Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ILMU HADIST”
(Hadist Berdasarksn Penisbatan Matan)
Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam Diampu
Oleh : Rofiah Masrifah S.Pd. I .,M.Pd.I

Di Susun oleh :
Kelompok 5
Andi Nurani Haris (60600123041)
Muhammad Aidil Ar-rasyid (60600123042)
Fahri Bakhri (60600123043)

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulilllah,Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya,


makalah ini dapat Kami selesaikan. Shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW,
pembimbing umat menuju cahaya kebenaran illahi.
Adapun pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah ILMU HADIST
membahas mengenai Hadist berdasarkan penisbatan matan

Mengingat isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar tercapainya tujuan dalam
menghadapi dan memecahkan masalah,baik masalah individu ataupun masalah kelompok.
Mudah-mudahan makalah ini besar manfaatnya bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis
menjadi amal yang sholeh yang bisa menghantarkan kesuksesan dalam belajar.

Gowa, 7 April 2024

Tim Penyusun

.......................................................................................................................................................

i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..…….…..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………….……………..……………..…………...........1

B. Rumusan Masalah …………………………………………..…………..…….………....…2

C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………..……..…...2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist……………………………………….………………………………..….3

B. Hadist Mudsi…………………………………………….………………………....……….4

C. Hadist Marfu’………………………………………………...………………………….….5

D . Hadist Maufuq………………………………………………………………………………6

E. Hadist Maqhtu……………………………………………………………………………….7

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………….…...9

B. Saran………………………………………………………………………………….…….11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..…………12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam mengenal dua sumber primer dalam perundang-undangan. Pertama, Al-Qur’an
dankedua al-Hadits. Terdapat perbedaan yang signifikan pada sistem inventarisasi sumber
tersebut. Al-Qur’an sejak awal diturunkan sudah ada perintah pembukuannya secara
resmi,sehingga terpelihara dari kemungkinan pemalsuan. Berbeda dengan hadits, tak ada
perlakuankhusus yang baku padanya, sehingga pemeliharaannya lebih merupakan
spontanitas daninisiatif para sahabat.
Hadits pada awalnya hanyalah sebuah literatur yang mencakup semua ucapan,
perbuatan, danketetapan Nabi Muhammad SAW. Persetujuan Nabi yang tidak diucapkan
terhadap orang-orang pada zamannya, dan gambaran-gambaran tentang pribadi Nabi.
Mula-mula haditsdihafalkan dan secara lisan disampaikan secara berkesinambungan dari
generasi ke generasi.
Setelah Nabi wafat pada tahun 10 H., islam merasakan kehilangan yang sangat besar.
NabiMuhammad SAW. Yang dianggap sebagai yang memiliki otaritas ajaran islam,
dengankematiannya umat merasakan otoritas. Hanya Al-Qur’an satu-satunya sumber
informasi yangtersedia untuk memecahkan berbagai persoalan yang muncul di tengah-
tengah umat islamyang masih muda itu, wahyu-wahyu ilahi, meskipun sudah dicatat,
belum disusun dengan baik, dan belum dapat diperoleh atau tersedia secara materil ketika
Nabi Muahammad SAW.wafat. Wahyu-wahyu dalam Al-Qur’an yang sangat sedikit sekali
mengandung petunjuk yang praktis untuk dijadikan prinsip pembimbing yang umum
dalam berbagai aktivitas. Khalifah-khalifah awal membimbing kaum muslim dengan
semangat Nabi, meskipun terkadang bersandar pada penilaian pribadi mereka. Namun,
setelah beberapa lama, ketika munculkesulitan-kesulitan yang tidak dapat lagi mereka
pecahkan sendiri, mereka mulai menjadikansunnah, seperti yang merupakan kebiasaan
perilaku Nabi sebagai acuan dan contoh dalammemutuskan suatu masalah. Sunnah yang
hanya terdapat dalam hafalan-hafalan sahabattersebut dijadikan sebagai bagian dari
referensi penting setelah Al-Qur’an. Bentuk-bentuk kumpulan hafalan inilah yang
kemudian disebut dengan hadits. Dan hadits disini berbagai banyak macam macamnya

