Anda di halaman 1dari 14

BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

Makalah ini disusun guna memenuhi


Tugas Akhir Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu :
Relit Nur Edi, S. Ag., M. Ag.

DISUSUN OLEH :
NAMA : RIA WIDIANTI
NPM : 14119214
KELAS E

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
A. LATAR BELAKANG
Islam telah mengajarkan kepada kita agar berbakti kepada orang tua.
Mengingat banyak dan besarnya pengorbanan serta kebaikan orang tua
terhadap anak, yaitu memelihara dan mendidik kita dejak kecil tanpa perhitungan
biaya yang sudah dikeluarkan dan tidak mengharapkan balasan sedikit pun dari
anak, meskipun anak sudah mandiri dan bercukupan tetapi orang tua tetap
memperlihatkan kasih sayangnya, oleh karena itu seorang anak memiliki macam-
macam kewajiban terhadap orang tuanya menempati urutan kedua setelah Allah
Swt, dan kita juga dilarang durhaka kepada orang tua. Dalam makalah ini,
pemakalah akan memaparkan tentang birrul walidain dan ‘uququl walidain.

B. PEMBAHASAN
1. Birrul Walidain
a) Pengertian Birrul Walidain
Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah SAW :
“Al Birr adalah baiknya akhlaq“ (HR. Muslim). Birrul Walidain (‫بِ ِر‬ ‫)ا ْل َوا ِل َدي ِْن‬
merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak
kepada kedua orang tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa batinan
dan hal tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia meskipun mereka tidak
beriman. Manakala wajibatul walid (kewajiban orang tua) adalah untuk
mempersiapkan anak-anaknya agar dapat berbakti kepadanya seperti sabda
Nabi SAW., “Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya untuk boleh
berbakti kepadanya”.1

b) Dalil tentang Birrul Walidain


َ ِ‫علَ ٰى َو ۡه ٍ۬ن َوف‬
‫ص ٰـلُهُ ۥ فِى‬ َ ‫س ٰـ َن ِب َوٲ ِلد َۡي ِه َح َملَ ۡتهُ أ ُ ُّمهُ ۥ َو ۡهنًا‬
َ ‫ٱۡلن‬ ُ ‫ى ۡٱل َم ِص‬
ِ ۡ ‫ير َو َوص َّۡينَا‬ َّ َ‫لِى َول َِوٲ ِلد َۡيكَ ِإل‬
ۡ ‫عَا َم ۡي ِن أَ ِن‬
‫ٱشڪ ُۡر‬
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

1 http://dakwah.info/supplemen/birrul-walidain-berbuat-baik-terhadap-kedua-ibu-
bapa/
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, dan hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS.
Luqman : 14). Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW. bersabda: “Keridhaan
Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada
pada kemurkaan orang tua” (HR. Tirmidzi)2

c) Kedudukan Birrul Walidain

Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran


Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat
istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang
sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang
sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam
proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan
perjuangan seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik
anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan
besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan
mendidik anaknya, sehingga mampu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat
tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja,
kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang
untuk mendurhakainya.3

d) Keutamaan Birrul Walidain

1) ُّ ‫ع َما ِل أَح‬
‫َب‬ ْ َ ‫للا ِإلَى اْأل‬
ِ ‫صالَ ِة بَ ْع َد‬
َّ ‫ال‬ (amal yang paling dicintai disisi Allah SWT
setelah solat)
Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah
Ibni Mas’ud ra “Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di
cintai disisi Allah ?” Rasulullah bersabda “Solat tepat pada waktunya”. Kemudian
aku tanya lagi “Apa lagi selain itu ?” bersabda Rasulullah “Berbakti kepada kedua

2
Riwayat Tirmidzi dalam Jami’nya (1/ 346), Hadits ini Shohih, lihat Silsilah Al Hadits Ash
Shahiihah No. 516.
3 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhklak, (Yogyakarta: LPPI ,cet IX, 2007), hlm. 147-152.
orang tua” Aku tanya lagi “ Apa lagi ?”. Jawab Rasulullah “Jihad dijalan Allah”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ini tidak berarti jika melakukan solat tepat pada waktu dan jihad fisabilillah
menafikan kewajiban birrul walidain kerana Rasulullah SAW pernah menolak
permohonan salah seorang sahabat untuk jihad fisabilillah kerana masalah
hubungan dengan kedua ibu bapanya. Lantas Rasulullah SAW. memerintahkan
beliau segera pulang menyelesaikan permasalahan tersebut dahulu.

