Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI


SMAN 74 JAKARTA
Bab 8

Nama Siswa :

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kelas/ Kelompok : XI ........./ .............


Kompetensi Dasar :

Tema/Materi Pokok : Menghormati dan Menyayangi Orang Tua dan Guru

Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari materi tentang Menghormati dan Menyayangi Orang Tua dan
Guru peserta didik diharapkan dapat : Menganalisis perilaku hormat dan patuh kepada orangtua dan guru
terkait dengan KeTauhidan dalam Beribadah

A. Dalil Naqli Tentang Kewajiban Kepada Orag Tua


B. Cara Berbakti Kepada Orang Tua
C. Kisah 3 Pemuda yang Terjebak dalam Goa
D. Hikmah Berbakti Kepada Orang Tua
E. Dalil Naqli Tentang Menghormati dan Menyayangi Guru
F. Hikmah Menghormati dan Menyayangi Guru

Langkah-Langkah Kegiatan.

1. Bacalah teks berikut ini !

A. Dalil Naqli tentang Kewajiban Berbakti Kepada Orang Tua


Firman Allah Q.S. Al Isra/17 : 23

ٍّ‫ك اَاَّل تَ ْعبُد ُْٓوا آِاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن اِحْ ٰسنً ۗا اِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر اَ َح ُدهُ َمٓا اَوْ ِك ٰلهُ َما فَاَل تَقُلْ لَّهُ َمٓا اُف‬ ٰ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ َرب‬Q‫ضى‬
‫ َوقُلْ لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِر ْي ًما‬Q‫َّواَل تَ ْنهَرْ هُ َما‬
 Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya,
dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
Ketahuilah, hak manusia yang paling besar atas diri kalian ialah hak kedua orang tua dan
karib kerabat. Allah menyebutkan hak tersebut berada pada tingkatan setelah hak-Nya. Allah
َ ْ‫ بِ ِه َش ْيًئا ۖ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن ِإح‬Q‫“ َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا‬
Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‫سانًا‬
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak ... ” [an-Nisâ`/4:36].
Begitu pula Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam surat Luqmân/31 ayat 14:
‫ اِإْل ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه‬Q‫ص ْينَا‬
َّ ‫(“ َو َو‬Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya, …)”
ْ ‫(“ َح َملَ ْتهُ ُأ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو‬ibunya
Selanjutnya Allah menyebutkan alasan perintah ini, yaitu: ‫ه ٍن‬
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah)”. Yakni keadaan
lemah dan berat ketika mengandung, melahirkan, mengasuh dan menyusuinya sebelum
kemudian menyapihnya.

Kemudian Allah berfirman: ‫ي ُر‬QQQ‫ص‬ ِ ‫ي ْال َم‬ ْ ‫ا َم ْي ِن َأ ِن‬QQQَ‫الُهُ فِي ع‬QQQ‫ص‬


َّ َ‫ َد ْيكَ ِإل‬QQQِ‫ ُكرْ لِي َولِ َوال‬QQQ‫اش‬ َ ِ‫(“ َوف‬dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu.
Hanya kepada-Kulah kembalimu)“. Nabi telah menjadikan bakti kepada orang tua lebih
diutamakan daripada berjihad di jalan Allah. Disebutkan dalam shahîhaian dari ‘Abdullâh bin
Mas’ûd, ia berkata:

