Anda di halaman 1dari 19

AL-QUR’AN HADITS

Pentingnya Sanad Keilmuan


(Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Al-Qur’an Hadits)

Oleh Kelompok 5
1. Aura Atifa (4)
2. Intan Dwi Cahyani (16)
3. M. Faris Zamroni (23)
4. M. Revand Al Ghanni (25)
5. Yasmin Aulia Dzakirah (35) 89

Madrasah Aliyah Negeri 2 Mataram


Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah memberikan


kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya Alam
ciptaan-Nya. Sholawat serta salam kita haturkan kepada teladan kita semua Nabi
Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang telah memberitahu kepada kita
jalan yang benar berupa ajaran agama yang sempurna serta menjadi rahmat bagi
seluruh alam.
Penulis sangat bersyukur karena dapat merampugkan makalah yang
menjadi tugas dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadist dengan judul “Pentingnya
Sanad Keilmuan”. Selain itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang sudah membantu sampai makalah ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, penyusun sangat memahami apabila makalah ini tentu jauh dari
kata sempurna, maka dari itu kami butuh kritik dan sarannya yang bertujuan untuk
memperbaiki karya-karya kami selanjutnya di waktu yang akan datang.

Mataram, 15 Februari 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran
Islam, hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang memandang
orang berilmu dalam posisi tinggi dan mulia. Selain Al-Qur’an, banyak
juga hadits Nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk
terus menuntut ilmu. Pimpinan Majelis Taklim dan Dzikir Baitul
Muhibbin, Habib Abdurrahman Asad Al-Habsyi, mengatakan, di dalam
Alquran, kata ilmu dan kata-kata turunannya digunakan lebih dari 780
kali.
Habib Abdurrahman Asad Al-Habsyi mengatakan, ayat yang
berkaitan dengan ilmu yang pertama kali diturunkan, yakni surat al-‘Alaq
[96] ayat 1-5 antara lain berisi perintah membaca dan menulis dalam arti
seluas-luasnya. Membaca secara harfiah berarti mengumpulkan informasi
yang dapat dilakukan dengan cara membaca tulisan, melalukan observasi,
bertanya, melakukan, menganalisis, menyimpulkan dan menguji coba.
Habib Abdurrahman menuturkan, dalam dunia Islam dikenal
tentang pentingnya "sanad keilmuan". Karena sanad atau transmisi
keilmuan memiliki peran penting dalam agama.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hadist, Khabar, dan Atsar


2.1.1 Hadits
Hadits (‫ )الحديث‬secara bahasa berarti Al-Jadiid (‫ )الجديد‬yang
artinya adalah sesuatu yang baru; yakni kebalikan dari Al-Qadiim (
‫ )القديم‬yang artinya sesuatu lama. Sedangkan hadits menurut istilah
para ahli hadits adalah :

ٍ ْ‫ َأوْ َوص‬،‫ َأوْ تَ ْق ِري ٍْر‬،‫ َأوْ فِ ْع ٍل‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن قَوْ ٍل‬
‫ف‬ ِ ‫َما ُأ‬
َ ‫ضيْفُ ِإلَى النَّبِ ِّي‬

Adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu


‘alaihi wasallam baik ucapan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat.
[1]
Dari definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa hadits
adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik,
maupun kepribadiannya. Hingga gerak dan diamnya ketika
terbangun maupun tertidur juga disebut sebagai hadits. Maka dari itu
pengertian ini juga mencakup setiap keadaan Nabi Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam menurut para ahli hadits.
 
2.1.2 Pengertian Khabar
Khabar (‫ )الخبر‬secara bahasa berarti An-Naba’ (‫ )النبأ‬yang
berarti kabar atau berita. Adapun secara istilah khabar ini semakna
dengan hadits sehingga memiliki definisi yang sama dengan hadits.
Namun, menurut pendapat yang lain menyatakan bahwa khabar ini
lebih umum dari pada hadits. Sehingga definisi khabar adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
dan juga kepada selain beliau. Syaikh Utsaimin mengatakan :

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوِإلَى َغي ِْر ِه‬ ِ ‫ْال َخبَ ُر َما ُأ‬
َ ‫ضيْفُ ِإلَى النَّبِ ِّي‬

Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi


shallallaahu ‘alaihi wasallam dan juga disandarkan kepada selainnya.
[5]

2.1.3 Pengertian Atsar

2
Atsar (‫ )األثر‬secara bahasa berarti Baqiyyatu Asy-Syaii’ (‫بقية‬
‫ )الشيء‬yang berarti sisa dari sesuatu, atau jejak. Adapun secara istilah,
atsar adalah :

‫َّحابِي َأوْ التَّابِ ِعي‬ ِ ‫َما ُأ‬


َ ‫ضيْفُ ِإلَى الص‬

Segala sesuatu yang disandarkan pada sahabat atau tabi’in.[6]

Adakalanya atsar juga didefinisikan dengan segala sesuatu


yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Namun
biasanya penyebutannya disandarkan dengan redaksi “dari Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam” sehingga penyebutannya seperti ini :

َ ‫َوفِي اَأْلثَ ِر َع ِن النَّبِ ِّي‬


‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
Dalam sebuah atsar dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam

2.2 Persamaan dan Perbedaan antara Hadits, Khabar, dan Atsar


2.2.1 Persamaan antara Hadist, Khabar, dan Atsar
Hadits, khabar, dan atsar bersumber kepada Nabi
Muhammad Saw., baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
ketetapannya.
2.2.2 Perbedaan antara Hadits, Khabar, dan Atsar
2.2.2.1 Hadits dan Khabar
Hadist merupakan berita yang datang dari Nabi
Muhammad Saw., sedangkan khabar adalah berita yang datang
bukan dari Nabi Muhammad Saw., namun disandarkan kepada
Beliau.
2.2.2.2 Hadits dan Atsar
Jika sebagian jumhur ulama mempunyai pendapat
bahwa atsar sama dengan hadits, sebagian ulama lain
berpendapat bahwa atsar adalah khabar yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad Saw., sahabat, dan tabi’in. Az-
Zarkasyi memakai kata atsar untuk hadits mauquf. Akan tetapi,
membolehkan memakainya untuk perkataan Rasulullah Saw.
(hadis marfu’). Oleh karena itu, atsar belum tentu hadits dan
hadits sudah pasti atsar. Hadis disandarkan hanya kepada
Rasulullah Saw., sedangkan atsar perkataan yang datang dari
para sahabat dan tabi’in yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad Saw.

2.3 Jawaban

3
Berdasarkan definisi, persamaan dan perbedaan dari hadis,
khabar, dan atsar di atas, dapat disimpulkan bahwa pernyataan di
bawah ini termasuk atsar.

Seorang ulama tabi’in, Muhammad bin Sirin, rahimahullah, berkata:

‫ِإ َّن هَ َذا ال ِع ْل َم ِدي ٌْن فَا ْنظُرُوْ ا َع َّم ْن تَْأ ُخ ُذوْ نَ ِد ْينَ ُك ْم‬

“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Karena itu, perhatikanlah


dari siapa kalian mengambil agama kalian.” (Riwayat Muslim).

Pernyataan di atas termasuk atsar, karena atsar berlaku bagi


segala sesuatu dari Nabi Muhammad Saw. maupun selain dari
Beliau. Adapun para fukaha memakai istilah atsar untuk perkataan-
perkataan ulama salaf, sahabat, tabi’in dan lain-lain. dan pernyataan
di atas merupakan perkataan seorang ulama tabi’in, Muhammad bin
Sirin, rahimahullah.
Pernyataan di atas tidak termasuk hadis dan khabar, karena
hadis menurut ulama hadis adalah segala perkataan Nabi Muhammad
Saw., perbuatan, dan ihwalnya. Sedangkan khabar menurut ulama
dimaksudkan sebagai berita yang diterima dari selain Nabi
Muhammad Saw.

