Anda di halaman 1dari 9

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Segala puji hanyalah untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki


kesempurnaan pada seluruh nama dan sifat-Nya. Kita memuji-Nya dan memohon
pertolongan-Nya, serta memohon ampunan-Nya. Kita berlindung kepada-Nya atas
kesalahan diri-diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita. Shalawat dan salam
semoga senantiasa Allah Subhanahu wa Ta’ala curahkan kepada Nabi kita
Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya, serta kepada seluruh kaum
muslimin yang benar-benar mengikuti petunjuknya. Aku bersaksi bahwasanya tidak
ada yang berhak untuk diibadahi, kecuali hanya AllahSubhanahu wa Ta’ala semata
dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Hadirin rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan


menjalankan kewajiban-kewajiban kita kepada-Nya dan kewajiban yang harus
ditunaikan terhadap hamba-hamba-Nya.

Ketahuilah, bahwa kewajiban paling besar yang harus ditunaikan oleh seorang
hamba setelah kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya
adalah kewajiban dalam memenuhi hak orangtua. Hal ini sebagaimana dalam
firman-Nya,

ِ ‫هللا َوالَ ُت ْش ِر ُكوا ِب ِه َش ْيًئ ا َو ِب ْال َوالِ َدي‬


‫ْن ِإحْ َسا ًنا‬ َ ‫َواعْ ُب ُدوا‬

“Beribadahlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya


dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kalian kepada kedua orangtua.” (An-Nisa’:
36)

Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ ‫ان ِب َوالِ َد ْي ِه ِإحْ َسا ًنا َح َملَ ْت ُه ُأ ُّم ُه ُكرْ هًا َو َو‬
‫ض َع ْت ُه ُكرْ هًا‬ َ ‫ص ْي َنا ْاِإلن َس‬
َّ ‫َو َو‬

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua


orangtuanya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah-payah (pula).” (Al-Ahqaf: 15)
Semakna dengan ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ ِ‫َح َملَ ْت ُه ُأ ُّم ُه َوهْ ًنا َعلَى َوهْ ٍن َوف‬


ِ ‫صالُ ُه فِي َعا َمي‬
‫ْن‬

“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan


menyapihnya dalam dua tahun.” (Luqman: 14)

Pada dua ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan betapa pentingnya


kewajiban berbakti kepada orangtua dengan menggambarkan betapa besarnya
pengorbanan dan jasa orangtua terutama ibu kepada anaknya. Maka, sudah
semestinya bagi seorang anak untuk berbuat baik kepada orangtuanya, karena
orang yang berakal tentu tidak akan melupakan kebaikan orang lain terhadapnya
apalagi membalas kebaikannya dengan menyakitinya. Maka, apakah layak bagi
seorang anak untuk melupakan kebaikan orangtuanya sehingga tidak berbuat baik
kepadanya? Begitu pula, tentu lebih tidak pantas lagi bagi seorang anak untuk
menyakiti orangtuanya yang telah terus-menerus berbuat baik kepadanya dengan
mengeluarkan pengorbanan yang sangat besar bahkan hingga mempertaruhkan
nyawanya.

Hadirin rahimakumullah,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menyebutkan besarnya keutamaan


berbakti kepada orangtua. Bahkan, lebih besar dari jihad di jalan Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari sahabat
Abdullah ibnu Mas’udradhiallahu ‘anhu, beliau berkata,

ِ ‫ ُث َّم ِبرُّ ْال َوالِدَ ي‬:‫ ُث َّم َأيٌّ ؟ َقا َل‬:‫ َقا َل‬.‫صالَةُ َعلَى َو ْق ِت َها‬
:‫ َقا َل‬.‫ْن‬ ِ ‫ َأيُّ ْال َع َم ِل َأ َحبُّ ِإلَى‬:‫صلَّى هللاُ َعلّ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َّ ‫ ال‬:‫هللا؟ َقا َل‬ ُ ‫َسَأ ْل‬
َ َّ‫ت ال َّن ِبي‬
‫هللا‬
ِ ‫يل‬ ِ ‫ ْال ِج َها ُد فِي َس ِب‬:‫ُث َّم َأيٌّ ؟ َقا َل‬

Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amalan apakah yang paling
dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian
apa?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kemudian jihad di jalan
Allah.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari ayat-ayat dan hadits di atas serta yang lainnya, seseorang akan memahami
dengan jelas betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada orangtua.

