Anda di halaman 1dari 14

HADITS, SUNAH, KHABAR, DAN ATSAR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits


Dosen Pengampu : Andi Luqmanul Qosim,LC.,M.Pd.l.

Disusun Oleh :
M Reza Nur Fauzan (33030210040)
Hellena Andriyani (33030210057)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan
nikmatnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul NIAT DAN
BERAKTIFITAS dengan tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasullullah yang paling mulia,
Nabi Muhammad saw. Yang telah memebawa kita dari alam jahiliyah kea lam terang benerang
yaitu keislaman.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis
Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang NIAT DAN
BERAKTIFITAS bagi para pembaca dan juga penulis.

Saya juga berterimakasih kepada bapak. Achmad Kholik, LC., M.Ag. selaku dosen mata
kuliah hadis yang telah memberi tugas ii sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Salatiga, 26 September 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II

PEMBAHASAN

I. Devinisi Hadits, sunah, Khabar, dan Atsar


II. Unsur – Unsur Hadits

BAB III

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an yang merupakan penjelas dari
ayat-ayat Al-Qur’an yang bermakna umum. Sehingga kami menjelaskan pengertian
pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar secara istilah menurut Muhadditsun,
Ushuliyyun, dan Fuqaha, sehingga kita dapat memahami Hadits, Sunnah, Khabar, dan
Atsar secara mendalam dan tidak terpaku pada satu pengertian sehingga kita tidak cepat
menyalahkan perbedaan.

Hadits mempunyai beberapa struktur yaitu Sanad, Matan, dan Mukhrij yang masing
masing mempunyai peran penting dari keadaan suatu hadits tersebut. Pada mulanya, ilmu
hadits memang merupakan beberapa ilmu yang masing-masing berdiri sendiri, yang
berbicara tentang hadits Nabi SAW dan para pewarisnya, seperti ilmu Al-Hadits Al-
Shahih, ilmu Al-Mursal, ilmu Al-Asma’wa Al-Kuna dan lain-lain.

Pembahasan tentang sanad meliputi: segi pembangunan sanad (istisha-alsanad), yaitu


bahwa suatu rangkaian sanad hadits haruslah bersambung mulai dari sahabat sampai
kepada periwayat terakhir yang menuliskan atau membukukan hadits tersebut. Oleh
karenanya, tidak dibenarkan suatu rangkaian sanad tersebut yang terputus, tersembunyi,
tidak diketahui identitasnya atau tersamar, segi terpercayaan hadits (tsigat al-sanad),
yaitu bahwa setiap perawi yang terdapat didalam sanad suatu hadits harus dimiliki sifat
adil dan dhabith (kuat dan cermat hapalnya atau dokumentasi haditsnya), segi
keselamatannya dari kejanggalan (syadz), segi keselamatannya dari cacat (illat), dan
tinggi dan rendahnya martabat suatu sanad. Sedangkan pembahasan mengenai matan
adalah meliputi segi ke-ashahihan atau ke-dha’ifannya. Mempelajari hadits adalah bagian
dari keimanan umat terhadap kenabian Muhammad SAW.

4
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini, adalah :

a. Devinisi Hadits, sunah, Khabar, dan Atsar ?


b. Unsur – Unsur Hadits

C. Tujuan

Adapun tujuan masalah dari penulisan makalah ini, adalah :

a. Untuk mengetahui pengertian Hadits, Sunah, Khabar, dan Atsar


b. Untuk mengetahui struktur Hadits

5
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Hadits, sunah, Khabar, dan Atsar

A. Pengertian hadits

Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat atau
waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.

Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu
ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah penjelasan mengenai
ucapan, perbuatan, dan perkataan.