2.4 Definisi Sanad, Matan, dan Rowi


2.4.1 Sanad
Secara bahasa sanad (‫ )السند‬berarti sandaran. Adapun secara
istilah, sanad adalah :
‫ِس ْل ِسلَةُ الر َجا ِل ْالموصلة ِل ْل َمتن‬
Rangkaian para periwayat hadits yang menghubungkan sampai
kepada redaksi hadits.
Atau bisa juga didefinisikan bahwa sanad adalah :
‫َر َواةُ ْال َح ِديْث الِّ ِذ ْينَ نَقَلُوْ هُ ِإلَ ْينَا‬
Para periwayat hadits yang menukilkan (menyampaikan) hadits
kepada kita.
Dengan kata lain sanad adalah rangkaian orang-orang yang
meriwayatkan hadits dari tingkatan sahabat hingga hadits itu sampai
kepada kita.
Berikut ini contoh-contoh sanad dalam hadits yang dituliskan
dalam kitab hadits shahih Bukhari yang ditandai dengan cetak
berwarna merah :
Contoh Pertama :
‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َع ْم ٍرو‬،‫ ع َْن َأبِي الخَ ي ِْر‬،َ‫ ع َْن يَ ِزيد‬،‫ْث‬
ُ ‫ َح َّدثَنَا اللَّي‬:‫ قَا َل‬،‫َح َّدثَنَا َع ْمرُو بْنُ خَ الِ ٍد‬
‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما‬
ِ ‫َر‬

4
‫ َوتَ ْق َرُأ ال َّسالَ َم‬،‫ط ِع ُم الطَّ َعا َم‬
ْ ُ‫ ت‬:‫ َأيُّ اِإل ْسالَ ِم خَ ْيرٌ؟ قَا َل‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫َأ َّن َر ُجاًل َسَأ َل النَّب‬
‫ف‬ ِ ‫َعلَى َم ْن ع ََر ْفتَ َو َم ْن لَ ْم تَع‬
ْ ‫ْر‬

‫رواه البخاري‬
Umar bin Khalid telah menceritakan hadits padaku (imam Bukhari),
ia berkata : Al-Laits menceritakan hadits padaku (Umar bin Khalid),
dari Yazid, dari Abu Al-Khair, dari Abdullah bin ‘Amr
radhiyallaahu ‘anhuma,
bahwa seorang lelaki bertanya pada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam : “Manakah islam yang paling baik?” Beliau menjawab :
“Memberikan makanan, dan membaca salam pada orang yang
engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.”

[HR.Bukhari]
Berdasarkan rangkaian sanad di atas, dapat artikan bahwa
Abdullah bin ‘Amr mendapatkan hadits dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam. Lalu hadits tersebut disampaikan kepada Abul
Khair lalu kepada Yazid lalu kepada Al-Laits lalu kepada Umar bin
Khalid lalu kepada penulis hadits yakni imam Al-Bukhari.
Contoh Kedua :
،ِ ‫ ع َْن َسالِ ِم ْب ِن َع ْب ِد هَّللا‬،‫ب‬
ٍ ‫ َع ِن ا ْب ِن ِشهَا‬،‫س‬ ٍ َ‫ك بْنُ َأن‬ ُ ِ‫ َأ ْخبَ َرنَا َمال‬:‫ قَا َل‬، َ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ يُوسُف‬
‫ع َْن َأبِي ِه‬
،‫ َوهُ َو يَ ِعظُ َأخَ اهُ فِي ال َحيَا ِء‬،‫ار‬ ِ ‫ص‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم َّر َعلَى َرج ٍُل ِمنَ اَأل ْن‬ َ ِ ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
َّ َّ
‫ َد ْعهُ فَِإ َّن ال َحيَا َء ِمنَ اِإل ي َما ِن‬:‫صلى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم‬ َ ِ ‫فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا‬

‫رواه البخاري‬
Abdullah bin Yusuf telah menceritakan hadits kepadaku (imam
Bukhari), ia berkata : Malik bin Anas mengabarkan padaku
(Abdullah bin Yusuf), dari Ibnu Syihab, dari Salim bin Abdullah,
dari bapaknya,
bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melewati
seorang lelaki dari anshar yang sedang memberikan nasehat pada
saudaranya tentang rasa malu. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Tinggalkanlah dia karena sesungguhnya rasa
malu merupakan bagian dari iman.”

[HR. Bukhari]
Berdasarkan rangkaian sanad di atas, dapat kita artikan
bahwa Abdullah bin Umar menerima hadits dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam. Lalu hadits itu disampaikan kepada anaknya yakni
Salim bin Abdullah lalu kepada Ibnu Syihab lalu kepada Malik bin
Anas lalu kepada Abdullah bin Yusuf lalu kepada penulis hadits
yakni imam Al-Bukhari.
Sanad berfungsi untuk mengetahui derajat kesahihan suatu
hadits. Apabila ada cacat dalam sanadnya baik itu karena

5
kefasikannya, lemahnya hafalan, tertuduh dusta atau selainnya maka
hadits tersebut tidak dapat mencapai derajat sahih.

2.4.2 Matan
Secara bahasa, matan (‫ )المتن‬berarti tanah yang keras dan tinggi.
Sedangkan secara istilah adalah :

‫َما يَ ْنتَ ِهي ِإلَ ْي ِه ال َّسنَ ُد ِمنَ ْالكَاَل ِم‬

Kalimat setelah berakhirnya sanad suatu hadits.

Dalam artian, apabila rantai sanad telah disebutkan maka setelah itu
adalah matannya. Atau dengan kata lain, matan adalah redaksi hadits
itu sendiri.

Berikut contoh-contoh matan dalam hadits yang dituliskan dalam


kitab hadits shahih Bukhari yang ditandai dengan cetak berwarna
merah :

Contoh Pertama :

‫ َح َّدثَنَا‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬،َ‫الح َر ِم ُّي بْنُ ُع َما َرة‬


َ ‫ح‬ ٍ ْ‫ َح َّدثَنَا َأبُو َرو‬:‫ قَا َل‬، ُّ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ُم َح َّم ٍد ال ُم ْسنَ ِدي‬
َّ
ُ‫صلى هللا‬ ‫هَّللا‬ ‫َأ‬
َ ِ ‫ َّن َرسُو َل‬،‫ َع ِن اب ِْن ُع َم َر‬،‫ِّث‬ ُ ‫ْت َأبِي يُ َحد‬ ُ ‫ َس ِمع‬:‫ قَا َل‬،‫ ع َْن َواقِ ِد ب ِْن ُم َح َّم ٍد‬،ُ‫ُش ْعبَة‬
‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬

‫ َويُقِي ُموا‬،ِ ‫ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هَّللا‬،ُ ‫اس َحتَّى يَ ْشهَدُوا َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬ َ َّ‫ت َأ ْن ُأقَاتِ َل الن‬ ُ ْ‫ُأ ِمر‬
،‫ق اِإل ْسالَ ِم‬ ِّ ‫ص ُموا ِمنِّي ِد َما َءهُ ْم َوَأ ْم َوالَهُ ْم ِإاَّل بِ َح‬َ ‫ك َع‬ َ ِ‫ فَِإ َذا فَ َعلُوا َذل‬،َ‫ َويُْؤ تُوا ال َّز َكاة‬،َ‫صالَة‬َّ ‫ال‬
‫هَّللا‬ َ
ِ ‫َو ِح َسابُهُ ْم َعلى‬

‫رواه البخار‬

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Al


Musnadi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu Rauh Al
Harami bin Umarah berkata, telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dari Waqid bin Muhammad berkata; aku mendengar
bapakku menceritakan dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah bersabda :

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka


bersaksi; tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan
zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah

6
memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haq Islam
dan perhitungan mereka ada pada Allah”

[HR. Bukhari]

‫ك ْب ِن‬ ِ ِ‫ َح َّدثَنَا نَافِ ُع بْنُ َمال‬:‫ قَا َل‬،‫ َح َّدثَنَا ِإ ْس َما ِعي ُل بْنُ َج ْعفَ ٍر‬:‫ قَا َل‬،‫يع‬ ِ ِ‫َح َّدثَنَا ُسلَ ْي َمانُ َأبُو ال َّرب‬
َّ
‫صلى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم قَا َل‬ َّ َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،َ‫ ع َْن بِي ه َُر ْي َرة‬،‫ ع َْن بِي ِه‬،‫َأبِي عَا ِم ٍر َأبُو ُسهَي ٍْل‬:
‫َأ‬ ‫َأ‬
َ‫ َوِإ َذا اْؤ تُ ِمنَ خَ ان‬، َ‫ وَِإ َذا َو َع َد َأ ْخلَف‬،‫ب‬ َ ‫ث َك َذ‬ َ ‫ ِإ َذا َح َّد‬:‫ث‬ٌ َ‫ق ثَال‬
ِ ِ‫آيَةُ ال ُمنَاف‬

‫رواه البخاري‬

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar Rabi' berkata,


telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far berkata, telah
menceritakan kepada kami Nafi' bin Malik bin Abu 'Amir Abu
Suhail dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda:

"Tanda-tanda munafik ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji


mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat.”

