Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HAKIKAT, TUJUAN DAN FUNGSI

PENDIDIKAN ISLAM

KELOMPOK 5

OLEH:

AHMAD BURHANUDIN HARIS

17770027

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. H. M. ZAINUDDIN, M. A.

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (MPAI)


PROGRAM PASCASARJANA UIN MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2017/2018

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia terlahir dalam keadaan fitrah. Namun hal ini bukan berarti
manusia seperti halnya kertas kosong. Akan tetapi lebih tepatnya setiap
manusia yang terlahir dalam dunia ini telah disematkan pada dirinya
sebuah potensi untuk melakukan kebaikan. Dan untuk menggali potensi
tersebut, sangat diperlukan sebuah pendidikan guna membimbingnya
mencari hakikat kebenaran dalam menjalani hidup.
Karenanya, dibutuhkan sebuah pendidikan yang mampu
membentuk seorang manusia menjadi insan kamil. Menjadi seorang
manusia yang intelektual dan spiritual ( manusia yang berilmu, beriman
dan bertaqwa). Sesuai dengan tugas manusia itu diciptakan, yakni sebagai
khalifatu fi al-Ardi.
Maka dari itu, pendidikan yang dirasa mampu untuk membentuk
kepribadian yang sesuai dengan hakikat penciptaan manusia tersebut
adalah sebuah pendidikan yang didalamnya terdapat nilai-nilai akhaq yang
tinggi serta sebuah pendidikan yang berasaskan pada nilai spiritualitas dan
berdasarkan pada kebenaran mutlaq, yakni al-Qur’an dan Hadis. Dari
kedua sumber tersebut, para cendekiawan muslim kemudian
mengembangkannya dan mengklarifikasinya kedalam dua bagian yaitu ;
pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua,
adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata
Namun sebelum mempelajari lebih jauh tentang pendidikan Islam
tersebut, baik kiranya jika kita menelusuri lebih lanjut tentang apa itu
pendidikan Islam, hakikat, fungsi ataupun tujuan dari pendidikan Islam itu
sendiri. Dengan harapan, setelah benar-benar mengenal pendidikan Islam
tersebut, kita mampu melakukan sistem pembelajaran yang optimal sesuai
dengan fungsi dan tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri.

2
B. Rumusan Masalah:
Untuk lebih mempermudah pembahasan tentang materi ini, penulis
membatasi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Apa hakikat pendidikan Islam ?
2. Apa tujuan pendidikan Islam ?
3. Apa fungsi pendidikan Islam ?

C. Tujuan
Untuk lebih memahami tentang hakikat, tujuan dan fungsi
pendidikan Islam, maka penulis mempunyai tujuan penulisan makalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hakikat pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui fungsi pendidikan Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendidikan Islam


Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya
awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan” (hal,
cara dan sebagainya). Istilah pendidikan semua berasal dari bahasa
Yunani, yaitu “paedagoie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada
anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan
“education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa
Arab, istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang bererti
pendidikan.
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau
pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang
dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya,

3
pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih
tinggi (mental). Dengan demikian pendidikan berarti segala usaha orang
dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Dalam konteks
ini, orang dewasa yang dimaksud bukan berarti pada kedewasaan fisik
belaka, akan tetapi bisa pula dipahami kepada kedewasaan psikis.1
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu
kepada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari keriga istilah
tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam
adalah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang
sekali digunakan. Padalah kedua istilah tersebut telah digunakan sejak
awal pertumbuhan pendidikan Islam.2
Kedatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga terma tersebut
memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki
perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Untuk itu, perlu
dikemukakan uraian dan analisis terhadap ketiga term pendidikan Islam
tersebut dengan beberapa argumentasi tersendiri dari beberapa pendapat
para ahli pendidikan Islam.
1. Tarbiyah
Penggunaan istilah al-Tarbiyah berasal dari kata rabb.
Walaupun kata ini memiliki arti, akan tetapi pengertian dasarnya
menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat,
mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.3

Dari segi etimologis, tiga asal kata tarbiyah yakni, raba,


rabiya, dan rabba, kata tarbiyah mencakup makna yang sangat luas
yakni (1) al-nama yang berarti bertambah, berkembang, dan
1
Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta: Kalam Mulia, 2015) h. 111
2
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis ( Jakarta :
Ciputat Press, 2002) h. 25
3
Ibid, h. 25

4
tumbuh menjadi besar sedikit demi sedikit, (2) aslahahu yang
berarti memperbaiki pembelajar jika proses perkembangan
menyimpang dari nilai-nilai Islam, (3) tawalla amrahu yang berarti
mengurus perkara pembelajaran, bertanggung jawab atasnya dan
melatihnya, (4) ra’ahu yang berarti memelihara dan memimpin
sesuai dengan potensi yang dimiliki dan tabiyatnya (5) al-tansyi’ah
yang berarti mendidik, mengasuh, dalam arti materi (fisiknya) dan
immateri (kalbu, akal, jiwa, dan perasaannya), yang kesemuannya
merupakan aktivitas pendidikan.
Menurut Syekh Ali, kata rabba memiliki arti yang banyak
yakni merawat, mendidik, memimpin, mengumpulkan, menjaga,
memperbaiki, mengembangkan, dan sebagainya. Daim
menyimpulkan bahwa makna tarbiyah adalah merawat dan
memperhatikan pertumbuhan anak, sehingga anak tersebut tumbuh
dengan sempurna sebagaimana yang lainnya, yaitu sebuah
kesempurnaan dalam setiap dimensi dirinya, badan (kinestetik),
roh, akal, kehendak, dan lain sebagainya.4
Secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan
Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Islam
adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai
“pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks
yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term
al-tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu:5
1. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa
( baligh )
2. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan
3. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan
4. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.

4
Maragustam, Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna ( Falsafah Pendidikan Islam),
(Yogyakarta: Nuha Litera, 2010) h. 22

5
Samsul Nizar, Filsafat...., h. 26

5
Dari penjelasan tersebut dapat diringkan bahwa prinsip-
prinsip dasar pengertian tarbiyah dalam islam adalah:6 pertama,
bahwa murabbi (pendidik) yang sebenarnya hanyalah Allah, karena
Dia Pencipta fitrah, potensi kekuatan dan kelemahan, dan paling
tahu tentang hakikat manusia itu sendiri, karenanya perlu dipelajari
terus menerus siapa sebenarnya manusia itu sesuai dengan perintah
Tuhan. Kedua, penumbuhan dan pengembangan secara sempurna
semua dimensi manusia baik materi, seperti fisiknya, maupun
immateri seperti akal, hati, kehendak, kemauan adalah tanggung
jawab manusia sebagai konsekuensi menjalankan fungsinya
sebagai hamba Tuhan dan sebagai fungsi khalifah. Ketiga, dalam
proses tarbiyah seharusnya mengambil nilai dan dasarnya dari Al-
Qur’an dan Sunnah dan berjalan sesuai dengan sunnatullah yang
digariskan-Nya. Keempat, setiap aktivitas tarbiyah mengarah
kepada penumbuhan, perbaikan, kepemimpinan, atau penjagaan
setiap dimensi dalam diri manusia, baik aktivitas itu direkayasa
atau secara natural. Kelima, tarbiyah yang direkayasa
mengharuskan adanya rencana yang teratur, sistematis, bertahap,
berkelanjutan dan fleksibel. Keenam, bahwa yang menjadi subjek
sekaligus objek dalam aktivitas tarbiyah adalah manusia. Ketujuh,
bahwa kata tarbiyah tidak terbatas pengetiannya sebagai sekedar
transfer ilmu, budaya, tradisi, dan nilai tetapi juga pembentukan
kepribadian (transformatif) yang dilakukan secara bertahap.
2. Ta’lim
Istilah al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal
pelaksanaan pendidikan islam. Menurut para ahli, kata ini lebih
bersifat universal dibanding dengan al-Tarbiyah maupun al-
Ta’dib. Rasyid Ridha mengartikan al-Ta’lim sebagai proses

6
Maragustam, Mencetak ......, h. 23

6
transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa
adanya batasan dan ketentuan tertentu.7
Jalal memberikan alasan bahwa proses ta’lim lebih umum
dibandingkan dengan proses tarbiyah:8
Pertama, ketika mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada
kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak terbatas pada membuat
mereka sekedar dapat membaca, melainkan membaca dengan
perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung
jawab, penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri
(tazkiyah al-nufus) dari segala kotoran, menjadikan dirinya dalam
kondisi siap menerima hikmah, dan mempelajari segala sesuatu
yang belum diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta
berguna bagi dirinya
Kedua, kata ta’lim tidak berhenti hanya kepada pencapaian
pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid
semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari dongengan
hayalan dan syahwat atau cerita-cerita dusta.
Ketiga, kata ta’lim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta
pedoman perilaku yang baik.
Dengan demikian kata ta’lim menurut Jalal mencakup ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang
hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi
juga orang dewasa. Sementara itu Abrasyi, menjelaskan kata ta’lim
hanya merupakan bagian dari tarbiyah karena hanya menyangkut
domain kognitif. Al-Attas menganggap kata ta’lim lebih dekat
kepada pengajaran atau pengalihan ilmu dari guru kepada
pembelajaran, bahkan jangkauan aspek kognitif tidak memberikan
porsi pengenalan secara mendasar.9
7
Samsul Nizar, Filsafat ..... , h. 27
8
Maragustam, Mencetak ......, h. 25-26
9
Maragustam, Mencetak ......, h. 26

7
3. Takdib
Attas menawarkan satu istilah lain yang menggambarkan
pendidikan Islam, dalam keseluruhan esensinya yang fundamental
yakni kata takdib. Istilah ini mencakup unsur-unsur pengetahuan
(‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah).
Istilah takdib dapat mencakup beberapa aspek yang menjadi
hakikat pendidikan yang saling berkait, seperti ‘ilm (ilmu), ‘adl
(keadilan), hikmah (kebajikan), ‘aml (tindakan), haqq (kebenaran),
natq (nalar) nafs (jiwa), qalb (hati), ‘aql (akal), maratib dan derajat
(tatanan hirarkis), ayah (simbol), dan adb (adab).
Dengan mengacu pada kata adb dan kaitan-kaitanya seperti
di atas, definisi pendidikan bagi al-Attas adalah: Sebagai
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat
dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa,
sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan
tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.10
Makna al-ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang
secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta
didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di
dalam tatanan penciptaan.
B. Tujuan Pendidikan Islam
Menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam
bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada
keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam
kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan
dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.

Secara Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud.


Atau tujuan  adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Atau menurut Zakiah
10
Ibid, h. 27

8
Darajat, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu
usaha atau kegiatan selesai.11 Karena itu tujuan pendidikan Islam adalah
sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang
melaksanakan pendidikan Islam.12
Secara Epistemologis, Merumuskan tujuan pendidikan merupakan
syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling
tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu
serta dengan pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky
menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan
Islam. Menurutnya, sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan
misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Munzir Hitami
berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup
manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup,
atau keinginan-keinginan lainnya.
Secara Ontologis : Dalam Islam, hakikat manusia adalah makhluk
ciptaan Allah. Sedangkan menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah
terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam,
pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan
kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada
Allah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT.13
Sebagai bagian dari komponen kegiatan pendidikan, keberadaan
rumusan tujuan pendidikan memegang peranan sangat penting. Karena
memang tujuan berfungsi mengarahkan aktivitas, mendorong untuk
bekerja, memberi nilai dan membantu mencapai keberhasilan. 14
Pendidikan Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan
mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai islami yang

11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006) h. 133
12
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007) h. 68
13
http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakekat-tujuan-pendidikan-islam/, diakses pada
tanggal 20 Oktober 2017 pukul 16.27 WIB

14
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Griya Snatri, 2010), h. 27

9
bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis. 15 Sedangkan Anwar
Jundi menjelaskan di dalam konsep Islam, tujuan pertama dan pokok dari
pendidikan ialah terbentuknya manusia yang berpribadi muslim.16
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang
dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional,
perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup
pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual,
intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual
maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke
arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim
terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT,
baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.17
Tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subyek
didik setelah mengalami proses pendidikan yang baik pada tingkah laku
individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan
alam sekitarnya dimana individu itu hidup. Sedangkan menurut Omar
Muhammad Attoumy Asy-Syaebani, tujuan pendidikan Islam memiliki
empat ciri pokok :
1. Sifat yang bercorak agama dan akhlaq
2. Sifat keseluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar atau
subyek didik, dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat.
3. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentagan antara unsur-
unsur dan cara pelaksanaannya.
4. Sifat realistis dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan
yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan,
memperhtiungkan perbedaan-perbedaan perseorangan diantara

15
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2003) h. 110
16
Mangun Budiyanto, Ilmu ......, h. 28
17
https://hamamburhanuddin.wordpress.com/artikel-2/pendidikan/hakikat-dan-tujuan-
pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 pukul 17.06 WIB

10
individu, masyarakat dan kebuadayaan dimanapun dan
ksanggupannya untuk berubah dan berkembang bila diperlukan.18
Pendidikan Islam bertugas disamping menginternalisasikan
(menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai Islami, juga mengembangkan anak
didik agar mampu melakukan pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis
dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini
berarti pendidikan Islam secara optimal harus mampu mendidik anak didik
agar memiliki kedewasaan atau kematangan dalam beriman, bertaqwa dan
mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh, sehingga menjadi pemikir
sekaligus pengamal ajaran Islam, yang dialogis terhadap kemajuan zaman.
Dengan kata lain, pendidikan Islam harus mampu menciptakan para
“mujtahid” baru dalam bidang kehidupan duniawi-ukhrowi yang
berkesinambungan secara interaktif tanpa pengotakan antara kedua bidang
itu.19
Menurut H. M. Arifin tujuan pendidikan islam adalah idealitas
( cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam
proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.
Beliau menjabarkan tujuan pendidikan yang bersasaran pada tiga dimensi
hubungan manusia selaku “khalifah” dimuka bumi yaitu sebagai berikut :
1. Menanamkan sifat hubungan yang harmonis, selaras dan seimbang
dengan Tuhannya.
2. Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras dan seimbang
dengan masyarakatnya.
3. Mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola dan
memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan
kesejahteraan hidupnya, dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan
ubudiahnya kepada Allah, dengan dilandasi sikap hubungan yang
harmonis.

18
http://www.academia.edu/5585325/PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_SEBAGAI_SUB_sistem_pend
, diakses pada tanggal 20 Oktober 2017, pukul 20.18 WIB
19
Muzayyin Arifin, Filsafat....., h. 111

11
Abu Ahmadi20 mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan
Islam meliputi : (1) Tujuan tertinggi / terakhir, (2) tujuan umum, (3) tujuan
khusus, dan (4) tujuan sementara.
1. Tujuan Terakhir
Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan
berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang
mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi
tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “Insan Kamil”
(manusia paripurna).
Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini
pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan peranannya
sebagai mahluk ciptaan Allah. Dengan demikian indikator dari insan
Kamil tersebut adalah : 21
a. Menjadi hamba Allah
b. Mengantarkan subyek didik menjadi khalifah Allah fi al-Ardh.
c. Untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup didunia
sampai akhir.
d. Terciptanya manusia yang mempunyai wajah Qur’ani.
Keempat tujuan tertinggi tersebut, pada dasarnya merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena pencapaian tujuan yang
satu memerlukan pencapaian tujuan yang lain, bahkan secara ideal
ketiga-tiganya harus dicapai secara bersama melalui proses
pencapaian yang sama dan seimbang.
Keempat tujuan tertinggi tersebut diyakini sebagai sesuatu yang
ideal dan dapat memotivasi usaha pendidikan dan bahkan dapat
menjadikan aktivitas pendidikan lebih bermakna.

2. Tujuan Umum

20
Abu Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, ( Yogyakarta : Aditya Media, 1950) h.
65
21
Ramayulis, Filsafat Pendidikan ......, h. 179

12
Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan
pendekatan filosofis, tujuan umum lebih bersifat empirik dan realistik.
Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat
diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian
peserta didik.
Tujuan ini dikatakan umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa
dibatasi ruang dan waktu, yang menyangkut diri peserta didik secara
total.
Salah satu formulasi dan realisasi diri sebagai tujuan pendidikan
yang bersifat umum ialah rumusan yang disarankan oleh konferensi
internasional. Pertama tentang pendidikan Islan di Makkah 08 April
1977 yang menyatakan, bahwa pendidikan harus diarahkan untuk
mencapai pertumbuhan keseimbangan kepribadian manusia
menyeluruh, melalui atihan jiwa, intelek, jiwa rasional, perasaan dan
penghayatan lahir. Karena itu pendidikan harus menyiapkan
pertumbuhan manusia dalam segi: spiritual, intelektual, imajinatif,
jasmani, ilmiah, linguistik, baik individu maupun kolektif, dan semua
itu didasari oleh motivasi mencapai kebaikan dan perfeksi. Tujuan
akhir pendidikan muslim itu terletak pada (aktivitas) merealisasikan
pengabdian kemanusiaan seluruhnya.
An _Nahlawy menyatakan setidaknya ada empat tujuan umum
dalam pendidikan Islam, yaitu :
1. Pendidikan akal dan persiapan pikiran
2. Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat asal pada anak-anak.
3. Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda
dan mendidik mereka sebaik-baiknya.
4. Berusaha untuk menyumbangkan segaa potensi-potensi dan
bakat-bakat manusia.22

3. Tujuan Khusus

22
Ramayulis, Filsafat Pe....., h. 186

13
Tujuan khusus adalah penghususan atau operasional tujuan
tertinggi dan tujuan umum ( Pendidikan islam). Tujuan khusus bersifat
relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana
perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak
pada kerangka tujuan tertinggi dan umum itu. Pengkhususan itu dapat
didasarka pada :
a. Kultur dan cita-cita suatu banagsa
b. Minat, bakat, dan kesanggupan subyek didik
c. Tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu.23
4. Tujuan Sementara
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan
yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntunan
kehidupan. Karena itu tujuan dari nilai-nilai sementara itu
kondisional, tergantung faktor dimana peserta didik itu tinggal.
Dengan berangkat dari pertimbangan kondisi itulah pendidikan Islam
bisa menyesuaikan diri untuk memenuhi prinsip dinamis dalam
pendidikan dengan lingkungan yang bercorak apapun, yang
membedakan antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. yang
penting orientasi dan pendidikan itu tidak keluar dari nilai-nilai idela
Islam.
Bila dilihat dari segi filosofis, maka tujuan pendidikan Islam dapat
diklarifikasikan menjadi dau macam, yaitu:24
1. Tujuan teoritis yang bersasaran pada pemberian kemampuan teoritis
kepada anak didik
2. Tujuan praktis yang mempunyai sasaran pada pemberian kemampuan
praktis kepada anak didik.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, memaparkan tujuan pendidikan Islam
terdiri dari 5 sasaran, yaitu :25
1. Membentuk akhlaq mulia
23
Ramayulis, Filsafat Pe....., h. 187
24
Muzayyin Arizin, Filsafat h.116
25
Samsul Nizar, Filsafat..., hlm. 37

14
2. Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
3. Mempersiapkan untuk mencari rizki dan memelihara segi
kemanfaatannya
4. Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik
5. Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam berada didalam garis yang
sama dengan misi tersebut, yaitu membentuk kemampuan dan bakat
manusia agar mampu menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan yang
penuh rahmat dan berkat Allah di seluruh penjuru alam ini. Hal ini berarti
bahwa potensi rahmat dan berkat Allah tersebut tidak akan terwujut nyata,
bilamana tidak diaktualisasikan melalui ikhtiar yang bersifat kependidikan
secara terarah dan tepat.
Jika pendidikan umum hanya ingin mencapai kehidupan duniawi
yang sejahtera baik dalam dimensi bernegara maupun bermasyarakat maka
Pendidikan Islam bercita-cita lebih jauh yang bernilai transendental, bukan
insindetal atau aksidental di dunia, yaitu kebahagiaan hidup setelah mati.
Jadi nilai-nilai yang hendak diwujudkan oleh pendidikan Islam adalah
berdimensi transendetal (melampaui wawsan hidup duniawi) sampai ke
ukhrawi dengan meletakkan cita-cita yang mengandung dimensi nilai
duniawi sebagai sarananya. Oleh karena itu, pendidikan merupakan sarana
atau alat untuk merealisasikan tujuan hidup orang muslim secara universal
maka tujuan pendidikan Islam di seluruh dunia harus sama bagi semua
umat Islam, yang berbeda hanyalah sistem dan metodenya.
C. Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan islam secara mikro sudah jelas yaitu memelihara
dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insan yang ada pada subyek
didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma islam.
Atau dengan istilah lazim digunakan yaitu menuju kepribadian muslim.
Lebih lanjut secara makro, fungsi pendidikan islam dapat ditinjau dari
feomena yang muncul dalam perkambangan peradaban manusia, dengan

15
asumsi bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh dan berkembang
melalui pendidikan.

Fenomena tersebut dapat kita telusuri melalui kajian antropologi


budaya dan sosiologi yang menunjukan bahwa peradaban masyarakat
manusia dari masa ke masa semakin berkembang maju; dan kemajuan itu
diperoleh melalui interaksi komunikasi sosialnya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa, ditinjau dari segi antropologi budaya dan sosiologi,
fungsi pendidikan ialah menumbuhkan wawasan yang tepat mengenai
manusia di alam sekitarnya, sehingga dengan demikian dimungkinkan
tumbuhnya kreatifitas yang dapat membangun dirinya dan lingkungannya.
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis oleh Abdul Halim,
fungsi pendidikan dilihat secara operasional adalah:26

1. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat-


tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide
masyarakat nasional.
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan. Pada
garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan
dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta
didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan
sosial dan ekonimi yang demikian dinamis.
Menurut pandangan pendidikan islam, fungsi pendidikan itu
bukanlah sekedar mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan otak
peserta didik, tetapi juga menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi
pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak
didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah
ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan terhindar dari al-fithratu
ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan yang
tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya, sehingga
mati dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi,

26
Samsul Nizar, Filsafat....., h.37

16
Nashrani, Majusi ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain
Islam.27
Betapa pentingnya fungsi pendidikan dan pengajaran di dalam
menyelamatkan dan mengembangkan fitrah ini. Di pihak lain, pendidikan
dan pengaajaran juga berfungsi untuk mengembangkan potensi-potensi/
kekuatan-kekuatan yang ada pada diri anak agar ia bisa menjadi manusia
yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi pergaulan hidup di
sekelilingnya, sesuai dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dan
sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.28
Dalam menjalankan fungsinya, pendidikan Islam tidak begitu saja
dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya situasi dan kondisi yang
kondusif. Berdasarkan pertimbangan ini maka fungsi pendidikan Islam
dapat ditinjau dari segi struktural dan segi institusional. Dimensi
struktural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisasi yang
mengatur jalannya proses pendidikan. Sedangkan dimensi institusional
mengisyaratkan tuntutan bagi pendidikan Islam untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman. Dengan demikian
pendidikan Islam bersifat elastis, dinamis dan kondusif.29

27
Mangun Budiyanto Ilmu,......, h. 107
28
Ibid......h,
29
Nik Haryanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Malang : Gunung Samudera, 2014) h. 40

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mengungkapkan hakikat pendidikan Islam, kata tarbiyah
dipilih untuk menunjuk pendidikan Islam karena beberapa pertimbangan:
1. Tema tarbiyah dapat diperluas makna semantiknya.
2. Tema tarbiyah lebih umum dapat diterima oleh masyarakat muslim
Indonesia
3. Istilah tarbiyah lebih umum diterima dalam situasi lokal tertentu dari
pada terma ta’lim dan takdib.
Tujuan Pendidikan Islam terdiri atas lima sasaran, yaitu :
1. Membentuk akhlaq mulia
2. Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
3. Mempersiapkan untuk mencari rizki dan memelihara segi
kemanfaatannya
4. Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik
5. Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil.
Sedangkan fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar mengembangkan
kemampuan dan mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga
menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu, fungsi pendidikan dan
pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah
untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini agar tetap
menjadi al-fithratus salimah dan terhindar dari al-fithratu ghairu salimah.
Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan yang telah dibawanya
sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya, sehingga ketika ajal telah
menjemput, ia tetap bersama dengan fitrah yang bahkan semakin mantap,
tidak menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi ataupun agama-agama dan faham-
faham yang selain Islam.

18
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Abu , Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta : Aditya


Media, 1950

Budiyanto, Mangun, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Griya Santri, 2010.

Haryanti, Nik, Ilmu Pendidikan Islam, Malang : Gunung Samudera, 2014

Ihsan, Fuad dan Ihsan, Hamdani, Filsafat Pendidikan islam, Bandung: Pustaka
Setia, 2007

Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan, Historis, Teoritis, dan


Praktis, Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002.

Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (Falafah


Pendidikan Islam), Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006

Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta: Kalam Mulia, 2015) h. 111

http://www.academia.edu/5585325/PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_SEBAGA
I_SUB_sistem_pend, diakses pada tanggal 20 Oktober 2017, pukul 20.18 WIB

http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakekat-tujuan-pendidikan-islam/,
diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 pukul 16.27 WIB

19

Anda mungkin juga menyukai