2) ُ ‫ستَج‬
‫َاب ال َّدع َْو ِة‬ ْ ‫( ُم‬doa mereka mustajab)
Di antara buktinya adalah kisah ulama besar hadits yang sudah ma’ruf di
tengah-tengah kaum muslimin, Imam Bukhari rahimahullah. Beliau buta sewaktu
kecil lalu ibunya seringkali berdoa agar Allah SWT memulihkan penglihatan
beliau. Suatu malam di dalam mimpi, ibunya melihat Nabi Allah, al-Khalil, Ibrahim
‘alaihissalam yang berkata kepadanya, ‘Wahai wanita, Allah telah
mengembalikan penglihatan anakmu karena begitu banyaknya kamu berdoa.”
Pada pagi harinya, ia melihat anaknya dan ternyata benar, Allah telah
mengembalikan penglihatannya.4
Hal di atas menunjukkan benarnya sabda Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa
sallam akan manjurnya do’a orang tua pada anaknya. Dari Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫الص م م‬
‫ ثَ َال ُث َد َع َو ٍات َال تُ َر ُّد َدع َْو ُة الْ َو م مال‬، ‫اِئ َو َدع َْو ُة الْ ُم َسا مف مر‬ َّ ‫َو َدع َْو ُة‬
“Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan
doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi)5

3) َّ ‫َب نُز ُْو ِل‬


‫الر ْح َم ِة‬ ُ ‫سب‬
َ (sebab turunnya rahmat)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin
rizkinya diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi berkah), hendaknya
ia menjaga tali silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4 Asy-Syifa` Ba’da Al-Maradhkarya Ibrahim bin ‘Abdullah al-Hazimy sebagai yang


dinukilnya dari kitab Hadyu as-Saary Fi Muqaddimah Shahih al-Buukhary karya al-Hafizh Ibn Hajar
al-‘Asqalany
5 HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits

ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1797


4) Bukan berarti membalas budi kerana jasa mereka tidak mungkin terbalas
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Seorang anak tidak
akan dapat membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan ayahnya
sebagai hamba, lalu dia merdekakan.” (HR. Muslim)

5) Al ummu hiya ahaqu suhbah (prioriti untuk mendapat perlakuan yang lebih
dekat dari kedua orang tua ialah ibu)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu ia berkata, “Datang seseorang
kepada Rasulullah SAW. dan berkata, ’Wahai Rasulullah, kepada siapakah
aku harus berbakti pertama kali ? Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu! Orang
tersebut kembali bertanya, ’Kemudian siapa lagi ? Nabi SAW. menjawab,
’Ibumu! Ia bertanya lagi, ’Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu!,
Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ’Nabi SAW. menjawab,
Bapakmu ” (HR. Bukhari dan Muslim)

6) Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Syurga.
Rasulullah SAW. bersabda, “Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh
kasihan.” Salah seorang sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan orang
tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur
mereka sudah tua, namun tidak dapat membuatnya masuk surga.” (HR. Muslim)

7) Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar.


Dari Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda,
“Mahukah kalian kuberitahukan dosa besar yang terbesar?” Para sahabat
menjawab, “Tentu mahu, wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.” Beliau
bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah, dan durhaka terhadap orang tua.”
Kemudian, sambil bersandar, beliau bersabda lagi, “..ucapan dusta, persaksian
palsu.” Beliau terus meneruskan mengulang sabdanya itu, sampai kami (para
sahabat) berharap beliau segera terdiam. (HR Bukhari dan Muslim)
e) Bentuk-Bentuk Birrul Walidain

Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:


1) Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua
dalam nasihat, dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat
atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya berbuat maksiat atau
kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita tetap menjalin
hubungan dengan baik.
2) Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan
santun, baik dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan
keduanya, terlebih di usia senja.6
3) Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan,
baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya.
Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
4) Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum
berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua
terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.
5) Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
6) Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
7) Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
8) Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan
dengan cara antara lain:
• Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya
• Melunasi semua hutang-hutangnya
• Melaksanakan wasiatnya
• Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
• Memuliakan sahabat-sahabatnya
• Mendoakannya.7
9) Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka
Inginkan

