PENDAHULUAN
1
menjelaskan langkah-langkah metodologis-holistik dan komprehensif dalam
proses kritik matan.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
1
Abdul Majid,Ulumul Hadits,(Jakarta, AMZAH,2010) Hal 103
2
https://immimpangkep.ponpes.id/
3
Makna dari matan hadits hanyalah isi hadits itu sendiri. Matan juga tidak
menentukan shohih atau tidaknya sebuah haidts, karena hanya rawi dan sanad
yang dapat menjadi indikasi keshohihan sebuah hadits. Jika sanad dan rawinya
sudah sempurna, maka matannya bisa diamalkan.
Contoh matan hadits dibawah ini, ditandai dengan kalimat yg bercetak tebal :
3. Prinsip linguistik, mengingat hadits terlahir dalam wacana kultural dan bahasa
Arab, maka prosedur-prosedur gramatikal bahasa Arab harus diperhatikan.
4
5. Prinsip realistik, yakni selain memahami latar situasional masa lalu di mana
suatu hadits muncul, juga memahami latar situasional kekinian masyarakat
dengan melihat realitas kehidupan dan problem krisis yang di alami.
6. Prinsip distingsi etis dan legis, bahwa hadits-hadits hukum tidak saja dipahami
sebagai kumpulan aturan hokum. Lebih dari itu, ia mengandung nilai-nilai
etis yang dalam.
Kritik matan dikenal dalam ilmu hadis dikenal dengan istilah naqd al-dakhili,
juga dikenal dengan istilah naqd al-matan, kritik matan ini juga dilakukan dengan
upaya untuk meneliti keotentikan hadis, yaitu dengan menguji keberadaan hadis,
apakah ia telah benar-benar telah memenuhi syarat-syarat keshahehannya. Adapun
syarat keshahehan matan hadis menurut para ulama adalah :
(1). Tidak terdapat syuzuz (kejanggalan) pada matan hadis yang sanadnya shaheh
(2). Tidak terdapat illat (cacat) pada matan hadits yang juga sanadnya shaheh.
5
hadis secara menyendiri dan tidak ada hadis yang diriwayatkan oleh perawi-
perawi thiqah yang bertentangan dengan hadis tersebut, maka hal demikian tidak
dinamakan shadh. Contoh shadh dalam matan seperti hadis yang diriwayatkan
oleh al-Tirmidhi sebagai berikut:.
عن ابي،لحggدثنا االعمش عن ابي صgg ح: الggاد قggد بن زيggد الواحggدثنا عبggح:الggدي قggاذ العقggحدثنا بشر بن مع
اذا صلي أحدكم ركعتي الفجر فليضطجع علي يمينه: رسول هللا صم: قال،حريرة.
رى عنgg عن ازه، حاقggد ارحمن بن اسggعن عب، ةggماعيل بن عليggدثنا إسgg ح: الgحدثنا أبو بكر بن أبي شيبة ق
كان النبي رسولوهللا ص م اذا صلي ركعة الفجر اضطجع علي شفه االيمن: قالت،عن عاءشه، عروة
Abu Bakr ibn Abi Shaybah telah menceritakan kepada kami, ia berkata:
Isma’il ibn ‘Ulayyah telah menceritakan kepada kami dari ‘Abd al-Rahman Ibn
Ishaq dari al-Zuhri dari ‘Urwah dari ‘Aishah, ia berkata: “Rasulullah SAW.
Ketika sudah melaksanakan salat sunnah fajar dua rakaat, beliau Berbaring di atas
pinggang kanannya”.
ةg عن عاءش،يرgروة بن ازبgود عن عg قال حدثني ابول االس، حدثنا سعيد بن أبي أيوب،حدثنا عبدهللا بن يزيد
كا ن انبي ص م اذا صلي ركعتي الفجر اضطجع علي شفه االيمن: قالت،رضي هللا عنها
Abd Allah ibn Yazid telah menceritakan kepada kami, Sa‘id ibn Abu
Ayyub telah menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu al-Aswad telah
6
menceritakan kepadaku, dari ‘Urwah ibn al-Zubayr, dari ‘Aishah RA., ia Berkata:
“Rasulullah SAW. Ketika sudah melaksanakan salat sunnah fajar Dua rakaat,
beliau berbaring di atas pinggang kanannya”.
Adanya shadh pada hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidhi Tersebut
dapat ketahui setelah dibandingkan dengan hadis lain yang Diriwayatkan oleh
Ibnu Majah dan al-Bukhari. Hadis yang di dalam Matannya terdapat shadh
diukumi da’if, karena unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh suatu matan yang
berkualitas sahih yaitu terhindar dari suddhudh dan ‘illat.