‫ال بِرُّ ْال َوالِ َدي ِْن‬


َ َ‫صاَل ةُ َعلَى َو ْقتِهَا قَا َل ثُ َّم َأيٌّ ق‬
َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأيُّ ْال َع َم ِل َأ َحبُّ ِإلَى هَّللا ِ قَا َل ال‬ ُ ‫َسَأ ْل‬
َّ ِ‫ت النَّب‬
َ ‫ي‬
ِ ‫ال ْال ِجهَا ُد فِي َسبِي ِل هَّللا‬َ َ‫ال ثُ َّم َأيٌّ ق‬ َ َ‫“ ق‬
Aku bertanya kepada Nabi; “Amalan apakah yang paling utama?” Beliau menjawab,”Shalat
pada waktunya.” Aku bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab,”Berbakti
kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi: ”Kemudian apa lagi?” Beliau
menjawab,”Berjihad di jalan Allah.” Dikisahkan dalam kitab Shahîh Muslim, bahwa ada
seseorang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata: “Aku berbaiat
kepadamu untuk berhijrah dan berjihad di jalan Allah. Aku mengharap pahala dari Allah.”
Beliau bertanya,”Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih hidup?” Ia menjawab,”Ya,
bahkan keduanya masih hidup,” beliau bersabda,”Engkau mencari pahala dari Allah?” Ia
menjawab,”Ya.” beliau bersabda,”Pulanglah kepada kedua orang tuamu, kemudian
perbaikilah pergaulanmu dengan mereka.” Disebutkan dalam sebuah hadits dengan sanad
jayyid (bagus), ada seseorang berkata kepada Nabi : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
ingin berjihad namun aku tidak mampu melakukannya”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bertanya: “Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih ada?” Ia menjawab,”Ya, ibuku,”
beliau bersabda: “Temuilah Allah dalam keadaan berbakti kepada kedua orang tuamu.
Apabila engkau melakukannya, maka berarti engkau telah berhaji, berumrah dan berjihad”.
Allah Subhanhu wa Ta’ala juga telah berwasiat supaya berbuat baik kepada kedua orang tua
di dunia walaupun keduanya kafir. Akan tetapi, apabila keduanya menyuruh untuk berbuat
kufur maka sang anak tidak boleh menaati perintah kufur ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫ ۖ َواتَّبِ ْع َسبِي َل‬Q‫اح ْبهُ َما فِي ال ُّد ْنيَا َم ْعرُوفًا‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما ۖ َو‬ َ ‫َوِإ ْن َجاهَدَاكَ َعلَ ٰى َأ ْن تُ ْش ِر‬
َ ‫ك بِي َما لَي‬
َ‫م فَُأنَبُِّئ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬Qْ ‫ي َمرْ ِج ُع ُك‬
َّ َ‫ي ۚ ثُ َّم ِإل‬ َ ‫“ َم ْن َأن‬
َّ َ‫َاب ِإل‬
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan“.[Luqmân/31:15].
Disebutkan dalam kitab shahîhain, dari Asmâ’ binti Abu Bakar Radhiyallahu ‘anha, ia
menceritakan ketika ibunya datang menyambung silaturrahmi dengannya padahal si ibu
masih dalam keadaan musyrik. Baca Juga  Haramnya Durhaka Kepada Kedua Orang Tua
Asmâ’ Radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ِ ‫صلِي ُأ َّم‬
‫ك‬ َ َ‫ل ُأ ِّمي ق‬Qُ ‫ص‬
ِ ‫ال نَ َع ْم‬ ِ ‫ي ُأ ِّمي َو ِه َي َرا ِغبَةٌ َأفََأ‬ ْ ‫“ يَا َرسُو َل هَّللا ِ قَ ِد َم‬
َّ َ‫ت َعل‬
Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku ingin (menyambung hubungan dengan putrinya,
Asmâ’), apakah aku boleh menyambung hubungan kembali dengan ibuku”. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Ya, sambunglah.”
B. Cara Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, ialah dengan mencurahkan kebaikan,
baik dengan perkataan, perbuatan, ataupun harta.
Berbuat baik dengan perkataan, yaitu kita bertutur kata kepada keduanya dengan lemah
lembut, menggunakan kata-kata yang baik dan menunjukan kelembutan serta penghormatan.
Berbuat baik dengan perbuatan, yaitu melayani keduanya dengan tenaga yang mampu kita
lakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, membantu dan mempermudah urusan-
urusan keduanya. Tentu, tanpa membahayakan agama ataupun dunia kita.
Allah Maha Mengetahui segala hal yang sekiranya membahayakan. Sehingga kita jangan
berpura-pura mengatakan sesuatu itu berbahaya bagi diri kita padahal tidak, sehingga kitapun
berbuat durhaka kepada keduanya dalam hal itu.
Berbuat baik dengan harta, yaitu dengan memberikan setiap yang kita miliki untuk
memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh keduanya, berbuat baik, berlapang dada dan tidak
mengungkit-ungkit pemberian sehingga menyakiti perasaan ibu bapak. Berbakti kepada
kedua orang tua tidak hanya dilakukan tatkala keduanya masih hidup. Namun tetap dilakukan
manakala keduanya telah meninggal dunia.
C. Kisah Tiga Pemuda yang Terjebak dalam Goa
Ada sebuah kisah, yaitu seseorang dari Bani Salamah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ia bertanya:

‫ر لَهُ َما‬Qُ ‫صاَل ةُ َعلَ ْي ِه َما َوااِل ْستِ ْغفَا‬ َ َ‫ ق‬Q‫ي َش ْي ٌء َأبَرُّ هُ َما بِ ِه بَ ْع َد َموْ تِ ِه َما‬
َّ ‫ال نَ َع ْم ال‬ َّ ‫يَا َرسُو َل هَّللا ِ هَلْ بَقِ َي ِم ْن بِ ِّر َأبَ َو‬
َ ‫وص ُل ِإاَّل بِ ِه َما َوِإ ْك َرا ُم‬
‫ص ِديقِ ِه َما‬ َ ُ‫َّح ِم الَّتِي اَل ت‬ ِ ‫صلَةُ الر‬ ِ ‫“ َوِإ ْنفَا ُذ َع ْه ِد ِه َما ِم ْن بَ ْع ِد ِه َما َو‬
“Wahai Rasulullah, apakah masih ada cara berbakti kepada kedua orang tuaku setelah
keduanya meninggal?” Beliau menjawab,”Ya, dengan mendoakannya, memintakan ampun
untuknya, melaksanakan janjinya (wasiat), menyambung silaturahmi yang tidak bisa
disambung kecuali melalui jalan mereka berdua, dan memuliakan teman-temannya“. [HR
Abu Dawud].
Allâhu Akbar! betapa luas cakupan berbakti kepada kedua orang tua, bahkan termasuk di
dalamnya keharusan memuliakan dan menyambung silaturahmi kepada teman kerabat.
Disebutkan dalam kitab Shahîh Muslim, dari ‘Abdullâh bin ‘Umar bin Khatthâb
Radhiyallahu ‘anhu :yang artinya : “Suatu hari beliau Radhiyallahu ‘anhu berjalan di kota
Makkah dengan mengendarai keledai yang biasa beliau Radhiyallahu ‘anhu gunakan
bersantai jika bosan mengendarai unta. Lalu di dekat beliau lewatlah seorang Arab Badui.
Lantas ‘Abdullah bin ‘Umar pun bertanya kepadanya:”Benarkah engkau Fulan bin Fulan?” Ia
menjawab,”Ya,” kemudian ‘Abdullah bin ‘Umar memberikan keledainya kepada orang itu
sambil berkata,”Naikilah keledai ini.” Beliau juga memberikan sorban yang mengikat di
kepalanya seraya berkata,”Ikatlah kepalamu dengan sorban ini,” maka sebagian sahabatnya
berkata,”Semoga Allah mengampunimu. Mengapa engkau memberikan keledai kendaraan
santaimu dan sorban ikat kepalamu kepada orang itu?” Maka ‘Ibnu ‘Umar menjawab: ”Orang
ini, dahulu adalah teman ‘Umar (bapakku), dan aku pernah mendengar Rasulullah
berkata,’Sesungguhnya bakti yang terbaik, ialah tetap menyambung hubungan keluarga
ayahnya”. Adapun balasan berbakti ini ialah pahala yang besar saat di dunia maupun akhirat.
Barang siapa yang berbakti kepada orangtuanya, maka kelak anak-anaknya juga akan
berbakti kepadanya, serta memberikan jalan keluar dari kesusahannya.
Dalam kitab Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim. Dari Abu ‘Abdir Rahman, yaitu
Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, katanya: Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : : disebutkan tentang kisah
tiga orang yang ingin bermalam di gua, lalu merekapun masuk ke dalamnya. Begitu sampai
di dalam gua, tiba-tiba sebongkah batu besar jatuh dan menutup mulut gua tersebut.
Merekapun kemudian bertawasul kepada Allah dengan amal-amal shalih yang pernah
dikerjakan supaya mereka bisa keluar.
Pemuda pertama, salah seorang dari mereka berkata: Ya Allah, sesungguhnya aku
mempunyai bapak dan ibu yang sudah sangat tua. Aku tidak pernah memberikan susu kepada
keluarga maupun budakku sebelum mereka berdua. Suatu hari, aku pergi jauh untuk mencari
pohon dan belum kembali kepada mereka hingga mereka pun tertidur. Akupun memerah susu
untuk mereka. Setelah selesai, ternyata aku mendapatkan mereka berdua telah tertidur. Aku
tidak ingin membangunkannya dan tidak memberikan susu kepada keluarga maupun untukku
sendiri. Aku terus menunggu mereka sambil membawa mangkuk susu di tanganku hingga
terbit fajar. Mereka pun bangun dan meminum susu perahanku. Ya Allah, sekiranya aku
melakukan itu semua karena-Mu, maka bukakanlah batu yang telah menutupi kami ini. Maka
batu itupun bergeser sedikit.
Lalu, pemuda ke dua memanjatkan doa, " Ya Allah, saudari sepupu saya adalah orang yang
paling saya sayangi. Suatu hari, saya ingin berbuat nista dengannya namun dia menolak
ajakan saya. Dia meminta saya untuk memberikan uang 150 dinar agar bisa berkencan
dengannya. Saya berusaha mencari uang sebesar itu dan akhirnya berhasil saya kumpulkan.
Saya kembali menemuinya dan memberikan uang tersebut namun ia menolaknya sembari
berkata, 'Jangan kau lakukan perbuatan tersebut kecuali dengan jalan halal.' Saya akhirnya
sadar dan meninggalkannya bersama uang yang telah saya berikan kepadanya.
Oleh karena itu, Ya Allah, jika apa yang saya lakukan adalah benar hanya menggapai ridha-
Mu, maka hilangkanlah kesusahan yang sedang kami hadapi. Kami mohon angkatlah batu
tersebut."
Batu itu kembali bergeser. Tetapi, tetap saja ketiga belum bisa keluar
Kemudian, pemuda ketiga turut berdoa, " Ya Allah, saya memiliki sejumlah pekerja. Saya
berikan upah hasil kerja mereka kecuali satu orang pekerja. Dia tidak mengambil upahnya
dan mengumpulkannya hingga menumpuk.
Suatu ketika, dia datang menemuiku sambil berkata, 'Wahai Abdullah, bayarkanlah upahku.'
Saya jawab, 'Semua yang ada di sini dari unta, sapi, kambing, hingga budak adalah milikmu.'
Dia menyahut, 'Jangan mengejekku.' Saya jawab, 'Demi Allah! Saya tidak mengejekmu. Itu
semua memang milikmu.' Akhirnya, dia mengambil semuanya tanpa meninggalkan apapun.
Oleh karena itu, Ya Allah, jika apa yang aku lakukan adalah hanya mencari ridha-Mu. Jika
apa yang saya lakukan adalah benar hanya menggapai ridhamu, maka hilangkanlah
kesusahan yang kami hadapi. Kami mohon angkatlah batu tersebut."
Allah pun menjawab doa ketiga dan membukakan mulut gua yang tertutup batu. Alhasil,
mereka pun bisa terbebas.