6
Mahmud Sya’roni, Cermin Kehidupan Rosul,(Semarang: Aneka Ilmu,cet I,
2006),hlm.378.
7 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,..hlm.152-156.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang
laki-laki ketika ia berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kamu dan hartamu milik ayahmu.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). Oleh sebab itu, hendaknya
seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang menyebabkan
keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah
berbuat baik kepadanya.
10) Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan
Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan.
Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan bertanya: “Ya, Raslullah, apakah aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik
bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?” Laki-laki itu
menjawab: “Masih.” Beliau bersabda: “Berjihadlah (dengan cara berbakti)
kepada keduanya.” (HR. Bukhari no. 3004, 5972, dan Muslim no. 2549, dari
Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu)
11) Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang
Lain
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para
Sahabat bertanya: “Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang
tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian
orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu
orang itu membalas mencela ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).8

f) Doa Anak untuk Orang Tua


Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil
contoh dari ayat suci Al-Quran yaitu, doa Nabi Ibrahim AS ketika mengajukan
permohonan kepada Allah Swt agar dapat lah kiranya Allah memberi ampunan
pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa yang telah mereka perbuat.

8 http://dakwah.info/supplemen/birrul-walidain-berbuat-baik-terhadap-kedua-ibu-
bapa/
• Doa Nabi Ibrahim as dalam QS. Ibrahim: 41
“Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian
orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
• Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa’: 24
“ ... dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

2. ُ ‫عُقُ ْو‬
‘Uququl Walidain ( ‫ق‬ ‫)ا ْل َوا ِل َدي ِْن‬
a) Pengertian ‘Uququl Walidain
Al- ‘uquuq (durhaka) adalah lawan kata dari al- birr (berbuat baik).
Ibnu al- Manzhur berkata: mendurhakai bapak artinya keluar dari ketaatan
kepadanya, mendurhakai orang tua berarti memutuskan hubungan dengan
mereka dan tidak menjalin kasih sayang kepada mereka” [Lisanul Arab10/256]
Ia juga berkata: “dan di dalam hadits, Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam melarang mendurhakai para ibu, dan al-‘ uquuq adalah lawan dari al-birr.
Makna asal kata al-uquuq adalah asy-syaqq ( membelah) dan al-qath’u
(memotong/memutuskan)” [Lisanul Arab 10/257].9

b) Celaan Untuk ‘Uququl Walidain

Uquuqul walidain merupakan satu dosa besar diantara daftar dosa


–dosa besar yang lain. Larangan uquuqul walidain menyertai larangan berbuat
syirik kepada Allah. Uququl Walidain dapat mengakibatkan turunnya adzab bagi
pelakunya di dunia, dan merupakan sebab tertolaknya amalan dan salah satu
sebab masuk neraka. Uquuqul walidain merupakan sikap pengingkaran terhadap
keutamaan dan kebaikan, semacam indikasi kedunguan hati dan bentuk
kebodohan perilaku serta gejala kekerdilan jiwa. Hal ini mengingat betapa
istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat
betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa
diganti dengan apapun.
Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-
macam dan bertingkat-tingkat, mulai dari mendurhaka di dalam hati, mengomel,

9 http://almanhaj.or.id/content/1390/slash/0/durhaka-kepada-orang-tua/
mengatakan “ah” ( uffin, berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan
panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam tindakan lain yang
mengecewakan atau bahkan menyakitkan hati orang tua.) di dalam QS. A-Israa:
23 di ungkapkan oleh Allah dua contoh pendurhakaan kepada orang tua yaitu,
mengucapkan kata “uffin” dan menghardik (lebih-lebih lagi bila kedua orang tua
sudah berusia lanjut).10

c) Larangan ‘Uququl Walidain

Di dalam Al-Qur'an banyak disebut tentang hak-hak orangtua dan


perintah untuk berbakti kepada keduanya serta melarang mendurhakai mereka.
Allah ta’ala telah menempatkan hak orangtua setelah hak-Nya dalam banyak
ayat.
• “Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya.Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka janganlah sekali-kali
kamu mengatakan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapakanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan"
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [QS. Al-Isra : 23-24]
• Dan juga riwayat lain dari sahabat Abdullah bin Al ‘Ash Radiallahu anhu
dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda: “Dosa-dosa
besar (diantaranya adalah): berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada
orangtua, membunuh jiwa dan sumpah palsu.” [Al Bukhari 6675].

d) Jenis – jenis ‘Uququl Walidain


Uquuqul walidain memiliki banyak bentuk dan beragam jenisnya, antara lain:
1) Membuat keduanya menangis baik dengan perbuatan ataupun ucapan.
2) Menghardik keduanya dengan menyemburkan kata keras dan kasar, berseru
“ah” dan berkeluh kesah saat diperintah keduanya Allah Ta’ala berfirman.

