SANADNYA BERSAMBUNG
RAWINYA ADIL
RAWINYA DHABIT
TIDAK TERDAPAT SYADZ
TIDAK TERDAPAT ILAT
DI SUSUN OLEH:
ALDA ZUKRI
ARBAIN MAIMUNAH
M.YUSUF
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu,terutama
dari segi pembelajaran kepada dosen pembimbing mata kuliah Studi hadits yakni bapak
Marzani,S.Pd.I,M.Pd.I
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan,jika banyak terdapat
banyak kesalahan dan masih jauh dari kata sempurna.Kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik baik lagi.Karena tidak ada gading yang
tak retak.kami berharap atas adanya makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….
A.Latar Belakang………………………………………………………………………………
B.Rumusan Masalah………………………………………………………………………..
C.Tujuan Pembahasan……………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………..
A.Pengertian Hadits Shahih……………………………………………………………..
B.Syarat—syarat Hadits Shahih………………………………………………………..
C.Sanadnya Bersambung…………………………………………………………………
D.Rawinya Bersifat Adil…………………………………………………………………..
E.Tidak Terdapat Syadz……………………………………………………………………
F.Tidak Terdapat I’llat…………………………………………………………………….
BAB II PENUTUP……………………………………………………………………………..
A.Kesimpulan…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Dalam proses penerimaan hadist ,para ahli hadist mensyaratkan beberapa
ketentuan,selain kelayakan perawi (sisi sanad) disyaratkan juga keabsahan matan (teks)
hadist.Hadist yang sampai kepada kita,keshahihannya tidak hanya ditentukan pula oleh
kualitas teksnya.
2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadist shahih?
2. Apa syarat-syarat hadist shahih?
3.Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui pengertian hadist shahih.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Shahih lidzatihi :
Adalah sebuah hadits yang mencakup semua syarat hadits shahih dan tingkatan rawi
berada pada tingkatan pertama.Dan jika tingkatan perawi hadits berada pada
tingkatan kedua,maka hadits tersebut dinamakan hadits Hasan.
2.Shahih lighoirihi :
Hadits ini di namakan hadits lighoirihi karena ke shahihan hadits di sebabkan oleh
sesuatu yang lain,dalam artian hadits yang tidsk sampai pada pemenuhan syarat-
syarat yang paling tinggi.Artinya kekurangan yang dimiliki oleh hadits ini dapat
ditutupi dengan adanya bantuan hadits,dengan teks yang sama,yang diriwayatkan
melalui jalur lain.
29.Ash-Shidieqy.op.cit.hlm.100-101.
30.Rahman.op.cit.hlm.117.
31.Ash-Shidieqy.op.cit.hlm.117
32.Ibit.hlm.132.
33.Soetari.op.cit.hlm.138.
Menurut Ar-Razi,keadilan adalah tenaga jiwa yang mendorong untuk selalu bertindak
taqwa,menjauhi dosa-dosa besar,menjauhi kebiasaan melakukan dosa-dosa kecil,dan
mmeninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang menodai muru’ah,sperti makan sambil
berdiri di jalanan,buang air (kencing) di tempat yang bukan di sediakan untuknya,dan
bergurau yang berlebihan.
1. Beragama islam
2. Berstatus mukalaf
3. Melaksanakan ketentuan agama
4. Memelihara muru’ah
Dhabit adalah bahwa rawi yang bersangkutan dapat menguasai haditsnya dengan
baik,baik dengan hafalan yang kuat atau dengan kitabnya,selalu berhati-hati,menjaga
dengan sungguh-sungguh kitabnya lalu ia mampu menungkapkannya kembali ketika
meriwayatkannya.
1. Dabt sudur: permulaan dari tiap-tiap sesuatu,mempunyai daya hafal dan ingatannya
sanggup dikeluarkan kapan dan dimana saja yang di kehendaki.
2. Dabt kitab: cermat memelihara catatan atau buku yang ia terima
3. Tamm Dabt: hafal dengan sempurna hadits yang diterima,mampu menyampaikan
dengan baik hadits yang dihafal,dan faham dengan baik hadits yang dihafalnya baik
itu secara dhabit shudur maupun secarab dhabit kitab.
34.Soetari.Ibit.hlm.138.
35.Lihar Syuhudi Ismail.kaedah keshahihan sanad hadits : Telah kritis dan tinjauan
dengan pendekatan ilmu sejarah.Jakarta : Bulan Bintang 1995.hlm.155-168.
36.Nuruddin’itr.’Ulumul Al-hadits.jilid II.Ter.Mujio.Bandung:Remaja Rosdakarya.
1994.hlm.3.
3.Sanadnya bersambung
Yang di maksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap rawi hadits yang
bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang berada di atasnya dan begitu
selanjutnya sampai kepada pembicara yang pertama.
Maksudnya bahwa hadits yang bersangkutan terbebas dari cacat keshahih nya,yakni
hadits itu terbebas dari sifat samar yang membuatnya cacat,meskipun tampak bahwa hadits
itu tidak menunjukkan adanya cacat tersebut.’illat adalah cacat yang menyelinap pada
sanad Hadits,sehingga kecacatan tersebut pada umumnya terbentuk menjadi:
1. Sanadnya tampak bersambung dan tidak sampai kepada Nabi ternyata hanya sampai
kepada sahabat
2. Terjadi percampuran hadits lain.
Kejanggalan hadits terdapat pada adanya perlawanan antara suatu hadits yang di
riwayatkan oleh rawi yang makbul (yang dapat di terima periwayatannya) dengan hadits
yang di riwayatkan oleh rawi yang lebih kuat daripada nya,di sebabkan kelebihan jumlah
sanad dalam ke dhabitan atau adanya segi yang lain.Macam-macam syadz :
37.Soetari.op.cit.hlm.140.
38.’Itr.op.cit.hlm.2.
39.Ismail.op.cit.hlm.128.
40.’Itr.op.cit.hlm.4.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan:
1. Hadits shahih menurut lughat adalah lawan dari “saqim”,artinya sehat lawan sakit.
2. Menurut ahli hadits,hadits shahih adalah hadits yang sanadnya Bersambung
3. Syarat-syarat hadits shahih terbagi atas :
Rawinya bersifat adil
Rawinya bersifat dhabit
Sanadnya bersambung
Tidak ber ‘illat
Tidak syadz (janggal)
B. Penutup
Tidak ada gading yang tak retak,oleh karena itu kami sangat berharap atas saran dan
kritik yang membangun guna menjadi lebih baik lagi di kemudian hari.Karena dalam hal
pembuatan makalah ini,kami rasa masih banyak kekurangan yang sangat banyak terutama
dalam penjelasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail,Syuhudi,1995.Kaedah Kashahihan Sanad Hadits: Telah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah.Jakarta: Bulan Bintang.