Anda di halaman 1dari 14

PEMBAGIAN HADIST BERDASARKAN KUALITAS

MAKALAH

Di susun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Ulumul Hadits

Dosen Pengampu : Abdullah Ma’ruf, MA

0leh :

1. Khoirul Anam NIM :117080


2. Umamah Noor Safitri NIM : 117095

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI


KELAS E JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
2018

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa


Ta’ala, karena berkat ridho dan rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pembagian Hadits Berdasarkan Kualitas” tanpa ada suatu
halangan.

Sholawat dan salam senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi


Muhammad Shallahu ‘alaihi wassalam yang selalu kita nanti- nantikan syafaatnya
di hari akhirat.

Dalam penyusunan makalah ini banyak bantuan yang penulis terima jauh
dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini
mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik-Nya.

Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi ita semua.

Amin-amin ya rabbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Hormat Kami

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul .............................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................. ii

Daftar Isi ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4

1. Latar Belakang ........................................................................... 4


2. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
3. Tujuan ........................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 5

1. Hadits Shahih ............................................................................. 5


2. Hadits Hasan ............................................................................... 8
3. Hadits Dha’if ............................................................................... 10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................. 13

Daftar Pustaka ........................................................................................... 14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang telah diketahui, hadits diyakini sebagai sumber ajaran
Islam setelah kitab suci Al-Quran. Hadits merupakan segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi Muhammad SAW, baik berupa ucapan, perbuatan
maupun ketetapan Allah yang disyari’atkan kepada manusia. Selain itu
hadits juga dibutuhkan manusia untuk mengetahui inti-inti ajaran dalam
Al-Quran.
Ditinjau dari segi kualitasnya, hadits terbagi menjadi dua yaitu :
hadits Maqbul (hadits yang dapat diterima sebagai dalil) dan hadits
Mardud (hadits yang tertolak). Hadist Maqbul terbagi menjadi dua yaitu
hadits Shahih dan hadist Hasan, sedangkan hadits Maqbul salah satunya
yaitu hadits Dha”if. Semuanya memiliki ciri dan kriteria yang berbeda.
Oleh sebab itu, tujuan penulisan makalah ini diperlukan lebih
lanjut untuk mengetahui lebih jelas tentang hadits shahih, hadits hasan dan
hadits dha’if.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian hadits shahih, pembagian dan contohnya ?
2. Bagaimana pengertian hadits hasan, pembagian dan contohnya ?
3. Bagaimana pengertian hadits dha’if, pembagian dan contohnya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hadits shahih, pembagian dan
contohnya.
2. Untuk mengetahui pengertian hadits hasan, pembagian dan contohnya.
3. Untuk mengetahui pengertian hadits dha’if, pembagian dan contohnya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Hadits Shahih
a. Pengertian Hadits Shahih
Shahih menurut lughat adalah lawan dari “saqim’, artinya sehat
lawan sakit, haq lawan bathil. Menurut ahli hadits, hadits shahih
adalah hadits yang sanadnya bersambung, dikutip oleh orang yang
adil lagi cermat dari orang yang sama, sampai berakhir pada
Rasululloh SAW, atau sahabat yang tabi’in, bukan hadits yang syadz
(kontroversi) dan terkena ‘illat yang menyebabkan cacat dalam
penerimaaanya. 1
Berdasarkan pengertian di atas, hadits shahih memiliki 5
kriteria, yaitu ;
1. Sanadnya bersambung
Yang dimaksud sanadnya bersambung adalah bahwa tiap-
tiap perawinya dalam sanad hadits menerima riwayat hadits dari
perawi terdekat sebelumnya. Keadaan itu berlangsung demikian
sampai akhir sanad dari hadits itu.
2. Perawinya adil
Seseorang dikatakan adil apabila ada padanya sifat-sifat
yang dapat mendorong terpeliharanya ketaqwaan, yaitu senantiasa
melakukan perintah dan meninggalakn larangan, dan terjaganya
sifat muru’ah yaitu senantiasa berakhlak baik dalam segala
tingkah lakunya.
3. Perawinya dhabit
Seorang perawi dikatakan dhabit apabila perawi tersebut
mempunyai daya ingatan dengan sempurna terhadap hadits yang
diriwayatkannya. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, perawi yang