10 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,...hlm,157-159.


"... maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
“ah”...” [Al-Isra: 23]
3) Bermuka masam dan mengerutkan kening dihadapan mereka.
4) Memandang dengan pandangan marah dan merendahkan, memalingkan
muka, memotong pembicaraan, mendustai serta membantah ketika mereka
berbicara.
5) Tidak membantu pekerjaan rumah orangtua, bahkan memerintah mereka
seperti layaknya pembantu. Perilaku seperti ini tidak boleh dilakukan
terutama jika sang ibu telah lemah dan sakit. Adapun jika sang ibu
melakukannya dengan senang hati (bukan karena perintah anak) maka hal
ini boleh saja, dengan rasa terimakasih kepadanya dan tetap
mendoakannya.
6) Mengkritik makanan buatan ibu. Dalam hal ini ada dua larangan, pertama
larangan mencela makanan karena Rasulullah tidak pernah mencela
makanan sedikitpun, jika beliau suka beliau makan dan jika beliau tidak suka
beliau tidak memakannya. Kedua, kritikan terhadap masakan ibu
menunjukkan minimnya adab anak kepada ibu.
7) Tidak menganggap dan tidak menghargai pendapat mereka.
8) Tidak minta izin saat masuk menemui mereka.
9) Memancing masalah di depan mereka dan menjatuhkannya dalam lubang
kesulitan.
10) Memercikkan caci maki, laknat, dan celaan terhadap orang tua di hadapan
orang banyak, membeberkan aib dan mencemarkan nama baik mereka
dengan cara melakukan perbuatan hina yang menghilangkan kemuliaan dan
kewibawaan.
11) Membawa kemungkaran-kemungkaran ke rumah dan melakukannya
dihadapan mereka.
12) Membebani mereka dengan segunung permintaan.
13) Mendahulukan ketaatan kepada istri daripada ketaatan kepada orangtua
(untuk laki-laki), adapun wanita yang telah bersuami, maka ketaatan kepada
suami wajib diutamakan daripada ketaatan kepada orangtua.
14) Meninggalkan mereka di saat mereka membutuhkan (misal dengan
menitipkan di panti jompo).
15) Berlepas diri dari mereka, merasa malu jika menyebut dan menisbatkan diri
kepada mereka.
16) Menganiaya, memukul, mendiamkan dan menasehati mereka dengan cara
yang tidak baik ketika mereka terlibat dalam kemaksiatan.
17) Bakhil, kikir mengungkit-ungkit dan menghitung-hitung pemberian dan
bantuan yang diberikan kepada mereka.
18) Mencuri harta orangtua.
19) Mengharapkan kematian orangtua atau pun membunuh mereka agar
terbebas dari mereka.