[HR. Bukhari]

2.4.3 Rawi
Rawi adalah orang yang memindahkan hadis dari seorang turu
kepada orang lain atau orang yang membukukannya ke dalam suatu
kitab hadis. Rawi petama adalah para habat dan rawi terakhir adalah
orang yang menuliskan dalam kitab twin, misalnya Imam Bukhari,
Imam Muslim, dan Imam Ahmad

Syarat-syarat Rawi

Syarat-syarat untuk menjadi perawi hadis sebagai berikut,


A. Adil, yaitu istiqamatuddin dan al-muru'ah. Arti
istiqamatuddin adalah melaksanakan kewaJiban dan
menjauhi segala yang diharamkan. Adapun arti al-muru'ah
adalah melaksanakan adab dan akhlak terpuji serta
meninggalkan perbuatan yang menyebabkan orang lain
mencelanya.

B. Muslim, dengan dalil Surah al-Hujurat ayat 6

C. Balig dan berakal.

D. Tidak pernah melakukan perbuatan dosa besar dan kecil.

7
E. Dabit, yaitu kuat hafalan serta daya ingatnya.

Berikut daftar nama para sahabat nabi yang banyak meriwayatkan hadis

A. Abu Hurairah, wafat pada tahun 59 H. Hadis yang


diriwayatkan sebanyak 5.374.
B. Abdullah bin Umar, lahir pada tahun 10 SH dan wafat pada
tahun 73 H. Hadis yang diriwayatkan sebanyak 2.630.
C. Anas bin Malik, lahir pada tahun 10 SH dan wafat pada
tahun 93 H. Hadis yang diriwayatkan sebanyak 2.286.
D. Sayyidah Aisyah, lahir pada tahun 9 SH dan wafat pada
tahun 57 H. Hadis yang diriwayatkan sebanyak 2.210.
E. Abdullah bin Abbas, lahir pada tahun 3 SH dan wafat pada
tahun 67 H. Hadis yang diriwayatkan sebanyak 1.540.
F. Jabir bin Abdullah al-Anshary, lahir pada tahun 6 SH dan
wafat pada tahun 78 H. Hadis yang diriwayatkan sebanyak
1.540.
G. Abu Sa'id al-Khudry. Sa'id bin Malik bin Sanan al Anshory,
beliau lahir pada tahun 12 SH dan wafat pada tahun 74 H.
Hadis yang diriwayatkan sebanyak 1.170.

2.5 Jawaban
Berdasarkan definisi di atas antara sanad, matan dan rawi, yang dimana
atsar yang di atas ialah matan.

Seorang ulama tabi’in, Muhammad bin Sirin, rahimahullah, berkata:

‫ِإ َّن هَ َذا ال ِع ْل َم ِدي ٌْن فَا ْنظُرُوْ ا َع َّم ْن تَْأ ُخ ُذوْ نَ ِد ْينَ ُك ْم‬

“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Karena itu, perhatikanlah dari


siapa kalian mengambil agama kalian.” (Riwayat Muslim).

Yang dimana atsar di atas termasuk matan dikarenakan bunyi atau kalimat
yang terdapat dalam hadits yang menjadi isi riwayat. Apakah hadits
tersebut berbentuk qaul (ucapan), fi'il (per- buatan), dan taqrir (ketetapan
dan sebagainya) dari Rasulullah Saw.

8
2.6 Definis kualitas dan kuantitas
2.6.1 kualitas
Hadis berdasarkan kualitasnya adalah penggolongan hadis
dilihat dari aspek diterima atau ditolaknya.

2.6.2 Pembagian hadist dari segi kualitasnya


Para ulama hadits membagi hadits berdasarkan kualitasnya
dalam tiga kategori, yaitu hadits shahih, hadits hasan, hadits dhaif.