1
yang diantaranya hadits Qudsi, Marfu`, Mauquf, dan Maqthu`.Dan disini saya akan
menjelaskan secara rinci dari macam-macam hadits tersebut

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hadist?
2. Apa yang dimaksud dengan Hadits Qudsi?
3. Apa yang dimaksud dengan Hadits Marfu’?
4. Apa yang dimaksud denga Hadits Maufuq?
5. Apa yang dimaksud dengan Hadits Maqtu’?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hadist
2. Untuk Mengetahui Pengertian hadist Qudsi
3. Untuk Mengetahui Pengertian hadist Marfu’
4. Untuk Mengetahui pengertian hadist Maufuq
5. Untuk Mengetahui pengertian hadist Maqhtu

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadist
Makna hadis atau al-hadits secara bahasa adalah al-jadid (yang baru), al-qarib (yang
dekat), dan al-khabar (berita).1 Makna terakhir inilah yang populer dalam ilmu hadis.
Secara terminologi, ulama hadis mendefinisikannya sbb:
ُ ْ ُ
‫واحواله‬ ‫النب ص م وافعاله‬ ُ ْ
‫اق وال ي‬
Artinya: “Segala perkataan Nabi, perbuatan, dan hal ihwalnya.”
Ulama hadits menerangkan bahwa yang termasuk "hal ihwal" di sini adalah segala
pemberitaan tentang Nabi SAW, seperti karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaannya.
Sedangkan ulama usul fikih, mendefinisikan hadits sbb:
ُ ‫األح‬ ُ
ْ ‫ثبت‬ َ ‫ْ ُُ ْ َ ُُ َ ْ ْ ُُ ى‬
‫كام‬ ‫الب ت‬ ‫أق واله واف عاله وت قري راته‬
Artinya: “Segala perkataan Nabi SAW, perbuatan, dan takrirnya yang dapat menjadi dalil
untuk menetapkan hukum”.2
Dua definisi di atas sepakat meletakkan ucapan atau perbuatan nabi sebagai bentuk hadis,
namun ulama usul mensyaratkan hadis harus terkait dengan dalil dalam penetapan hukum,
sedangkan ulama hadis tidak berpendapat demikian.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hadis merupakan berita atau informasi
atau cerita, sedangkan Hadis Nabi adalah berita atau informasi atau cerita tentang Nabi
saw. Isi hadis tersebut menceritakan tentang ucapan atau perbuatan atau hal ihwal
berkaitan dengan Nabi saw. Berita tentang prilaku sahabat yang dilakukan di depan Nabi
atau dengan sepengetahuannya dan beliau tidak melarang atau menyuruhnya juga
termasuk hadis nabi, yang dinamakan sebagai takrir nabi.

B. Hadist Qudsi
1. Apa itu hadist qudsi
Mengutip dari buku Ilmu Hadis Dasar oleh Atho'illah Umar, hadits qudsi diambil
dari kata 'quds' yang berarti suci. Secara istilah adalah setiap ucapan yang disandarkan
Rasulullah SAW kepada Allah SWT tetapi bukan Al-Qur'an Hadits qudsi disebut juga

3
dengan hadits ilahiy dan rabaniy, yakni sebuah hadits yang sama halnya seperti hadits
nabi. Namun, keduanya secara substansi berbeda dari asal sumbernya.
Hadits qudsi maknanya bersumber dari Allah SWT. Sementara itu, hadits atau
sunah pada umumnya bersumber dari nabi sendiri, baik lafal maupun maknanya.
Namun, ulama hadits ketika hadits qudsi disamakan secara utuh dengan Al-Qur'an
mereka menyatakan menolak. Seperti yang diuraikan oleh Al-Munawi dalam kitab
Faidhul Qodir,

