Anda di halaman 1dari 13

HADITS SHAHIH

DOSEN PENGAMPU:
Awang Mukhlis, M.Pd. I

DISUSUN OLEH:
Serhli Adellia (2230202276)
Kuswatun Hasana (2230202259)
Leo Ardinata Pratama (2230202270)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja & puji syukur atau rahmat & ridho Allah SWT.
Karena tanpa Rahmat dan Ridho-nya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Awang Mukhlis, M.Pd. I
selaku dosen pengampu pada mata kuliah Dasar-dasar Manajemenyang membimbing
kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman kelas dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Komunikasi yang Aktif
Para Pemimpin Dakwah Terhadap Anggotanya.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak sekali kesalahan yang
kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman dan dosen.
Agar kami bisa lebih baik lagi untuk kedepannya dalam pembuatan makalah ini.

Palembang, 30 Agustus 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... I

DAFTAR ISI ...................................................................................... II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Sahih ............................................................................. 3


B. Syarat-syarat Hadits Shahih ....................................................................... 3
C. Tingkatan Hadits Shahih............................................................................. 5
D. Hukum Mengamalkan Hadits Shahih .......................................................... 6
E. Pembagian Hadits Shahih .......................................................................... 6
F. Contoh Hadits Shahih ................................................................................. 7

PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 8
B. Kritik Dan Saran ........................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 10

II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis-hadis Nabi Muhammad Saw yang ada pada masa sekarang ini telah
melewati beberapa masa hingga akhir nya sampai kepada kita. Selama beberapa
masa itu tentu saja hadits-hadits tersebut tidak melalui metode yang sama untuk
sampai kepda kita. Misalnya para sahabat meriwayatkan langsung dari
Rasulullah, selanjutnya para tab’in meriwyatkan hadis dari para sahabat dan
akhirnya kita mengetahui hadis dari literatur-literatur hadis baik secara langsung
maupun tidak langsung.1

Umat Islam di dunia harus menyadari bahwa hadits Rasulullah SAW


sebagai pedoman hidup yang kedua setelah Al-Quran. Tingkah laku manusia yang
tidak ditegaskan ketentuan hukumnya, cara mengamalkannya, tidak ditegaskan
ketentuan hukumnya, cara mengamalkannya, tidak rinci dengan ayat Al-Quran
secara mutlak dan secara jelas, hal ini membuat para muhaditsin sadar akan
perlunya mencari penyelesaian dalam hal tersebut dengan al-hadits.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang hadis Shahih, dimulai dari
pengertian, syarat-syarat, dan serta tingkatannya. Terakhir akan ditutup dengan
beberapa kesimpulan. 2

1
Ikrima Azkuri Nabila, ‘PENGANTAR STUDI HADITS’, 1 (p. 1).
2
Jati Agung, ‘MACAM-MACAM HADITS DARI SEGI KUALITASNYA’, p. 346.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Hadits Shahi?
2. Apa Saja Syarat Hadits Shahi?
3. Bagaimana Tingkatan Hadits Sahih?
4. Bagaimana Hukum Mengamalkan Hadits Shahih?
5. Ada Berapa Pembagian Hadits Sahih?
6. Contoh Hadits Shahi?
C. Tujuan
1. Mengetahui Arti Hadits Shahi.
2. Mengetahui Syarat Hadits Shahi.
3. Mengetahui Tingkatan Hadits Shahi.
4. Mengetahui Hukum Mengamalkan Hadits Shahih
5. Mengetahui Pembagian Hadits Shahi.
6. Mengetahui Contoh Hadits Shahi.

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Sahih


Sahih menurut bahasa berarti “sah, benar, sempurna, tidak ada celanya”. Secara
istilah, beberapa ahli memberikan definisi antara lain sebagai berikut:
1. Menurut Subhi al-Shalih, hadis sahih adalah hadis yang sanadnya
bersambung (muttasil) melalui periwayatan orang yang adil dan dhabit,
sampai akhir sanad tidak ada kejanggalan dan tidak berillat.
2. Menurut Imam al-Nawawi, hadis sahih adalah hadis yang bersambung
sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yang adil lagi dhabit, tidak syaz, dan
tidak ber-illat.3

B. Syarat Hadits Sahih


1. Sanadnya bersambung
Maksudnya adalah setiap rangakaian perawi dalam sanadnya
tersebut mewmiliki hubungan guru dan murid. Hal ini bisa diketahui
dengan melihat biografi masing-masing rawi di kitab rijal. Biasanya dalam
kitab tersebut dicantumkan nama guru dan muridnya, namun apabila tidak
disebutkan bisa juga diketahui dengan melihat perjalanan ilimiah atau
tahun wafatnya.

2. Tidak ada syaz


Ada banyak pengertian syaz, di antara pengertian tersebut sebagian
mengatakan, syaz adalah periwayatan seorang perawi tsiqah yang bertolak
belakang dengan periwayatan perawi yang lebih tsiqah darinya. Ada juga
yang mengatakan sayz adalah sebuah riwayat yang maqbul (diterima)
bertentangan dengan periwayatan yang lebih diterima/baik dari
periwayatannya. Dari dua pengertian tersebut dapat kita ambilkesimpulan

3
M A Dr. H. Kamaruddin, Studi Hadits (Deepublish, 2023), p. 126.

3
bahwa syaz adalah kondisi sebuah hadis yang bertentangan dengan yang
lebih baik kualitasnya dari hadis itu sendiri.