Hadits yang bermakna khabar ini diisytiqaqkan dari tahdits yang bermakna riwayat
atau ikhbar=mengabarkan. Apabila dikatakan haddatsana bi haditsin, maka maknanya
akhbarana bihi haditsun=dia mengabarkan sesuatu kabar kepada kami.1

Allah pun memakai kata hadits dengan arti khabar dalam firman-Nya, QS. ath-Thur/52:
34 menyatakan:

‫َفۡل َیۡا ُتۡو ا ِبَحِد ۡی ٍث ِّم ۡث ِلٖۤہ ِاۡن َک اُنۡو ا ٰص ِد ِقۡی َن‬

Terjemahnya: “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal AlQuran itu
jika mereka orang-orang yang benar.” (QS. ath-Thur/52:34).2

1
Yakni: Isim bagi al-Hadis, Tahdits, memberitahukan, maka yang diberikan itu dinamakan “Hadis”.
2
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Dirjen Bimas Islam: Direktorat Urusan Agama Islam, 2012), h.
758.

6
Rasulullah saw., juga telah menggunakan lafad hadits dengan artikhabar yang datang dari
beliau atau sabdanya:
‫ َم اَك اَن ِفْیِھ ِم ْن َح َالٍل َأْح َلْلَناُه َو َم اَك اَن ِفْیِھ ِم ْن‬.‫ْو ِش ُك َأَح َد ُك ْم َأْنَیُقْو َل ׃ َھَذ ا ِكَتاُب اِهللا‬
‫ َو َر ُسْو َلُھ‬،‫ ُهللا‬: ‫َحَر اٍم َح َّر ْم َناُه َأَالَم ْن َبَلَغُھ َع ِّنى َحِد ْیٌث َفَك َذ َب ِبِھ َفَقْد َك َذ َب َثَال َثة‬،
‫َو اَّلِذ ْى َح َّدَث ِبھ) رواه أحمد والدارمى‬

Artinya: “Akan ada seseorang kamu yang hampir berkata, Ini Kitabullah. Apayang halal
didalamnya, kami halalkan. Apa yang haram didalamnyakami haramkan. Ketahuilah,
barangsiapa sampai kepadanya sesuatu“hadits” khibar daripadaku, lalu dia dustakan,
berartilah dia telahmendustakan tiga orang: dia mendustakan Allah, dia
mendustakanRasul-Nya, dia mendustakan orang yang menyampaikan hadits itu”. (H.R.
Ahmad dan Ad Darimy)3

B. Pengertian Sunnah

Menurut bahasa (lughat) sunnah bermakna jalan yang dijalani, terpuji, atau tidak.
Sesuatu tradisi yang sudah dibiasakan, dinamaisunnah, walaupun tidak baik. Jamaknya,
sunan. Nabi saw., bersabda:

)‫َلَتَّتِبُع َّن ُسَنَن َم ْن َقْبَلُك ْم ِش ْبًرا ِبِش ْبٍر َوِذ َر اًعا ِبِذ َرٍاع َح َّتى َلْو َد َخ ُلْو ا ُحْج َر الَّضِّب َلَد َخ ْلُتُم ْو ُه (رواه مسلم‬

Artinya: “Sungguh kamu akan mengikuti sunnah-sunnah (perjalanan-perjalanan) orang-orang


sebelummu, sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka
memasuki sarangdlab (seripa biawak), sungguh kami memasukinya juga.” (H.R. Muslim)

Sunnah menurut istilah muhadditsin (ahli-ahli hadits) ialah segalayang dinukilkan dari
Nabi saw., baik berupa perkataan, perbuatan, maupun berupa taqrir, pengajaran, sifat,
kelakuan, perjalanan hidup baikyang demikian itu sebelum Nabi saw., dibangkit menjadi
Rasul, maupunsesudahnya. Jumlah yang terbesar dari para Muhadditsin menetapkan, bahwa
sunnah dalam arti ini, menjadi muradif bagi perkataan hadits.4

3
Lihat, Miftah Kunuzil Sunnah, h. 155, Ahmad bin Hanbal, h. 222
4
Lihat Qawa’idil Tahdits, h. 35. Taujihul Nadhar, h. 2. Muftahul Sunnah, h. 5.

7
Sunnah, menurut pendapat (istilah ahli ushul fiqh) ialah segala yang dinukilkan dari Nabi
saw., baik perkataan maupun perbuatan, ataupun taqrir yang berkaitan dengan hukum.

