Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU ANALISIS PUSTAKA 3

A. Identitas Analisis Pustaka


Mata Kuliah : Wawasan Pendidikan
Nama/NIM : Candra Hermawan/ 210341970418
Tanggal : 29 September 2021
Topik pembelajaran : Menganalisis Perkembangan Pendidikan Internasional Sesuai Bidang Ilmu
Dosen Pembina : 1. Prof. Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd.
2. Dr. Ibrohim, M.Si.

B. Analisis Pustaka
Pertanyaan Referensi 1 Referensi 2
1. Mengapa Indonesia selalu menduduki Dari hasil penelitian yang dilakukan Tjalla Hasil TIMSS dan PISA yang rendah
peringkat terendah pada asesmen utama siswa yang mencapai Advanced tersebut tentunya disebabkan oleh banyak
berskala internasional yang menilai Benchmark menunjukkan pemahaman faktor. Salah satu faktor penyebab antara
kemampuan matematika dan sains siswa konsep-konsep sains yang kompleks dan lain siswa Indonesia pada umumnya
(PISA dan TIMSS)? abstrak. Sementara itu siswa yang kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-
mencapai low benchmark menunjukkan soal dengan karakteristik seperti soal-soal
pemahaman hanya mengenai beberapa pada TIMSS dan PISA. Hal itu setidaknya
konsep mendasar dalam Fisika dan dapat dicermati dari contoh-contoh
Biologi. Pembelajaran sains dikaitkan instrumen penilaian hasil belajar yang
dengan latar belakang pendidikan didesain oleh para guru matematika SMP
orangtua, pada umumnya siswa yang (Sekolah Menengah Pertama) di Indonesia
orangtuanya berpendidikan lebih tinggi, dalam Model Pengembangan Silabus yang
pencapaian sainsnya lebih tinggi. Siswa diterbitkan oleh BSNP (Badan Standar
yang berharap menyelesaikan pendidikan Nasional Pendidikan) pada tahun 2007.
di perguruan tinggi memiliki rata-rata Silabus yang disusun pada umumnya
pencapaian sains lebih tinggi. Pencapaian menyajikan instrumen penilaian hasil
sains juga berkorelasi positif dengan belajar yang substansinya kurang dikaitkan
penggunaan komputer di sekolah dan di dengan konteks kehidupan yang dihadapi
rumah. Berkenaan dengan kurikulum sains, siswa dan kurang memfasilitasi siswa
ada yang menjadi kesatuan (sains), dan ada dalam mengungkapkan proses berpikir dan
yang berdiri sendiri sebagai mata berargumentasi. Keadaan itu tidak sejalan
pelajaran. Kendati memahami konsep- dengan karakteristik dari soal-soal pada
konsep sains yang mendasar dan TIMSS dan PISA yang substansinya
mengetahui fakta sains dasar, siswa yang kontekstual, menuntut penalaran,
kurang mengalami pembelajaran argumentasi dan kreativitas dalam
berdasarkan kegiatan eksperimen kurang menyelesaikannya. Jika kita mencermati
dapat memberikan penjelasan (alasan) buku-buku teks matematika untuk siswa
tentang apa yang diobservasi dan mengapa yang digunakan di sekolah-sekolah,
hal itu terjadi. Selain itu menurut hasil termasuk buku-buku yang sudah lolos dari
penelitian faktor yang berkorelasi positif penilaian BSNP, maka tidak mudah untuk
dan signifikan dengan prestasi belajar menemukan soal-soal latihan yang
siswa, yakni: (1) rasa percaya diri, (2) karakteristiknya seperti soal-soal di TIMSS
penghargaan terhadap IPA, dan (3) waktu dan PISA. Padahal, buku-buku tersebutlah
yang digunakan untuk membuat pekerjaan yang banyak digeluti siswa dalam
rumah. Tugas-tugas berupa kegiatan pembelajaran sehari-hari. Sehubungan
melakukan observasi, investigasi, kerja dengan hal-hal tersebut di atas, sudah
ilmiah dan mempelajari dampak teknologi semestinya kita mengupayakan berbagai
hendaknya lebih sering diberikan kepada alternatif dan inovasi dalam rangka
siswa. Selanjutnya, hasil analisis dari studi meningkatkan kemampuan matematika
ini memperlihatkan pula bahwa dalam siswa kita. Salah satunya yaitu perbaikan
hubungannya dengan faktor guru, terdapat pada sistem pendidikan di Indonesia
empat faktor yang memberikan pengaruh, dengan diberlakukannya kurikulum 2013.
