Anda di halaman 1dari 7

membaca basmalah :

BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIMI


Mengucapkan salam :
ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAAHI WA BARAKAATUHU
Adzan
Membaca hamdalah :
INNALHAMDULILLAAH, NAHMADUHUU
WA NASTA’IINUHUU WA NASTAGHFIRUHU
WA NA’UUDZUBILLAAHI MIN SYURUURI ‘ANFUSINAA
WA MIN SYAYYI-AATI A’MAALINAA
MAN YAHDILLAAHU FALAA MUDHILLALAHU
WA MAN YUDHLILHU FALAA HAADIYALAHU
Membaca syahadat :
ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAAHU
WA ASYHADU ANNAA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUHUU
LAA NABIYYA BA’DAHU
Membaca shalawat :
ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SYAYYIDINAA MUHAMMADIN
WA ‘ALAA AALIHII WA SHAHBIHII ‘AJMA’IIN
Membaca ayat alqur’an yang mengajak bertaqwa kepada allah (biasanya khatib membaca
ali imran
ayat 102)
FA-UUSHIIKUM WA NAFSII BIT TAQUULLAAH
QAALALLAAHU TA’AALA FIIL QUR’AANIL KARIIM
A’UUDZUBILLAAHI MINASY SYAITHOONIR RAJIIM
YAA AYYUHAL LADZIINA ‘AAMANUU
ITTAQUULLAAHA HAQQAA TUQAATIHI
WA LAA TAMUUTUNNAA ILLAA WA ANTUM MUSLIMUUN
WA QAALALLAHU TA’AALAA FIL QUR’AANIL KARIM
AUDZUBILLAAHIMINA SY SYAITOON NIRROJIIM …

ِ ‫هللا َوالَ ُت ْش ِر ُكوا ِب ِه َش ْيًئ ا َو ِب ْال َوالِدَ ي‬


‫ْن ِإحْ َسا ًنا‬ َ ‫َواعْ ُب ُدوا‬
Hadirin sidang jum’ah yang berbahagia,

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjalankan


kewajiban-kewajiban kita kepada-Nya dan menjauhi segala larangan Nya, serta menjalankan
kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan terhadap hamba-hamba-Nya.

Jamaah sidang jum’ah

Ketahuilah, bahwa kewajiban paling besar yang harus ditunaikan oleh seorang hamba
setelah kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya adalah kewajiban
dalam memenuhi hak orangtua. Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya,

َ ‫ان ِب َوالِدَ ْي ِه ِإحْ َسا ًنا َح َم َل ْت ُه ُأ ُّم ُه ُكرْ هًا َو َو‬


‫ض َع ْت ُه ُكرْ هًا‬ َ ‫ص ْي َنا ْاِإل‬
َ ‫نس‬ َّ ‫َو َو‬

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya, ibunya
telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah-payah
(pula).” (Al-Ahqaf: 15)

Semakna dengan ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ ‫َح َم َل ْت ُه ُأ ُّم ُه َوهْ ًنا َع َلى َوهْ ٍن َوف‬


ِ ‫ِصالُ ُه فِي َعا َمي‬
‫ْن‬

“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan


menyapihnya dalam dua tahun.” (Luqman: 14)

Pada dua ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan betapa pentingnya


kewajiban berbakti kepada orangtua dengan menggambarkan betapa besarnya
pengorbanan dan jasa orangtua terutama ibu kepada anaknya. Maka, sudah semestinya
bagi seorang anak untuk berbuat baik kepada orangtuanya, karena orang yang berakal tentu
tidak akan melupakan kebaikan orang lain terhadapnya apalagi membalas kebaikannya
dengan menyakitinya. Begitu pula, tentu lebih tidak pantas lagi bagi seorang anak untuk
menyakiti orangtuanya yang telah terus-menerus berbuat baik kepadanya dengan
mengeluarkan pengorbanan yang sangat besar bahkan hingga mempertaruhkan nyawanya.
Hadirin rahimakumullah,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menyebutkan besarnya keutamaan berbakti


kepada orangtua. Bahkan, lebih besar dari jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari sahabat Abdullah ibnu Mas’ud
radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,

ِ ‫ ُث َّم ِبرُّ ْال َوالِدَ ي‬:‫ ُث َّم َأيٌّ ؟ َقا َل‬:‫ َقا َل‬.‫صالَةُ َعلَى َو ْق ِت َها‬
:‫ َقا َل‬.‫ْن‬ ِ ‫ َأيُّ ْال َع َم ِل َأ َحبُّ ِإلَى‬:‫صلَّى هللاُ َعلّ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َّ ‫ ال‬:‫هللا؟ َقا َل‬ ُ ‫َسَأ ْل‬
َ َّ‫ت ال َّن ِبي‬
‫هللا‬
ِ ‫يل‬ ِ ‫ ْال ِج َها ُد فِي َس ِب‬:‫ُث َّم َأيٌّ ؟ َقا َل‬

Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amalan apakah yang paling
dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Dari ayat-ayat dan hadits di atas serta yang lainnya, seseorang akan memahami dengan jelas
betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada orangtua.