Hadirin rahimakumullah,

Kewajiban berbuat baik kepada orangtua semasa hidup mereka tidaklah melihat
kepada siapa dan bagaimana keadaan orangtua. Bahkan, Allah Subhanahu wa
Ta’alamemerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada
orangtuanya meskipun seandainya keduanya dalam keadaan kafir sekalipun.
Sebagaimana dalam berfirman-Nya,

َ ‫ك ِب ِه عِ ْل ٌم َفالَ ُتطِ عْ ُه َما َو‬


‫صا ِح ْب ُه َما فِي ال ُّد ْن َيا َمعْ رُو ًفا‬ َ َ‫ْس ل‬ َ ‫َاك َعلَى َأن ُت ْش ِر‬
َ ‫ك ِبي َمالَي‬ َ ‫َوِإن َجا َهد‬

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu


yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, namun pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Luqman: 15)

Di dalam ayat tersebut kita memahami bahwa berbuat baik kepada orangtua tidaklah
gugur, karena keduanya dalam keadaan kafir, serta memerintahkan untuk berbuat
syirik atau melakukan kekafiran, meskipun perintah keduanya yang berupa
kemungkaran tetap tidak boleh ditaati.

Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Berbuat baik kepada orangtua sangat banyak caranya dan sangat luas cakupannya.
Bisa dilakukan dengan ucapan, perbuatan, maupun dengan harta.

Berbuat baik dengan ucapan, maka bisa dilakukan dengan menjaga tutur kata yang
baik dan tidak menyakitkan serta dengan berlemah-lembut ketika berbicara
kepadanya. Sedangkan berbuat baik dengan perbuatan, bisa dilakukan dengan
membantu menyiapkan keperluan-keperluannya atau melakukan pekerjaan-
pekerjaan lainnya untuk meringankan bebannya serta memenuhi perintah-perintah-
Nya, selama bukan dalam bentuk berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Sedangkan berbuat baik dengan harta, bisa dilakukan dengan menginfakkan
sebagian dari hartanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Hadirin rahimakumullah,

Berbuat baik kepada orangtua juga tidaklah terbatas pada saat keduanya masih
hidup. Bahkan, di saat keduanya sudah meninggal dunia pun, berbuat baik
kepadanya masih bisa dilakukan. Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz ibnu Abdullah ibnu
Baz rahimahullah, salah seorang ulama terkemuka di Saudi Arabia mengatakan,
“Disyariatkan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk yang telah
meninggal dunia, begitu pula bersedekah atas namanya dengan berbuat baik
berupa memberikan bantuan kepada fakir miskin, (yaitu) seseorang mendekatkan
diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan perbuatan tersebut dan kemudian
berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjadikan pahala dari sedekah
tersebut untuk ayah dan ibunya atau selain keduanya, baik yang telah meninggal
dunia maupun yang masih hidup. Hal ini karena Nabi bersabda (yang artinya),
‘Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali dari tiga
perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang berdoa
untuknya.’ Disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa ada
seseorang bertanya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ َن َع ْم‬:‫ت َع ْن َها؟ َقا َل‬ َ ‫ َأ َفلَ َها َأجْ ٌر ِإنْ َت‬،‫ت‬


ُ ‫ص َّد ْق‬ َ ‫ت لَ َت‬
ْ ‫ص َّد َق‬ ُ ‫ص َوَأ‬
ْ ‫ظ ُّن َها لَ ْو َت َكلَّ َم‬ ْ ‫ ِإنَّ ُأمِّي َما َت‬،‫هللا‬
ِ ‫ت َولَ ْم ُت ْو‬ ِ ‫َيا َرس ُْو َل‬

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dan beliau belum
sempat berwasiat namun aku yakin kalau beliau sempat berbicara tentu beliau ingin
bersedekah, apakah beliau (ibuku) akan mendapatkan pahala jika aku bersedekah
atas namanya?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Benar.” (Muttafaqun
‘alaih)

Begitu pula (akan bermanfaat untuk orang yang telah meninggal dunia) amalan
ibadah haji atas nama si mayit, demikian pula ibadah umrah, serta membayarkan
utang-utangnya. Semua itu akan bermanfaat untuk yang meninggal sebagaimana
telah datang dalil-dalil yang syar’i menunjukkan hal tersebut.” (Majmu’ Fatawa wa
Maqalat, 4/342)

