Anda di halaman 1dari 7

 Akhlak Kepada Orang Tua Menurut Budaya

Akhlak kepada orang tua menurut budaya berarti sikap dan perilaku seorang anak
kepada orang tuanya menurut suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Akhlak seorang anak kepada orang tuanya tidak
lepas dari peran orang tua itu sendiri dalam memberikan bimbingan serta
memperkenalkan budaya sejak sang anak masih kecil.
Dalam hal ini, kami mengambil contoh dari budaya Jawa karena begitu erat
kaitannya dengan agama Islam. Islam adalah agama yang damai, penuh toleransi. Lakum
dinukum waliyadin, bagiku agamaku, bagimu agamamu. Begitu menurut Islam. Jawa
adalah juga suku yang suka damai, luwes, dan kenyal terbuka terhadap pengaruh luar.
Sewu sobat isih kurang, musuh siji wis kakehan. Seribu sahabat masih kurang, seorang
musuh sudah terlalu banyak.
Islam mengajarkan Addinu husnul khuluk. Artinya, agama itu sesungguhnya adalah
akhlak mulia. Seperti petuah Jawa Sing sujud karo Pangeran, sing bekti karo wong tuwa,
sing rukun karo sedulur, sing asih karo sapepada.
Kita semua mesti tunduk dan pasrah kepada Allah SWT, berbakti pada orang tua, rukun
dengan saudara, dan cinta kasih pada sesama makhluk. Itu semua kan cerminan akhlak
mulia. Serupa dengan yang diamanahkan agama Islam: Khairukum, khairukum ti alihi.
Artinya, sebaik-baik manusia adalah orang yang baik terhadap keluarganya, istri, dan
anak-cucunya.
Seorang anak akan terbiasa menghormat orang tua atau orang yang lebih tua,
misalnya : jalan sedikit membungkuk jika berjalan didepan orang tua dan dengan sopan
mengucap : nuwun sewu ( permisi), nderek langkung ( perkenankan lewat sini).
Selain berperilaku halus dan sopan, juga berbahasa yang baik untuk
menghormati sesama, apakah itu bahasa halus ( kromo) atau ngoko ( bahasa biasa).
Bahasa Jawa yang bertingkat bukanlah hal yang rumit, karena unggah ungguh basa
( penggunaan bahasa menurut tingkatnya) adalah sopan santun untuk menghormat orang
lain).
Pada dasarnya ada dua tingkatan dalam bahasa Jawa,yaitu : Kromo, bahasa halus
dan ngoko, bahasa biasa. Bahasa kromo dipakai untuk menghormat orang tua atau orang
yang perlu dihormat, sedangkan ngoko biasanya dipakai antar teman.
Semua kata yang dipakai dalam dua tingkat bahasa tersebut berbeda, contoh :
Bahasa Indonesia : Saya mau pergi.
Kromo : Kulo bade kesah.
Ngoko : Aku arep lunga.
Dalam percakapan sehari-hari, orang tua kepada anak memakai ngoko, sedang
anaknya menggunakan kromo. Dalam pergaulan dipakai pula bahasa campuran yang
memakai kata-kata dari kromo dan ngoko dan ini lebih mudah dipelajari dalam praktek
dan sulit dipelajari secara teori.
Sebagai catatan penutup perlu ditegaskan bahwa Islam tidak sama sekali menolak
budaya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dalam penetapan hukum Islam
dikenal salah satu cara melakukan ijtihad yang disebut ‘urf, yakni penetapan hukum
dengan mendasarkan pada budaya yang berkembang dalam masyarakat. Dengan cara ini
berarti budaya dapat dijadikan dasar penetapan hukum Islam dengan syarat tidak
bertentangan dengan ajaran Islam yang tertuang dalam al-Quran dan hadis Nabi Saw,
maka budaya seperti itu dapat dilakukan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika
bertentangan dengan ajaran Islam, maka budaya itu harus ditinggalkan dan tidak boleh
dikembangkan.
 Akhlak Kepada Guru Menurut Budaya
1 Meneladani sikap dan sifat guru yang baik akhlaknya, tinggi ilmunya dan patut
dicontoh.
2 Mematuhi dan mengikuti guru.
3 Tidak boleh meremehkan guru, harus senantiasa mengagungkannya dan meyakini
ilmu yang dimilikinya.
4 Selalu menghormati dan santun kepada guru walaupun tidak sedang berasa pada
lingkungan sekolah.
5 Bersikap sabar ketika guru sedang melakukan kesalahan atau tidak sesuai dengan
apa yang kita tahu.
6 Berterimakasih kepada guru atas segalailmu yang telah diberikan kepada kita.
7 Berperilaku sopan kepada guru dimanapun kita berada dan kapanpun kita
berjumpa.
8 Berperilaku yang sopan serta lemah lembut kepada guru.
9 Meminta izin kepada guru apabila ingin berbicara atau berpendapat atau bertanya
kepada guru apabila guru sedang menjelaskan.
 Keutamaan Berbakti kepada orang tua
Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua dan Pahalanya :
1. Adalah amal yang paling utama, sesuai sabda Rosululloh:”Aku bertanya kepada Nabi
tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai ALLAH. Nabi menjawab, ‘pertama
sholat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan sholat di awal waktunya), kedua
berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan ALLAH” (HR. Bukhori I/134,
Muslim no 85)
2. Ridho ALLAH tergantung kepada ridho orang tua, sesuai sabda Rosululloh: “Ridho
ALLAH tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka ALLAH tergantung kepada
kemurkaan orang tua” (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)
3. Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu
dengan cara bertawasul dengan amal sholeh tsb. Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu
‘Umar mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorang-nya
bertawasul dengan bakti kepada ibu bapaknya. (HR Bukhori dalam Fathul Bari 4/449 no
2272, Muslim (2473)(100))
4. Akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur kita, sesuai sabda Nabi: “Barangsiapa
yang suka diluaskan rizki dan dipanjangkan umur-nya maka hendaklah ia menyambung
tali silaturrohmi” (HR Bukhori 7/7, Musilim 2557, Abu Dawud 1693) Dalam
silaturrohmi, yang harus didahulukan adalah silaturrohmi kepada orang tua sebelum
kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada
teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal
ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap
diusahakan untuk bersilaturrohmi kepada kedua orang tua, karena dekat kepada keduanya
insya’ ALLAH akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.
5. Akan dimasukkan surga (jannah) oleh ALLAH. Dosa-dosa yang ALLAH segerakan
adzabnya di dunia diantaranya adalah berbuat zalim dan durhaka kepada orang tua.
Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, ALLAH akan
menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin ALLAH.
 Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dan Pahalanya.

