Anda di halaman 1dari 6

Kedudukan Berbakti Kepada Orang Tua

Sebagaimana telah kami sampaikan, berbakti kepada orang tua dalam


agama kita yang mulia ini, memiliki kedudukan yang tinggi. Sehingga
berbakti kepada orang tua bukanlah sekedar balas jasa, bukan pula
sekedar kepantasan dan kesopanan.

‫ َو َسخَ طُ هَّللَا ِ فِي َسخَ ِط اَ ْل َوالِ َدي ِْن‬,‫ضا اَ ْل َوالِ َدي ِْن‬
َ ‫ضا هَّللَا ِ فِي ِر‬
َ ‫ِر‬

Bacaan latin: ridhallahi fi ridhal walidain wa sukhtullah fi shukhtil walidain

Artinya: "Ridho Allah SWT bergantung dari ridho kedua orang tua dan
kemurkaan Allah SWT bergantung dari kemurkaan orang tua," (HR.
Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim)

Al Quran mengingatkan kita agar sekali-kali tidak berkata "Ah" (Uff) kepada
orang tua atau bersikap kasar kepada keduanya. Berikut peringatan Allah
dalam Al-Qur'an:
‫ك ۡال ِكبَ َر اَ َح ُدهُ َم ۤا اَ ۡو ِك ٰلهُ َما فَاَل تَقُلْ لَّهُ َمـ ۤـا اُفٍّ َّواَل ت َۡنهَ ۡرهُ َما‬
َ ‫ك اَاَّل ت َۡعبُد ُۡۤوا اِاَّل ۤ اِيَّاهُ َوبِ ۡال َوالِد َۡي ِن اِ ۡح َسانًا‌ ؕ اِ َّما يَ ۡـبلُغ ََّن ِع ۡن َد‬ ٰ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ضى َرب‬
ۡ ‫اًل‬ َ َّ
‫َوقلْ لهُ َما ق ۡو َك ِري ًما‬ ُ
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (QS. Al-Isra Ayat 23)

3 keutamaan dalam berbakti kepada orang tua.

1. Amalan paling dicintai Allah SWT


Dari sahabat yang bernama Ibnu Mas'ud RA, Rasulullah SAW pernah
menyebut berbakti kepada orang tua merupakan amalan yang dicintai oleh
Allah SWT. Berikut bunyi haditsnya,

َ َ‫ ثُ َّم َأيٌّ ؟ ق‬:‫ت‬


ُّ‫ «ثُ َّم بِر‬:‫ال‬ ُ ‫صاَل ةُ َعلَى َو ْقتِهَا» قُ ْل‬
َّ ‫ «ال‬:‫ال َأ َحبُّ ِإلَى هللاِ؟ قَا َل‬ِ ‫ َأيُّ اَأْل ْع َم‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ُ ‫َسَأ ْل‬
َ ِ‫ت َرسُو َل هللا‬
َ ُ َ َ
‫ َح َّدثنِي بِ ِه َّن َول ِو ا ْستَزَ ْدتهُ لزَ ا َدنِي‬:‫ال‬ َ َ‫يل هللاِ» ق‬ ْ ُ َ َ ‫ي؟ ق‬
ِ ِ‫ «ث َّم ال ِجهَا ُد فِي َسب‬:‫ال‬ ‫َأ‬ ُ ُ ْ ُ
ٌّ ‫ ث َّم‬:‫ال َوالِ َد ْي ِن» قلت‬ ْ

Artinya: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, "Amalan apakah yang


paling dicintai oleh Allah?" Rasul menjawab, "Shalat pada (awal) waktunya."

"Kemudian apa lagi?" Nabi menjawab lagi, "Berbakti kepada kedua orang
tua."

Aku bertanya kembali." "Kemudian apa lagi?" "Kemudian jihad fi


Sabilillah." Ibnu Mas'ud mengatakan, "Beliau terus menyampaikan
kepadaku (amalan yang paling dicintai oleh Allah), andaikan aku meminta
tambahan, maka beliau akan menambahkan kepadaku," (HR Bukhari,
Muslim, Ahmad, dan Nasai).