Termasuk amalan berbakti kepada orangtua yang bisa dilakukan sepeninggal


mereka adalah menghubungi kerabat dan teman-teman mereka. Bahkan juga
dengan menghubungi atau berbuat baik kepada keluarga dari teman-teman orang
tua kita. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-
Imam Muslim dalamShahih-nya dari sahabat Abdullah ibnu ‘Umar ibn Al-
Khaththab radhiallahu ‘anhuma, bahwa beliau berjalan menuju kota Makkah dan
mengendarai keledai yang ditungganginya untuk beristirahat di saat lelah. Ketika
beliau sudah bosan duduk di atas kendaraannya, lewatlah di depan beliau seorang
badui dan berkatalah beliau (kepada badui tersebut), “Apakah engkau Fulan ibnu
Fulan?” Orang badui tersebut menjawab, “Benar.” Maka, beliau (sahabat Abdullah
ibn ‘Umar radhiallahu ‘anhuma) memberikan keledainya kepada badui tersebut
seraya mengatakan, “Naikilah kendaraan ini.” Kemudian beliau juga memberikan
kain surbannya yang sedang dipakai seraya mengatakan, “Pakailah kain ini untuk
diikatkan sebagai penutup kepalamu.” Maka, berkatalah orang-orang kepada
sahabat Abdullah ibn ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, “Mudah-mudahan Allah
mengampunimu. Engkau berikan kepadanya keledai yang engkau tunggangi di saat
ingin beristirahat dari kelelahan dan engkau berikan imamah yang sedang engkau
ikatkan di kepalamu.” Maka, ‘Abdullah ibn ‘Umar mengatakan, “Sesungguhnya dia
adalah teman (orangtua saya) ‘Umar ibn Al-Khaththab’, dan sungguh saya
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإنَّ مِنْ َأ َبرِّ ْال ِبرِّ صِ لَ َة الرَّ ج ُِل َأهْ َل وُ ِّد َأ ِبي ِه‬

“Sesungguhnya, termasuk dari perbuatan paling baik dalam berbakti kepada orang
tua adalah seseorang berbuat baik kepada keluarga orang yang dicintai (teman)
ayahnya.” (H.R. Muslim)

Lihatlah hadirin rahimakumullah, betapa luasnya kesempatan untuk berbakti kepada


orangtua. Apakah kita akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjalankan
kewajiban yang mulia ini? Lihatlah pula betapa besarnya semangat para sahabat
dalam menjalankan kewajiban berbakti kepada orang tua. Maka bagaimanakah
dengan kita? Sudahkah kita mengikuti jalan salafush shalih dalam amalan ini?

Hadirin rahimakumullah,

Seseorang yang berbuat baik kepada orangtuanya maka dia akan mendapatkan
balasan yang sangat besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan hanya di akhirat
kelak, namun juga di dunia. Di antaranya adalah bahwa orang-orang yang berbuat
baik kepada orang tuanya, maka akan berbuat baik pula anak-anaknya kepadanya.
Karena sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil-dalil yang syar’i bahwa balasan
seseorang adalah sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya. Di samping itu,
seseorang yang berbuat baik kepada orang tua juga akan diberi jalan keluar dari
kesulitan yang menimpanya. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits yang
dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya yang
menceritakan tentang kisah tiga orang yang ketika masuk untuk beristirahat di dalam
gua. Tiba-tiba ada batu besar yang jatuh menutup pintu gua. Maka dalam kesulitan
tersebut, ketiga orang tadi bertawassul memohon pertolongan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menyebutkan amalan shalih yang pernah
mereka lakukan. Pada akhirnya batu yang menutup pintu goa pun terbuka sehingga
mereka bisa keluar dari gua tersebut. Di antara amal shalih yang disebutkan oleh
salah satu dari mereka adalah perbuatan baiknya kepada orangtuanya.

