Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ULUMUL HADIS

HADIS MAUDHU’

Dosen pengampu:
Alven Putra L.c.,M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 7


1. Tiansi Karolin (22701014)
2. Tri Rahayu (22701015)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat kelak. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Dosen Pengampu Bapak Alven Putra L.c.,M.Si yang telah memberikan
amanah untuk menyelesaikan pembahasan tentang Hadis Maudhu.penulis tentu menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Curup , 2 november 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................................


B. Rumusan Masalah ............................................................................................
C. Tujuan .............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................

 HADIS MAUDHU
A. Pengertian Hadis Maudhu’
B. Sejarah awal munculnya hadist Maudhu’
C. Faktor –faktor yang melatarbelakangi munculnya hadist maudhu’
D. Kriteria /tanda-tanda hadist Maudhu’

BAB III PENUTUP .....................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang


Masalah hadits maudhu berawal dari pertentangan politik yang terjadi pada masa
khalifah Ali Bin Abi Thalib yang berujung pada pembuatan hadits-hadits palsu yang tujuannya
adalah untuk mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang tertentu. Akibat perpecahan
politik ini, hampir setiap golongan membuat hadits maudhu untuk memperkuat golongannya
masing-masing.
Ulumul hadits merupakan suatu ilmu pengetahuan yang komplek dan sangat menarik untuk
diperbincangkan, salah satuanya adalah mengenai hadits maudhu yang menimbulkan kontrofersi
dalam keberadaannya. Suatu pihak menanggapnya dengan apa adanya, ada juga yang
menanggapinya dengan beberapa pertimbangan dan catatan, bahkan ada pihak yang menolaknya
secara langsung.
Kemudian kami sebagai Mahasiswa yang dituntut untuk mengkaji dan memahami polemik
problematika umat yang salah satunya ditimbulkan dari adanya hadits maudhu.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian hadist maudhu’?
2. Bagaimana Sejarah munculnya Hadist Maudhu’ ?
3. Apa Faktor –faktor yang melatarbelakangi munculnya hadist maudhu’?
4. Apa saja Kriteria /tanda-tanda hadist Maudhu’ ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian hadist maudhu’?
2. Untuk mengetahui Sejarah munculnya Hadist Maudhu’ ?
3. Untuk mengetahui Faktor –faktor yang melatarbelakangi munculnya hadist maudhu’?
4. Untuk mengetahui Kriteria /tanda-tanda hadist Maudhu’

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian hadits Maudu’


Maudhu’ berasal dari isim maf’ul dari    ‫وضع يضع وضعا‬menurut bahasa seperti (meletakan
atau minyimpan).1
Sedangkan menurut istilah hadits maudhu’ adalah hadits yang dibuat-buatatau diciptakan
atau didustakan atas nama nabi.2
Dan para ahli hadits mendifinisikan hadits maudhu’ adalah:

ُ‫ َأوْ يَ ْف َع ْلهُ َأوْ يُقَ َّره‬ ُ‫إختِالَقًا َو ِك ْذبًا ِم َّما لَ ْم يَقُ ْله‬


ْ ‫صلَّى هّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ب ِإلَى َرسُوْ ِل هّللا‬
َ ‫هُ َو َما نُ ِس‬
“hadits yang disandarkan kepada Rasulullah SAW secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau
tidak mengatakan, memperbuat dan mengerjakan.3