1
Agus Salahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadits ( Bandung ; Pustaka Setia, 2009 )141.

5
dhabit adalah mereka yang kuat hafalannya terhadap apa yang
pernah didengarnya, kemudian mampu menyampaikan hafalan
tersebut kapan saja manakala diperlukan. Ini artinya, bahwa orang
yang disebut dhabit harus mendengar secara utuh apa yang
diterimanay, memahami apa yang diterimanaya, terpatri dalam
ingatannya,kemudian mampu menyampaikannyakepada orang
lain atau meriwayatkannya sebagaimana mestinya. 2
4. Tidak Syadz (janggal).
Syadz dalam bahasa berarti ganjil, terasing atau menyalahi
atura. Yang dimaksud dengan syadz disini, adalah periwayatan
orang tsiqoh (terpercaya yakni adil dan dhabith) bertentangan
dengan orang yang lebih tsiqoh.
5. Tidak terjadi ‘illat
Dalam bahasa arti ‘illat yaitu penyakit, sebab, alasan, atau
udzur. Sedang ati ‘illat di sini adalah suatu sebab tersembunyi
yang membuat cacat keabsahan suatu hadits padahal lahirnya
selamat dari cacat tersebut. Misalnya, sebuah hadits setelah
diadakan penelitianternyata ada sebab yang membuat cacat yang
menghalangi terkabulnya, seperti perawi seorang yang fasik, tidak
bagus hafalannya, seorang ahli bid’ah, dan lain-lain.
b. Pembagian Hadits Shahih
Macam-macam hadits shahih ada dua macam yaitu :
1. Shahih Lidzatih (shahih dengan sendirinya)
Karena hadits shahih lidzatih telah memenuhi 5 kriteria
hadits.
2. Shahih Lighairih (shahih karena yang lain)
Hadits shahih lighairih, semestinya sedikit tidak memnuhi
persyaratan hadits shahihia baru sampai tingkat hadits hasan,
karena diantara perawi ada yang kurang sedikit hafalannya

2
Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2002) 132.

6
dibandingkan dalam hadits shahih, tetapi karena diperkuat dengan
jalan/sanad lain, maka naik menjadi shahih li ghairih.
Contoh hadits yang diriwayatkan oleh At-Timidzi melalui
jalan Muhammad bin Amr dari Abu Salamah dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah SAW bersabda :
َ ‫اس ََل َ َم ْرت ُ ُه ْم ِبالس َِواكِ َم َع ُك ِل‬
‫ص ََلة‬ َ ‫علَى أ ُ َّمتِي أ َ ْو‬
ِ َّ‫علَى الن‬ ُ َ ‫لَ ْو ََل أ َ ْن أ‬
َ ‫ش َّق‬

Seandainya aku tidak khawatir memberatkan atas umatku,


tentu aku perintah mereka bersiwak ketika setiap shalat.
Hadits di atas berkualitas hasan lidzatih, karena semua
perawinya bersifat tsiqah (adil dhabit) selain Muhammad bin
Amr, ia bertitel : shaduq (banyak benarnya). Tetapi hadits ini
mempunyai jallan lain yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim melalui jalan Abu Az-Zarad dari Al-A’raj dari Abu
Hurairah. Maka hadits di atas kualitasnya naik menjadi shahih
lighairih
c. Contoh Hadits Shahih

ُ‫س ِم ْعت‬ َ : ‫ َس ِم ْعتُ اَبِى قَا َل‬: ‫سدَّد َحدَّثَنَا ُم ْعت َِمر قَا َل‬
َ ‫َارى قَا َل َحدَّثَنَا ُم‬ ِ ‫َما ا َ ْخ َر َجهُ البُخ‬
‫ اللَّ ُه َّم اِنِّي‬:ُ‫سلَّم يَقُول‬ َ ُ‫ص َّلى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ َكانَ النّبي‬:َ‫ع ْنهُ قَال‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ِ ‫النَّ ِس بنُ َما ِلك َر‬
,ِ‫ َواَعُوذُبِكَ ِم ْن فِتْنَ ِة ال َمحْ يَا َوال َم َمات‬,‫ َوال ُجب ِْن َوال َه ْر ِم‬,‫س ِل‬ َ ‫جْز َوال َك‬ِ َ‫اَعُوذُبِكَ ِمنَ الع‬
.‫ب القَب ِْر‬ِ ‫َواَعُوذ ُ ِبكَ ِم ْن عَذَا‬

Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, ia berkata


memberitakan kepada kami Musaddad, memberitakan kepada kami
Mu’tamir ia berkata : Aku mendengar ayahku berkata : aku
mendengar Anas bin Malik berkata : Nabi SAW berdoa : “Ya Allah
sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada Engkau dari sifat
lemah, lelah, penakut, dan pikun. Aku mohon perlindungan kepada
Engkau dari fitnah hidup dan mati dan aku mohon perlindungan
kepada Engkau dari adzab kubur.3

3
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits ( Jakarta : Amzah, 2008) 154.