7
Penelitian Matan Secara umum ada tiga langkah metologis kegeiatan
penelitian matan hadits, yaitu:
8
Yahya ibn Ayyub telah menceritakan kepada kami dan Qutayah dan Ibnu
Hujr, mereka berkata: Isma‘il yaitu Ibnu Ja‘far telah menceritakan Kepada kami
dari al-‘Ala’ dari ayahnya, dari Abu Hurayrah bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
saya mendengar Rasulullah SAW. Bersaba: “hak seorang muslim atas muslim
lainnya ada enam perkara” Ditanyakan: apa itu wahai Rasulullah?
Rasulullah bersabda: apabila Engkau berjumpa dengannya maka
sampaikan salam, dan apabila ia Mengundangmu maka penuhilah
undangannya, dan apabila ia meminta Nasehat maka berilah ia nasehat, dan
apaila ia bersin lalu mengucapkan Alhamdulillah maka ucapkanlah
yarhamuka Allah, dan apabila ia sakit Maka jenguklah, dan apabila ia mati
maka antarkan jenazahnya”
6
Latifah Anwar, Implikasi Perbedaan Redaksi Matan Terhadap Kua;itas Hadits,(Surabaya, UIN
SUNAN AMPEL, 2018) hal 8-9
9
1. Kandungan matan yang sejalan
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya matan lain yang memiliki topik
masalah yang sama, perlu dilakukan takhrijul hadits bi al-maudhu’. Apabila
ternyata ada matan lain yang bertopik sama, maka matan itu perlu diteliti
sanadnya. Jika sanadnya memenuhi syarat, maka kegiatan muqaranah perlu
dilakukan.
10
tersebut adalah Misyakatul anwarfi ma ruwiyah anillahi subhanahu wa ta’ala
minal akhbar, karya Muhyidin Muhammad bin Ali bin Arabi al-Khatimi al-
Andalusi,yang mengimpun 101 hadits lengkap dengan sanadnya. Al-
Ithafussaniyyah bil ahaditsi qudisiyah, karya Syekh Rauf al-Munawi.
Dalam kaitannya dengan hal di atas, maka menurut jumhur ulama hadits, bahwa
tanda-tanda matan hadist yang palsu adalah:
1. Susunan bahasanya rancu. Rasulullah Saw., yang sangat fasih dalam
berbahasa Arab dan memiliki gaya bahasa yang khas mustahil
mengeluarkan pernyataan yang rancu tersebut.
2. Kandungan pernyataan bertentangan dengan akal sehat dan sa- ngat sulit
ditafsirkan secara rasional.
3. Kandungan pernyataan bertentangan dengan tujuan pokok ajaran Islam,
misalnya berisi ajaran untuk berbuat maksiat.
4. Kandungan pernyataan bertentangan dengan sunnatullah (hukum alam).
5. Kandungan pernyataan bertentangan dengan fakta sejarah.
6. Kandungan pernyataan bertentangan dengan petunjuk alQuran ataupun
hadist pe- tunjuk secara pasti mutawatir yang telah mengandung
7. Kandungan pernyataannya berada di luar kewajiban diukur dari petunjuk
umum ajaran Islam, misalnya: amalan tertentu yang menurut petunjuk
umum ajaran Islam dinyatakan sebagai amalan yang tidak seberapa, tetapi
diiming-imingi dengan balasan pahala yang sangat luar biasa7.
BAB 3
7
Mohamad S rahman Kajian Matan Dan Sanad Hadits Dalam Metode Historis, (Jurnal Al-syir’ah
Vol. 8, No.2, Des 2010) hal 429-432
11
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kata Matan atau Al – matan menurut bahasa berarti ; keras, kuat, sesuatu yang
nampak yang asli. =ماارتفع وصلب من االرضTanah tinggi dan keras
Matan dari segi bahasa artinya membelah, mengeluarkan, mengikat.
Sedangkan menurut istilah ahli hadits, matan yaitu; Perkataan yang disebut
pada akhir sanad, yakni sabda Nabi yang disebut sesudah habis disebutkan
sanadnya.
Kritik matan dikenal dalam ilmu hadis dikenal dengan istilah naqd al-
dakhili, juga dikenal dengan istilah naqd al-matan, kritik matan ini juga
dilakukan dengan upaya untuk meneliti keotentikan hadis, yaitu dengan
menguji keberadaan hadis, apakah ia telah benar-benar telah memenuhi
syarat-syarat keshahehannya. Adapun syarat keshahehan matan hadis menurut
para ulama adalah :
(1). Tidak terdapat syuzuz (kejanggalan) pada matan hadis yang sanadnya
shaheh
(2). Tidak terdapat illat (cacat) pada matan hadits yang juga sanadnya shaheh.
3.2 Saran
12
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan. Maka dari itu kami sangat memerlukan kritik serta saran pembaca
demi kesempurnaan makalah kami kedepannya. Semoga makalah ini dapat
menjadikan tambahan ilmu bagi pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://immimpangkep.ponpes.id/
htttps:pwmu.co/205391/08/21/memahami-hadits-nabi-begini-prinsipnya/
14