3. Tidak ada illat


Illat adalah cacat yang terdapat dalam sebuah kesalahan yang tidak
disengaja. Untk mengetahui illat dalam sebuah hadits adalah dengan cara
membandingkan anatar periwayatan yang tsiqah.

4. Perawinya Adil
Imam Ibnu Hajar mengatakan perawi yang adil adalah perawi yang
menjaga ketakwaan dan menjauhi dosa kecil. Artinya orang adil adalah
orang yang senatiasa menjauhkan diri dari perbuatan dosa atau yang
mengikuti hawa nafsunya. Ada lima syarat perawi disebut adil, yaitu:
1) Muslim
2) Menjauhi perbuatan fasiq
3) Bukan orang yang teledor adil
4) Mukallaf (balig dan berakal)
5) Menjaga muru’ah. Muru’ah di sini artinya sngat lokalistik, sesuai
dengan ada dan kebiasaan daerah perawi hidup.

5. Perawinya dhabith
Dhabit ada dua jenis dhabith shadr dan dhabit kitab.Yang
diamksud dengan dhabit shadr adalah kuat hafalanya. Ukuran kuat
hafalannya adalah ia yakin akan apa yang dia ingat dan apabila diminta
untuk menyebutkan dia tidak butuh bantuan lainnya, seperti buku.
Sedangkan dhabith kita adalah tulisan yang bener bener dijaga oleh
penulis dan itu ditulis langsung dari asalnya.

Adapun maksud dari ‘am mitslihi adalah setiap perawi


meriwayatkan dari perawi yang sama, yakni sama kualitasnya

4
sebagaimana dijelaskan diatas. Adapun makna mu’tamidun fi dhabthihi
wa naqlihi adalah penguat, sebagaimana dijelaskan di atas. 4

C. Tingkatan Kitab Hadits Sahih


Hadits Sahih memiliki tingkatan bermacam-macam tergantung kadar
syarat kesahihan yang dipenuhi, baik dari segi ketersambungan sandanya, tingkat
ketsiqahan perawi, maupun tidak adanya indikasi syadz atau illah pada matan atau
sanad hadits. Sebagai contoh, perawi tsiqah pun memiliki tingkatan di kalangan
ulama’ jarh ta’dil, ada perawi tsiqah, dan di atasnya lagi ada tsiqah tsiqah (dobel
tsiqah), dan diatasnya lagi ada awtsaqunnas (manusia paling tsiqah).

Berdasarkan tingkatan perwai dan sanad inilah ulama’ menjadikan Imam


al-Bukhari dan Muslim sebagai standar umum dalam mengetahui peringkat
hadits. Berikut ringkasan ulama mengenai tingkatan hadits Sahih.
1. Hadits Sahih yang disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim dalam
kedua kitab sahih mereka.
2. Hadits Sahih yang hanya ada dalam Sahih al-Bukhari
3. Hadits Sahih yang hanya ada dalam Sahih Muslim
4. Hadits Sahih yang tidak dibukukan oleh al-Bukhari dan Muslim
namun memenuhi standar keduanya
5. Hadits Sahih yang tidak dibukukan oleh Muslim namun memenuhi
standarnya.
6. Hadits Sahih yang tidak dibukukan oleh al-Bukhari namun
memenuhi standarnya
7. Hadits Sahih yang dibukukan oleh selain al-Bukhari dan Muslim
dan tidak memenuhi standar mereka berdua. Contohnya adalah
hadits sahih yang dibukukan oleh Imam Ahmad dalam

4
Lc Abdul Hamid, ‘HADITS SHAHIH’, 3–4 (pp. 3–4).

5
Musnadnya, Imam Malik dalam Muwattha’nya, kitab sunan 4,
Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lainnya.

Tingkatan Sanad Sahih


Sanad adalah rangkaian perawi yang sampai kepada matan. Sebuah sanad
yang terdiri dari perawi tsiqah di atas rata-rata maka sanad tersebut memiliki
tingkatan kesahihan yang sangat tinggi. Sebaliknya jika terdiri dari para perawi
yang tidak tsiqah, atau sebagiannya atau salah satu saja, maka hadits tersebut
dihukumi dhaif. 5

D. Hukum Mengamalkan Hadits Shahih


Para Ulama dari semua kalangan (ulama hadits, ahli ushul dan ahli fiqh) sepakat
bahwa mengamalkan dan berhujjah dengan hadits shahih hukumnya adalah wajib.
Bahkan menurut mereka hadits sahih merupakan salah satu dalil syari’at
(Mahmud al-Thuhan).16

E. Pembagian Hadits Sahih


Para Ulama ahli Hadits membagi hadits-hadits menjadi dua macam yaitu:
a. Hadis Shahih Li-Dzatih
lalah hadits shahih dengan sendiriya, artinya hadits shahih yang memiliki
lima syarat atau kiteria sebagaimana disebutkan pada persyaratan di atas,
atau hadits shahih adalah: "hadist yang melengkapi setinggi-tinggi sifat
yang mengharuskan kita menerimanya"
Dengan demikian penyebutan hadist shahih li dzatih dalam pemakaiannya
sehari-hari pada dasarnya cukup memakai sebutan dengan hadist shahih.