1). Hadits Shahih


Hadits shahih ialah hadits yang sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah
hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan illat.
Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil Hadits menjelaskan
hadits shahih adalah:

‫ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ وال علة‬

“Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan


oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak
terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah”.

2). Hadits hasan


Hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih, yaitu
hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh
perawi yang adil dan dhabit, tidak terdapat syadz dan ‘illah.
Perbedaan dari kedua jenis hadits ini adalah kualitas hafalan perawi
hadits hasan tidak sekuat hadits shahih. Ulama hadits sebenarnya
berbeda-beda dalam mendefenisikan hadits hasan. Menurut Mahmud
Thahhan, defenisi yang mendekati kebenaran adalah definisi yang
dibuat Ibnu Hajar. Menurut beliau hadits hasan ialah:

‫هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ وال علة‬

“Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil,


namun kualitas hafalannya tidak seperti hadits shahih, tidak terdapat
syadz dan ‘illah”.

3). Hadits dhaif


Hadits dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan
hadits shahih dan hadits hasan. Dalam Mandzumah Bayquni
disebutkan hadits hasan adalah:

9
‫ فهو الضعيف وهو اقسام كثر‬ #  ‫وكل ما عن رتبة الحسن قصر‬

“Setiap hadits yang kualitasnya lebih rendah dari hadits hasan adalah
dhaif dan hadits dhaif memiliki banyak ragam”.
Dilihat dari definisinya, dapat dipahami bahwa hadits shahih adalah
hadits yang kualitasnya paling tinggi, kemudian di bawahnya adalah
hadits hasan. Para ulama sepakat bahwa hadits shahih dan hasan
dapat dijadikan sebagai sumber hukum. Sementara hadits dhaif ialah
hadits yang lemah dan tidak bisa dijadikan sebagai sumber hukum.
Namun dalam beberapa kasus, menurut ulama hadits, hadits dhaif
boleh diamalkan selama tidak terlalu lemah dan untuk fadhail amal.

2.6.3 kuantitas
Hadits berdasarkan segi kuantitasnya adalah penggolongan
hadis ditinjau dari banyaknya rawi yang meriwayatkan hadis.

2.6.4 Pembagian hadits dari segi kuantitas


Dari segi kuantitas atau dari segi jumlah kuantitasnya dari berberapa
Ulama berbeda pendapat tentang pembagian hadis ini, di antara
mereka ada yang mengelompokkan menjadi tiga bagian, yakni hadis
Mutawatir, Masyhur dan Ahad, dan ada juga yang membaginya
menjadi dua, yaitu hadis Mutawatir dan Ahad, yang membagi hadist
menjadi dua ini, memasukan hadist Masyhur ke dalam Hadist Ahad
yang diikuti kebanyakan ulama kalam. Menurut mereka, hadis
Masyhur bukan merupakan hadis yang berdiri sendiri, akan tetapi
bagian dari hadis Ahad. Sedangkan yang menjelaskan bahwa Hadist
Masyhur itu dapat berdiri sendiri adalah pendapat dari sebagian
Ulama Ushul. Dan menurut ulama Hadis juga, hadist dari segi
kuantitas ini cukup dibagi menjadi dua saja. Yakni Mutawatir dan
Ahad. Demikian juga yang telah dikatakan oleh Syuhudi Ismail.
Sehingga pada garis besarnya hadis dibagi menjadi 2 macam, yakni
Mutawatir dan Ahad.

1). Hadits Mutawatir


Hadits ditinjau kuantitasnya berjumlah 2, yaitu mutawatir dan ahad.
Menurut ulama hadits, mutawatir mempunyai pengertian sebagai
berikut:

‫ﻣﺎ رواﻩ ﺟﻤﻊ ﺗﺤﻴﻞ اﻟﻌﺎدة ﺗﻮﻃﺌﻬﻢ ﻋﻠﻰ اﻟﻜﺬب‬

“Hadist yang diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil


menurut adat bahwa mereka bersepakat untuk berbuat dusta.”