Maka, di antara sebab yang akan menjadikan seseorang memperoleh jalan keluar
dari kesulitan-kesulitannya adalah dengan menjalankan amalan yang mulia ini.
Begitu pula di antara balasan bagi seseorang yang berbuat baik kepada
orangtuanya adalah akan dimudahkannya dirinya dalam mencari rezeki dan
dipanjangkan umurnya. Sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam,

‫َمنْ َسرَّ ُه َأنْ ُي ْب َس َط َعلَ ْي ِه ِر ْزقُ ُه َأ ْو ُي ْن َسَأ فِي َأ َث ِر ِه َف ْليَصِ ْل َر ِح َم ُه‬

“Barang siapa senang untuk diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka
sambunglah rahimnya.” (H.R. Muslim)

Berbakti kepada orang tua masuk ke dalam keumuman hadits ini karena termasuk
penunaian silaturahim, dan bahkan silaturahim yang paling tinggi adalah
menghubungi orang tua. Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa
Ta’ala selalu memberikan taufik-Nya kepada kita semua untuk bisa berbakti kepada
orangtua. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

KHUTBAH KEDUA
َّ‫ك لَ ُه َوَأ ْش َه ُد َأن‬ َ ‫ َأ ْش َه ُد َأنْ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬،‫الظالِ ِمي َْن‬
َّ ‫ان ِإالَّ َعلَى‬ َ ‫ب ْال َعالَ ِمي َْن َو ْال َعاقِ َب ُة ل ِْل ُم َّتقِي َْن َوالَ ع ُْد َو‬
ِ ‫ْال َحمْ ُد هلِل ِ َر‬
‫ َأمَّا َبعْ ُد‬،‫ْن‬ ٍ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه وال َّت ِاب ِعي َْن لَ ُه ْم بِِإحْ َس‬
ِ ‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ِّدي‬ َ ، ُ‫ِق اَأْل ِميْن‬ ُ ‫م َُحمَّداً َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه الصَّاد‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Marilah kita selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan


menjalankan kewajiban yang telah diperintahkan oleh-Nya. Sesungguhnya dengan
bertakwalah seseorang akan mendapatkan akibat yang baik dan hasil akhir yang
membahagiakan.

Jama’ah jum’ah rahimakumullah,

Setelah kita mengetahui betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada orang
tua, maka tentu saja tidak semestinya bagi kita untuk menganggap remeh amalan
ini. Apalagi Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada hamba-hamba-
Nya untuk menjalankan kewajiban ini di saat yang sangat sulit untuk dijalankan.
Yaitu di saat orang tua telah berusia lanjut, yang dalam usia tersebut tentunya orang
tua dalam keadaan semakin lemah badan dan cara berpikirnya, sehingga bisa
membuat seorang anak akan merasa capai dalam mengurusinya. Dalam keadaan
demikian, seorang anak bisa terkena rasa bosan dan bahkan jengkel dengan
perkataan maupun perbuatan yang dilakukan oleh orangtua. Namun, dalam
keadaan yang demikian pun seorang anak harus bersabar dan tidak menyakiti
orangtuanya dalam bentuk apapun. Hal ini tentu menunjukkan betapa ditekankannya
kewajiban ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ُّ ‫اح‬
‫الذ ِّل‬ ْ ‫} َو‬23{ ‫ك ْال ِك َب َر َأ َح ُد ُه َما َأ ْو ِكالَ ُه َما َفالَ َتقُل لَّ ُه َما ُأفٍّ َوالَ َت ْن َهرْ ُه َما َوقُل لَّ ُه َما َق ْوالً َك ِريمًا‬
َ ‫اخفِضْ لَ ُه َما َج َن‬ َ ‫ِإمَّا َيبْلُ َغنَّ عِ ن َد‬
َ ‫م َِن الرَّ حْ َم ِة َوقُل رَّ بِّ ارْ َح ْم ُه َما َك َما َر َّب َيانِي‬
‫صغِيرً ا‬

Jika salah seorang di antara kedua orang tua atau kedua-duanya telah berumur
lanjut (dan mereka) dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai
Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
memelihara aku sewaktu kecil.” (Al-Isra’: 23-24)
Di dalam ayat tersebut pula Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang hamba-hamba-
Nya menyakiti orang tua, meskipun dengan ucapan yang hanya menunjukkan
kekesalan. Maka perbuatan menyakiti yang lebih dari itu lebih besar dosanya. Di
dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan agar seorang
anak berbuat baik kepada orangtuanya. Yaitu dengan mengucapkan tutur kata yang
sopan dengan merendahkan diri di hadapannya serta mendoakan kebaikan untuk
keduanya.

