat al-an'am ayat 164:
Kandungan ayat ini mengartikan bahwasannya dosa seseorang tidak dapat dibebankan kepada
orang lain, sampai seorang anak sekalipun tidak dapat dibebani dosa orang tuanya.
3
Fitriyani, “Hadits Maudhu’,” Al-Furqan Jurnal studi Pendidikan Islam 2, no. 1 (2013).
4
Ibid.
5
Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits (Bandung: PT Alma’arif, 1974).
selain itu terdapat ciri-ciri lain seperti;
1. Faktor Politik
6
Rabiatul Aslamiah, “Hadis Maudhu Dan Akibatnya.”
Tabel 1. 1
2. Propaganda kaum zindiq
3.
4.
Kaum zindiq adalah orang-orang yang jengkel perasaanya bila melihat kepesatan
tersebarnya agama islam dan kejayaan pemerintahannya. Mereka tidak suka melihat
banyak orang masuk islam. Dan mereka mempunyai niat untuk merusak atau
mengruhkan agama islam dengan cara membuat hadis mawdhu’. Tokoh yang terkenal
dalam membuat hadis mawdhu’ yaitu abdul karim bin abi’l-auja’, yang akhirnya
dibunuh oleh Muhammad bin sulaiman, walikota basrah. Ketika ia dikerek di tiang
gantungan untuk dipenggal kepalanya, mengaku telah membuat hadis mawdhu’
sebanyak 4000 buah.
5. Fanatisme golongan
Para perawi dan pendongeng mengarang Hadits untuk mendapatkan simpati khalayak
luas, untuk memukau pendengarnya dengan kisah-kisah yang mereka ceritakan, atau
bahkan untuk menciptakan ketidakseimbangan materi (rizki). Hadits yang mereka
sajikan biasanya dibesar-besarkan atau tidak rasional.7
Baik dalam bidang Kalam maupun Fiqh, tindakan tersebut biasanya berasal dari
penganut mazhab tertentu. Mereka memalsukan Hadits untuk mendukung atau
memvalidasi keyakinan, kesimpulan ijtihad, dan perilaku Imam mereka.
Seperti yang dilakukan Ghiyats bin Ibrahim di bawah al-rule, Mahdi menjilat otoritas.
Untuk menenangkan khalifah, dia hanya menambahkan kata-katanya sendiri pada
hadits Nabi.8
7
Dr. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadis.
8
Khusniati Rofiah, M.Si, Studi Ilmu Hadis, kedua. (Ponorogo: IAIN PO Press, 2018).
D. Penanggulangan Hadis Mawdhu’
1. Memelihara sanad hadis
Pahami sanadnya atau orang yang membawa berita.
2. Meningkatkan keseriusan dalam meneliti hadis
Dilihat dari sanad. Matan, dan rawinya.
3. Menyelidiki dan membasmi kebohongan yang dilakukan terhadap hadis
4. Menerangkan keadaan para perawi
5. Membuat kaida-kaidah untuk mengetahui hadis mawdhu
Kitab-kitab Yang Memuat Hadis Maudhu’
Para muhadittsin mengumpulkan hadis-hadis maudhu’ dalam sejumlah karya-karya
yang cukup banyak diantaranya adalah:
1. Al-Maudhu’ al-Kubra ibn al-Jauzi.
2. Al-La’ali Al-Masnu;ah fi al-Ahadits al-Maudhu’, karya As-Suyuri.
3. Tanzihu Asy-Syariah Al-Marfu’ah an Al-Hadits Asy-Sya’niyah Al-Maudhu’ah, karya
Ibnu Iraq Al-Kittani.
4. Silsilah Al-Hadits Adh-Dhaifak, karya Al-Abani.
Gambar 1. 1
BAB III
PENUTUP
Hadis Mawdhu adalah hadis palsu yang diciptakan oleh alas an tertentu salah satunya
yaitu faktor politik. Ciri-ciri hadis mawdhu’ bisa diketahui dari sanad dan matannya. Jika dari
sanad biasanya sang pembuat hadis palsu mengaku sendiri bahwa dirinya telah membuat
hadis mawdhu’ atau palsu. Jika dari matannya bisa diketahui dengan missal isi hadis
berlawanan dengan al-qur’an atau bertentangan dengan al-qur’an. Dan karena terkadang
hadis mawdhu’ tersebar di masyarakat dan tanpa masyarakat ketahui bahwa itu hadis palsu,
maka perlu adanya penanggulangan hadis mawdhu’ salah satunya dengan cara memelihara
sanad hadis.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nawir Yuslem, MA. Ulumul Hadis. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001.
Fitriyani. “Hadits Maudhu’.” Al-Furqan Jurnal studi Pendidikan Islam 2, no. 1 (2013).
Khusniati Rofiah, M.Si. Studi Ilmu Hadis. Kedua. Ponorogo: IAIN PO Press, 2018.
Rabiatul Aslamiah. “Hadis Maudhu Dan Akibatnya.” Alhiwar Jurnal Ilmu teknik dan
Dakwah 4, no. 7 (2016).