Anda di halaman 1dari 9

HADIST SHAHIH & SYARAT-SYARATNYA

SANADNYA BERSAMBUNG
RAWINYA ADIL
RAWINYA DHABIT
TIDAK TERDAPAT SYADZ
TIDAK TERDAPAT ILAT

DOSEN PEMBIMBING : BAPAK MARZANI S.pd M.pd

DI SUSUN OLEH:

ALDA ZUKRI

ARBAIN MAIMUNAH

LOLITA SINGGIH BUDIARTI

M.YUSUF

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN

INSITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA

Jl.Gajah Mada Muara Bulian Batang Hari Jambi


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirobbilalamin,puji serta syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT


yang telah memberikan kesehatan kepada kami semua yang atas izin dan karunia-NYA kami
dapat menyelesaikan makalah STUDI HADIST tentang ”hadits shohih dan syarat-
syaratnya”.tidak lupa sholawat serta salam,kami ucapkan kepada panutan alam yakni Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa perubahan dari zaman kegelapan hingga ke zaman
yang terang menderang seperti saat ini.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu,terutama
dari segi pembelajaran kepada dosen pembimbing mata kuliah Studi hadits yakni bapak
Marzani,S.Pd.I,M.Pd.I

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan,jika banyak terdapat
banyak kesalahan dan masih jauh dari kata sempurna.Kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik baik lagi.Karena tidak ada gading yang
tak retak.kami berharap atas adanya makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Muara Bulian,oktober 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….
A.Latar Belakang………………………………………………………………………………
B.Rumusan Masalah………………………………………………………………………..
C.Tujuan Pembahasan……………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………..
A.Pengertian Hadits Shahih……………………………………………………………..
B.Syarat—syarat Hadits Shahih………………………………………………………..
C.Sanadnya Bersambung…………………………………………………………………
D.Rawinya Bersifat Adil…………………………………………………………………..
E.Tidak Terdapat Syadz……………………………………………………………………
F.Tidak Terdapat I’llat…………………………………………………………………….
BAB II PENUTUP……………………………………………………………………………..
A.Kesimpulan…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar belakang
Dalam proses penerimaan hadist ,para ahli hadist mensyaratkan beberapa
ketentuan,selain kelayakan perawi (sisi sanad) disyaratkan juga keabsahan matan (teks)
hadist.Hadist yang sampai kepada kita,keshahihannya tidak hanya ditentukan pula oleh
kualitas teksnya.

Hadist dapat diklasifikasikan menjadi hadist maqbul dan hadist mardud.Hadist


maqbul adalah hadist yang dapat diterima sebagai hujjah atau dalil serta dapat dijadikan
sebagai landasan hukum.Adapun hadist mardud (tertolak) adalah hadist yang tidak dapat
dijadikan sebagai hujjah ataupun dalil.Hadist maqbul ada 2 jenis yakni,Hadist shahih dan
hadis hasan.

2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadist shahih?
2. Apa syarat-syarat hadist shahih?

3.Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui pengertian hadist shahih.

2.Untuk mengetahui syarat-syarat hadist shahih.

BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian hadist shahih


Shahih menurut lughat adalah lawan dari “saqim”,artinya sehat lawan dari kata
sakit.Menurut ahli hadits,hadits shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung,dikutip
oleh orang yang adil lagi cermat dari orang yang sama,sampai berakhir pada Rasulullah
SAW.Atau sahabat ,tabiin,bukan hadits yang syadz (kontroversi) dan terkena ‘illat yang
menyebabkan cacat dalam penerimaannya.

Dalam definisi lain,hadits shahih adalah:

‫ما نقله عدل تام الضبط متصل السند غير معلل و ال شا ذ‬

Artinya: hadits yang di nukil (diriwayatkan ) oleh rawi-rawi yang adil,sempurna


ingatannya,sanadnya bersambung,tidak berillat,dan tidak janggal.

Hadits shahih terbagi menjadi 2 yaitu:

1.Shahih lidzatihi :

Adalah sebuah hadits yang mencakup semua syarat hadits shahih dan tingkatan rawi
berada pada tingkatan pertama.Dan jika tingkatan perawi hadits berada pada
tingkatan kedua,maka hadits tersebut dinamakan hadits Hasan.

2.Shahih lighoirihi :

Hadits ini di namakan hadits lighoirihi karena ke shahihan hadits di sebabkan oleh
sesuatu yang lain,dalam artian hadits yang tidsk sampai pada pemenuhan syarat-
syarat yang paling tinggi.Artinya kekurangan yang dimiliki oleh hadits ini dapat
ditutupi dengan adanya bantuan hadits,dengan teks yang sama,yang diriwayatkan
melalui jalur lain.

29.Ash-Shidieqy.op.cit.hlm.100-101.
30.Rahman.op.cit.hlm.117.
31.Ash-Shidieqy.op.cit.hlm.117
32.Ibit.hlm.132.
33.Soetari.op.cit.hlm.138.

Syarat-syarat hadits shahih :


Menurut muhaditsin,suatu hadits dapat di nilai shahih,apabila memenuhi syarat berikut :

1.Perawinya bersifat adil

Menurut Ar-Razi,keadilan adalah tenaga jiwa yang mendorong untuk selalu bertindak
taqwa,menjauhi dosa-dosa besar,menjauhi kebiasaan melakukan dosa-dosa kecil,dan
mmeninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang menodai muru’ah,sperti makan sambil
berdiri di jalanan,buang air (kencing) di tempat yang bukan di sediakan untuknya,dan
bergurau yang berlebihan.