‫الحديث القدسي إخبار هللا تعالى نبيه عليه الصالة والسالم معناه بإلهام أو بالمنام فأخبر النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫عن ذلك المعنى بعبارة نفسه‬
Hadits qudsi merupakan wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW dari
Allah SWT dalam bentuk makna, baik melalui ilham maupun mimpi. Kemudian Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan berita 'makna' itu dengan redaksi beliau.
Contoh hadist qudsi
‫ص ِحيفَ ِة َخي ًْرا إِ هَّل‬ ِ ‫ص ِحيفَ ِة َوفِي‬
‫آخ ِر ال ه‬ ‫َّللاُ فِي أَ هو ِل ال ه‬ ‫ار فَيَ ِجد ُ ه‬ ِ ‫ظا ِم ْن لَ ْي ِل أ َ ْو نَ َه‬
َ ‫ظي ِْن َرفَعَا إِلَى هللاِ َما َح ِف‬
َ ِ‫َما ِم ْن َحاف‬
‫ط َرفَ ْي ال ه‬
‫ص ِحي َف ِة‬ َ َ‫َّللاُ تَعَالَى أ ُ ْش ِهد ُ ُك ْم أَنِِّي قَدْ َغفَ ْرتُ ِلعَ ْبدِي َما َبيْن‬
‫قَا َل ه‬
Artinya: Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia mengatakan bahwasanya
Rasulullah bersabda, "Tiada dua malaikat hafizhin (yang mencatat) melaporkan
kepada Allah apa yang dicatat oleh keduanya di malam atau siang hari, tidaklah
terdapat di awal buku catatan dan di akhirnya kebaikan melainkan Allah Ta'ala akan
mengatakan, 'Saksikanlah oleh kalian semua bahwa sesungguhnya Aku telah
mengampuni hamba-Ku atas apa yang ada pada pucuk buku catatan ini'." (HR Tirmidzi
dalam kitab Jami pada Bab Jenazah)
2. Perbedaan hadist qudsi dan al-quran
Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT, bukan seperti kalam manusia yang kadang-
kadang masih membutuhkan sumber dari mana asal kalimatnya. Merujuk International
Journal Ihya' 'Ulum Al-Din Vol. 18 No 2 (2016) dengan judul Memahami Kembali
Pemaknaan Hadis Qudsi karya Abdul Fatah Idris, ada beberapa perbedaan antara hadits
qudsi dengan Al-Qur'an dan yang terpenting adalah sebagai berikut:

4
1. Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW
dengan lafal-Nya. Al-Qur'an sebagai wahyu Allah SWT maka tidak ada seorang pun
yang bisa menentang tentang kebesaran mukjizatnya. Hadits qudsi tidak
dimaksudkan untuk menantang atau menunjukkan mukjizat.
2. Al-Qur'an hanya dinisbatkan kepada Allah SWT sehingga dikatakan Allah Taala
berfirman. Sedangkan hadits qudsi terkadang disandarkan kepada Allah SWT
sehingga nisbah hadits qudsi itu kepada Allah SWT adalah nisbah dibuatkan. Maka
dikatakan Allah SWT telah berfirman dan Allah berfirman. Dan terkadang
diriwayatkan dengan disandarkan kepada Rasulullah SAW. tetapi nisbahnya adalah
nisbah kabar. Maka dikatakan, Rasulullah SAW mengatakan apa yang diriwayatkan
Tuhannya.
3. Seluruh isi Al-Qur'an dinukil secara mutawatir sehingga kepastiannya mutlak.
Adapula hadits-hadits qudsi kebanyakan adalah kabar ahad, sehingga kepastiannya
masih merupakan dugaan. Ada kalanya hadits itu sahih, hasan, atau daif.
4. Al-Qur'an dari Allah SWT, baik lafal maupun maknanya sedangkan hadits qudsi
maknanya dari Allah SWT dan lafalnya dari Rasulullah SAW.
5. Nilai ibadah membaca Al-Qur'an dengan hadits berbeda. Membaca huruf dari Al-
Qur'an akan memperoleh satu kebaikan dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali
lipat. Sementara itu, Allah SWT memberikan pahala membaca hadits qudsi secara
umum saja.

C. Hadist Marfu’
Hadits Marfu` adalah perkataan, perbuatan, atau taqrir yang disandarkan kepada
NabiMuhammad SAW., baik sanand hadits tersebut bersambung-sambung atau terputus,
Baik yang menyandarkan haditst itu sahabat maupun lainnya.Definisi ini memungkinkan
hadits muthasil, Mu`allaq, Mursal, Munqathi, dan Mudhal,menjadi Marfu`. Adapun hadits
Mauquf dan hadits Maqthu`, tidak dapat menjadi Marfu`bilatidak ada Qarinah yang me-
marfu`kannya. Dengan demikian , dapat diambil ketetapan bahwatiap-tiap hadits Marfu`
itu tidak selamanya bernilai sahih atau hasan, tetapi setiap haditsshahih ataau hasan, tentu
marfu` atau dihukumkan marfu`.

5
o Hadits yang marfu’ adalah hadis yang langsung disandarkan pada Nabi, tidak
berhentihanya pada sahabat.
o Dalam kategori marfu’ ini masuk dalam hadis-hadis yang muttashil, munqathi’ dan
juga mursal, karena hadis-hadis tersebut terputus pada tingkat dibawah
Nabi,sedangkan inti dari hadis tersebut tersambung sampai pada Nabi.
o Walaupun munqathi’ masuk sebagai kategori marfu’ tapi bagi sebagian ulama, hal
itutidak masuk dalam kategori musnad karena tidak adanya ketersambungan antara
perawi yang disandarkan kepada Nabi dalam hadis tersebut.
o Tetapi al-Hafidz bin Tsabit mendefinisikan hadis yang marfu’ adalah hadis
yangdiriwayatkan sahabat dari perkataan Nabi Saw atau perbuatanya. Di sini al-
Hafidz binTsabit mengkhususkan dari sahabat bukan dari Tabi’in, karena yang berasal
dariTabi’in disebut mursal.
Jenis Hadits Marfu’
a) Marfu’ lafdzan
Yaitu hadis yang secara terang-terangan sahabat atau perawinya menyatakan
bahwaRasulullah SAW mengatakan, melakukan, atau menyetujuinya
b) Marfu’ hukman
Yaitu hadis dimana sahabat yang meriwayatkan tidak secara terang-
teranganmenyatakan bahwa Rasulullah SAW menyatakan, melakukan, atau
menyetujuinya.
D. Hadist Maufuq
Para ulama mendefinisikan hadits mauquf sebagai berikut:

‫ر ما أضيف إلى الصحابي من قول أو فعل أو تقري‬

“Semua yang dinisbahkan kepada seorang shahabat. Baik berupa perkataan, perbuatan
maupun persetujuan.”
Berdasarkan definisi di atas, maka sebuah hadits mauquf itu ada yang sanadnya
bersambung (muttashil) dan ada yang sanadnya terputus (munqathi‘).
Dengan kata lain hadis mauquf adalah perkataan sahabt, perbutan taqrirnya.Dikatakan
mauqufkarena sandaran-nya terhendi pad thabaqoh sahabat. Kemudian tidak dikatakan
marfu`, karena hadist ini tidakdi-rafa`kan atau disandarkan pada Rasulullah SAW. Ibnu

6
Shalah membagi hadis mauquf kepada uda bagian yaitu mauquf al-Mausul danMauquf
Ghair a-mausul. mauquf Al-Mausul, berarti Hadis mauquf yang sanadnya bersambung.
Dilihat dari segi persambungan ini, hadis mauhaif yang lebih rendah dari padamauquf Al-
MausulAdapun hukum hadits mauquf, pada prinsipnya, tidak dapat dibuat hujjah, kecuali
adaqarinah yang menunjukkan (yang menjadikan marfu`
 Hadis mauquf adalah berita yang hanya disandarkan sampai kepada sahabatsaja.
Baik yang disandarkan itu perkataan, perbuatan, atau taqrir, baik yangsanadnya
bersambung atau terputus.
 Para ahli fiqih khurasan menamakan hadis mauquf dengan nama khabar atauatsar.
Adapun para ahli hadis sepakat menyebutnya atsar karena diambil dariungkapan
 “Atsartu al-Syai’a”
 Sahabat adalah mereka yang bertemu dengan Rasulullah SAW, dalam
keadaanmu’min dan meninggal dalam keadaan mu’min.
E. Hadist Maqthu’
Secara bahasa kata ‫ َم ْقطوع‬maqthu’ adalah isim maf’ul (‫ )اسم المفعول‬dari kata kerja ‫ط َع‬َ ‫ق‬
(memotong /memutus). Kata ‫ط َع‬ َ ‫ ق‬merupakan lawan kata dari ‫ص َل‬ َ ‫َو‬
(menyambung/bersambung). Jadi kata ‫ َم ْقطوع‬maqthu’ secara bahasa berarti terputus atau
tidak tersambung.[i]
Adapun secara istilah, menurut Syaikh Manna’ Al-Qathan, pengertian dari hadits
maqthu’ adalah,