Hadirin rahimakumullah,

Kewajiban berbuat baik kepada orangtua semasa hidup mereka tidaklah melihat kepada
siapa dan bagaimana keadaan orangtua. Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada orangtuanya
meskipun seandainya kedua orang tuanya dalam keadaan kafir sekalipun. Sebagaimana
dalam berfirman-Nya,

َ ‫ك ِب ِه عِ ْل ٌم َفالَ ُتطِ عْ ُه َما َو‬


‫صا ِح ْب ُه َما‬ َ ‫ْس َل‬ َ ‫دَاك َع َلى َأن ُت ْش ِر‬
َ ‫ك ِبي َما َلي‬ َ ‫َوِإن َجا َه‬
‫فِي ال ُّد ْن َيا َمعْ رُو ًفا‬

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, namun
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Luqman: 15)
Di dalam ayat tersebut kita memahami bahwa berbuat baik kepada orangtua tidaklah gugur,
karena keduanya dalam keadaan kafir, namun perintah keduanya yang berupa
kemungkaran tetap tidak boleh ditaati.

Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Berbuat baik kepada orangtua sangat banyak caranya dan sangat luas cakupannya. Bisa
dilakukan dengan ucapan, perbuatan, maupun dengan harta.
Berbuat baik dengan ucapan, maka bisa dilakukan dengan menjaga tutur kata yang baik dan
tidak menyakitkan serta dengan berlemah-lembut ketika berbicara kepadanya. Sedangkan
berbuat baik dengan perbuatan, bisa dilakukan dengan membantu menyiapkan keperluan-
keperluannya untuk meringankan bebannya serta memenuhi perintah-perintah-Nya, selama
bukan dalam bentuk berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan
berbuat baik dengan harta, bisa dilakukan dengan menginfakkan sebagian dari hartanya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kedua orang tua kita.

Hadirin rahimakumullah,

Berbuat baik kepada orangtua juga tidaklah terbatas pada saat keduanya masih hidup.
Bahkan, di saat keduanya sudah meninggal dunia pun, berbuat baik kepadanya masih bisa
dilakukan. Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz ibnu Abdullah ibnu Baz rahimahullah, salah seorang ulama
terkemuka di Saudi Arabia mengatakan, “Disyariatkan berdoa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk orang tua yang telah meninggal dunia. Hal ini karena Nabi bersabda (yang
artinya), ‘Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali dari tiga
perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang berdoa untuknya.’

Lihatlah, betapa luasnya kesempatan untuk berbakti kepada orangtua. Apakah kita akan
menyia-nyiakan kesempatan untuk menjalankan kewajiban yang mulia ini. Sudahkah kita
mengikuti jalan salafush shalih dalam amalan ini?

Hadirin rahimakumullah,

Amalan yang mulia ini menjadikan seseorang memperoleh jalan keluar dari kesulitan-
kesulitannya yang dihadapinya. Begitu pula di antara balasan bagi seseorang yang berbuat
baik kepada orangtuanya adalah akan dimudahkannya dirinya dalam mencari rezeki dan
dipanjangkan umurnya. Sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,

‫ْس َط َع َل ْي ِه ِر ْزقُ ُه َأ ْو ُي ْن َسَأ فِي َأ َث ِر ِه َف ْليَصِ ْل َر ِح َم ُه‬


َ ‫َمنْ َسرَّ هُ َأنْ ُيب‬

“Barang siapa senang untuk diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka
sambunglah rahimnya.” (H.R. Muslim)

Berbakti kepada orang tua masuk ke dalam keumuman hadits ini karena termasuk
penunaian silaturahim, dan bahkan silaturahim yang paling tinggi adalah menghubungi
orang tua. Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memberikan taufik-
Nya kepada kita semua untuk bisa berbakti kepada orangtua. 

BARAKALLAHU LII WA LAKUM FILL QUR’AANIL AZHIIM

WA NAFA’NII WA IYYAKUM BIMA FIIHIMAA MINAL AAYAATI WA DZIKRIL HAKIIM

WA NAFA’ANAA BI HADII SAYYIDAL MURSALIIN

WA BIQAWLIHIIL QAWIIM AQUULU QAWLI HAADZA

WA ASTAGHFIRULLAAHAL ‘AZHIIM LII WA LAKUM

WA LII SYAA-IRIL MU’MINIINA WAL MU’MINAAT

WAL MUSLIMIINA WAL MUSLIMAAT MIN KULLI DZANBII

FASTAGHFIRUUHUU INNAHUU HUWAS SAMII’UL ‘ALIIM

WA INNAHUU HUWAL GHAFUURUR RAHIIM

Duduk sebentar (tuma’ninah) untuk memberi kesempatan jamaah jum’at untuk beristighfar
dan membaca shalawat pelan-pelan
ALHAMDULILLAH,

ALHAMDULILLAAHI HAMDAN KATSIIRAAN THAYYIBAN MUBAARAKAN FIIHI

KAMAA YUHIBBU RABBUNAA WA YURIIDHUU

WA ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAHU

WA ASYHADU ANNAA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUHU

SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WA ‘ALAA AALIHII WA SHAHBIHI WA SALLAM

TASLIIMAN KATSIIRAN ILAA YAUMID DIIN

AMMA BA’DU

FATTAQUULLAAHU HAQQUT TAQWAA KAMAA AMAR

Jamaah sidang jumat yang dirahmati Allah.

Pada Khutbah yang kedua ini saya sebagai khotib berwasiat agar kita senantiasa berbuat
baik kepada kedua orang tua kita, terlebih lagi kepada kedua orang tua yang masih hidup.
Karena banyak saudara-saudara kita yang sudah ditinggalkan oleh orang tua sejak kecil.
Sebagai murid, harus bisa berbuat baik keada kedua orang tua di sekolah yakni bapak dan
ibu guru. Karena bapak ibu guru ingin kalian semua menjadi orang yang sukses baik di dunia
maupun di akhirat, apabila ada bapak dan ibu guru memarahi itu semua pasti demi kebaikan
kalian kelak agar menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna.

‘IBAADALLAAH INNALLAAHA AMARAKUM BI AMRI BI DA-AAFIATI BINAFSIHI

WA TSANII BIMALAAIKATIHIL MUSABBIHATI BIQUDSIHI

WA TSULLATSAA BIKUM AYYUHAL MU-MINUUNA MIN JANNATI WA INSIHI

FA QAALALLAAHU QAWLAN KARIIMAN

INNALLAAHA WA MALAAIKATAHUU YUSHALLUUUNA ‘ALAN NABII

YAA AYYUHAL LADZIINA ‘AAMANUU SHALLUU ‘ALAIHI WA SALLIIMU TASLIIMAA

ALLAAHUMMA SHALLI WA SALLIM WA BAARIK ‘ALAA ‘ABDUKAA WA RUSUULIKAA


MUHAMMAD

WA ARIDHALLAAHUMMA ‘AN KHULAFAA-UR RAASYIDIIN


ABI BAKRI WA ‘UMAARA WA ‘UTSMAANA WA ‘ALII

WA ‘AN SYAA-IRIL AALI WASH SHAHAABATI AJMA’IIN

WAT TAABI’IINA WAT TAABI’IT TAABI’IINA

WA MAN TABI’AHUM BI IHSAANIN ILAA YAUMID DIIN

WA ‘ALAINA MA’AHUM BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAAHIMIIN

Membaca do’a

ALLAHUMMAGH FIR LIL MU’MINIINA WAL MU’MINAAT WAL MUSLIMIINA WAL MUSLIMAAT

AL-AHYAA-I MINHUM WAL AMWAAT INNAKAS SAMII’UN QARIIBUN MUJIIBUD DA’WAT

WA YAA QAADHIYAL HAAJAAT

ALLAHUMMA INNA NAS-ALUKA DAULATAN KHILAFATAN RASYIDATAN ‘ALA MINHAJI

AN-NUBUWWAH

ALLAHUMMAGFIRLI WALIWALIDAIYA WARHAMHUMA KAMA ROBBAYANI SHOGIRO

RABBANAA AATINAA FID DUN-YAA HASANAH WA FILL AAKHIRAATI HASANAH WA QINAA

‘ADZAABAN NAAR

‘IBAADALLAH

INNALLAAHA YA-MURUU BIL ‘ADLI WAL IHSAAN

WA IITAA-I DZIL QURBAA

WA YANHAA ‘ANIL FAHSYAA-I WAL MUNKARI WAL BAGHYI

YAIZHZHUKUM LA’ALLAKUM TADZAKKARUUN

FADZKURULLAAHA ‘AZHIIMI WA YADZKURKUM

FASTAGHFIRULLAAHA YASTAJIB LAKUM

WASYKURUUHU ‘ALAA NI’MATIL LATII

WA LADZIKRULLAAHU AKBARU

WA AQIIMISH SHALAH

Anda mungkin juga menyukai