َ ‫ع ْال َم ْنسُوْ بُ اِلَى َرسُوْ ُل هَّللا‬


َ‫ك‬kkِ‫صلَّى هّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم زوْ رًا َوبُ ْهتَانًا َس َوا ٌء َكانَ َذل‬ ُ ْ‫هُ َو ْال ُم ْختَلَ ُع ْال َمصْ نُو‬
‫َع ْمدًا اَوْ خَ طًَأ‬
“hadits yang diciptakan dan dibuat oleh seorang (pendusta) yang ciptaan ini dinisbahkan
kepada Rasulullah secara paksa dan dusta, baik disengaja maupun tidak” 4
Dari pengertian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa hadits maudhu’ adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan, perkataan maupun
taqrirnya, secara rekaan atau dusta semata-mata. Dalam penggunaan masyarakat islam,hadits
maudhu’ disebut juga dengan Hadits palsu.5
B.   Sejarah Munculnya Hadits Maudhu
Masuknya secara masal penganut agama lain kedalam islam, yang merupakan dari
keberhasilan dakwah islamiyah keseluruh pelosok dunia, secara tidak langsung menjadi faktor
munculnya hadits-hadits palsu. Kita tidak bisa menafikan bahwa masuknya mereka
keislam,disamping ada yang benar-benar ikhlas, ada juga segolongan mereka yang mennganut

1
Drs. Munzier suprapto. M. A, dan Drs. Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, raja grapindo persada, Jakarta, 1993, h,
191
2
Mahmud abu rayah, adlwa’ ‘ala sunnah al muhammadiyah, Dar al-Ma’arif, Mekah, h 199
3
Subhi as-Salih, ‘ulum al-hadits wa Mustalahahuh, Dar al-ilm al-malayin, 1997, h, 263
4
Mahmud abu rayah,Op cit, h 119
5
M. ‘Ajjaj  Al-Khatib. Ushul Al-Hadits. Terj. H. M. Qodirun dan Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Hlm, 352.
agama islam hanya karena terpaksa tnduk pada kekuasaan islam pada waktu itu. Golomngan ini
kita kenal dengan kaum Munafik.6
Golongan tersebut senantiasa menyimpan dendam dan dengki terhadap islah dan senantiasa
menunggu peluang yang tepat untuk merusak dan menimbulkan keraguan dalam hati-hati orang-
orang islam. Maka datanglah waktu yang ditunggu-tunggu oleh mereka, yaitu pada masa
pemerintahan Utsman bin Affan. Golongan inilah yang mulai menaburkan benih-benih fitnah
yang pertama. salah seorang tokoh yang berperan dalam upaya menghancurkan Islam pada masa
Utsman bin Affan adalah Abdullah bin Saba’, seorang yahudi  yang menyatakan telah memeluk
islam.

Dengan bertopengkan pembelaan kepada saydina Ali dan Ahli Bait, ia menabur fitnah untuk
fitnah kepada orang ramai. Ia menyatakan bahwa Ali lebih berhak menjadi khalifah dari pada
Utsman, bahkan lebih berhak daripada Abu Bakar dan Umar. Halitu karena, menurut Abdullah
bin Saba’, sesuai dengan wasiat dari Nabi Saw. Lalu, untuk mendukung propoganda tersebut, ia
membuat suatu haditds maudhu’ yang artinya “ setiap Nabi ada penerima wasiatnya dan
penerima mwasiatku dalahali”.
Namun penyebaran hadits Maudhu’ pada masa ini belum begitu meluas karena masih
banyak sahabat utama yang masih hidup dan mengetahui dengan penuh yakin akan suatu
kepalsuan suatu hadits. Setelah zaman shahabat berlalu, penelitian terhadap hadits-hadits Nabi
SAW, mulai melemah. Ini menyebabkan bayaknya periwayatan dan penyebaran hadits secara
tidak langsung telah menyebabkan terjadunya pendustaan terhadap Rasulullah dan sebagian
shahabat. Ditambah lagi dengan adanya konflik politik antara umat Islam yang semakin hebat,
telah membuka peluang kepada golongan tertentu yang memcoba bersengkongkol dengan
penguasa untuk memalsukan hadits.
C.   Faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya Hadits maudhu’
Terdapat beberapa faktor tentang penyebab hadits maudhu’ ini muncul, antara lain sebagai
berikut:
1.      Pertentangan politik dalamm soal pemilihan khalifah
Kejadian ini timbul sesudah terbunuhnya  Khalifah Utsman bin Affan oleh para
pemberontak. Pada masa itu Umat Islam terpecah-belah menjadi beberapa golongan.  Diantara

6
Abdul Fatah Abu Ghuddah, lamhat Min Tarikh As-Sunnah wa Ulum Al-Hadits, hlm 41
golongan-golongan tersebut, untuk mendukung golongannya masing-masing, mereka membuat
hadits palsu, yang pertama yang paling banyak  membuat hadits Maudhu’ adalah golongan Syiah
dan Rafidhah.7
Diantara hadits-hadits yang dibuat golongan syiah adalah:

‫ح فِى تَ ْق َواهُ َوِإلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم فِي ِع ْل ِم ِه َوِإلَى ُموْ َسى فِى‬ ٍ ْ‫َم ْن اَ َرا َد َأ ْن يَ ْنظُ َر إلَى اَ َد َم فِى ِع ْل ِم ِه َوِإلَى نُو‬
‫هَ ْيبَتِ ِه َوِإلَى ِع ْي َسى فِي ِعبَا َدتِ ِه فَ ْليَ ْنظُرْ ِإلَى َعلِ ِّي‬
“ Barang siapa tyang ingin melihat Adam tentang ketinggian ilmunya, ingin melihat Nuh tentang
ketakwaannya, ingin melihat Ibrahim tentang kebaikan hatinya, ingin melihat Musa tentang
kehebatannya, ingin melihat isa tentang ibadahnya, hendaklah melihat Ali.

ِ ‫ِإ َذ ّرَأ ْيتُ ْم ُم َع‬


ُ‫اويَهَ فَا ْقتُلُ ْوه‬
Apabila kamu melihat Muawiyyah atas mimbarku, bunuhlah dia.
Gerakan-gerakan orang syiah tersebut diimbangi oleh golongan jumhur yang bodoh dan
tidak tahu akibat dari pemalsuan hadits tersebut dengan membuat-buat hadits-hadits palsu.
Contoh hadits palsu

‫و‬kْ kُ‫ َأب‬, ‫ ْو ُل هّللا‬k‫ الَِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُم َح َّم ٌد َر ُس‬:‫َما فِى ْال َجنَّ ِة َش َج َرةٌ ِإالَّ َم ْكتُ ْوبٌ َعلَى ُكلِّ َو َرقَ ٍة ِم ْنهَا‬
ُ ‫ ُع ْث َم‬,‫ق‬
.‫ان ُذ ْو النُّ ْو َري ِْن‬ ُ ‫ ُع َم ُر ْالفَار ُْو‬,‫ق‬
ُ ‫بَ ْك ٍر الصِّ ِّد ْي‬
 Tak ada satu pohon pun daklam syurga, melainkan tertulis pada tiap-tiap dahannya: la ilaha
illallah, Muhammadur Rasulullah, Abu bakar Ash-Shiddieq, Umar Al-faruq, dan Utsman
Dzunnuraini.   
 Golongan yang fanatik kepada Muawiyyah membuat pula hadits palsu yang menertangkan
keutamaan Muawiyyah, diantaranya:

ِ ‫ َأنَا َو ِجب ِْر ْي ُل َو ُم َع‬:ٌ‫اَُأل َمنَا ُء ثَالَثَة‬


ُ‫اويَة‬
Orang yang terpercaya itu ada tiga, yaitu Aku, Jibril Dan Muawwiyah.
2.      Adanya Kesengajaan dari pihak lain untuk merusak Ajaran Islam
Golongan ini adalah dari golongan Zindiq, Yahudi, Majusi, dan Nasrani yang senantiasa
menyimpan dendam terhadap agama  Islam. Mereka tidak mampu untuk melawan kekuatan
Islam secara terbuka maka mereka mengambil jalan yang buruk ini. Mereka menciptakan