Akhirnya, batu itupun bergeser sehingga gua terbuka dan mereka dapat keluar, kemudian
kembali melanjutkan perjalanan. Ketahuilah, berbakti kepada orang tua juga akan
mendatangkan keluasan rizki, panjang umur dan khusnul khatimah. Diriwayatkan dari
Sahabat ‘Ali bin Abi Thâlib bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
yang artinya : “Barang siapa yang senang apabila dipanjangkan umurnya, diluaskan rizkinya
dan dihindarkan dari sû`ul khatimah, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan
menyambung silaturahmi.” Dan sesungguhnya, berbakti kepada orang tua merupakan wujud
silaturahmi yang paling mulia, karena orang tua memiliki hubungan kekerabatan yang paling
dekat dengan kita.
Seorang mukmin yang berakal, sungguh sangat tidak pantas berbuat durhaka dan
memutuskan hubungan dengan kedua orang tua, padahal ia mengetahui keutamaan berbakti
kepadanya, dan balasannya yang mulia di dunia maupun di akhirat. Apabila telah mencapai
usia lanjut, kedua orang tua akan mengalami kelemahan badan maupun pikiran. Bahkan
keduanya bisa mengalami kondisi yang serba menyusahkan, sehingga menyebabkan
seseorang mudah menggertak atau bersikap malas untuk melayaninya. Dalam keadaan
demikian, Allah melarang setiap anak membentak, meskipun dengan ungkapan yang paling
ringan. Allah memerintahkan si anak supaya bertutur kata yang baik, merendahkan diri
dalam perkataan maupun perbuatan di hadapan keduanya. Sebagaimana sikap seorang
pembantu di hadapan majikannya. Demikian pula, Allah memerintahkan si anak supaya
mendoakan keduanya, semoga Allah mengasihi keduanya sebagaimana keduanya telah
mengasihi dan merawat si anak tatkala masih kecil. Sang ibu rela berjaga saat malam hari
demi menidurkan anaknya. Iapun rela menahan rasa letih supaya si anak bisa beristirahat
dengan cukup. Adapun bapaknya, ia berusaha sekuat tenaga mencari nafkah. Letih
pikirannya, letih pula badannya. Semua itu, tidak lain ialah untuk memberi makan dan
mencukupi kebutuhan si anak. Sehingga sepantasnyalah bagi si anak untuk berbakti kepada
keduanya sebagai balasan atas kebaikan kedua orang tuanya.
Dalam kitab shahîhain disebutkan dari Abu Hurairah, bahwasanya ada seorang laki-laki
bertanya kepada Nabi:

‫ُول هَّللا ِ َم ْن‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬


َ ‫ال يَا َرس‬ ِ ‫ع َْن َأبِي ه َُر ْي َرةَ َر‬
َ ِ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى َرسُو ِل هَّللا‬
‫ال ثُ َّم‬ َ َ‫ال ثُ َّم ُأ ُّمكَ ق‬
َ َ‫ال ثُ َّم َم ْن ق‬ َ ‫ال ثُ َّم َم ْن قَا َل ثُ َّم ُأ ُّم‬
َ َ‫ك قَا َل ثُ َّم َم ْن ق‬ َ ‫ص َحابَتِي قَا َل ُأ ُّم‬
َ َ‫ك ق‬ َ ‫ْن‬ ُّ ‫َأ َح‬
ِ َّ‫ق الن‬
ِ ‫اس بِ ُحس‬
َ‫َأبُوك‬
Artinya: "Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata; “Seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah
orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia
bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian
siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau
menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga Allah memberikan taufik-Nya, sehingga memudahkan kita untuk berbakti kepada
ibu bapak. Dan semoga Allah memberi karunia kepada kita keikhlasan dalam
melaksanakannya. Sesunggunya Dia-lah Dzat yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

(Diringkas oleh Ustadz Abu Sauda` Eko Mas`uri, dari ad-Dhiyâ-ul Lâmi’, Syaikh
Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn, hlm. 501-504) [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi
109/Tahun XI/1428H/2008 (Rubrik Khutbah Jum’at). Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-
761016] Home/Akhlak : Orang Tua/Kewajiban Berbakti Kepada Orang...

Referensi: https://almanhaj.or.id/2647-kewajiban-berbakti-kepada-orang-tua.html

D. Hikmah Berbakti Pada  Orang Tua

Sebagai seorang anak kita harus senantiasa berbakti kepada kedua orang tua, entah itu saat
kita belum menikah maupun sudah menikah. Karena berbakti kepada kedua orang tua
merupakan kewajiban kita seumur hidup, yang tidak akan pernah luntur sampai kapanpun.
Dengan berbakti kepada orang tua selain menjadi ladang pahala, tentunya dapat
mendatangkan hikmah bagi kita yang menjalankannya. Berikut beberapa hikmah yang dapat
kita rasakan dengan berbakti kepada kedua orang tua.

