A. Pengertian akhlak
Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik atau berbakti pada kedua
orang tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih tentang ibarat-ibarat
atau contoh pengamalannya misalnya mengenai orang anak yang mengatakan “uh”
atau “ah” ketika di suruh oleh kedua orang tua tersebut. Pendapat Ibnu Hazm menganai
hukum birrul walidain, menurutnya birul walidain adalah fardhu a’in yaitu wajib bagi
masing-masing individu. Sedangkan menurut Al-Qadli Iyyad birrul walidain adalah wajib
kecuali terhadap perkara yang haram.
Sebagai seorang muslim yang baik hendaknya kita selalu berbakti kepada orang
tua, melakukan apa yang telah diperintahkan oleh orang tua, dan pantang untuk
membangkang terhadap orang tua. Namun dizaman sekarang ini banyak dari kita
seakan lupa terhadap kewajiban kita terhadap orang tua sebagai muslim yang
baik,yaitu kita harus memiliki akhlak yang sempurna terhadap orang tua kita. Kehadiran
orang tua sangatlah memberi ketenangan , cinta ,serta kasih sayang tersendiri yang
bersemi dihati segenap insan yang berakal.
akhlak dan kedua orang tua dapat dikatakan bahwa akhlak kepada kedua orang
tua adalah jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan baik karena kebiasaan tanpa
pemikiran dan pertimbangan sehingga menjadi kepribadian yang kuat didalam jiwa
seseorang untuk selalu berbuat baik kepada orang yang telah mengasuhnya mulai dari
dalam kandungan maupun setelah dewasa. Berbuat baik kepada kedua orang tua lebih
dikenal dengan istilah Birrul Walidain artinya menunaikan hak orang tua dan kewajiban
terhadap mereka berdua. Tetap mentaati keduanya , melakukan hal-hal yang membuat
mereka senang dan menjauhi berbuat buruk terhadap mereka.
B. Alasan mengapa kita harus berbakti kepada orang tua
Banyak alasan mengapa seseorang harus berbuat baik atau berbakti kepada orang
tua.
Alasan paling utama adalah karena Allah memerintahkan kepada hambanya agar
mau berbakti kepada orang tua. Islam memerintahkan terkait kewajiban berbakti
kepada kedua orang tua yang termaktub dalam kitab suci Alquran.
Orang tua terutama yang sudah sepuh merupakan gerbang surga, Rasulullah
bersabda: ”Celaka seseorang itu (diulang tiga kali), sahabat bertanya: siapa yang
celaka wahai Rasulullah? Beliau menjawab: orang yang mendapati salah satu orang
tuanya atau dua-duanya dalam keadaan tua, kemudian (anak tersebut) tidak masuk
surga”. (HR Muslim No: 2551)
2. Bersikap tawadhu’ kepada orang tua dan sikapilah mereka dengan penuh kasih
sayang
ِيرا
ً صغَ الر ْح َم ِة َوقُلْ َر ِّب ْار َح ْم ُه َما َك َما َر َّب َيانِي
َّ َاح ال ُّذل ِّ مِن
َ ِض َل ُه َما َج َن ْ َو
ْ اخف
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil”.” (QS. Al Isra: 24).
3. Tidak memandang orang tua dengan pandangan yang tajam, tidak bermuka masam
atau wajah yang tidak menyenangkan
4. Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan orang tua
Dalil kedua adab di atas adalah hadits Al Musawwir bin Makhramah mengenai
bagaimana adab para Sahabat Nabi terhadap Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,
disebutkan di dalamnya:
Syaikh Musthafa Al ‘Adawi mengatakan: “setiap adab di atas terdapat dalil yang
menunjukkan bahwa adab-adab tersebut merupakan sikap penghormatan”.
Ibnu Umar melakukan demikian karena adanya para sahabat lain yang lebih tua
usianya walau bukan orang tuanya. Maka tentu adab ini lebih layak lagi diterapkan
kepada orang tua.
6. Lebih mengutamakan orang tua daripada diri sendiri atau iitsaar dalam perkara
duniawi
Hendaknya kita tidak mengutamakan diri kita sendiri dari orang tua dalam perkara
duniawi seperti makan, minum, dan perkara lainnya. Dalilnya adalah hadits dalam
Shahihain tentang tiga orang yang ber-tawassul dengan amalan shalih yang salah
satunya bertawassul dengan amalan baiknya kepada orang tua, diantara ia melakukan
iitsaar kepada orang tuanya. Hadits ini telah disebutkan pada materi yang telah lalu,
walhamdulillah.