yakni; (1) persepsi guru terhadap
keamanan sekolah, (2) persepsi guru
terhadap iklim sekolah, (3) keterbatasan
atau hambatan dalam pembelajaran IPA,
dan (4) empati guru terhadap pentingnya
pekerjaan rumah.
2. Apa kelemahan proses pembelajaran di Dari hasil studi yang dilakukan Tjalla Pembelajaran di Indonesia kurang
Indonesia sehingga peserta didik di (Tanpa tahun), diperlihatkan bahwa anak- menekankan pembelajaran sains yang
Indonesia memiliki kemampuan literasi anak Indonesia dalam pembelajaran sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
sains yang yang rendah berkisar antara C1- tidak mampu dalam hal: (1) menunjukkan alam secara sistematis, sehingga sains
C3? beberapa konsep yang abstrak dan bukan hanya penguasaan kumpulan
kompleks dalam biologi, kimia, fisika dan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
ilmu bumi, (2) memahami kompleksitas konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
makhluk hidup dan hubungan mereka tetapi juga merupakan suatu proses
dengan lingkungannya, (3) memahami sifat penemuan. Sains sebagai ilmu dasar,
magnet, suara, dan cahaya serta memiliki peran yang sangat strategis
perubahannya, (4) menerapkan terutama dalam mendukung perkembangan
pengetahuannya tentang tata surya, ciri-ciri ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh
bumi dan prosesnya, serta menerapkan karenanya setiap individu dituntut
pengetahuannya pada masalah lingkungan, memiliki literasi sains (scientific literacy)
(5) memahami dasar-dasar penyelidikan yaitu memiliki penguasaan sains secara
ilmiah dan menerapkan prinsip-prinsip memadai, sehingga tidak hanya untuk
fisika untuk memecahkan beberapa menghasilkan produk-produk yang
masalah kuantitatif, dan (6) memberikan bermanfaat bagi kehidupan melainkan juga
penjelasan secara tertulis untuk untuk memecahkan masalah-masalah
menyampaikan pengetahuan ilmiah. Di dalam kehidupan nyata. Literasi sains
samping permasalahan tersebut di atas, didefinisikan sebagai kemampuan
dalam proses pembelajaran matematika, menggunakan pengetahuan sains,
kebiasaan membaca sambil berpikir dan mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik
bekerja sampai dapat memahami informasi kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam
esensial dan strategis belum menjadi rangka memahami serta membuat
kebiasaan siswa. Dalam hal ini “dosis” keputusan berkenaan dengan alam dan
mekanistik masih terlampau besar dan perubahan yang dilakukan terhadap alam
“dosis” penalaran masih terlampau kecil. melalui aktivitas manusia. Definisi literasi
Matematika belum menjadi “sekolah sains ini memandang literasi sains bersifat
berpikir” bagi siswa kita, yang banyak multidimensional, bukan hanya
menerima suatu informasi tanpa pemahaman terhadap pengetahuan sains,
kepedulian dan langsung dilupakan. melainkan lebih dari itu.
Kesimpulan Indonesia selalu menduduki peringkat terendah dalam survey PISA dan TIMSS karena
rancangan pembelajaran yang disusun pada umumnya memfokuskan pada instrumen
penilaian hasil belajar yang substansinya kurang dikaitkan dengan konteks kehidupan
yang dihadapi siswa dan kurang memfasilitasi siswa dalam mengungkapkan proses
berpikir dan berargumentasi, sehingga upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah
dalam mengatasi hal ini yaitu dengan mengembangkan kurikulum 2013 yang berbasis
pendekatan saintifik.

C. REFERENSI
Referensi 1:
 Tjalla, A. 2010. Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari Hasil-hasil Studi Internasional. (Online),
(http://pustaka.ut.ac.id/pdfartikel/TIG601.pdf), diakses pada tanggal 26 September 2021
Referensi 2:
 Kementrian Pendidikan Nasional, PPPPTK Matematika. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA
dan TIMSS. (Online), (http://p4tkmatematika.org), diakses pada tanggal 26 September 2021

Anda mungkin juga menyukai