Makna inilah yang diberikan kepada perkataan sunnah dalam sabda Nabi:

‫ ِكَتاَب ِهللا َو ُس َّنَة َر ُسْو ِلِھ‬,‫َلَقْد َتَر ْكُت ِفْیُك ْم َاْمَر ْیِن َلْن َتِض ُّلْو ا َم اِاْن َتَم َّس ْكُتْم ِبِھَم ا‬

Artinya: “Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua hal, tidak sekali-kali kamu sesat
selama kamu berpegang kepadanya, yakni Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.” (H.R. Malik)5

C. Pengertian Khabar

Khabar secara bahasa berarti berita atau warta yang disampaikan dari seseorang kepada
orang lain. khabar menurut istilah ahli hadis yaitu:

‫َم ا ُأِض ْيَف ِإلَى الَّنِبِّي َص لَّى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْو َغْيِر ِه‬.

“Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi s.a.w., atau dari selain Nabi
s.a.w”.
Khobar memiliki cakupan yang lebih luas dibanding dengan hadist. Khobar mencakup
segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad s.a.w dan selain Nabi seperti perkataan
para sahabat dan tabi’in sedangkan hadist hanya segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi s.a.w., baik perkataan, perbuatan, maupun taqrir (ketetapan) beliau.

Khabar menurut bahasa serupa dengan makna hadits, yakni segala berita yang
disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Sedang pengertian khabar menurut istilah,
antara satu ulama dengan ulama lainnya berbeda pendapat. Menurut ulama ahli hadits
sama artinya dengan hadis, keduanya dapat dipakai untuk sesuatu marfu'. Mauquf, dan
maqthu', mencakup segala yang datang dari Nabi SAW., sahabat dan tabi'in, baik
perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.6

5
Makna ini adalah yang diberikan Jumhur. Pendapat ahli tahqiq kami terangkan dalam risalah “Problematika
Hadits Sebagai Dasar Pembinaan Hukum Islam”.
6
Drs. Munzier Suparto, MA., hal 15

8
Ulama lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang datang selain dari Nabi
SAW., sedang yang datang dari Nabi SAW. disebut hadis. Ada juga yang mengatakan
bahwa hadis lebih umumdan lebih luas daripada khabar, srhingga tiap hadis dapat
dikatakan khabar, tetapi tidak setiap khabar dikatakan hadis.

Hadits marfu’, hadits mauquf dan hadits maqthu’ bisa disebut dengan khabar. Dan
oleh karena itu pula ada yang berpendapat bahwa khabar adalah segala bentuk berita
(warta) yang diterima bukan dari nabi SAW saja.
Contoh hadits yang berbunyi :

َ‫ِغ ْر يًبا َف ُ ْطوَبىِ للَ َ وَ سَيُعْ وُدَ ِغ ْر يًباَ َك ما َبَدأُ مَ ِغ ْر يًباِ إلْ ساَل اَ ر َبَدأ َب ءِ ء‬

“Islam itu mulanya asing dan akan kembali asing seperti semula. Maka beruntunglah bagi
orang-orang yang asing”.

D. Pengertian Atsar

Atsar menurut pendekatan bahasa sama pula artinya dengan khabar, hadis, dan sunnah,
Sedangkan atsar menurut istilah terjadi perbedaan pendapat di antara pendapat para ulama.
Sedangkan menurut istilah:

‫ما روي عن الصحا بة ويجو ز اطال قه على كــالم ي ايضا‬

"Yaitu segala sesuatu yang diriwayatkan dari sahabat, dan boleh juga disandarkan pada
perkataan Nabi SAW."

Jumhur ulama mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW., sahabat, dan tabi'in. Sedangkan menurut ulama Khurasan
bahwa atsar untuk yang mauqufdan khabar untuk yang marfu'.7

Contoh Atsar:

7
Drs. Munzier Suparto, MA., hal 16

9
Perkataan Hasan Al-Bashri rahimahullaahu tentang hukum shalat di belakang ahlul bid’ah:

ِ‫ْ َ وَقاَ ل ال‬:‫َدَ عُتُهْ يِ ه بَ ص ِل َ وَ عَل َ حَ سُ ن‬

“Shalatlah (di belakangnya), dan tanggungan dia bid’ah yang dia kerjakan.” Contoh doa nabi
SAW yang diriwayatkan oleh Annas, r.a :

‫ كان اكثر دعاء الن ب سنة و فى‬: ‫ه م آتنا فى الد نيا ح م الل ى هلال عليه وسل ي صل وعن انس رضي هلال عنه قال‬
‫اآلخرة حسنة وقنا عذاب الن ار )متفق عليه‬

( Dari Anas r.a, ia berkata : doa nabi SAW yang paling banyak (dibaca) adalah “wahai Allah,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka”. (HR. Bukhari Muslim).

II. Unsur Unsur Hadist

Pengertian hadis bisa dianggap sempurna manakala memenuhi tiga unsur penting. Tiga
unsur tersebut Sanad,matan,rawi sebagai pertimbangan penilaian sebuah riwayat, masuk dalam
kategori shahih, hasan, atau dhaif.

1. Sanad hadits
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang berati mutamad
(sandaran/tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya atau yang sah). Dikatakan
demikian karena, karena hadits itu bersandar kepadanya dan dipegangi atas kebenaranya.
Secara temionologis,difinisi sanad ialah: ”silsilah orang-orang yang mehubungkan kepada matan
hadits”.
Silsilah orang maksudnya adalah susunan atau rangkaian orang-orang yang meyampaikan
materi hadits tersebut, sejak yang disebut pertama sampai kepada Rasul SAW, yang perbuatan,
perkataan, taqrir, dan lainya merupakan materi atau matan hadits. Dengan pegertian diatas maka
sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian orang-orang bukan dilihat dari sudut pribadi
secara perorangan.

10
2. Matan Hadits
Kata matan atau al-matan menurut bahasa berarti ma shaluba wa irtafa’amin al-
aradhi(tanah yang meninggi). Secara temonologis, istilah matan memiliki beberapa difinisi, yang
mana maknanya sama yaitu materi atau lafazh hadits itu sendiri. Pada salah satu definisi yang
sangat sederhana misalnya, disebutkan bahwa matan ialah ujung atau tujuan sanad . Dari definisi
diatas memberi pengertian bahwa apa yang tertulis setelah (penulisan) silsilah sanad adalah
matan hadits.
Pada definisi lain seperti yang dikatakan ath-thibi mendifinisikan dengan :”lafazh-lafazh
hadits yang didalamnya megandung makna makna tertentu”.
Jadi dari pegertian diatas semua, dapat kita simpulkan bahwa yang disebut matan ialah materi
atau lafazh hadits itu sendiri, yang penulisannya ditempatkan setelah sanad dan sebelum rawi.

Penelitian Sanad dan Matan Hadits


Penelitian terhadap sanad dan matan hadits (sebagai dua unsur pokok hadits)sangat
diperlukan, bukan karena hadits itu diragukan otentisitasnya. Penelitian ini dilakukan untuk
meyaring unsur-unsur luar yang masuk kedalam hadits baik yang disegaja maupun yang tidak
disegaja,baik yang sesuai dengan dalil-dalil naqli lainya atau tidak sesuai.maka dengan penelitian
terhadap kedua unsur hadits diatas, hadits-hadits masa rasul SAW dapat terhindar dari segala
yang megotorinya.
Faktor yang paling utama perlunya dilakuakan penelitian ini, ada dua hal yaitu: pertama,
karena beredarnya hadits palsu (manudhu) pada kalangan masyarakat; kedua hadits-hadits tidak
ditulis secara resmi pada masa rasul SAW (berbeda dengan al-quran), sehinga penulisan hanya
bersifat individul (tersebar di tangan pribadi sahabat) dan tidak meyeluruh.

3. Rawi Hadits

Kata rawi atau arawi, berati orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan hadits.
Yang dimaksud dengan rawi ialah orang yang merawikan/meriwayatkan, dan memindahkan
hadits.Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang hampir sama. Sanad-
sanad hadits pada tiap-tiap thabaqah atau tingkatannya juga disebut para rawi. Begitu juga setiap
perawi pada tiap-tiap thabaqah-nya merupakan sanad bagi yabaqah berikutnya. Akan tetapi yang

11
membedakan kedua istilah diatas ialah, jika dilihat dari dalam dua hal yaitu:

Pertama, dalam hal pembukuan hadits. Orang-orang yang menerima hadits kemudian
megumpulkanya dalam suatu kitab tadwin disebut dengan rawi. Dengan demikian perawi dapat
disebutkan dengan mudawwin, kemudian orang-orang yang menerima hadits dan hanya
meyampaikan kepada orang lain, tanpa membukukannya disebut sanad hadits. Berkaitan dengan
ini dapat disebutkan bahwa setiap sanad adalah perawi pada setiap tabaqagnya, tetapi tdak setiap
perawi disebut sanad hadits karena ada perawi yang langsung membekukanya.

Kedua: dalam penyebutan silsilah hadits, untuk susunan sanad, berbeda dengan peyebutan
silsilah susunan rawi. Pada silsilah sanad, yang disebut sanad pertama adalah orang yang lasung
meyampaikan hadits tersebut kepada penerimanya. Sedangkan pada rawi yang disebut rawi
pertama ialah para sahabat Rasul SAW. Dengan demikian penyebutan silsilah antara kedua
istilah ini merupakan sebaliknya. Artinya rawi pertama sanad terakhir dan sanad pertama adalah
rawi terakhir.

Untuk lebih memperjelas uraian tentang sanad, matandan rawi di atas yang lebih lanjut pada
hadits di bawah ini.

Abubakar bin Abi Syaibah dan Abukarib telah menceritakan (hadits) kepada kami yang
diterimanya dari al-A’masy dari umara bin umair. Dari Abd ar-rahman bin yazi, dari Abdullah
bin mas’ud katanya: ”Rasulullah SAW telah bersabda kepada kami: wahai sekalian pemuda
barang siapa yang sudah mampu untuk melakukan pernikaha, maka menikahlah, karena dengan
menikah itu(lebih dapat) menjaga kehormatan. Akan tetapi barang siapa yang belum mampu
melakukannya, baginya hendaklah berpuasa. Karena dengan berpuasa itu dapat menahan
hasrat seksual” [H.Ral-Bukhari dan Muslim].

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu Hadits Riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara periwayatan,
pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadits Nabi SAW. Objek kajiannya adalah Hadits
Nabi SAW dari segi periwayatan dan pemeliharaannya.
Ilmu Hadits Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang kumpulan kaidah-kaidah dan
masalah-masalah untuk mengetahui keadaan rawi dan marwi dari segi di terima atau di tolaknya.
Rawi adalah orang yang menyampaikan Hadits dari satu orang kepada yang lainnya; Marwi
adalah segala sesuatu yang diriwayatkan, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
SAW atau kepada Sahabat dan Tabi`in. Ilmu Hadits Dirayah inilah yang selanjutnya disebut
dengan Ulumul Hadits.

B. Saran

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dari makalah kami. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Karena setiap kritik dan saran membantu kami
untuk terus berkembang dan lebih baik dalam menghasilkan karya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Yakni: Isim bagi al-Hadis, Tahdits, memberitahukan, maka yang diberikan itu dinamakan
“Hadis”.

Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Dirjen Bimas Islam: Direktorat Urusan
Agama Islam, 2012), h. 758.

Lihat, Miftah Kunuzil Sunnah, h. 155, Ahmad bin Hanbal, h. 222

Lihat Qawa’idil Tahdits, h. 35. Taujihul Nadhar, h. 2. Muftahul Sunnah, h. 5

Makna ini adalah yang diberikan Jumhur. Pendapat ahli tahqiq kami terangkan dalam risalah
“Problematika Hadits Sebagai Dasar Pembinaan Hukum Islam”.

Drs. Munzier Suparto, MA., hal 15

Drs. Munzier Suparto, MA., hal 16

14

Anda mungkin juga menyukai