Hadirin rahimakumullah,

Akhirnya, marilah kita berupaya untuk memperbaiki diri dalam menjalankan


kewajiban kita kepada orang tua. Marilah kita senantiasa mengingat betapa
tingginya amalan ini di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan betapa besarnya
pengorbanan orang tua kepada kita terlebih di saat masih dalam kandungan dan
saat persalinan, serta setelah dilahirkan sebagai seorang bayi. Kedua orang tua
telah mengerahkan tenaga dan pikirannya, serta hartanya untuk merawat kita. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk berbakti kepadanya. Siapapun orang
tua kita dan bagaimanapun keadaan orang tua kita. Apakah mereka orang yang
miskin, cacat dan tidak berpangkat atau bahkan seandainya keduanya belum
mendapatkan hidayah sehingga masih dalam keadaan kafir, berbuat bid’ah, atau
terjatuh pada kemaksiatan lainnya. Hal tersebut tidaklah membuat gugurnya
kewajiban kita dalam berbakti kepada orangtuanya. Bahkan, seseorang harus tetap
berkata yang baik dan tidak menyombongkan dirinya, baik dengan harta dan
kedudukannya, serta ilmunya di hadapan orang tuanya. Namun, dia harus berusaha
membantu keperluan keduanya selama tidak melanggar syariat dan berusaha untuk
menjadi sebab turunnya hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada keduanya.

Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan kepada kita


untuk berbakti kepada orang tua, serta memberikan kepada kita kemudahan untuk
senantiasa ikhlas dalam menjalankannya.

‫اركْ َعلَى م َُح َّم ٍد‬ ِ ‫ َو َب‬،‫ك َحمِي ٌد َم ِجي ٌد‬ َ ‫آل ِإب َْراهِي َم ِإ َّن‬ ِ ‫ْت َع َلى ِإب َْراهِي َم َو َعلَى‬ َ ‫صلَّي‬ ِ ‫ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ ‫آل م َُح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
.‫ك َحمِي ٌد َم ِجي ٌد‬ َ ‫آل ِإب َْراهِي َم فِي ْال َعالَم‬
َ ‫ِين ِإ َّن‬ ِ ‫ت َعلَى ِإب َْراهِي َم َو َعلَى‬ َ ‫ار ْك‬ َ ‫آل م َُح َّم ٍد َك َما َب‬ِ ‫َو َعلَى‬
َ‫ اللَّ ُه َّم اجْ َع ْل َه َذا ْال َبلَد‬.‫ان‬
ٍ ‫ِمين فِي ُك ِّل َم َك‬ َ ‫ اللَّ ُه َّم َأصْ لِحْ َأحْ َوا َل ْالمُسْ ل‬.‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن‬ َ ْ‫اللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإْلسْ الَ َم َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َوَأ ِذ َّل ال ِّشر‬
َ ‫ُطمَِئ ًّنا َو َس‬
‫ َواجْ َع ْل‬،‫ َوَأصْ لِحْ َأِئ َّم َت َنا َووُ الَ َة ُأم ُْو ِر َنا‬،‫ اللَّ ُه َّم آ ِم َّنا فِيْ َأ ْو َطا ِن َنا‬.‫ َيا َربَّ ْال َعالَ ِمي َْن‬،‫اِئر ِبالَ ِد ْالمُسْ لِ ِمي َْن َعام ًَّة‬ ْ ‫آ ِم ًنا م‬
‫ون َو َساَل ٌم َعلَى ْالمُرْ َسل َ‬
‫ِين‬ ‫ك َربِّ ْالع َِّز ِة َعمَّا يَصِ فُ َ‬ ‫ك َيا َربَّ ْال َعالَ ِمي َْن‪ُ .‬سب َْح َ‬
‫ان َر ِّب َ‬ ‫ك َوا َّت َب َع ِر َ‬
‫ضا َ‬ ‫ك َوا َّت َقا َ‬
‫ِوالَ َي َت َنا فِيْ َمنْ َخا َف َ‬
‫َو ْال َح ْم ُد هلِل ِ َربِّ ْال َعالَم َ‬
‫ِين‬

Anda mungkin juga menyukai