7
2. Hadits Hasan
a. Pengertian Hadits Hasan
Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanadnya,
diriwayatkan oleh perawi yang adil, yang rendah tingkat kekuatan daya
hapalannya, tidak rancu dan tidak bercacat. Dengan membandingkan
definisi hadits hasan ini dan definisi hadits shahih, maka akan di
temukan titik keserupaan yang cukup besar di antara kedua jenis hadits
ini. Yang membedakan di antara keduanya hanyalah tingkat
kedhabitan perawinya. Hadits shahih diriwayatkan oleh rawi yang
sempurna daya hafalannya yakni kuat hafalannya dan tingkat
akurasinya, sedangkan rawi hadits hasan adalah kurang sedikit
kedhabitannya. Tetapi jika dibandingkan dengan kedhabitan perawi
hadits dha’if tentu belum seimbang, kedhabitan perawi hadits hasan
lebih unggul. 4
b. Pembagian Hadits Hasan
Para ulama ahli hadits membagi Hadits Hasan menjadi dua
bagian, yaitu :
1. Hadits Hasan li Dzatih
Hadits hasan li dzatih yaitu hadits yang sanadnya
bersambung dengan periwayatan yang adil, dhabit meskipun tidak
sempurna, dari awal sanad hingga akhir sanad tanpa ada
keganjilan dan cacat yang merusak.
Hadits hasan lidzatih ini bisa baik derajatnya menjadi
hadits shahih (li ghairih) bila ada hadits lain yang sejenis
diriwayatkannya melalui jalur sanad yang lain. Sebagai contohnya
adalah hadits Al-Tirmidzi yang diriwayatkan dari Muhammad bin
Amr dari Abi Salamah dari Abi Hurairah, sebagaimana contoh :
َ ‫ش َّق َعلَى أمتي َل َم ْرت ُ ُه ْم بِالس ََّوا كِ ِع ْن َد ُكل‬
” ‫صَلة‬ ْ َ‫لَ ْوَل‬
ُ ‫أن أ‬

4
Nuruddin ‘itr, ‘Ulumul Hadits (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012) 266.

8
Hadits ini hasan lidzatih. Muhammad ibn Amr ibn
Alqamah terkenal seorang yang baik dan jujur, tetapi kurang
dhabit. Karena itu banyak ulama yang melemahkan hadits yang
diriwayatkannya. Oleh karena itu, hadits di atas berstatus hasan li
dzatih.
2. Hasan li Ghairihi
Hadits hasan li ghairihi ini terjadi dari hadits dha’if jika
banyak periwayatannya, sementara para perawinya tidak
diketahui keahliannya dalam meriwayatkan hadits. Akan tetapi
mereka tidak sampai kepada derajat fasik. Hadits dha’if bisa naik
menjadi kedudukannya menjadi hadits hasan ini, hanyalah hadits
yang tidak terlalu lemah. Sementara hadits yang sangat lemah
kedudukannya tetap sebagai hadits dha’if, tidak bisa berubah
menjadi hadits hasan. 5
c. Contoh Hadits Hasan
Hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan
Ibnu Hibban dari Al-Hasan bin Urfah Al-Maharibi dari Muhammad bi
Amr dari Abu Salamah dari Abi Hurairah, bahwa Nabi bersabda :

َ‫وز ذَلِك‬ َّ ‫ار أ ُ َّم ِتـي َما بَيْنَ ال ِستِيْنَ ِإلَى ال‬
ُ ‫سبْ ِعيْ َن َوأَقَلُّ ُه ْم َم ْن يَ ُج‬ ُ ‫أ َ ْع َم‬
Usia umatku sekitar antara 60 sampai 70 tahun dan sedikit
sekali yang melebihi itu.
Para perawi di atas adala tsiqah kecuali Muhammadbin Amr.
Oleh para ulama hadits nilai ta’dil shaduq tidak mencapai dhabit tamm
sekalipun telah mencapai keadilan, kedhabitannya kurang sedikit jika
dibandingkan dengan kedhabitan hadits shahih. 6

5
Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2002) 145.
6
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits ( Jakarta : Amzah, 2008) 160.

9
3. Hadits Dha’if
a. Pengertian Hadits Dha’if
Dha’if menurut bahasa adalah lemah, lawan dari qawi (yang kuat).
Para ulama Muhadditsin mengemukakan sebab tertolaknya hadits dari dua
jurusan, yakni dari jurusan sanad dan matannya.
Sebab-sebab tertolaknya hadits dari jurusan sanad adalah
1. Terwujudnya cacat pada rawinya, baik tentang keadilan
maupun kedhabitannya.
2. Ketidakbersambungnya sanad, dikarenakan adalah seorang
rawi atau lebih, yang digugurkan atau saling tidak bertemu satu
sama lain.

Adapun cacat pada keadilan dan kedhabitan rawi itu ada 10


macam, yaitu sebagai berikut.

1. Dusta.
2. Tertuduh dusta.
3. Fasik.
4. Banyak salah.
5. Lengah dalam menghafal.
6. Menyalahi riwayat orang kepercayaan.
7. Banyak wahamnya.
8. Tidak diketahui identitasnya.
9. Penganut bid’ah.
10. Tidak baik hafalannya.7
b. Pembagian Hadits Dha’if
Berdasarkan sebab-sebab di atas, maka macam-macam hadits
dha’if dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pada Sanad
a. Hadits Munqathi’

7
Agus Salahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadits ( Bandung ; Pustaka Setia, 2009 )148.

10
Adalah hadits yang gugur sanadnya di satu tempat
atau lebih, atau pada sanadnya disebutkan nama seorang yang
tidak dikenal namanya. Akan tetapi gugurnya sanad tersebut
dibatasi jumlahnya yaitu hanya satu atau dua tapi tidak secara
berurutan.
b. Hadits Mu’allaq
Yaitu hadits yang digugurkna seorang atau lebih
diawal sanadnya secara berturut-turut. Hukum hadits
mu’allaq ini pada prinsipnya dikelompokkan kepada hadits
dha’if yang ditolak. Akan tetapi hadits mu’allaq ini bisa
dianggap shahih bila sanad yang digugurkan itu disebutkan
oleh hadits yang bersanad lain.
c. Hadits Mursal
Adalah hadits yang gugur sanadnya setelah tabi’in.
Yang dimaksud gugur disini adalah nama sanad terakhir tidak
disebutkan
d. Hadits Mu’dhal
Adalah hadits yang gugur sanadnya atau lebih secara
berturut-turut. Hadits ini tidak bisa dijadikan hiujjah, karena
ia lebih buruk keadaannya daripada hadits munqathi’.
e. Hadits Mudallas.
Pada hadits mudallas ini, rawi yang menggugurkan
pernah bertemu dengan rawi yang digugurkan. Pengguran itu
dimaksudkan agar aib atau kelemahan suatu hadits dapat
tertutupi.

2. Dha’if dari segi matan.


a. Hadits Mauquf.
Hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat, baik berupa
perkataan, perbuatan atau taqrirnya. Periwayatan baik
bersambung atau tidak.

11
b. Hadits Maqthu’
Hadits yang diriwayatkan dari tabi’in dan disandarkan
kepadanya, baik perkataan maupun perbuatannya. Hadits
maqthu’ dilihat dari segi sandarannya adalah hadits yang lemah,
maka dari itu tidak dapat dijadikan hujjah.8
c. Contoh Hadist Dho’if

ً ِ‫أ ُ ْن ِز َل َعلَى َم ْن أَت َى َحائ‬


‫ضا أ َ ِو ا ْم َرأَة ً فِى ُدب ُِرهَا أ َ ْو َكا ِهنًا فَقَ ْد َكفَ َر بِ َما‬
‫ُم َح َّمد‬

8
Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2002) 152.

12
BAB III
PENUTUP
Simpulan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Hadits shahih
Adalah hadits yang sanadnya bersambung, dikutip oleh orang yang
adil lagi cermat dari orang yang sama, sampai berakhir pada Rasululloh
SAW, atau sahabat yang tabi’in, bukan hadits yang syadz (kontroversi)
dan terkena ‘illat yang menyebabkan cacat dalam penerimaaanya. Hadits
shahih di bagi menjadi hadits shahih lidzatih dan hadits shahih lighairihi.
2. Hadits hasan.
Adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh
perawi yang adil, yang rendah tingkat kekuatan daya hapalannya, tidak
rancu dan tidak bercacat. Hadits hasan dibagi menjadi dua yaitu, hadits
hasan lidzatih dan hasan li ghairihi.
3. Hadits dha’if
Adalah hadits yang lemah. Para ulama Muhadditsin
mengemukakan sebab tertolaknya hadits dari dua jurusan, yakni dari
jurusan sanad dan matannya.

Saran

Penulis memohon maaf apabila makalah ini tampil kurang sempurna dan
belum lengkap karen aketerbatasan waktu dan tenaga. Demi penyempurnaan
makalah, penulis membuka kritik dan saran yang kontruktif dari pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

13
DAFTAR PUSTAKA

Agus Salahudin dan Agus Suyadi. 2009. Ulumul Hadits. Bandung : Pustaka Setia

Suparta Munzier. 2002. Ilmu Hadis. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Khon, Abdul Majid. 2008. Ulumul Hadits. Jakarta : Amzah

‘Itr, Nuruddin.2012. ‘Ulumul Hadits : Bandung : PT Remaja Rosdakarya

14

Anda mungkin juga menyukai