HADIS MAUDHU’
Dosen pengampu:
Alven Putra L.c.,M.Si
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat kelak. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Dosen Pengampu Bapak Alven Putra L.c.,M.Si yang telah memberikan
amanah untuk menyelesaikan pembahasan tentang Hadis Maudhu.penulis tentu menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
HADIS MAUDHU
A. Pengertian Hadis Maudhu’
B. Sejarah awal munculnya hadist Maudhu’
C. Faktor –faktor yang melatarbelakangi munculnya hadist maudhu’
D. Kriteria /tanda-tanda hadist Maudhu’
A. Kesimpulan ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1
Drs. Munzier suprapto. M. A, dan Drs. Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, raja grapindo persada, Jakarta, 1993, h,
191
2
Mahmud abu rayah, adlwa’ ‘ala sunnah al muhammadiyah, Dar al-Ma’arif, Mekah, h 199
3
Subhi as-Salih, ‘ulum al-hadits wa Mustalahahuh, Dar al-ilm al-malayin, 1997, h, 263
4
Mahmud abu rayah,Op cit, h 119
5
M. ‘Ajjaj Al-Khatib. Ushul Al-Hadits. Terj. H. M. Qodirun dan Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Hlm, 352.
agama islam hanya karena terpaksa tnduk pada kekuasaan islam pada waktu itu. Golomngan ini
kita kenal dengan kaum Munafik.6
Golongan tersebut senantiasa menyimpan dendam dan dengki terhadap islah dan senantiasa
menunggu peluang yang tepat untuk merusak dan menimbulkan keraguan dalam hati-hati orang-
orang islam. Maka datanglah waktu yang ditunggu-tunggu oleh mereka, yaitu pada masa
pemerintahan Utsman bin Affan. Golongan inilah yang mulai menaburkan benih-benih fitnah
yang pertama. salah seorang tokoh yang berperan dalam upaya menghancurkan Islam pada masa
Utsman bin Affan adalah Abdullah bin Saba’, seorang yahudi yang menyatakan telah memeluk
islam.
Dengan bertopengkan pembelaan kepada saydina Ali dan Ahli Bait, ia menabur fitnah untuk
fitnah kepada orang ramai. Ia menyatakan bahwa Ali lebih berhak menjadi khalifah dari pada
Utsman, bahkan lebih berhak daripada Abu Bakar dan Umar. Halitu karena, menurut Abdullah
bin Saba’, sesuai dengan wasiat dari Nabi Saw. Lalu, untuk mendukung propoganda tersebut, ia
membuat suatu haditds maudhu’ yang artinya “ setiap Nabi ada penerima wasiatnya dan
penerima mwasiatku dalahali”.
Namun penyebaran hadits Maudhu’ pada masa ini belum begitu meluas karena masih
banyak sahabat utama yang masih hidup dan mengetahui dengan penuh yakin akan suatu
kepalsuan suatu hadits. Setelah zaman shahabat berlalu, penelitian terhadap hadits-hadits Nabi
SAW, mulai melemah. Ini menyebabkan bayaknya periwayatan dan penyebaran hadits secara
tidak langsung telah menyebabkan terjadunya pendustaan terhadap Rasulullah dan sebagian
shahabat. Ditambah lagi dengan adanya konflik politik antara umat Islam yang semakin hebat,
telah membuka peluang kepada golongan tertentu yang memcoba bersengkongkol dengan
penguasa untuk memalsukan hadits.
C. Faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya Hadits maudhu’
Terdapat beberapa faktor tentang penyebab hadits maudhu’ ini muncul, antara lain sebagai
berikut:
1. Pertentangan politik dalamm soal pemilihan khalifah
Kejadian ini timbul sesudah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan oleh para
pemberontak. Pada masa itu Umat Islam terpecah-belah menjadi beberapa golongan. Diantara
6
Abdul Fatah Abu Ghuddah, lamhat Min Tarikh As-Sunnah wa Ulum Al-Hadits, hlm 41
golongan-golongan tersebut, untuk mendukung golongannya masing-masing, mereka membuat
hadits palsu, yang pertama yang paling banyak membuat hadits Maudhu’ adalah golongan Syiah
dan Rafidhah.7
Diantara hadits-hadits yang dibuat golongan syiah adalah:
ح فِى تَ ْق َواهُ َوِإلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم فِي ِع ْل ِم ِه َوِإلَى ُموْ َسى فِى ٍ َْم ْن اَ َرا َد َأ ْن يَ ْنظُ َر إلَى اَ َد َم فِى ِع ْل ِم ِه َوِإلَى نُو
هَ ْيبَتِ ِه َوِإلَى ِع ْي َسى فِي ِعبَا َدتِ ِه فَ ْليَ ْنظُرْ ِإلَى َعلِ ِّي
“ Barang siapa tyang ingin melihat Adam tentang ketinggian ilmunya, ingin melihat Nuh tentang
ketakwaannya, ingin melihat Ibrahim tentang kebaikan hatinya, ingin melihat Musa tentang
kehebatannya, ingin melihat isa tentang ibadahnya, hendaklah melihat Ali.
وkْ kُ َأب, ْو ُل هّللاk الَِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُم َح َّم ٌد َر ُس:َما فِى ْال َجنَّ ِة َش َج َرةٌ ِإالَّ َم ْكتُ ْوبٌ َعلَى ُكلِّ َو َرقَ ٍة ِم ْنهَا
ُ ُع ْث َم,ق
.ان ُذ ْو النُّ ْو َري ِْن ُ ُع َم ُر ْالفَار ُْو,ق
ُ بَ ْك ٍر الصِّ ِّد ْي
Tak ada satu pohon pun daklam syurga, melainkan tertulis pada tiap-tiap dahannya: la ilaha
illallah, Muhammadur Rasulullah, Abu bakar Ash-Shiddieq, Umar Al-faruq, dan Utsman
Dzunnuraini.
Golongan yang fanatik kepada Muawiyyah membuat pula hadits palsu yang menertangkan
keutamaan Muawiyyah, diantaranya:
7
M. Hasbi Ash-Shiddiqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, jakarta: Bulan Bintang, 1987. Hlm 246.
sejumlah besar hadits Maudhu’ dengan tujuan merusak ajaran Islam.8 Sejarah mencatatAbdullah
Bin Saba’ adalah seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk Agama Islam. Oleh sebab itu, dia
berani menciptakan hadits Maudhu’ pada saat masih banyak sahabat utama masih hidup.
Diantara hadits Maudhu’ yang diciptakan oleh orang-orang zindiq tersebut, adalah:
ُصالَةَ لَه
َ َصالَ ِة فَال
ّ َم ْن َرفَ َع يَ َد ْي ِه فِي ال
Barang siapa mengagkat kedua tangannya didalam shalat, tidak sah shalatnya.
4. Membangkitkan gairah beribadah untuk Mendekatkan diri kepada Allah
Mereka membuat hadits-hadits palsu dengan tujuan menarik orang untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah. Melalui amalan-amalan yang mereka ciptakan. Seperti hadits-hadits yang
dibuat oleh Nuh ibn Maryam, seorang tokoh hadits maudhu,tentang keutamaan Al-Qur’an.
Ketika ditanya alasannya melakukan hal seperti itu, ia menjawab: “ Saya dapati manusia telah
berpaling dari membaca Al-Qur’an maka saya membuat hadits-hadits ini untuk menarik minat
umat kembali kepada Al-qur’an.11
8
Mahmud At-Tahhan, Tafsir Musthalah Al-Hadits, Beirut: Dar Al-Qur’an Al-Karim, 1979, hlm 91
9
Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahahul Hadits, Bandung: Al-Ma’arif, 1974, hlm 177.
10
Fathur Rahman. Op. Cit. Hlm179
11
Ash-Shiddiqy. Op. Cit.hlm. 254.
5. Menjilat Para Penguasa untuk Mencari Kedudukan atau Hadiah.
Seperti kisah Ghiyats bin Ibrahim An-Nakha’i yang datang kepada Amirul mukminin Al-
Mahdi, yang sedang bermain merpati. Lalu iya mentyebut hadits dengan sanadnya secara
berturut-turut sampai kepada nabi Saw., bahwasanya beliau bersabda:
12
Al-qaththan. Op. Cit. Hlm. 149.
13
Ash-Shiddieqy. Op. Cit. Hlm 237
14
Drs. M. Agus Solahudin, M. Ag, dan Agus Suyadi, Lc. M. Ag, Ulumul Hadits, Bandung: Pustaka Setia, 2009,
hlm. 182.
d) Keadaan rawi dan faktor-faktor yang mendorongnya membuat hadits maudhu’. Misalnya
seperti yang dilakukan oleh Giyats bin Ibrahim, kala ia berkunjung kerumah Al- Mahdi yang
sedang bermain dengan burung merpati yang berkata:
15
Rahman. Op. Cit. Hlm. 170.
4) Karena menyalahi undang-undang (ketentuan-ketentuan) yang ditetapkan akal kepada Allah.
Akal menetapkan bahwa Allah suci dari serupa dengan makhluqnya. Oleh karena itu, kita
menghukumi palsu hadits berikut ini:
BAB III
PENUTUP
16
Khusniati Rofiah, studi ilmu Hadits, stain po prees, bandung, 2010 hlm23
A. Kesimpulan
Pengertian hadits maudhu mempunyai bermacam-macam pendapat, walaupun
demikian dapat ditarik kesimpulah bahwa hadits maudhu adalah hadis palsu yang dibuat oleh
seseorang dan disandarkan kepada nabi Muhammad saw. Adapun latar belakangnya hadits
maudhu tersebut hakikatnya adalah pembelaan atau pembencian terhadap suatu golongan
tertentu.
Hadits maudhu dapat diidentifikasi keberadaannya dengan mengetahuinya berdasarkan
metode-metode tertentu, misalnya mengetahui ciri-ciri yang terdapat pada sanad dan matannya.
Menyikapi terhadap adanya hadits maudhu sangat beragam, ada sekelompok orang yang
menyikapinya dengan menerima tanpa pertimbangan tertentu, ada pula yang menerimanya
dengan berbagai catatan tertentu, bahkan ada pula yang tidak menerimanya sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Fatah Abu Ghuddah, lamhat Min Tarikh As-Sunnah wa Ulum Al-Hadits
Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahahul Hadits, Bandung: Al-Ma’arif, 1974
Drs. Munzier suprapto. M. A, dan Drs. Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, raja grapindo persada,
Jakarta, 1993
Drs. M. Agus Solahudin, M. Ag, dan Agus Suyadi, Lc. M. Ag, Ulumul Hadits, Bandung:
Pustaka Setia, 2009
Khusniati Rofiah, studi ilmu Hadits, stain po prees, bandung, 2010
Mahmud abu rayah, adlwa’ ‘ala sunnah al muhammadiyah, Dar al-Ma’arif, Mekah, 1997
Mahmud At-Tahhan, Tafsir Musthalah Al-Hadits, Beirut: Dar Al-Qur’an Al-Karim, 1979
M. ‘Ajjaj Al-Khatib. Ushul Al-Hadits. Terj. H. M. Qodirun dan Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya
Media Pratama. 1997
M. Hasbi Ash-Shiddiqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, jakarta: Bulan Bintang, 1987
Subhi as-Salih, ‘ulum al-hadits wa Mustalahahuh, Dar al-ilm al-malayin, 1997