7
M. Hasbi Ash-Shiddiqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, jakarta: Bulan Bintang, 1987. Hlm 246.
sejumlah besar hadits Maudhu’ dengan tujuan merusak ajaran Islam.8 Sejarah mencatatAbdullah
Bin Saba’ adalah seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk Agama Islam. Oleh sebab itu, dia
berani menciptakan hadits Maudhu’ pada saat masih banyak sahabat utama masih hidup.
Diantara hadits Maudhu’ yang diciptakan oleh orang-orang zindiq tersebut, adalah:

َ‫ق ْال ُم َشاة‬ َ َ‫ُصافِ ُح الرُّ ْكب‬


ُ ِ‫ان َو يُ َعان‬ ٍ ‫يَ ْن ِز ُل َربُّنَا َع ِشيَّةً َعلَى َج َم ٍل اَ ْو َر‬
َ ‫ ي‬,‫ق‬
Tuhan kami turunkan dari langit pada sore hari, di Arafah dengan bekendaraan Unta kelabu,
sambil berjabatan tangan dengan orang-orang yang berkendaraan dan memeluk orang-orang
yang sedang berjalan.9
ْ َّ‫الن‬
ٌ‫ظ ُر ِإلَى ْال َوجْ ِه ْال َج ِمي ِْل ِعبَا ّدة‬
Melihat (memandang) muka yang indah adalah ibadah.
Tokoh-tokoh terkenal yang membuat hadits Maudhu’ dari kalangan Zindiq, adalah:
a)      Abdul Karim bin Abi Al-Auja, telah membuat sekitar  4.000 hadits Maudhu tentang hukum
halal-haram.
b)      Muhammad bin Sa’id Al-Mashubi, yang akhirnya dibunuh oleh Abu Ja’far Al-Mansur
c)      Bayan bin Sam’an Al-Mahdi, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid bin Abdillah.10
3.      Mempertahankan Mahzab dalam masalah Fiqh dan masalah Kalam
Mereka yang fanati terhadap Madzhab Abu Hanifah yang menganggaptidak sah shalat 
mengagkut kedua tangan shalat, membuat hadits Maudhu’sebagai berikut.

ُ‫صالَةَ لَه‬
َ َ‫صالَ ِة فَال‬
ّ ‫َم ْن َرفَ َع يَ َد ْي ِه فِي ال‬
Barang siapa mengagkat kedua tangannya didalam shalat, tidak sah shalatnya.
4.      Membangkitkan gairah beribadah untuk Mendekatkan diri kepada Allah
Mereka membuat hadits-hadits palsu dengan tujuan menarik orang untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah. Melalui amalan-amalan yang mereka ciptakan. Seperti hadits-hadits yang
dibuat oleh Nuh ibn Maryam, seorang tokoh hadits maudhu,tentang keutamaan Al-Qur’an.
Ketika ditanya alasannya melakukan hal seperti itu, ia menjawab: “ Saya dapati manusia telah
berpaling dari membaca Al-Qur’an maka saya membuat hadits-hadits ini untuk menarik minat
umat kembali kepada Al-qur’an.11
8
Mahmud At-Tahhan, Tafsir Musthalah Al-Hadits, Beirut: Dar Al-Qur’an Al-Karim, 1979, hlm 91
9
Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahahul Hadits, Bandung: Al-Ma’arif, 1974, hlm 177.
10
Fathur Rahman. Op. Cit. Hlm179
11
Ash-Shiddiqy. Op. Cit.hlm. 254.
5.      Menjilat Para Penguasa untuk Mencari Kedudukan atau Hadiah.
Seperti kisah Ghiyats bin Ibrahim An-Nakha’i yang datang kepada Amirul mukminin Al-
Mahdi, yang sedang bermain merpati. Lalu iya mentyebut hadits dengan sanadnya secara
berturut-turut sampai kepada nabi Saw., bahwasanya beliau bersabda:

ٍ َ‫ف َأ ْو َحافِ ٍر َأ ْو َجن‬


‫اح‬ ٍّ ‫ق ِإالَّ فِ ْي نَصْ ٍل َأ ْو ُخ‬
َ َ‫الَ َسب‬
Tidak ada perlombaan, kecuali dalam anak panah, ketangkasan, menunggang kuda, atau burung
yang bersayap.
Ia menambahkan kata, ‘atau burung yang bersayap’, untuk meyenagkanAl-Mahdi, lalu Al-
Mahdi memberinya sepuluh dinar. Setelah ia berpaling, sang Amir berkata, “Aku bersaksi bahwa
tengkukmu adalah tengkuk pendusta atas nama Rasulullah SAW.” Lalu memerintahkanuntuk
menyembelih mengerti itu.12
D.   Ciri-ciri /kriteria/tanda-tanda Hadits Maudhu’
1.      Ciri-ciri yang terdapat pada Sanad
a)      Rawi tersebut terkenal berdusta (seorang pendusta) dan tidak ada seorang rawi yang
terpercaya yang meriwayatkan hadits dari dia. 13
b)      Pengakuan dari sipembuat sendiri, seperti pengakuan seorang guru tasawwuf, ketika ditanya
oleh ibnu ismail tentang keutamaan ayat Al-Qur’an, maka dijawab: “tidak seorang pun yang
meriwayatkan hadits ini kepadaku. Akan tetapi, kami melihat manusia membenci Al-qur’an,
kami ciptakan untuk mereka hadits ini (tentang keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an), agar mereka
menaruh perhatian untuk mencintai Al-Qur’an.”14
c)      Kenyataan sejarah, mereka tidak mungkin bertemu, misalnya ada pengakuan seorang rawi
bahwa ia menerima hadits dari seorang guru, padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru
tersebut, atau ia lahir sesudah guru tersebut meninggal, misalnya ketika Ma’mun ibn Ahmad As-
Sarawi mengaku bahwa ia menerima Hadits dari Hisyam ibn Amr kepada Ibnu Hibban maka
Ibnu Hibban bertanya, “kapan engkau pergi keSyam?” Ma’mun menjawab, “ pada tahun 250 H.”
Mendengar itu Ibnu Hibban berkata, Hisyam meninggal dunia pada tahun 245 H.”

12
Al-qaththan. Op. Cit. Hlm. 149.
13
Ash-Shiddieqy. Op. Cit. Hlm 237
14
Drs. M. Agus Solahudin, M. Ag, dan Agus Suyadi, Lc. M. Ag, Ulumul Hadits, Bandung: Pustaka Setia, 2009,
hlm. 182.
d)     Keadaan rawi dan faktor-faktor yang mendorongnya membuat hadits maudhu’. Misalnya
seperti yang dilakukan oleh Giyats bin Ibrahim, kala ia berkunjung kerumah Al- Mahdi yang
sedang bermain dengan burung merpati yang berkata:

ٍ َ‫ف َأ ْو َحافِ ٍر َأ ْو َجن‬


‫اح‬ ٍّ ‫ق ِإالَّ فِى نَصْ ٍل َأ ْو ُخ‬
َ َ‫الَ َسب‬
“Tidak sah perlombaan itu, selain mengadu anak panah, mengadu unta, mengadu kuda, atau
mengadu burung
Ia menambahkan kata, “au janahin” (atau mengadu burung), untuk menyenagkan Al-Mahdi, lalu
Al-Mahdi memberinya sepuluh ribu dirham. Setelah ia berpaling, sang Amir berkata: “ aku
bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta, atas Nama Rasulullah SAW, lalu ia
memerintahkan tentang kemaudhu’an suatu Hadits.15
2.      Ciri-ciri yang terdapat pada Matan
a)      Keburukan susunan lafadznya. Ciri ini akan diketahui setelah kita mendalami ilmu bayan.
Dengan mendalami ilmu bayan ini, kita akan merasakan susunan kata, mana yang keluar dari
mulut Rasulullah SAW, dan mana yang tidak mungkin keluar dari mulut Rasulullah SAW.
b)      Kerusakan maknanya.
1)      Karena berlawanan dengan akal sehat, seperti Hadits:

‫ت بِ ْال َمقَ ِام َر ْك َعتَ ْي ِن‬


ْ َّ‫صل‬
َ ‫ت َس ْبعًا َو‬ ِ ‫ح بِا ْلبَ ْي‬
ِ ‫ت َس ْب‬ ٍ ‫اَ َّن َسفِ ْينَةَ نَ ْو‬
Sesungguhnya bahtera Nuh bertawaf tujuh kali keliling ka’bah dan bersembahyang dimaqam
Ibrahim dua raka’at.
2)      Karena berlawanan dengan hukum akhlak yang umum, atau menyalahi kenyataan, seperti
Hadits:

َ ‫الَي ُْولَ ُد بَ ْع َد ْال ِماَئ ِة َم ْولُ ْو ٌد هّلِل ِ فِ ْي ِه َح‬


ٌ‫اجة‬
Tiada dilahirkan seorang anak sesudah tahun seratus, yang ada padanya keperluan bagi Allah.
3)      Karena bertentangan dengan ilmu kedokteran, seperti hadits:

ُ ‫اَ ْلبَا ِذ ْن َج‬


‫ان ِشفَا ٌء ِم ْن ُكلِّ َش ْي ٍء‬
Buah terong itu penawar bagi penyakit.

15
Rahman. Op. Cit. Hlm. 170.
4)      Karena menyalahi undang-undang (ketentuan-ketentuan) yang ditetapkan akal kepada Allah.
Akal menetapkan bahwa Allah suci dari serupa dengan makhluqnya. Oleh karena itu, kita
menghukumi palsu hadits berikut ini:

‫ق نَ ْف َسهَا ِم ْنهَا‬ ْ َ‫ فَ َع ِرق‬k‫س فََأجْ َراهَا‬


َ َ‫ت فَ َخل‬ َ ‫ق ْالفَ َر‬
َ َ‫ِإ َّن هلَّلا َ َخل‬
Sesungguhnya Allah menjadikan kuda betina, lalu ia memacukannya, maka berpeluhlah kuda
itu, lalu tuhan menjadikan dirinya dari kuda itu.
5)      Karena menyalahi hukum-hukum Allah dalam menciptakan alam, seperti hadits yang
menerangkan bahwa ‘Auj ibnu Unuq mempunyai panjang tigab ratus hasta. Ketika Nuh
menakutinya dengan air bah, ia berkata: “ketika topan terjadi, air hanya sampai ketumitnya saja.
Kalu mau makan, ia memasukan tangannya kedalam laut, lalu  membakar ikan yang diambilnya
kepanas matahari yang tidak seberapa jauh dari ujung tangannya.
6)      Karena mengandung dongeng-dongeng yang tidak masuk akal sama sekali, seperti hadits:

َ ‫ك اَأْل ْبيَضُ ّحبِ ْيبِ ْي‬


‫وحبِيْبُ َحبِ ْيبِ ْي‬ ُ ‫اَل ِّد ْي‬
Ayam putih kekasihku dan kekasih dari kekasihku jibril.
7)      Bertentangan dengan keterangan Al-Qur’an, Hadits mutawatir, dan kaidah-kaidah kulliyah.
Seperti Hadits:

‫الجنَّةَ ِإلَى ّس ْب َع ِة أ ْبنَا ٍء‬ ِّ ‫َولَ ُد‬


َ ‫الزنَا الَيَ ْد ُخ ُل‬
Anak zina itu tidak dpat masuk syurga sampai tujuh turunan.
Makna hadits diatas bertentangan dengan kandungan Q. S. Al-An’am : 164, yaitu:

‫از َرةٌ ِو ْز َرُأ ْخ َرى‬


ِ ‫َوالَتَ ِز ُر َو‬
Dan seorang yang berdosa tidak akanmemikul dosa orang lain.
Ayat diatas menjelaskan bahwa dosa seseorang tidak dapat dibebankan kepada orng lain.
Seorang anak sekali pun tidak dapat dibebani dosa orang tuanya.
8)       Menerangkan suatu pahala yang sangat besar terhadap perbuatan-perbuatan yang sangat
kecil, atau siksa yang sangat besar terhadap perbuatan yang kecil. Contohnya:

‫ان هُ َو َو َم ْولُ ْو ُدهُ فِى ْال َجنَّ ِة‬


َ ‫ َك‬،‫َم ْن ُولِ َد لَهُ َولَ ٌد فَ َس َّماهُ ُم َح َّمدًا‬
Barangsiapa mengucapkan tahlil (la ilaha illallh) maka Allah menciptakan dari kalimat itu
seekor burung yang mempunyai 70.000 lisan, dan setiap lisan yang mempunyai 70.000 bahasa
yang dapat memintakan ampun kepadanya.
Cara mengetahui hadits maudhu
a)      Adanya pengakuan dari pembuatannya
b)      Maknanya rusak, dalam arti bertentangan dengan alqur’an, hadits mutawatir dan hadits
shahih
c)      Matannya menyebutkan janji yang besar untuk perbuatan kecil.
d)     Rawinya pendusta.16

BAB III
PENUTUP

16
Khusniati Rofiah, studi ilmu Hadits, stain po prees, bandung, 2010 hlm23
A. Kesimpulan
Pengertian hadits maudhu mempunyai bermacam-macam pendapat, walaupun
demikian dapat ditarik kesimpulah bahwa hadits maudhu adalah hadis palsu yang dibuat oleh
seseorang dan disandarkan kepada nabi Muhammad saw. Adapun latar belakangnya hadits
maudhu tersebut hakikatnya adalah pembelaan atau pembencian terhadap suatu golongan
tertentu.
Hadits maudhu dapat diidentifikasi keberadaannya dengan mengetahuinya berdasarkan
metode-metode tertentu, misalnya mengetahui ciri-ciri yang terdapat pada sanad dan matannya.
Menyikapi terhadap adanya hadits maudhu sangat beragam, ada sekelompok orang yang
menyikapinya dengan menerima tanpa pertimbangan tertentu, ada pula yang menerimanya
dengan berbagai catatan tertentu, bahkan ada pula yang tidak menerimanya sama sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Fatah Abu Ghuddah, lamhat Min Tarikh As-Sunnah wa Ulum Al-Hadits
Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahahul Hadits, Bandung: Al-Ma’arif, 1974
Drs. Munzier suprapto. M. A, dan Drs. Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, raja grapindo persada,
Jakarta, 1993
Drs. M. Agus Solahudin, M. Ag, dan Agus Suyadi, Lc. M. Ag, Ulumul Hadits, Bandung:
Pustaka Setia, 2009
Khusniati Rofiah, studi ilmu Hadits, stain po prees, bandung, 2010
Mahmud abu rayah, adlwa’ ‘ala sunnah al muhammadiyah, Dar al-Ma’arif, Mekah, 1997
Mahmud At-Tahhan, Tafsir Musthalah Al-Hadits, Beirut: Dar Al-Qur’an Al-Karim, 1979
M. ‘Ajjaj  Al-Khatib. Ushul Al-Hadits. Terj. H. M. Qodirun dan Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya
Media Pratama. 1997
M. Hasbi Ash-Shiddiqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, jakarta: Bulan Bintang, 1987
Subhi as-Salih, ‘ulum al-hadits wa Mustalahahuh, Dar al-ilm al-malayin, 1997

Anda mungkin juga menyukai