10
Sedangkan Imam Nawawi mengemukakan definisi dari hadist
mutawatir, yaitu “hadis shahih yang sejumlah besar orang menurut

akal dan adat mustahil mereka bersepakat untuk berdusta, sejak


awal sanad, tengah dan akhirnya”

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwasanya


hadist mutawatir adalah hadist yang memiliki sanad yang pada
tingkatanya terdiri atas perawi dengan jumlah yang banyak  yang
menurut hukum adat atau akal tidak mungkin bersepakat untuk
melakukan kebohongan terhadap hadist yang sudah mereka
riwayatkan.

2). Hadits Ahad


Hadits ditinjau kuantitasnya berjumlah 2, yaitu mutawatir dan ahad.
Hadist ahad adalah hadist yang telah diriwayatkan oleh satu orang
saja. Dan definisi hadist ahad oleh para ulam sebagai berikut:

‫ أو ﺛﻼث‬ ‫ﻣﺎﻟﻢ ﺗﺒﻠﻎ ﻧﻘﻠﺘﻪ ﻓﻰ اﻟ ﻜﺜﺮة ﻣﺒﻠﻎ اﻟﺨﺒﺮ اﻟﻤﺘﻮاﺗﺮ ﺳﻮاء آﺎن اﻟﻤﺨﺒﺮ واﺣﺪا او إﺛﻨﻴﻦ‬
‫أو أرﺑﻌﺔ أو ﺧﻤﺴﺔ أو اﻟﻰ ﻏﻴﺮ ذاﻟﻚ ﻣﻦ اﻷﻋﺪاد اﻟﺘﻰ ﻻ ﺗﺸﻌﺮ ﺑﺄّن اﻟﺨﺒ ﺮ اﻟﻤﺘﻮاﺗﺮ‬

“Khabar yang jumlah perawinya tidak sampai jumlah perawi


Hadits mutawatir, baik perawinya itu satu, dua, tiga, empat, lima
dan seterusnya yang tidakmemberikan pengertian bahwa jumlah
perawi tersebut tidak sampai kepada jumlah perawi Hadits
mutawatir.”

Dan ada pula yang medefinisakan bahwa hadist ahad adalah


“Hadist yang tidak memenuhi syarat mutawatir” pendapat tersebut
menurut ilmu hadist”

Sedangkan Hadist Ahad secara garis besar oleh ulama-ulama hadits


dibagi menjadi dua macam, yaitu hadist masyhur dan hadist ghairu
masyhur. Ghairu masyhur terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu
hadist aziz dan hadist gharib.

1. Hadist Mashyur
Menurut bahasa “muntasyir” yang berarti sesuatu yang sudah
tersebar, dan yang sudah popular. Sedangkan menurut ulama ahli
Hadist yaitu : yang berarti sesuatu yang sudah tersebar, sudah
popular.

‫ ﺑﺄآﺜﺮ ﻣﻦ إﺛﻨﻴﻦ وﻟﻢ ﻳﺒﻠﻎ ﺣﺪ اﻟﺘﻮاﺗﺮ‬ ‫ﻣﺎ ﻟﻪ ﻃﺮف ﻣﺤﺼﻮرة‬

Artinya: “Hadits yang mempunyai jalan yang terhingga, tetapi


lebih dari dua jalan dan tidak sampai kepada batas Hadits yang
mutawatir.”

11
Hadits ini dinamakan masyhur karena popularitasnya di
masyarakat, walaupun tidak mempunyai sanad sama sekali, baik
berstatus shahih ataupun dikatan dha’if.

Ada juga di jelaskan oleh istilah ilmu hadist yaitu:

‫ما راوه ثالثة فاكثر – في كل طبقة – ما لم يلغ حد التواتر‬

Artinya : “Hadist yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau


lebih, pada setiap tingkatan sanad, selama tidak sampai kepada
tingkat mutawatir.”

Definisi ini menjelaskan bahwa hadist masyhur adalah hadist yang


memiliki perawi yang sekurang-kurangnya tiga orang, dan jumlah
tersebut harus terdapat pada setiap tingkatan sanad.

2. Hadist Ghairu Masyhur


Hadist ghairu masyhur yang dikemukakan oleh ulama ahli hadist
digolongkan menjadi dua macam, antara lain:

a. Hadits Aziz

Kata ‘Aziz berasal dari kata ‘Azza-Ya’izzu yang mempunyai arti


yaitu sedikit atau jarang adanya, dan juga bida berasal dari kata
‘Azza-Ya’azzu yang berarti kuat.

