Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia serta
kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Proses Jasa Pendidikan ini
dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir,
penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak
lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Endang Soetari, Ad. M,Si dan Drs.
Asep Herdi, M.Ag selaku dosen mata kuliah Ulumul Hadits.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki
kesalahan sebagaimana mestinya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadits palsu itu tidak hanya berbicara tentang kelebihan pribadi-pribadi tertentu
atau mendukung pendapat, pemikiran teologis, dan aliran-aliran politik tertentu. Lebih
daripada itu, Hadits –Hadits palsu meliputi hampir semua bidang kehidupan baik yang
khusus maupun yang umum. Maka lahirlah Hadits-Hadits palsu yang berbicara
berbagai macam hal. Seperti Hadits palsu mengenai praktek ibadah, muamalah
makanan, tatakrama, sifat zuhud, dzikir, doa, kedokteran, penyakit, pemberontakan,
dan kewarisan.
Perlu kami jelaskan bahwa pemalsuan Hadits itu tidak mencapai puncaknya pada
abad pertama hijriyah. Sebab, pada masa itu masih banyak sahabat dan tabiin yang
hafal Hadits . Mereka tidak terkecoh oleh para pendusta dan para pemalsu Hadits.
Selain itu, faktor-faktor terjadinya pemalsuan Hadits pada abad itu tidaklah banyak.
B. RUMUSAN MASALAH
1
3. Rekonstruksi Konsep Sunnah-Hadits
2
BAB II
PEMBAHASAN
ويقره اويفعله يقله لحم مما با فاوكذ اختال وسلم عليه هللا صلى هللا
رسو إلى نسي ما
Hadits yang disandarkan kepada Rasulullah Saw. secara dibuat-
buat dan dusta, padahal beliau tidak mengucapkan, melakukan atau
menetapkannya.
عم داء وسلم عليه صلى هللا رسول على المكذوب المضوع
المختلف
Hadits yang dibuat-buat atau diciptakan, yang didustakan atas nama
Rasulullah Saw secara sengaja.
5
1) Pra Classical Hadits Literature (masa sebelum pendewanan
Hadits).
Yakni : Periodisasi sebelum dibukukannya Hadits. Masa ini,
terjadi mulai Zaman Nabi Saw sampai berakhirnya abad
pertama Hijriah.
6
Yaitu : periode tesusunnya kitab-kitab Hadits yang berisi
penjelasan dan komentar terhadap kitab-kitab Hadits yang
telah ada, khususnya terhadap “Al Kutubus Sittah.”
7
a) Periode keempat, yakni pada masa pemerintahan Amawiyah
angkatan kedua (dimulai Zaman Khalifah Umar bin Abdul
Aziz) sampai akhir abad kedua Hijriah (menjelang akhir
masa pemerintahan dinasti Abbasiyah angkatan pertama).
8
Masa ini, dinyatakan sebagai :
9
Periode ini, terjadi pada masa Rasulullah SAW.
َ ً شيْئا
غي َْر َ ع ِنى َ شيْئا ً اِالَّ ْالقُ ْرآنَ َو َم ْن َكت
َ َب َ الَ تَ ْكت ُ ُب ْوا
َ ع ِنى
)آن فَ ْل َي ْم ُحهُ)رواه ومسلم ِ ْالقُ ْر
“Janganlah kamu menulis sesuatu yang berasal dari
padaku, terkecuali Al-Qur’an. Dan barangsiapa telah
menulis dari padaku selain Al-Qur’an, hendaklah ia
menghapusnya.”
10
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata :
“Rasulullah SAW mendatangi kami dan kami sedang
menulis Hadits. Kemudian beliau bertanya, Apa yang
sedang kalian tulis ini ?. Kami menjawab, “Kami
menulis Hadits yang kami dengar dari engkau, Ya
Rasulullah”. Beliau bersabda :
11
Hadits-Hadits nya. Mendengar pertanyaan ini, Nabi
menjawab :
Periode ini disebut dengan : َاإل ْقالَ ِل ِمن ِ زَ َم ُن التَّثَ ُّب
ِ ت َو
َالر َوا َية
ِ
Artinya : Zaman kehati-hatian dan penyederhanaan riwayat.
Periode ini terjadi pada Zaman Khulafa’ur Rasyidin.
Atau Zaman Sahabat Besar. Yakni, dimulai sejak wafatnya
Rasul sampai berakhirnya pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
12
Artinya : Zaman penyebaran riwayat ke kota-kota.
1) Propagandis-propagandis politik.
Pada periode sebelumnya telah lahir tiga
golongan dari umat Islam yang saling bertentangan
pendapat politknya.
14
pendukung Khalifah Abbasiyah di pihak yang lain.
Masing-masing pihak, ingin saling meruntuhkan
pihak lawannya. Salah satu senjata yang
dipergunakannya, adalah membuat Hadits-Hadits
palsu.
2) Golongan Zindiq.
Yakni, golongan yang ada pada lahirnya
memeluk Islam, tetapi batinnya memusuhi Islam.
3) Tukang-tukang cerita
Salah satu cara untuk menarik minat orang
terhadap apa yang disampaikannya, adalah dengan
15
mengemukakan cerita. Cerita itu akan lebih menarik
bila dibumbui dengan hal-hal yang menakjubkan,
yang ganjil-ganjil dan yang menakutkan.
16
5. Periode Kelima (Abad III Hijriah)
17
Dengan latar belakang keadaan politik dunia Islam
seperti dikemukakan di atas, maka praktis kegiatan
periwayatan Hadits yang pada masa sebelumnya banyak
dilakukan secara shifahiyah (penyampaian dan penerimaan
riwayat secara lisan ; jadi secara hafalan), sudah tidak lagi
banyak dijumpai. Karenanya, penyampaian dan penerimaan
riwayat/Hadits banyak dilakukan dengan jalan ijazah dan
mukatabah. (Yang dimaksud dengan ijazah dalam hal ini
adalah pemberian izin dari seorang syaikh (guru) kepada
muridnya untuk meriwayatkan Hadits yang berasal dari
padanya, baik yang tertulis ataupun yang hafalan, beserta
kekurangan-kekurangan dari riwayat tersebut. Yang
dimaksud dengan muqatabah adalah pemberian catatan
Hadits dari seorang syaikh/guru kepada orang yang ada di
dekatnya ataupun dengan cara disuruh orang lain untuk
menuliskannya).
18
interpretasi dari pernyataan Nabi, bahwa barang siapa yang secara
sengaja membuat berita bohong dengan mengatasnamakan Nabi, maka
hendaklah ia bersiap-siap menempati neraka. Pernyataan ini, menurut
Ahmad Amin, memberikan gambaran bahwa pada Zaman Nabi telah
terjadi pemalsuan Hadits . Namun ia tidak memberi argumentasi yang
kuat tentang pendapatnya itu. Dengan berlatar belakang apa pada
Zaman Nabi muncul pemalsuan Hadits , hal ini tidak dijelaskan oleh
Ahmad Amin.
19
pribadi adalah kaum Syi’ah. Ibnu Taimiyah menyatakan, bahwa diantara
Hadits palsu adalah Hadits yang menegaskan kekhalifahan Ali menurut
Ibn Hazm, orang yang meriwayatkan Hadits tersebut adalah Abal
Hamra, yang aku tidak mengenalnya. Kegiatan syi’ah dalam membuat
Hadits palsu itu mendapat tanggapan dari pihak lain yang menjadi
rivalnya dengan membuat Hadits palsu pula. Dengan membuat Hadits
palsu mereka memandang pendiriannya atau partainya akan
mendapatkan dukungan mayoritas umat Islam karena telah dijustifikasi
oleh sebuah argumentasi dari Hadits Nabi.
20
Hadits maudhu. Pada awal periode Islam, para pakar Hadits tidak
memaparkan Hadits -Hadits palsu ini secara mendetail. Gerakan
pemalsuan Hadits ini dapat dikategorikan sebagai komponen
terselubung. Komplotan yang terdiri dari orang-orang Zindiq ini
menempuh cara memalsukan Hadits setelah tidak mampu secara
terang-terangan memporak-porandakan keyakinan masyarakat
Islam. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud mereka berlindung
dibalik jubah keahliannya dengan membuat Hadits palsu.
1. Pertentangan politik
22
2. Kebencian terhadap Islam
4. Fanatik (ta’assub)
23
keinginan penguasa atau pesan sponsor.
Banyak di kalangan kaum zuhud atau sufi dan ahli ibadah yang
membuat Hadits palsu dengan maksud baik. Pemalsuan Hadits dari
kalangan mereka itu dianggap sebagai cara mendekatkan diri kepada
Allah SWT dan menjunjung tinggi agama, karena dapat
membangkitkan gairah dan menimbulkan antusias untuk beribadah
dan taat kepada Allah SWT.
Kata sunnah yang disebut terakhir ini jelas tidak menunjuk pada
tradisi yang hidup, melainkan lebih tepat jika dipahami sebagai praktek
Nabi atau sunnah Nabi.
26
Apabila kita menelusuri kehidupan ulama terdahulu, maka
akan kita dapati bahwa mereka memiliki semangat yang tinggi
dalam mencari Hadits . Sa’id Al-Musayyab, misalnya, karena hanya
untuk mendapatkan satu Hadits saja ia berjalan terus siang dan
malam. Hal ini ia lakukan semata-mata untuk mengukuhkan Hadits .
27
langkah konkrit, para pakar Hadits membahas para perawi yang tidak
memiliki kredibilitas dan diklaim sebagai pendusta ulung dalam
kitab-kitab Jarh Wa Ta’dil. Dengan demikian, seorang perawi akan
mendapat pengakuan Hadits yang diriwayatkan, jika ia telah lolos
dari seleksi yang mengacu pada ketentuan-ketentuan dimaksud.
28
yang teliti dan cermat dalam melihat sebuah Hadits . Ketelitian dalam
menentukan kategori Hadits mempunyai implikasi dalam fungsinya
sebagai hujjahdalam menetapkan hukum atau keyakinan keagamaan.
Pijakan para pakar Hadits dalam mengklasifikan Hadits adalah
kaidah-kaidah yang dibangun atas dasar pengkajian dan penelitian
ilmiah, sehingga Hadits - Hadits yang diterima adalah benar-benar
dapat dipertanggungjawabkan kehujjahannya.
29
dilakukan ulama ahli Hadits , merupakan keniscayaan dan perlu
mendapatkan prioritas tersendiri, bukan hal ini perlu mendapatkan
penanganan kontinyu. Artinya, tidak cukup hanya mengandalkan upaya
para ulama pakar Hadits terdahulu yang sudah ada. Hal ini sesuai dengan
dasar Ulum Al-Hadits yang bersifat berkembang. Dengan demikian,
kemungkinan munculnya pemalsuan Hadits dan tersebarnya Hadits palsu
di kalangan umat Islam dapat teratasi.
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kami minta maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca semuanya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khatib, M. ‘Ajaj, Hadits Nabi Sebelum di Bukukan, Gema Insani Press : Jakarta, 1999.
Al-Maliki, Sayid Muhammad ibn Alawi al-Manhaj al-Latif fi Ushul Hadits al-Syarif,
Terjemahan Badruddin, Mutiara Pokok Ilmu Hadits , Bandung: Trigenda karya, 1995.
Al-Shaleh, Abu Amr Usman bin Abdurrahman ibnu. Ulum al-Hadits , Madinah: Maktabah
al-Islamiyah, 1072.
Al-Siddiqi, M. Hasbi. Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits , Cet. XI;Jakarta: Bulan Bintang,
1993.
Ismail, M. Syuhudi. Kaedah Keshahihan Sanad Hadits , Cet. I. Jakarta: Bulan Bintang,
1988
Itr, Naruddin. Manhaj Al-Nagel Fi Ulum Al-Hadits , diterjemahkan oleh Mujiya dengan
judul Ulum Hadits , Cet. I; bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadits , Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996.
34