2. Doa mustajab
Anak yang berbakti kepada orang tuanya biasanya selalu didoakan oleh
kedua orang tuanya tersebut. Doa dari orang tua untuk anaknya yang
sholeh bernilai mustajab di mata Allah sesuai dengan sabda Rasulullah,

" ‫ َو َد ْع َوةُ ْال َوالِ ِد لِ َولَ ِد ِه‬،‫ َو َد ْع َوةُ ْال ُم َسافِ ِر‬،‫وم‬ ْ ‫ َد ْع َوةُ ْال َم‬:‫ك فِي ِه َّن‬
ِ ُ ‫ظل‬ َّ ‫ اَل َش‬،‫ت يُ ْستَ َجابُ لَه َُّن‬ ُ ‫" ثَاَل‬
ٍ ‫ث َد َع َوا‬

Artinya: "Ada tiga doa yang mustajab, tidak ada keraguan akan hal itu; doa
orang yang terdzalimi, doa musafir, dan doa orang tua untuk (kebaikan)
anaknya," (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syekh Al-Arnaut)

3. Kemudahan rezeki
Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa berbakti kepada orang tua akan
membawa kemudahan rezeki bagi seorang anak. Berikut bunyi haditsnya,

‫ فَ ْليَبَ َّر‬،‫ َوَأ ْن يُ َزا َد لَهُ فِي ِر ْزقِ ِه‬،‫ « َم ْن َأ َحبَّ َأ ْن يُ َم َّد لَهُ فِي ُع ْم ِر ِه‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ال‬
َ َ‫ق‬، ‫ك‬ ِ ‫ع َْن َأن‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬
ُ‫صلْ َر ِح َمه‬ ِ َ‫ َو ْلي‬،‫َوالِ َد ْي ِه‬

Artinya: Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda;
"Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezkinya, maka
hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambug
silaturrahim (kekerabatan)." (HR Ahmad).

Poin-poin berikut dapat menggambarkan seberapa pentingnya birrul


walidain bagi seorang muslim.
[1] Perintah birrul walidain setelah perintah tauhid
Inti dari Islam adalah tauhid, yaitu mempersembahkan segala bentuk
ibadah hanya kepada Allah semata. Tauhid adalah yang pertama dan
utama bagi seorang muslim. Dan dalam banyak ayat di dalam Al Qur’an,
perintah untuk berbakti kepada orang tua disebutkan setelah perintah
untuk bertauhid.
[2] Lebih utama dari jihad fi sabililah
Sebagaimana hadits Abdullah bin Mas’ud yang telah disebutkan. Juga
hadits tentang seorang lelaki yang meminta izin kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pergi berjihad, beliau bersabda:
‫ فَفِي ِهما فَ َجا ِه ْد‬:‫ قَا َل‬،‫ نَ َع ْم‬:‫ قَا َل‬،‫أ َح ٌّي والِدَاكَ ؟‬
“Apakah orang tuamu masih hidup?”. Lelaki tadi menjawab: “Iya”. Nabi
bersabda: “Kalau begitu datangilah keduanya dan berjihadlah dengan
berbakti kepada mereka” (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun para ulama memberi catatan, ini berlaku bagi jihad yang hukumnya
fardhu kifayah. Demikian juga birrul walidain lebih utama dari semua
amalan yang keutamaannya di bawah jihad fi sabiilillah. Birrul walidain
juga lebih utama dari thalabul ilmi selama bukan menuntut ilmu yang
wajib ‘ain, birrul walidain juga lebih utama dari safar selama bukan safar
yang wajib seperti pergi haji yang wajib. Adapun safar dalam rangka
mencari pendapatan maka tentu lebih utama birrul walidain dibandingkan
safar yang demikian.
[3] Pintu surga
Surga memiliki beberapa pintu, dan salah satunya adalah pintu birrul
walidain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ْ َ‫الباب أو احف‬
‫ظه‬ َ ‫فأضع ذلك‬
ِ ِ ‫الوالِ ُد أوسطُ أبوا‬
َّ ،‫ب الجنَّ ِة‬
َ‫فإن شئت‬
“Kedua orang tua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau
memasukinya maka jagalah orang tua kalian. Jika kalian enggan
memasukinya, silakan sia-siakan orang tua kalian” (HR. Tirmidzi, ia
berkata: “hadits ini shahih”, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash
Shahihah no.914).
[4] Birrul Walidain adalah salah satu cara ber-tawassul kepada Allah
Tawassul artinya mengambil perantara untuk menuju kepada ridha Allah
dan pertolongan Allah. Salah satu cara bertawassul yang disyariatkan
adalah tawassul dengan amalan shalih. Dan diantara amalan shalih yang
paling ampuh untuk bertawassul adalah birrul walidain. Sebagaimana
hadits dalam Shahihain mengenai kisah yang diceritakan oleh Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam mengenai tiga orang yang terjebak di dalam gua
yang tertutup batu besar, kemudian mereka bertawassul kepada Allah
dengan amalan-amalan mereka, salah satunya berkata: “Ya Allah
sesungguhnya saya memiliki orang tua yang sudah tua renta, dan saya juga
memiliki istri dan anak perempuan yang aku beri mereka makan dari
mengembala ternak. Ketika selesai menggembala, aku perahkan susu untuk
mereka. Aku selalu dahulukan orang tuaku sebelum keluargaku. Lalu suatu
hari ketika panen aku harus pergi jauh, dan aku tidak pulang kecuali sudah
sangat sore, dan aku dapati orang tuaku sudah tidur. Lalu aku perahkan
untuk mereka susu sebagaimana biasanya, lalu aku bawakan bejana berisi
susu itu kepada mereka. Aku berdiri di sisi mereka, tapi aku enggan untuk
membangunkan mereka. Dan aku pun enggan memberi susu pada anak
perempuanku sebelum orang tuaku. Padahal anakku sudah meronta-ronta di
kakiku karena kelaparan. Dan demikianlah terus keadaannya hingga terbit
fajar. Ya Allah jika Engkau tahu aku melakukan hal itu demi mengharap
wajahMu, maka bukalah celah bagi kami yang kami bisa melihat langit dari
situ. Maka Allah pun membukakan sedikit celah yang membuat mereka bisa
melihat langit darinya“(HR. Bukhari-Muslim)