1. Mendapatkan ridho dan rahmat Allah SWT


Ridho orang tua merupakan ridho Allah SWT juga, jadi jangan sampai Anda berbuat tidak
baik kepada kedua orang tua Anda, sayangilah mereka sebaik mungkin karena tanpa mereka
Anda tidak akan bisa menjadi seperti sekarang. Karena ridho orang tua adalah ridho Allah
SWT juga. Sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi : “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada
ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya
perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Al Isra’/17: 23-24)

2. Dimudahkan segala urusan di dunia maupun di akhirat

Rasulullah sallallahualaihi wasallam bersabda “Tidak termasuk golongan kami orang yang
tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti
(hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad). Untuk itu
jika kita senantiasa berbakti kepada kedua orang tua, percayalah bahwa segala urusan Anda
baik di dunia maupun di akhirat akan di permudah jalannya oleh Allah SWT.

3. Di mudahkan rezekinya di dunia

Salah satu perbuatan yang akan di lapangkan rezekinya yaitu dengan cara bersilaturrahmi.
Sebagian orang menganggap bahwa silaturrahmi itu dilakukan dengan cara mengunjungi
saudara, kerabat, sahabat, teman saja, padahal yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum
kita berkunjung ke saudara dan sahabat yaitu kita silaturrahmi kepada kedua orang tua kita.

Dengan kita dekat dan sering silaturrahmi kepada kedua orang tua kita maka kita akan di
mudahkan rezekinya dan di panjangkan umurnya. Perbuatan ini merupakan salah satu bentuk
kita berbakti dan menghormati kedua orang tua. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang
artinya : “Ridho Allah terletak pada ridho orang tua, dan murka Allah terletak pada
kemurkaan orang tua” (HR. Baihaqi).

4. Mendapatkan janji surga oleh Allah SWT.

Sahabat pernah bertanya kepada Nabi SAW. tentang amalan yang dicitai Allah, Nabi
MuhammadSAW. bersabda :

ُّ‫ال ثُ َّم َأى‬


َ َ‫ ق‬.‫صالَةُ َعلَى َو ْقتِهَا‬ َّ ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – َأىُّ ْال َع َم ِل َأ َحبُّ ِإلَى هَّللا ِ قَا َل « ال‬ َّ ِ‫ت النَّب‬ُ ‫َسَأ ْل‬
ِ ِ‫ال « ْال ِجهَا ُد فِى َسب‬
َ َ‫ ق‬. » ِ ‫يل هَّللا‬
‫ال َح َّدثَنِى بِ ِه َّن َولَ ِو ا ْستَ َز ْدتُهُ لَزَا َدنِى‬ ّ ‫قَا َل ثُ َّم َأ‬. » ‫قَا َل « ثُ َّم بِرُّ ْال َوالِ َد ْي ِن‬
َ َ‫ى ق‬
“Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah SWT? Beliau menjawab, “Sholat pada
waktunya.” Aku berkata, “kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.”
Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR
Bukhari-Muslim). Dari hadits tersebut kita telah mengetahui bahwa janji Allah SWT sangat
luar biasa kepada umatnya Anda cukup berbakti kepada kedua orang tua semasa beliau hidup
sampai tiba saatnya meninggal, maka Allah SWT menjanjikan surga bagi Anda yang
menjalankannya.
5. Di panjangkan dan di berkahi umurnya

Siapa yang tak ingin  memiliki umur panjang di dunia? Tentu semua pastinya ingin, namun
semuanya kembali kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Namun jangan khawatir Allah
SWT telah memberikan kita kemudahan jika ingin memiliki umur panjang dan di berkahi kita
hanya perlu berbakti kepada kedua orang tua kita dan selalu berusaha membuat mereka
bahagia walau hanya dari cara yang sederhana. Mudah bukan?

Untuk itu sayangi dan bahagiakan lah kedua orang tua Anda selagi masih hidup, bahagia juga
tidak harus dengan harta, cukup dengan cara sederhana seperti berkumpul dan mengobrol
bersama hal tersebut dapat mendatangkan kebahagiaan pula bagi kita, karena kebahagiaan
datang karena kita ciptakan. Semoga dengan hikmah yang begitu banyak kita dapatkan
dengan berbakti kepada kedua orang tua, akan menjadi semangat kita untuk lebih
membahagiakan mereka. Karena perlu diingat mereka adalah harta yang paling berharga di
hidup kita.