Adapun contoh hadist Li-dzatih, yang artinya

5
A Umar, Ilmu Hadits Dasar (LPPM Universitas KH. A. Wahab Hasbullah, 2021), p. 65.
6
Tajul Arifin, ‘Ulumul Hadits’ (Sunan Gunung Djati Press dan Civic Education Center (CEC), Bandung,
2014), p. 116.

6
"Dari Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda: "Dasar (pokok) Islam itu
ada lima perkara : mengakui tidak ada tuhan selain Allah dan mengaku
bahwa Muhammad adalah Rasul Allah menegakkan Sholat (sembahyang),
membayar zakat, menunaikan puasa dibulan Ramadhan dan menunaikan
ibadah haji" (HR. Bukhari dan Muslim).7
b. Haids Shahih Li-Ghairih
Yang dimaksud dengan hadist Li-Ghairih adalah Hadist yang
keshahihannya dibantu adanya keterangan lain. Hadist pada kategori ini
pada mulanya memiliki kelemahan pada aspek kedhabitannya.Sehingga
dianggap tidak memenuhi syarat untuk dikategorikan sebagai Hadist
shahih. Contoh hadist shahih Li-Ghairihi:
Artinya: "Dari Abu Hurairah Bahwasahnya Rasulullah SAW bersabda:
"sekiranya aku tidak menyusahkan ummatku tentulah aku menyuruh
mereka bersunggi (menyikat gigi) disetiap mengerjakan Sholat." (HR.
Bukhari dan Tirmidzi)

F. Contoh Hadits Shahi


‫صالَة‬ َ ‫أ َ ْو‬- ‫علَى أ ُ َّمتي‬
َ ‫ أل َ َم ْرت ُ ُه ْم بالس َِّواك َم َع ُك ِّل‬-‫علَى النَّاس‬ َ ‫ش َّق‬ ْ َ‫لَ ْوال‬
ُ ‫أن أ‬
Artinya: Seandainya Aku tidak memberatkan ummatku pastilah aku
perintahkan mereka untuk menggosok gigi setiap berwudhu. (HR.
Ahmad)8

7
Zainnudin Hamidy et Al, Terjemah Hadits Shahih Bukhari, 1st edn (Widjaya, 1992), p. 16.
8
Ahmad Sarwat, ‘Hadits Shahih Tidak Harus Selalu Diamalkan’, 2019, 9–10 (pp. 9–10).

7
PENUTUP

A. Kesimpulan
A. Pengertian Hadits Shahih
Sahih menurut bahasa berarti “sah, benar, sempurna, tidak ada
celanya”. Secara istilah, beberapa ahli memberikan definisi antara lain
sebagai berikut:
1. Menurut Subhi al-Shalih, hadis sahih adalah hadis yang sanadnya
bersambung (muttasil) melalui periwayatan orang yang adil dan dhabit,
sampai akhir sanad tidak ada kejanggalan dan tidak berillat.
2. Menurut Imam al-Nawawi, hadis sahih adalah hadis yang bersambung
sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yang adil lagi dhabit, tidak syaz, dan
tidak ber-illat.
B. Syarat Hadits Shahih
1. Sanadnya Bersambung
2. Tidak ada syaz
3. Tidak ada illat
4. Perawinya adil
5. Perawinya dhabit
C. Pembagian Hadits Shahih
a. Hadis Shahih Li-Dzatih
b. Hadis Shahih Li-Ghairih

8
B. Kritik dan Saran
Demikianlah pembahasan dari kelompok kami, tentang Hadits Shohi yang
dapat penulis sampaikan dan penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu penulis mohon kritik dan
sarannya dari bapak/ibu dosen dan teman-teman sekalian untuk membangun
makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid, Lc, ‘HADITS SHAHIH’.
Agung, Jati, ‘MACAM-MACAM HADITS DARI SEGI KUALITASNYA’.
Al, Zainnudin Hamidy et, Terjemah Hadits Shahih Bukhari, 1st edn (Widjaya, 1992).
Arifin, Tajul, ‘Ulumul Hadits’ (Sunan Gunung Djati Press dan Civic Education Center
(CEC), Bandung, 2014).
Dr. H. Kamaruddin, M A, Studi Hadits (Deepublish, 2023).
Nabila, Ikrima Azkuri, ‘PENGANTAR STUDI HADITS.
Sarwat, Ahmad, ‘Hadits Shahih Tidak Harus Selalu Diamalkan’, 2019.
Umar, A, Ilmu Hadits Dasar (LPPM Universitas KH. A. Wahab Hasbullah, 2021).

10

Anda mungkin juga menyukai