1. Merupakan Amal Yang Paling Utama‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata
:
،‫ َدي ِْن‬Iِ‫ بِرُّ ْال َوال‬:‫ا َل‬IIَ‫ت ثُ َّم أَيُّ ؟ ق‬
ُ ‫ا َل قُ ْل‬IIَ‫ ق‬،‫ا‬IIَ‫الَةُ َعلَى َو ْقتِه‬I‫لص‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَيُّ ْال َع َم ِل أَ ْف‬
َّ َ‫ ا‬:‫ا َل‬IIَ‫لُ؟ ق‬I‫ض‬ ُ ‫َسأ َ ْل‬
َ ِ‫ت َرسُو َل هللا‬
ِ‫ ْال ِجهَا ُد فِي َسبِي ِْل هللا‬:‫ت ثُ َّم أَيُّ ؟ قَا َل‬ ُ ‫ قُ ْل‬:‫قَا َل‬
“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling
utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam
riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’
Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’
Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’
2. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam, disebutkan:

‫ا‬II‫رَّبِّ فِي ِرض‬I‫ا ال‬I‫ض‬ َ ِ‫وْ َل هللا‬I‫ا أَ َّن َر ُس‬II‫ َي هللاُ َع ْنهُ َم‬I‫ض‬
َ ‫ ِر‬:‫ا َل‬IIَ‫لَّ َم ق‬I‫ ِه َو َس‬I‫لَّى هللاُ َعلَ ْي‬I‫ص‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن َع ْم ِرو ب ِْن ْال َع‬
ِ ‫اص َر‬
‫ َوس ُْخطُ الرَّبِّ فِي س ُْخ ِط ْال َوالِ ِد‬،‫ْال َوالِ ِد‬
“Darii ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang
tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua”
3. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami.
Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah hadits
riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma mengenai kisah tiga orang yang terjebak
dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya.
Hadistnya sebagai berikut :