E. Dalil Naqli Menghormati dan Menyayangi Guru


Guru adalah orang yang mengetahui ilmu (alim/ulama), dialah orang yang takut kepada Allah
SWT. Firman Allah SWT:
‫هّٰللا‬ ۡ ‫هّٰللا‬ َ ِ‫ف اَ ۡل َوانُهٗ َك ٰذل‬
ٌ ِ‫اس َوال َّد َوٓابِّ َوااۡل َ ۡن َع ِام ُم ۡختَل‬
ِ ‫ك ؕ اِنَّ َما يَ ۡخ َشى َ ِم ۡن ِعبَا ِد ِه ال ُعلَ ٰ ٓمُؤا ؕ اِ َّن َ ع‬
‫َز ۡي ٌز‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
‫َغفُ ۡو ٌر‬
Artinya: “Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan
hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-
hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa,
Maha Pengampun.” (Q.S. Al-Fathir:28)
1. Keutamaan Pendidik/Menjadi Guru
Hadits Nabi Muhammad SAW.
 ‫ فَه َُو َموْ الهُ ال‬،ِ ‫ب هَّللا‬
ِ ‫” َم ْن َعلَّ َم َع ْبدًا آيَةً ِم ْن ِكتَا‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ْم‬ َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ع َْن َأبِي ُأ َما َمةَ قَا َل‬
‫ر َعلَ ْي ِه‬Qَ ِ‫ َوال يَ ْستَْأث‬،ُ‫”يَ ْنبَ ِغي لَهُ َأ ْن يَ ْخ ُذلَه‬.
Artinya:
“Dari sahabat Abi Umamah, beliau berkata: Rasulullah Saw., bersabda: “Barangsiapa
mengajar satu ayat dari Kitabullah kepada seorang hamba, maka orang itu menjadi jujungan
hamba tersebut, hamba tidak boleh merendahkan orang tersebut, dan tidak boleh
mendahuluinya (harus memuliakannya)”.

‫ (( فَضْ ُل ال َعالِ ِم َعلَى‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬، – ‫ َّأن رسول هللا – صلى هللا عليه وسلم‬: – ‫وعن َأبي ُأ َما َمة – رضي هللا عنه‬
َّ (( : – ‫ال َعابِ ِد َكفَضْ لِي َعلَى أ ْدنَا ُك ْم )) ثُ َّم قَا َل رسول هللا – صلى هللا عليه وسلم‬
‫إن هللاَ َو َمالَِئ َكتَهُ َوأ ْه َل‬
‫ رواه‬.)) ‫اس الخَ ي َْر‬ ِ َّ‫صلُّونَ َعلَى ُم َعلِّ ِمي الن‬ ِ ْ‫ت َواَألر‬
َ ُ‫ض َحتَّى النَّ ْملَةَ في جُحْ ِرهَا َو َحتَّى ال ُحوتَ لَي‬ ِ ‫َّماوا‬
َ ‫الس‬
))‫ ((حديث حسن‬:‫ وقال‬،‫الترمذي‬.

Artinya:
“Dari sahabat Abi Umamah R.a.: sesungguhnya Rasulullah Saw., bersabda: “keutamaan
Orang Alim di bandingkan dengan orang yang ahli beribadah (tapi tidak alim), seprti
keutamaanku di banding orang paling rendah kalian”, kemudian Rasulullah Saw., bersabda:
“Sesungguhnya Allah, malaikatnya dan makhluk (yang berada) di langit dan bumi sampai
semut di lobangnya sampai ikan, mendoakan selamat pada orang yang mengajar kebaikan
pada manusia”

 ‫ هللا إنما أنا مثل الوالد لولده بأن يقصد انقاذهم من نار اآلخرة وهو أهم من انقاذ الوالدين‬Q‫قال رسول‬
Q‫ولدهما من نار الدنيا ولذلك صار حق المعلم أعظم من حق الوالدين فإن الوالد سبب الوجود الحاضر‬
‫والحياة الفانية والعلم سبب الحياة الياقية ولو ال المعلم النساق ما حصل من جهة األب إلى الهالك الدائم‬

Artinya:
Rasulullah Saw., bersabda: “Sesungguhnya Aku laksana orang tua bagi anaknya”, yang
mempunyai tujuan menyelamatkan dari api neraka, dan ini lebih penting daripada para orang
tua yang menyelamatkan anaknya dari api dunia (ekonomi), dan dari situ hak pengajar ilmu
agama lebih agung daripada kedua orang tua, karena orang tua sebagai sebab keberadaan
anak di dunia fana, sedangkan Ilmu sebab mendapatkan kehidupan kekal (Akhirat), dan andai
tidak ada pengajar, maka sesuatu yang timbul dari ayah (meneyelamatkan dari api
dunia/ekonomi) akan menggiring pada kerusakan selamanya.

2. Menghormati Guru

ْ ‫ْر‬
‫ف لِ َعالِ ِمنَا‬ َ ‫ َويَرْ َح ْم‬،‫ْس ِمنَّا َم ْن لَ ْم يُ ِج َّل َكبِي َرنَا‬
ِ ‫ َويَع‬Q،‫ص ِغي َرنَا‬ َ ‫لَي‬
Artinya:
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar
diutamakan pandangannya).” (H.R. Ahmad).
‫ اَل‬،‫وسنَا الطَّ ْي َر‬
ِ ‫س إلَ ْينَا َولَ َكَأ َّن َعلَى ُر ُء‬
َ َ‫م فَ َجل‬Qَ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬ ِ ‫ُكنَّا ُجلُوسًا فِي ْال َمس‬
َ ِ ‫ْج ِد فَخ ََر َج َرسُو ُل هَّللا‬
‫يَتَ َكلَّ ُم َأ َح ٌد ِمنَّا‬

Artinya:
“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ’alaihi
wasallam, kemudian beliau duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami
terdapat burung. Tidak ada satu pun daripada kami yang berbicara.”