Menurut Syuhudi Ismail,kriteria periwayat yang bersifat adil,adalah :

1. Beragama islam
2. Berstatus mukalaf
3. Melaksanakan ketentuan agama
4. Memelihara muru’ah

2.Perawinya bersifat Dhabit

Dhabit adalah bahwa rawi yang bersangkutan dapat menguasai haditsnya dengan
baik,baik dengan hafalan yang kuat atau dengan kitabnya,selalu berhati-hati,menjaga
dengan sungguh-sungguh kitabnya lalu ia mampu menungkapkannya kembali ketika
meriwayatkannya.

Kalau seseorang mempunyai ingatan yang kuat,sejak menerima hingga menyampaikan


kepada orang lain dan ingatannya sanggup di keluarkan kapan dan dimana saja.rawi yang
adil dan sekaligus dhabith di sebut tsiqat.

Ragam kedhabitan perawiwayat dibagi menjadi beberapa bagian:

1. Dabt sudur: permulaan dari tiap-tiap sesuatu,mempunyai daya hafal dan ingatannya
sanggup dikeluarkan kapan dan dimana saja yang di kehendaki.
2. Dabt kitab: cermat memelihara catatan atau buku yang ia terima
3. Tamm Dabt: hafal dengan sempurna hadits yang diterima,mampu menyampaikan
dengan baik hadits yang dihafal,dan faham dengan baik hadits yang dihafalnya baik
itu secara dhabit shudur maupun secarab dhabit kitab.

34.Soetari.Ibit.hlm.138.
35.Lihar Syuhudi Ismail.kaedah keshahihan sanad hadits : Telah kritis dan tinjauan
dengan pendekatan ilmu sejarah.Jakarta : Bulan Bintang 1995.hlm.155-168.
36.Nuruddin’itr.’Ulumul Al-hadits.jilid II.Ter.Mujio.Bandung:Remaja Rosdakarya.
1994.hlm.3.

3.Sanadnya bersambung
Yang di maksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap rawi hadits yang
bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang berada di atasnya dan begitu
selanjutnya sampai kepada pembicara yang pertama.

Untuk mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad,biasanya ulama hadits


menempuh tata kerja penelitian berikut :

1. Mencatat semua nama rawi dalam sanad yang di teliti.


2. Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi.
3. Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para rawi dan rawi yang
terdekat dengan sanad.

4.Terhindar dari ‘illat

Maksudnya bahwa hadits yang bersangkutan terbebas dari cacat keshahih nya,yakni
hadits itu terbebas dari sifat samar yang membuatnya cacat,meskipun tampak bahwa hadits
itu tidak menunjukkan adanya cacat tersebut.’illat adalah cacat yang menyelinap pada
sanad Hadits,sehingga kecacatan tersebut pada umumnya terbentuk menjadi:

1. Sanadnya tampak bersambung dan tidak sampai kepada Nabi ternyata hanya sampai
kepada sahabat
2. Terjadi percampuran hadits lain.

5.Terhindar dari syadz (janggal)

Kejanggalan hadits terdapat pada adanya perlawanan antara suatu hadits yang di
riwayatkan oleh rawi yang makbul (yang dapat di terima periwayatannya) dengan hadits
yang di riwayatkan oleh rawi yang lebih kuat daripada nya,di sebabkan kelebihan jumlah
sanad dalam ke dhabitan atau adanya segi yang lain.Macam-macam syadz :

1. Syadz dalam sanad: contohnya yang diriwayatkan oleh imam at-Tirmizi,An-Nasa,I


dan Ibnu Majah.Dari jalur Ibnu Uyainah dari Amr bin Dinar dari Ausajah dari Ibnu
Abbas.
2. Syadz pada Matan: contohnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Abu Dawud dan At-Tirmizi,dari Hadits Abdul Wajid bin Ziyat,dari Al-A’masyi Abu
Shalih dari Abu Hurairah.

37.Soetari.op.cit.hlm.140.
38.’Itr.op.cit.hlm.2.
39.Ismail.op.cit.hlm.128.
40.’Itr.op.cit.hlm.4.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan:
1. Hadits shahih menurut lughat adalah lawan dari “saqim”,artinya sehat lawan sakit.
2. Menurut ahli hadits,hadits shahih adalah hadits yang sanadnya Bersambung
3. Syarat-syarat hadits shahih terbagi atas :
 Rawinya bersifat adil
 Rawinya bersifat dhabit
 Sanadnya bersambung
 Tidak ber ‘illat
 Tidak syadz (janggal)

B. Penutup
Tidak ada gading yang tak retak,oleh karena itu kami sangat berharap atas saran dan
kritik yang membangun guna menjadi lebih baik lagi di kemudian hari.Karena dalam hal
pembuatan makalah ini,kami rasa masih banyak kekurangan yang sangat banyak terutama
dalam penjelasannya.

DAFTAR PUSTAKA
Ismail,Syuhudi,1995.Kaedah Kashahihan Sanad Hadits: Telah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah.Jakarta: Bulan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai