Anda di halaman 1dari 11

Bab I

Pendahuluan

a. Latar Belakang

Islam mengajarkan kita untuk berbakti terhadap orang tua, karena dengan perantara
orang tualah kita dapat merasakan hidup yang sekarang ini. Selain itu mengingat betapa
mulianya, betapa kerasnya dan betapa banyaknya. Jasanya untuk memelihara dan mendidik
kita dengan semua kasih sayang yang mereka miliki, bahkan marah merekapun merupakan
suatu bentuk sayang yang termat terhadap kita. sehingga dapat tumbuh besarlah kita seperti
sekarang ini. Semua karena kasih sayang yang meraka limpahkan untuk kita.

Mereka melakukan semuanya tanpa mengharap balasan dari kita, mereka


melakukannya semata-mata untuk membuat kiat menjadi yang terbaik. Perhatian mereka
terhadap kita tidak akan pernah luntur, meskipun nanti kita sudah bisa hidup mandiri. Bahkan
dalam hadits ditegaskan bahwa keridhoan Allah tergantung pada keridhoan orang tuanya.
Maka disini pemakalah akan memaparkan tentang etika kita terhadap orang tua, mengapa kita
harus berbakti kepada mereka dan akibat apa yang akan kita paroleh ketika durhaka kepada
mereka. Dan makalah ini disertai dengan dalil-dalil yang mendukung paparan diatas.

b. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Akhlaq Anak Kepada Orang Tua dalam Islam?

2. Apa yang Menjadi Alasan Seorang Anak Harus Berbakti Kepada Orang Tua?

3. Apakah Hikmah Berbakti Kepada Orang Tua?


Bab II
Pembahasan
a. Pengertian Birrul Walidain

Al Birr iaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah SAW. : “Al Birr adalah baiknya


akhlaq“. (HR. Muslim)

Birrul Walidain ‫ َدي ِْن‬999ِ‫ ِّر ْال َوال‬999ِ‫ب‬ merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh
seorang anak kepada  kedua orang tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa
batinan dan hal tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia meskipun mereka tidak
beriman. Manakala wajibatul walid (kewajipan orang tua) adalah untuk mempersiapkan
anak-anaknya agar dapat berbakti kepadanya seperti sabda Nabi SAW.,  “Allah merahmati
orang tua yang menolong anaknya untuk boleh berbakti kepadanya”.

Sedangkan ‘Uquud Walidain ‫ق ْال َوالِ َد ْي ِن‬


ُ ْ‫ ُعقُو‬ bermaksud durhaka terhadap mereka dan tidak
berbuat baik kepadanya.

Berkata Imam Al Qurtubi – mudah-mudahan Allah merahmatinya -: “Termasuk ‘Uquuq


(durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/ menentang keinginan-keinginan mereka
dari (perkara-perkara) yang mubah, sebagaimana Al Birr (berbakti) kepada keduanya
adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu
atau keduanya memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal itu bukan
perkara maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah
pada asalnya, demikian pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara yang
mandub (disukai/ disunnahkan).”1

Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah – mudah-mudahan Allah merahmatinya -: Berkata Abu Bakr
di dalam kitab Zaadul Musaafir “Barangsiapa yang menyebabkan kedua orang tuanya marah dan
menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia bisa tertawa (senang) kembali“.

2. Hukum Birrul Walidain

Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua orang
tua hukumnya adalah wajib selain terhadap perkara yang haram.

Syari’at Islam meletakkan kewajipan birrul walidain menempati ranking ke-dua


setelah beribadah kepada Allah SWT. dengan mengesakan-Nya. Dalil-dalil Shahih dan
Sharih (jelas) banyak sekali, diantaranya terdapat tiga ayat yang menunjukkan kewajipan yag
khusus untuk berbuat baik kepada kedua orang tua:

‫س ٰـ ۬نًا‬
َ ‫ٱعبُدُو ْا ٱهَّلل َ َواَل ت ُۡش ِر ُكو ْا بِ ِهۦ ش َۡي ۬ـًٔ ۖا‌ َوبِ ۡٱل َوٲلِد َۡي ِن إِ ۡح‬
ۡ ‫َو‬

1
Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an Jil 6 hlm, 238
“Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan
sesuatu apa jua dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapa“. (QS. An Nisa’ :
36).

‫س ٰـنً ۚا‌ إِ َّما َي ۡبلُ َغنَّ ِعن َد َك ۡٱلڪِبَ َر أَ َح ُد ُه َمآ أَ ۡو ِكاَل ُه َما فَاَل تَقُــل لَّ ُه َمــآ أُ ۬فٍّ َواَل ت َۡنہَ ۡر ُه َمــا‬
َ ‫ض ٰى َر ُّب َك أَاَّل ت َۡعبُد ُٓو ْا إِآَّل إِيَّاهُ َوبِ ۡٱل َوٲلِد َۡي ِن إِ ۡح‬
َ َ‫َوق‬
َ ً‫َوقُل لَّ ُه َما قَ ۡو ۬ال‬
‫ڪ ِري ۬ ًما‬
“Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya
semata-mata dan  hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari
keduanya atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan
peliharaanmu, makajanganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan
kasar) sekalipun perkataan “Ha” dan janganlah engkau menengking menyergah mereka,
tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun).“. (QS. Al
Isra’: 23).

‫ٱشڪ ُۡر لِى َول َِوٲلِ َد ۡي َك إِلَ َّى ۡٱل َمصِ ي ُر‬
ۡ ‫ص ٰـلُ ُه ۥ فِى َعا َم ۡي ِن أَ ِن‬ َ ِ ‫ص ۡي َنا ٱإۡل‬
َ ِ‫نس ٰـنَ ِب َوٲلِ َد ۡي ِه َح َملَ ۡت ُه أ ُ ُّم ُه ۥ َو ۡه ًنا َعلَ ٰى َو ۡه ۬ ٍن َوف‬ َّ ‫َو َو‬
“Dan  Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah
mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung
hingga akhir menyusunya) dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun;
(dengan yang demikian) bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu; dan
(ingatlah), kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan).” (QS. Luqman :
14).

Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoinya, “Tiga ayat dalam Al Qur’an yang
saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya, kemudian Allah
menyebutkan diantaranya firman Allah SWT.: “bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua
ibubapamu“, Berkata beliau. “Maka, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi
dia tidak bersyukur pada kedua ibubapanya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan
sebab itu.”2
Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW. bersabda: “Keridhaan Rabb (Allah) ada pada
keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua” (HR.
Tirmidzi).3
Al Mughirah bin Syu’bah – mudah-mudahan Allah meridhainya – meriwayatkan daripada i
Nabi SAW. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian mendurhakai
para Ibu, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan tidak mahu memberi tetapi meminta-
2
Ghadzaul Al Baab 1/382
3
Al Kabaair milik Imam Adz Dzahabi hlm 40
minta (bakhil) dan Allah membenci atas kalian (mengatakan) katanya si fulan begini si fulan
berkata begitu (tanpa diteliti terlebih dahulu), banyak bertanya (yang tidak bermanfaat), dan
membuang-buang harta“. (HR Muslim)

4. Keutamaan Birrul Walidain

َّ ‫أَ َح ُّب ْاألَ ْع َما ِل إِلَى هللاِ بَ ْع َد ال‬  (amal yang paling dicintai disisi Allah SWT selepas Solat) 
1.         ‫صالَ ِة‬
Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah Ibni Mas’ud ra
“Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di cintai disisi Allah ?”
Rasulullah bersabda “Solat tepat pada waktunya”. Kemudian aku tanya lagi “Apa lagi selain
itu ?” bersabda Rasulullah “Berbakti kepada kedua orang tua” Aku tanya lagi “ Apa lagi ?”.
Jawab Rasulullah “Jihad dijalan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini tidak beerti jika melakukan Solat tepat pada waktu dan jihad fisabilillah menafikan
kewajipan birrul walidain kerana Rasulullah SAW. pernah menolak permohonan salah
seorang sahabat untuk jihad fisabilillah kerana masalah hubungan dengan kedua ibu bapanya.
Lantas Rasulullah SAW. memerintahkan beliau segera pulang menyelesaikan permasalahan
tersebut dahulu.

2.       ‫اب ال َّدع َْو ِة‬


ُ ‫ست ََج‬
ْ ‫ ُم‬ (doa mereka mustajab)
Di antara buktinya adalah kisah ulama besar hadits yang sudah ma’ruf di tengah-tengah kaum
muslimin, Imam Bukhari rahimahullah. Beliau buta sewaktu kecil lalu ibunya seringkali
berdoa agar Allah SWT. memulihkan penglihatan beliau.

Suatu malam di dalam mimpi, ibunya melihat Nabi Allah, al-Khalil, Ibrahim ‘alaihis salam
yang berkata kepadanya, ‘Wahai wanita, Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu
karena begitu banyaknya kamu berdoa.”

Pada pagi harinya, ia melihat anaknya dan ternyata benar, Allah telah mengembalikan
penglihatannya.[v]
Hal di atas menunjukkan benarnya sabda Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam akan
manjurnya do’a orang tua pada anaknya.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫صائِ ِم َو َدع َْوةُ ا ْل ُم‬


‫سافِ ِر‬ َّ ‫ َو َد ْع َوةُ ال‬، ‫ت الَ تُ َر ُّد َدع َْوةُ ا ْل َوالِ ِد‬ ُ َ‫ثَال‬
ٍ ‫ث َد َع َوا‬
“Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa
seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi).4

3.     ‫ب نُز ُْو ِل ال َّر ْح َم ِة‬


ُ َ‫سب‬
َ  (sebab turunnya rahmat)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin rezkinya
diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi berkah), hendaknya ia menjaga tali
silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4.        Bukan beerti membalas budi kerana jasa mereka tidak mungkin terbalas

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Seorang anak tidak akan dapat membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan
ayahnya sebagai hamba, lalu dia merdekakan.” (HR. Muslim)

5.        Al ummu hiya ahaqu suhbah (prioriti untuk mendapat perlakuan yang lebih dekat dari
kedua orang tua ialah ibu)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu ia berkata, “Datang seseorang kepada Rasulullah
SAW. dan berkata, ’Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ?
Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu! Orang tersebut kembali bertanya, ’Kemudian siapa lagi ?
Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu! Ia bertanya lagi, ’Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW.
menjawab, ’Ibumu!, Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ’Nabi SAW.
menjawab, Bapakmu ” (HR. Bukhari dan Muslim)

6.        Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Syurga.

Rasulullah SAW. bersabda, “Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan.” Salah


seorang sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah?”Beliau menjawab,
“Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di
antara keduanya, saat umur mereka sudah tua, namun tidak dapat membuatnya masuk
Surga.” (HR. Muslim)

7.        Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar.

Dari Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Mahukah kalian


kuberitahukan dosa besar yang terbesar?” Para Sahabat menjawab, “Tentu mahu, wahai

4
Riwayat Tirmidzi dalam Jami’nya (1/ 346), Hadits ini Shohih, lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah No. 516
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.”Beliau bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah, dan
durhaka terhadap orang tua.” Kemudian, sambil bersandar, beliau bersabda lagi, “..ucapan
dusta, persaksian palsu..” Beliau terus meneruskan mengulang sabdanya itu, sampai kami
(para Sahabat) berharap beliau segera terdiam.(HR Bukhari dan Muslim.

5. Melaksanakan Birrul Walidain

Semasa Mereka Masih Hidup          

1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah , Sa’ad bin Abi Waqas – semoga
Allah merahmatinya –  menerapkan bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan
keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa’ad memeluk
agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam sedangkan Sa’ad terkenal
sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam
kalau Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati.
Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “ Jangan kau lakukan hal itu wahai
Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau
risikonya”. Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…” (QS.
Luqman: 15)

Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik kepadanya serta
menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai suatu ketika ibunya menyerah dan
menghentikan mogok makannya.

2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua


Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu
bapanya…”(QS. Al-Ahqaaf: 15)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapa…” (QS. An-Nisaa’: 36)

Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan lanjut
hingga keadaan mereka melemah dan sangat memerlukan bantuan dan perhatian daripada
anaknya. Abu Bakar As Siddiq ra. adalah sahabat Rasulullah SAW yang patut ditauladani
dalam berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang
sangat udzur, beliau masih melayan bapanya dengan lemah lembut dan tidak pernah putus asa
untuk mengajak ayahnya beriman kepada Allah. Penantian beliau yang cukup lama berakhir
apabila ayahnya menerima tawaran untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Allah berfirman dalam QS.14 : 40 – 41 ayat yang do’a agar anak, cucu dan seluruh
anggota keluarganya menjadi orang-orang yang muqiimas Solat (mendirikan Solat) dan
diampuni dosa-dosanya. Ayat ini merupakan suatu kemuliaan yang diberikan Allah SWT
kepada kelurga Abu Bakar As Siddiq ra.

3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah: ‘Wahai, Rabb-ku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil.’” (QS. Al-Israa’: 23-24)
4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka, Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam mempunyai
ayah yang bernama Azar yang aqidah-nya menyalahi dengan Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam
tetapi tetap menunjukan birrul walidain yang dilakukan seorang anak kepada bapaknya.
Dalam menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang mulia dan ketika mengajak
ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-kata yang lembut sebagaimana dikisahkan
Allah pada QS.19 : 41-45.
5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka, Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita,
suatu malam ibu dari sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu
Mas’ud datang membawa air minum, ternyata si Ibu sudah tidur.Akhirnya Ibnu Mas’ud
berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang bekas berisi air tersebut hingga pagi.
(Diambil dari kitab Birrul walidain, karya Ibnu Jauzi)
6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya, Izin
kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki datang
menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya: “Ya, Raslullah, apakah
aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai kedua
orang tua?” Laki-laki itu menjawab: “Masih.” Beliau bersabda: “Berjihadlah (dengan cara
berbakti) kepada keduanya.” (HR. Bukhari no. 3004, 5972, dan Muslim no. 2549, dari Ibnu
‘Amr radhiyallahu ‘anhu)
7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata:
“Ayahku ingin mengambil hartaku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kamu dan
hartamu milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang
menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat
baik kepadanya.
8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai
Mereka,
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada para
saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka,
menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada
mereka.Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.
9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua
Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang di
dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi
sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.
10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain ,
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa
besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para Sahabat bertanya:
“Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia
mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu
orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).5
6. Apabila Mereka Meninggal Dunia (‫) َب ْعدَ َو َفاتِ ِه َما‬
1. Mensolati/Berdo’a terhadap Keduanya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi SAW bersabda, “Apabila manusia
sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akan dirinya.” (HR. Muslim)

5
sy-Syifa` Ba’da Al-Maradhkarya Ibrahim bin ‘Abdullah al-Hazimy sebagai yang dinukilnya dari kitab Hadyu
as-Saary Fi Muqaddimah Shahih al-Buukhary karya al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalany
2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur’an:
“Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…” (QS. Ibrahim: 41)
3. Memuliakan Rakan-Rakan Kedua Orang Tua
Ibnu Umar berkata aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung
tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.”
(HR. Muslim)
4. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah
“Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka
sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia
meninggal.” (HR. Ibnu Hibban)
Rasulullah SAW. yang telah ditinggal ayahnya Abdullah kerana meninggal dunia saat
Rasulullah SAW. masih dalam kandungan ibunya Aminah. Dalam pendidikan birrul walidain
ibunya mengajak Rasulullah ketika berusia enam (6) tahun untuk berziarah kemakam
ayahnya dengan perjalanan yang cukup jauh.Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh
sakit tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia.Setelah itu Rasulullah diasuh
oleh pamannya Abdul Thalib, beliau menunjukan sikap yang mulia kepada pamannya
walaupun aqidah pamannya berbeda dengan Rasulullah. Dan Rasulullah SAW. berbakti pula
kepada pengasuhnya yang bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib.
Bab III
Penutup
a. Kesimpulan
b. Allah SWT telah mengharamkan bagi seorang anak durhaka kepada kedua orang
tuanya (uququl walidain). Asy-Syaikh Abu ‘Amr bin Ash-Shalah rahimahullah
bertutur dalam kitab Al-Fataawaa, bahwa ‘uququl walidain adalah setiap perbuatan
yang bisa menyebabkan orang tua terluka atau yang semisalnya. Termasuk dosa
besar perbuatan yang mengarah pada kedurhakaan, seperti memaki atau menghina
orang tua orang lain. Dan Allah akan mempercepat azab bagi orang-orang yang
durhaka kepada kedua orang tuanya sebelum datangnya ajal.
c. Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Durhaka kepada kedua orang tu adalah mengabaaikan hak-hak mereka,
membangkang terhadap mereka dan melakukan hal-hal yang tidak mereka suka,
menyakiti mereka, meski hanya dengan sepataah kata atau pandangan menyakitkan.
2. Durhaka kepada orang tua adalah suatu hal yangdi haramkan dan termasuk dosa
besar setelah syirik.
3. Penyebab dari timbulnya sikap tersebut, diantaranya adalah :
a) Tidak mengetahui keagungan orang tua.
b) Adanya sikap orang tua yang lebih mengutamakan atau mementingkan sebagian
c) Kelalaian dari orang tua dalam menafkahi anak-anaknya semasa kecil
d) Berteman dengan orang-orang yang buruk budi pekertinya yang mendorong
sahabatnya yang mendorong menentang orang tuanya
4. Hukuman bagi orang-orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya :
a) Pelakunya menjadi sosok yang dilaknat oleh Allah
b) Rizkinya akan di persempit
c) Ajalnya tidak akan ditangguhkan
d) Pelakunya berpulang meninggal dunia dalam keadaan yang buruk
e) Amalnya tidak akan diterima meskipun amal itu baik
f) Anak cucunya akan durhaka kepadanya.
DAFATAR PUSTAKA

Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an Jil 6 hlm, 238

Ghadzaul Al Baab 1/382

Al Kabaair milik Imam Adz Dzahabi hlm 40

Riwayat Tirmidzi dalam Jami’nya (1/ 346), Hadits ini Shohih, lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah
No. 516

sy-Syifa` Ba’da Al-Maradhkarya Ibrahim bin ‘Abdullah al-Hazimy sebagai yang dinukilnya dari
kitab Hadyu as-Saary Fi Muqaddimah Shahih al-Buukhary karya al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalany

Sulaiman al-harbi, Ghalib, 2011,Sungguh Merugi Siapa Yang Mendapati Orangtuanya Masih Hidup
Tetapi Tidak Meraih Surga,Jakarta: Darul Haq. al-Hazimy, Ibrahim, 2010, Keutamaan Birul

Walidain, Jakarta: Qisthi Press. Jabir al-Jaza’iri, Abu Bakar, 2011, Minhajul Muslim, Jakarta: Darul
Haq. Abu Izzuddin, Solikhin dan Astuti, Dewi, 2010,The Great Power of Mother, Yogyakarta: Pro-U
Media. Al-Qur’an Digital

Sumber: https://makalahnih.blogspot.co.id/2014/07/berbakti-kepada-kedua-orang-tua.html
Silahkan mengcopy paste dan menyebarkan artikel ini selama masih menjaga amanah ilmiah dengan
menyertakan sumbernya

Anda mungkin juga menyukai