e) Sebab-Sebab ‘Uququl Walidain


1) Ketidaktahuan akan adanya adzab bagi orang yang melakukan dosa
tersebut serta (ketidak tahuan akan) adanya pahala bagi mereka yang
berbakti kepada orangtua.
2) Pendidikan yang buruk. Orang tua tidak mendidik anak di garis ketaqwaan,
kebaikan, menyambung tali silaturahmi, serta jalan-jalan keluhuran,
sehingga menggiring anak kepada uquuqul walidain.
3) Adanya kontradiksi ucapan dan perbuatan orangtua yang menyebabkan
ketidak selarasan antara anak dan orangtua. Orangtua memerintah anak
dengan suatu perintah sementara mereka sendiri tidak melaksanakan
perintah tersebut atau bahkan melakukan hal yang bertentangan. Padahal
dalam konteks pendidikan islami, konsistensi (keistiqomahan) orangtua
dalam menjalankan syariat merupakan satu faktor penting bagi keberhasilan
pendidikan anak dan pembentukan kepribadian mereka. Anak memiliki
potensi besar untuk mencontoh.apa yang mereka lihat dan mereka dengar.
4) Perlakuan buruk orang tua terhadap anak.
5) Kedurhakaan orang tua kepada orang tua mereka sendiri. Ini adalah faktor
penyebab yang paling banyak terjadi. Jika seseorang mendurhakai orang
tuanya maka ia akan dibalas dengan kedurhakaan anaknya sendiri
kepadanya, karena dua alasan, pertama: karena anaknya mencontoh
perbuatannya tersebut, kedua: balasan suatu perbuatan adalah sebanding
dengan perbuatan tersebut.
6) Minimnya ketaqwaan orang tua saat terjadi perceraian. Tidak selamanya
konflik rumah tangga dapat terselesaikan dengan baik. Tak jarang sebuah
konflik berakhir dengan perceraian. Terkadang pula perceraian tersebut
berlangsung dengan cara yang tidak baik. Tatkala anak-anak berada
bersama ibu, sang ibu membeberkan aib sang ayah kepada anak-anaknya
dan menghasut mereka untuk menjauhi dan mendiamkan sang ayah.
Demikian halnya yang dilakukan oleh sang ayah ketika anak-anak
mengunjunginya. Disadari atau tidak hal ini akan mendorong anak untuk
mendurhakai keduanya.
7) Diskriminasi diantara anak yang pada akhirnya akan menumbuhkan
kebencian kepada orang tua, sehingga perselisihan dan percekcokan
mewarnai hubungan diantara anak-anak.
8) Mengutamakan kesenangan hidup pribadi daripada berbakti kepada orang
tua.
Sebagian manusia yang memiliki orangtua berusia lanjut dan sakit-sakitan,
menginginkan segera terbebas dari keduanya, baik dengan cara mengirim
keduanya ke panti jompo atau pun dengan mencari tempat tinggal jauh dari
mereka, demi kesenangan hidup pribadi.. Padahal tidaklah mereka akan
merasakan sebersit ketenangan dan secuil kebahagian hidup kecuali
dengan senantiasa menyertai, menemani orangtua dan berbuat baik kepada
mereka.
9) Minimnya motivasi orang tua dalam membimbing anak-anak untuk berbakti
kepada orangtua, sementara proses internalisasi nilai-nilai selain islam
semakin deras mengalir merebut perhatian anak-anak., sedangkan
penanaman prinsip pada diri anak-anak harus dilakukan sedini mungkin.
Seorang anak, jika tidak mendapatkan bimbingan dan arahan, akan
cenderung menyimpang dan meremehkan masalah birrul walidain (berbuat
baik kepada orangtua).
10) Akhlaq istri yang buruk. Seorang istri yang berakhlaq buruk cenderung
menghalangi suaminya ketika sang suami hendak berbuat baik kepada
orangtua dan berusaha menghasut sang suami untuk mengeluarkan mereka
dari rumah agar dia merasa lebih leluasa.
11) Minimnya kepekaan anak terhadap musibah yang menimpa orang tua. 11

11 http://almanhaj.or.id/content/1390/slash/0/durhaka-kepada-orang-tua/
C. KESIMPULAN
• Birrul Walidain (‫بِ ِر‬ ‫ )ا ْل َوا ِل َدي ِْن‬merupakan kebaikan-kebaikan yang
dipersembahkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya,
kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa batinan dan hal tersebut
didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia meskipun mereka tidak
beriman.
• Perintah Birrul Walidain salah satunya terdapat pada QS. Luqman
ayat 14 yang berbunyi: “Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, dan hanya kepada-Ku lah
kembalimu.”
• Allah dan Rasul-Nya menempatkan kedudukan Birrul Walidain
pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada
keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia.
• Ada banyak keutamaan dari Birrul Walidain, diantaranya adalah
merupakan amal yang paling dicintai disisi Allah SWT setelah solat.
• Al- ‘uquuq (durhaka) adalah lawan kata dari al- birr (berbuat baik).
‘Uquuqul walidain merupakan satu dosa besar diantara daftar dosa
– dosa besar yang lain. Uququl Walidain dapat mengakibatkan
turunnya adzab bagi pelakunya di dunia, dan merupakan sebab
tertolaknya amalan dan salah satu sebab masuk neraka.
• Larangan berbuat ‘Uquuqul walidain salah satunya berbunyi:
Sahabat Abdullah bin Al ‘Ash Radiallahu anhu dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, Beliau bersabda: “Dosa-dosa besar (diantaranya
adalah): berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada orangtua,
membunuh jiwa dan sumpah palsu.” [Al Bukhari 6675].
DAFTAR PUSTAKA

• Ilyas, Yunahar, 2007, Kuliah Akhklak, cet. IX, Yogyakarta: LPPI


• Sya’roni, Mahmud, 2006, Cermin Kehidupan Rosul, cet. I, Semarang:
Aneka Ilmu
• http://dakwah.info/supplemen/birrul-walidain-berbuat-baik-terhadap-
kedua-ibu-bapa/
• http://almanhaj.or.id/content/1390/slash/0/durhaka-kepada-orang-tua/

Anda mungkin juga menyukai