‫ هللا عنه – ع َِن النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه‬Q‫س – رضى‬ ٍ َ‫َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد قَا َل َح َّدثَنَا يَحْ يَى ع َْن ُش ْعبَةَ ع َْن قَتَا َدةَ ع َْن َأن‬
ُ‫ال « ال يُْؤ ِمن‬
َ َ‫س ع َِن النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم – ق‬
ٍ َ‫ َوع َْن ُح َس ْي ٍن ْال ُم َعلِّ ِم قَا َل َح َّدثَنَا قَتَا َدةُ ع َْن َأن‬.- ‫وسلم‬
‫ تحفة‬.» ‫َأ َح ُد ُك ْم َحتَّى يُ ِحبَّ َأل ِخي ِه َما ي ُِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه‬ 

Artinya:
“Dari sahabat Anas RA., dari Nabi SAW. Nabi SAW. bersabda: “Tidaklah (sempurna) iman
salah satu kalian semua, hingga dia mencintai saudaranya,sebagaimana mencintai dirinya
sendiri.”

‫ وتوفوهم حقهم‬Q‫ باإلجالل واإلعظام‬Q‫ العلماء) لعلمهم بأن تعاملوهم‬Q‫َوقَا َل النَّبِ ُّى صلى هللا عليه وسلم (أكرموا‬
)‫من التوقير واالحترام (فإنهم) حقيقيون باإلكرام إذ هم (ورثة األنبياء‬.

Artinya:
Nabi Saw., bersabda: “Muliakanlah Ulama” karena ilmunya, dengan cara memuliakan,
mengagungkan dan memenuhi hak ulama, yakni mengagungkan dan memuliakan “karena
sesungguhnya Ulama” secara hakikat di hormati karena ulama “adalah Pewaris para nabi”.

3. Menuntut Ilmu

» ‫ فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم‬,‫ « اطلبوا العلم ولو بالصين‬:‫ هللا صلى هللا عليه وسلم‬Q‫قال رسول‬
‫ وإسناده ضعيف‬,‫»« هذا حديث متنه مشهور‬

Artinya:
Rasulullah Saw., bersabda: “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri China, karena
sesungguhnya Mencari ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap muslim”.

‫ َوِإنَّ َما ْال ِع ْل ُم بِالتَّ َع ُّل ِم‬,‫ِّين‬


ِ ‫َوقَا َل النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم – « َم ْن ي ُِر ِد هَّللا ُ بِ ِه َخ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِى الد‬ »
Artinya:
Nabi SAW. bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan kebaikan, Maka
Allah akan menjadikaanya mengerti ilmu agama, Ilmu hanya bisa di peroleh dengan belajar”

ُ‫اضعُوْ ا لِ َم ْن تَتَ َعلّ ُموانَ ِم ْنه‬


َ ‫ لِ ْل ِع ْل ِم ال ّس ِك ْينَةَ َو ْال َوقَا َر َوتَ َو‬Q‫تَ َعلّ ُمواال ِع ْل َم َوتَ َعلّ ُموْ ا‬
Artinya :
"Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang
yang kamu belajar darinya". HR.At-Tabrani.
Guru adalah pewaris nabi, karena melalui jasa guru, wahyu dan ilmu dari Nabi diteruskan
kepada manusia. Imam Al-Ghazali mengistimewakan guru dengan sifat kesucian,
kehormatan, dan kedudukan guru setelah para Nabi. Beliau juga menegaskan bahwa seorang
yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu, maka dialah yang dinamakan besar
di bawah kolong langit ini. Ia adalah ibarat matahari yang menyinari orang lain dan
mencahayai dirinya sendiri, ibarat minyak kesturi yang baunya dinikmati orang lain dan ia
sendiri pun harum. Siapa yang berkerja di bidang pendidikan, maka sesungguhnya ia telah
memilih pekerjaan yang terhormat dan penting, maka hendaknya ia memelihara adab dan
sopan satun dalam tugasnya. Di dalam Islam, hormat dan patuh kepada guru sangat
ditekankan. Dikarenakan, guru termasuk orang yang mengenalkan kita kepada Allah SWT.
dan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya.), berikut ini keutamaan hormat kepada guru:
Berbakti kepada guru merupakan jihad di jalan Allah SWT. Allah SWT akan memberi pahala
besar bagi peserta didik yang taat kepada gurunya. Berbakti kepada guru dapat melebur dosa
yang telah dilakukan. Berbakti kepada guru akan mendapat kedudukan dan meningkatkan
derajat di hadapan Allah SWT. Ketika berbakti kepada guru, Allah SWT akan
memperlancarkan rezeki kita. Berbakti kepada guru membuat kita diberikan keberkahan dan
kemanfaatan ilmu. Berbakti kepada guru akan membuat iman kita kuat sampai ajal
menjemput.
F. Hikmah Menghormati dan Menyayangi Guru, membuat kita mendapatkan
berbagai keuntungan sebagai berikut:
1. Ilmu yang kita peroleh akan menjadi berkah dalam kehidupan kita. Akan lebih
mudah menerima pelajaran yang disampaikannya.
2. Ilmu yang diperoleh dari guru akan menjadi manfaat bagi orang lain.
3. Akan selalu didoakan oleh guru.
4. Akan membawa berkah, memudahkan urusan, dianugerahi nikmat yang lebih dari
Allah SWT.
5. Seorang guru tidak selalu di atas muridnya. Ilmu dan kelebihan itu merupakan
anugerah.
6. Allah SWT akan memberikan anugerah-Nya kepada orang-orang yang dikehendaki-
Nya. Contoh Hormat dan Patuh Kepada Guru Hormat dan patuh kepada guru harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik ketika bertemu di sekolahan maupun di
jalan. Contoh hormat dan patuh kepada guru dapat dilakukan dengan beberapa cara, di
antaranya sebagai berikut: Rendah hati, sopan, dan menghargai guru. Mereka adalah
orangtua di sekolah. Mengucapkan salam ketika bertemu dengannya. Memerhatikan
dan mendengarkannya di dalam maupun di luar kelas. Melaksanakan serta mematuhi
perintah dan nasehatnya dengan ikhlas. Sementara cara yang dapat dilakukan seorang
siswa dalam hormat dan patuh terhadap guru, yakni: Menghormati dan
memuliakannya, mengikuti nasihatnya. Mengamalkan ilmunya dan membaginya
kepada orang lain. Tidak melawan, menipu, dan membuka rahasia guru. Memuliakan
keluarga dan sahabat karib guru. Murid harus mengikuti sifat guru yang baik akhlak,
tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan penyayang. Murid harus
memuliakan guru dan meyakini ilmunya. Menghormati dan selalu mengenangnya,
meskipun sudah wafat. Murid mendoakan keselamatan guru. Menunjukkan rasa
terima kasih terhadap ajaran guru. Berlaku sopan ketika berhadapan dengan guru,
misalnya; duduk dengan tawadu’, menyimak perkataan guru dan tidak membuat guru
mengulangi perkataan. Tidak berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama
saat guru berbicara kepadanya. Berkomunikasi dengan guru secara santun dan lemah-
lembut.

Baca selengkapnya di artikel "Pentingnya Hormat dan Patuh Kepada Guru Beserta
Contohnya", https://tirto.id/gbJr

2. Tugas !
Diskusikan dengan kelompokmu lalu jawablah pertanyaan –pertanyaan berikut ini (soal
no.1 sampai no. 5) di buku Latihan kalian masing-masing dan kirim foto tugasmu ke GWA
Agama Islam, pada jam pelajaran bu Latifah.

LEMBAR PENILAIAN

1. Penilaian Pengetahuan
1. Tulislah 3 ayat dari surat yang berbeda di dalam Al Qur’an
dalil naqli yang menjelaskan kewajiban berbakti kepada kedua orang tua!
2. Bgaimana cara berbakti kepada orang tua ? Jelaskan !
3. Bagaimanakah hikmah berbakti kepada orang tua? Jelaskanlah!
4. Tulislah dalil naqli menghormati dan menyayangi Guru!
5. Bagaimanakah hikmah menghormati dan menyayangi Guru? Jelaskanlah!

2. Penilaian spiritual
Disi oleh setiap peserta didik.(Ketua kelompok dan PJ Agama Islam)
No Nama Siswa Berdoa Memberi Mengucap Total Predikat
. Sebelum dan Salam pada Syukur ketika Skor
Sesudah Saat Awal Berhasil
Belajar Pembelajaran Mengerjakan
dan Akhir Tugas
Pembelajaran
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1
2

Keterangan:

4 : selalu, apabila selalu melakukan berdoa, memberi salam, dan mengucap syukur.

3 : sering, apabila sering melakukan berdoa, memberi salam, dan mengucap syukur.
2 : kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan berdoa, memberi salam, dan
mengucap syukur.

1 : tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan berdoa, memberi salam, dan mengucap
syukur.

Predikat: 4 = 10 -12 = A ( amat baik)


3 = 7 - 9 = B ( baik)
2 = 4 - 6 = C (cukup)
1 = 1 - 3 = D (kurang)

3. Penilaian sosial( Diisi oleh Ketua Kelompok dan PJ Agama Islam)

Perubahan Tingkah Laku


Disiplin Kerjasama Tanggung jawab
No. Nama Siswa BT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1
2
3
4
5
6

Keterangan:

1. BT : Belum Terlihat

2. MT : Mulai Terlihat

3. MB : Mulai Berkembang

4. SM : Sudah Membudaya

4. Penilaian Keterampilan

Perubahan Tingkah Laku


Shalat Wajib 5 Waktu Shalat Dhuha Disiplin
No. Nama Siswa
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2

4
5

Predikat: 4 = A ( amat baik)

3 = B ( baik)

2 = C (cukup)

1 = D (kurang)

Jakarta , 8 Januari 2023


Mengetahui,
Plt. Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

ttd ttd
Nunun Maslukah, M.Pd. Dra. Latifah, M.A.
NIP. 197403122000122002 NIP.196312081989032004

Anda mungkin juga menyukai