Sedangkan menurut istilah hadist aziz adalah :

‫ثم راوه بعد ذالك جماعة‬,‫ما راوه اثنان ولو كنا فى طبقة واحده‬

“Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang, walaupun dua orang


rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja, kemudian setelah
itu, orang-orang pada meriwayatkannya (diriwayatkan orang
banyak)”.

Berdasar pengertian tersebut bahwa hadist Azis bukan hanya


diriwayatkan oleh dua orang rawi saja pada setiap thabaqahnya,
akan tetapi pada salah satu thabaqah , jika sudah terdapat dua orang
rawi sudah bisa dikatakan sebagai hadist Azis.

Contoh dari hadist Aziz:

‫ال يؤمن احدكم حتى اكون احب الىه من نفسه ووالدهوالنس اجمعين‬

Artinya: “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, hingga aku


lebih dicintai daripada dirinya, orang tuanya, anaknya, dan semua
manusia (Bukhari Muslim).”

12
b. Hadits Gharib

Hadist Gharib dita’rifkan sebagai berikut:

‫ اﻟﺴﻨﺪ‬ ‫ ﻓﻰ اى ﻣﻮﺿﻊ وﻗﻊ اﻟﺘﻔﺮد ﺑﻪ ﻣﻦ‬ ‫ﻣﺎ اﻧﻔﺮد ﺑﺮواﻳﺘﻪ ﺷﺨﺺ‬

“Hadits yang didalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri


dalam meriwayatkan, dimana saja penyendirian dalam sanad itu
terjadi.”

Hadist gharib terbagi dua yaitu gharib mutlaj (fard) dan gharib
nisby. Gharib mutlak yaitu apabila penyendirian rawi dalam
meriwayatkan hadist  tentang personalianya dan harus berpangkal
ditempat ashlus sanad yaitu tabi’in bukan sahabat.

Contoh:

) ‫انما اال عمل با لنيات (احرجه الشيخان‬ 

“Sesungguhnya seluruh amal itu bergantung pada niat”(HR


Bukhori dan Muslim)”.

Hadist diatas merupakan hadist yang diriwayatkan oleh “Umar bin


Khathab sendiri pada tingkatan sahabat.

Contoh lain:

‫مارواه مالك عن الزهري عن عناس رضي هللا عنه ان نبي صلى هللا عليه وسلم دخل‬
) ‫مكة وعلى راسه المغفر (احرجه الشيخان‬

Artinya: “Hadist yang diriwayatkan oleh Malik dari Al-Zuhri dari


Anas r.a., bahwasanya Nabi SAW memasuki kota makkah dan
diatas kepalnya terdapat Al-Mighfar (alat penutup atau penutup
kepala). (HR. Bukhori dan Muslim”

2.7 jawaban

Berdasarkan definisi hadits dari segi kualitas dan kuantitas di atas


dapat disimpulkan bahwa pernyataan di bawah ini termasuk
kuantitas

Seorang ulama tabi’in, Muhammad bin Sirin, rahimahullah, berkata:

‫ِإ َّن هَ َذا ال ِع ْل َم ِدي ٌْن فَا ْنظُرُوْ ا َع َّم ْن تَْأ ُخ ُذوْ نَ ِد ْينَ ُك ْم‬

“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Karena itu, perhatikanlah


dari siapa kalian mengambil agama kalian.” (Riwayat Muslim).

13
Pertanyaan di atas termasuk kuantitas ,karena hadist di atas ditinjau
dari banyaknya rawi yang meriwayatkan hadist ini.
Pernyataan di atas tidak termasuk kualitas, karena hadist di atas
hadits di atas dilihat dari aspek diterima atau ditolaknya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-
kedudukan-dan-fungsi-hadits.html
https://www.nasehatquran.com/2019/02/pengertian-hadits.html#_ftn1
https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/pembagian-hadits-ditinjau-dari-
kualitasnya-xos30
https://www.bacaanmadani.com/2018/01/macam-macam-hadis-
ditinjau-dari-segi.html
https://dosenmuslim.com/hadits/hadits-ditinjau-dari-kuantitasnya-
hadits-mutawatir-dan-ahad/

16

Anda mungkin juga menyukai