Durhaka Pada Orang Tua Adalah Dosa Besar


Ini secara tegas dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
‫الزور‬
ِ ُ‫ وشهادة‬: ‫ أو قال‬. ‫الزور‬
ِ ُ ‫ وعقو‬، ‫النفس‬
‫ وقو ُل‬، ‫ق الوال َد ْي ِن‬ ِ ُ ‫ اإلشرا‬: ‫الكبائر‬
‫ وقت ُل‬، ‫ك باهلل‬ ِ ‫أكب ُر‬
“dosa-dosa besar yang paling besar adalah: syirik kepada Allah, membunuh,
durhaka kepada orang tua, dan perkataan dusta atau sumpah palsu” (HR.
Bukhari-Muslim dari sahabat Anas bin Malik).
Dalam hadits Nafi’ bin Al Harits Ats Tsaqafi, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
‫الوالدين‬
ِ ‫ق‬ ُ ‫ اإلشرا‬: ‫ قال‬، ِ‫ بلَى يا رسو َل هللا‬: ‫ قالوا‬، ‫ ثالثًا‬. ‫الكبائر‬
ُ ‫ وعقو‬، ِ‫ك باهلل‬ ِ ‫بأكبر‬
ِ ‫أال أنبُِّئكم‬
“maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai dosa-dosa besar yang
paling besar? Beliau bertanya ini 3x. Para sahabat mengatakan: tentu wahai
Rasulullah. Nabi bersabda: syirik kepada Allah dan durhaka kepada orang
tua” (HR. Bukhari – Muslim).

Dan perhatikan surat An Nisa ayat 36 di atas, sebagaimana dalam ayat,


perintah untuk birrul walidain disebutkan setelah perintah untuk
bertauhid, maka di hadits ini dosa durhaka kepada orang tua juga
disebutkan setelah dosa syirik. Ini menunjukkan betapa besar dan fatalnya
dosa durhaka kepada orang tua.

Durhaka kepada ibu, lebih besar lagi dosanya


Sebagaimana kita ketahui dari dalil-dalil bahwa berbuat baik kepada ibu
lebih diutamakan daripada kepada ayah, maka demikian juga durhaka
kepada ibu lebih besar dosanya. Selain itu, ibu adalah seorang wanita, yang
ia secara tabi’at adalah manusia yang lemah. Sedangkan memberikan
gangguan kepada orang yang lemah itu hukuman dan dosanya lebih besar
dari orang biasa atau orang yang kuat. Oleh karena itu
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫المال‬
ِ ِ ‫ َوكثرةَ الس‬، ‫ قي َل وقا َل‬: ‫كره لَكم‬
َ‫ وإضاعة‬، ‫ُّؤال‬ ِ ‫ت َو‬
ِ ‫ ووأ َد البنا‬، ‫ت‬
ِ ‫ ومنعًا َوها‬، ‫ت‬ َ ‫إن هَّللا َ ح َّر َم عليكم عقو‬
ِ ‫ق األ َّمها‬ َّ
“sesungguhnya Allah mengharamkan sikap durhaka kepada para ibu, pelit
dan tamak, mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan Allah juga tidak
menyukai qiila wa qaala, banyak bertanya dan membuang-membuang
harta” (HR. Bukhari – Muslim).
Wallahu ‘alam bis shawab.

Kisah pengorbanan seorang ibu

Aku benci ibuku. Ia tak seperti ibu-ibu lainnya yang cantik dan bisa
kubanggakan. Aku selalu malu kalau berjalan dengannya, atau ia
menjemputku di sekolah.
Ibuku memiliki satu mata, penampilannya seadanya saja. Ia bahkan tak
jarang mengenakan baju lusuh yang sudah sobek di beberapa bagiannya.