‫ما أضيف إلى التابعي أو من دونه من قول أو فعل‬


”Perkataan dan perbuatan yang disandarkan kepada Tabi’i atau setelah Tabi’i.”[ii]
Dr. Nawir Yuslem, M.A. memberikan definisi hadits maqthu’ agak berbeda dengan Syaikh
Manna’ Al-Qathan. Hadits Maqthu’ yaitu:

‫وهو الموقوف على التابعي قوَّل له أو فعال‬


“Yaitu sesuatu yang terhenti (sampai) pada Tabi’i, baik perkataan maupun perbuatan tabi’i
tersebut.”[iii]

7
Menurut Dr. Nawir Yuslem, hadits maqthu’ hanyalah perkataan dan perbuatan yang
disandarkan kepada generasi Tabi’in saja. Bila disandarkan kepada generasi setelah
Tabi’in bukan termasuk hadits maqthu’ menurut definisi ini.
Sedangkan Markazul Fatwa Qatar di bawah bimbingan syaikh Dr. Abdullah Al-Faqih
memberikan tambahan sedikit terhadap definisi hadits maqthu’ sebagai berikut:

‫ سواء اتصل السند إلى التابعي أو انقطع‬،‫ أو من دونه من قول أو فعل‬،‫ ما أضيف إلى التابعي‬:‫أما المقطوع فهو‬

“Adapun maqthu’ adalah perkataan dan perbuatan yang disandarkan kepada Tabi’i atau
generasi setelah Tabi’i baik sanadnya bersambung kepada tabi’i tersebut ataukah
terputus.”[iv]
Dr. Syed Abdul Majid Al-Ghouri memberikan definisi hadits maqthu’ sama persis dengan
yang diberikan oleh Markaz Al-Fatwa Qatar tersebut.
Kemudian beliau menambahkan bahwa Al-Hafizh Ibnu Hajar telah memasukkan ke dalam
al-Maqthu’ setiap yang disandarkan kepada generasi setelah para Tabi’in dari kalangan
Tabi’ ut-tabi’in dan juga sesudah mereka.[v]

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits adalah segala berita yang berkenaan dengan sabda, perbuatan, taqrir, dan hal
ikhwal Nabi Muhammad SAW.
hadits qudsi adalah hadits yang disandarkan kepada Rasulullah dan disandarkan
kepadaAllah. Hadits jenis ini juga disebut dengan istilah hadits ilahi atau hadits rabbani,
karenadisandarkan kepada Allah.
Hadits Marfu` adalah perkataan, perbuatan, atau taqrir yang disandarkan kepada
NabiMuhammad SAW., baik sanand hadits tersebut bersambung-sambung atau terputus, Baik
yang menyandarkan haditst itu sahabat maupun lainnya.
Hadits Mauquf adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa perkataan,
perbuatan, Atau Taqrir
.Hadits Maqthu` adalah hadits yang disandarkan kepada tabi`in atau orang yang
sebawahnya, baik perkataan atau perbuatanSaran
Alhamdulillah akhirnya makalah ini berhasil kami susun. Kami sadar dalam proses
penyusunan hingga tersusunnya makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami akan sangat menghargai kritik dan saran dari rekan-rekan semua, agar dalam penyusunan
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan ,manfaat bagi kita semua. Terimakasih.
B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan ini meskipun penulisan ini jauh dari
sempurna minimal para pembaca dapat mengimplementasikan tulisan ini. Selain itu, makalah
ini masih banyak memiliki kesalahan dari segi penulisan, sumber materi, dan lainnya, karena
penulis juga merupakan manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu
minal khotto’ wan nisyan”, dan juga butuh saran serta kritik agar bisa menjadi motivasi untuk
masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Solahudin, M. Agus dan Agus Suyadi. 2008. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 1999. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Jumantoro, Totok. 1997. Kamus Ilmu Hadits. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, Mustofa. 2012. Ilmu Hadits. Bandung: CV Pustaka Setia.

10

Anda mungkin juga menyukai