Karena ayah telah meninggalkan kami dan tak menafkahi kami, akhirnya
ibu melamar pekerjaan di sekolahku. Ia memasak di kantin demi melayani
guru-guru dan murid di sana. Aku sering sekali berpura-pura tak
mengenalnya, karena aku malu. Aku takut sekali bila teman sekelasku
tahu bahwa ia adalah ibuku.

Suatu hari, ia menyediakan makan siang di kantin sekolah untukku.


Disajikannya di sebuah piring dengan penuh lauk dan dihiasnya cantik.
Tak lupa ia mengecup dan mengusap-usap kepalaku setelah menyodorkan
sepiring makan siang itu. Semua teman yang melihat langsung berkasak-
kusuk, dan hal itu membuatku geram.

Sepulang sekolah, aku memarahinya habis-habisan. "Kau tahu betapa


malunya aku tadi? Kalau memang kau hanya ingin aku ditertawakan oleh
teman-temanku, kenapa kau tidak mati saja?" kataku geram.

Sejak saat itu ibuku lebih tahu diri. Ia berusaha menjaga jarak denganku
kalau di depan teman-teman. Aku belajar keras untuk selalu mendapatkan
ranking dan beasiswa. Aku ingin sekali segera keluar dari rumah ini.

***
Aku berhasil mendapatkan pekerjaan top, menikahi istri cantik dan
dikaruniai anak-anak yang lucu. Aku tinggal di rumah yang cukup mewah
dan besar.

Suatu hari, tiba-tiba ibu mengunjungiku tanpa seijinku. Membawakanku


setermos sup hangat yang katanya dimasakkan khusus untuk anak-
anakku.

Melihatnya dengan mata satu yang mengerikan, anak-anakku kaget dan


berteriak. Istriku langsung menggandeng anak-anakku pergi.

Lagi-lagi aku dibuat malu dan tak tahu harus berbuat apalagi. Aku sudah
berbahagia dengan hidupku saat ini. Tapi mengapa ibu malah
mengacaukan hidupku?

Aku mengusirnya pergi, dan anak-anakku berteriak kegirangan saat tahu


aku telah mengusirnya. "Jangan pernah lagi berani datang ke rumahku dan
menakuti anak-anakku nenek tua!" geramku.

Di suatu sore, tetangga lamaku berkunjung ke rumah dan menyodorkan


secarik surat kepadaku. "Ini dari ibumu. Ibumu telah meninggal dunia,"
katanya.

Aku hanya terdiam, tidak menangis dan tidak bertanya banyak kepadanya.
Aku hanya menerima surat itu dan menyimpan di meja kerjaku.

Lama... aku merasa sangat gelisah. Kemudian aku buka secarik amplop
tersebut dan kubaca setiap deretan hurufnya dengan penuh air mata dan
emosi.

Yang tercinta anakku,

Aku selalu memikirkanmu setiap waktu. Dan aku meminta maaf kalau
kedatanganku tempo hari ternyata malah mengganggu keluargamu dan
menakuti anak-anakmu.

Tetapi aku sangat bahagia saat melihatmu sudah hidup bahagia.


Sekalipun aku harus menanggung derita ini, aku rela demi cintaku
kepadamu.

Aku tahu bahwa hidupku sudah tidak lama lagi. Sehingga aku harus
meminta maaf karena kau telah banyak menderita semasa kecilmu.
Kamu seringkali malu karena memiliki ibu yang hanya punya satu mata
ini.

Ada satu hal yang ingin sekali ibu ceritakan kepadamu...


Saat kau masih balita, kau mendapat kecelakaan dan kehilangan salah
satu mata. Sebagai seorang ibu, aku harus mengambil tindakan itu. Aku
meminta dokter mengambil sebelah mataku untukmu. Aku tahu bahwa
aku tak akan tahan dan tak akan pernah bahagia bila melihatmu harus
menanggung ini sendiri. Sebab itulah, aku selalu menjadi ibu yang
menakutkan dan tak bisa membuatmu bangga, anakku.

Kini aku bangga, dengan pengorbananku ini, aku bisa melihatmu


menjadi orang yang sukses dan bahagia. Aku bahagia bisa membuatmu
selalu melihat dunia.

Berbahagialah selalu anakku,  

Ibu yang selalu mencintaimu.

Kini penyesalanku sudah tak berguna, sudah tak terhitung berapa dosa
yang kuperbuat, aku sdh tidak punya waktu lagi untuk bersimpuh
dikakimu ibu.

Anda mungkin juga menyukai