َ I‫ا ْال َغ‬IIَ‫ت َعلَ ْيه‬


.‫ار‬I ْ ‫ َّد‬I ‫ص ْخ َرةٌ ِمنَ ْال َجبَ ِل فَ َس‬
َ ‫ت‬ ٍ ‫ق ثَالَثَةُ َر ْه ٍط ِم َّم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم َحتَّى أَ َو ُوا ْال َمبِيْتَ إِلَى غ‬
ْ ‫ فَا ْن َح َد َر‬،ُ‫َار فَ َدخَ لُوْ ه‬ َ َ‫ا ْنطَل‬
ِ َ‫يْخ‬I‫ان َش‬
‫ان‬ ِ ‫ َو‬Iَ‫انَ لِي أَب‬I‫ اَللَّهُ َّم َك‬:‫ ٌل ِم ْنهُ ْم‬Iُ‫ا َل َرج‬Iَ‫ فَق‬.‫الِ ُك ْم‬I‫ح أَ ْع َم‬ َ ِ‫ إِنَّهُ الَيُ ْن ِج ْي ُك ْم ِم ْن هَ ِذ ِه الص َّْخ َر ِة إِالَّ أَ ْن تَ ْد ُعوْ ا هللاَ ب‬: ‫فَقَالُوْ ا‬
ِ ِ‫صال‬
ُ ‫ب َشي ٍْئ يَوْ ًما فَلَ ْم أُ ِرحْ َعلَ ْي ِه َما َحتَّى نَا َم فَ َحلَب‬
‫ْت لَهُ َما َغبُوْ قَهُ َما‬ ِ َ‫طل‬َ ‫ فَنَأَى بِي فِي‬،ً‫ق قَ ْب َل هُ َما أَ ْهالً َو الَ َماال‬ ُ ِ‫ت أَ ْغب‬ُ ‫َكبِ ْي َرا ِن َو ُك ْن‬
‫ ُر‬Iْ‫ق ْالفَج‬ َ Iَ‫تِيقَاظَهُ َما َحتَّى ب‬I‫اس‬
َ ‫ر‬I ْ ‫ ُر‬I‫ي أَ ْنت َِظ‬ َّ ‫ َد‬Iَ‫ َد ُح َعلَى ي‬Iَ‫ت َو ْالق‬ُ ‫ فَلَبِ ْث‬،ً‫اال‬II‫ا أَ ْهالً أَوْ َم‬II‫ق قَ ْبلَهُ َم‬
َ ِ‫ت أَ ْن أَ ْغب‬
ُ ‫ فَ َك ِر ْه‬.‫فَ َو َج ْدتُهُ َما نَائِ َمي ِْن‬
ْ ‫ فَا ْنفَ َر َج‬،‫ك فَفَرِّجْ َعنَّا َما نَحْ نُ فِ ْي ِه ِم ْن هَ ِذه الص َّْخ َر ِة‬
‫ت َش ْيئًا‬ ُ ‫ت فَ َع ْل‬
َ ‫ت َذلِكَ ا ْبتِغَا َء َوجْ ِه‬ ُ ‫ اَللَّهُ َّم إِ ْن ُك ْن‬.‫فَا ْستَ ْيقَظَا فَ َش ِربَا َغبُوقَهُ َما‬
“ ...Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum kalian sedang berjalan, lalu
kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka
berada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi mulut gua.
Sebagian mereka berkata kepada yang lain: ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu
lakukan.’ Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal
tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu di
antara mereka berkata: ‘Ya Allah, sesung-guhnya aku mempunyai kedua orang tua yang
sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai isteri dan anak-anak yang masih kecil. Aku
menggembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan
memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan
jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam
dan aku dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana
sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun
keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta
susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun
sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku
tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu
ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anakku. Ya
Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena mengharap wajah-
Mu, maka bukakanlah mulut gua ini.’ Maka batu yang menutupi pintu gua itu pun
bergeser sedikit..”

4. Akan Diluaskan Rizki dan Dipanjangkan Umur.


Sesuai sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
ِ َ‫َم ْن أَ َحبَّ أَ ْن يُ ْب َسطَ فِي ِر ْزقِ ِه َويُ ْن َسأ َ لَهُ فِي أَثَ ِر ِه فَ ْلي‬
ُ‫صلْ َر ِح َمه‬
“Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya, maka hendaklah
ia menyam-bung silaturrahimnya.”
Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah silaturahmi kepada orang tua
sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering berkunjung
kepada teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah.
Padahal ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya.
Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua,
karena dekat kepada keduanya -insya Allah- akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan
umurnya.
5. Akan Dimasukan Surga ALLAH.
Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan
merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan
mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang Allah
‘Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada
orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, Allah
akan meng-hindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla dan
akan dimasukkan ke Surga.
 Pahala Berbakti Kepada Orang Tua menurut Bahasa Jawa
Pustaka suci Manawa Dharma Sastra menyuratkan mengenai pahala dari
penghormatan kepada orang tua. Pada adyaya II sloka 121 disebutkan sebagai berikut;
“abhi wadanacilasya, nityam wrddhopasewinah, catwari tasya madhante, ayurwidya
yaco balam”.
Yang artinya; ia yang sudah biasa menghormati dan selalu taat kepada orang tua
mendapatkan tambahan dalam empat hal yaitu umur panjang, pengetahuan, kemasyuran,
dan kekuatan.
Bait sloka ini sangat jelas memberi gambaran akan pahala bagi mereka yang taat
serta patuh kepada orang tua. Bagi siapapun yang taat dan patuh kepada orang tuanya
akan diberikan tambahan berupa umur panjang, pengetahuan, kemasyuran, dan kekuatan.
Namun jangan pula sekali-kali melakukan ketaatan dan kepatuhan kepada orang tua
karena keinginan untuk memperoleh pahala, sebab penghormatan yang diberikan maupun
ketaatan adalah sesuatu yang mutlak dilakukan pada orang tua, karena jasa mereka yang
tidak ternilai atas kehidupan kita di dunia ini.
Hal ini dengan tegas dituliskan pula oleh pustaka suci Manawa Dharma Sastra, yaitu
adyaya II, sloka 227, adapun bunyinya ialah sebagai berikut;
“yam matapitarrau klecam, sahete sambhawernam, na tasya niskrtih cakya, kartum
warsacatairapi”.
Yang artinya; kesulitan dan kesakitan yang dialami oleh orang tua pada waktu
melahirkan anaknya tidak dapat dibayar walaupun dalam seratus tahun.
Sebuah wejangan dari Prabu Sri Aji Jayabaya putra Airlangga cucu dari Prabu
Udayana, juga memberi kita pedoman bahwasanya, penghormatan kepada orang tua
sangat penting karena penghormatan kepada orang tua juga sama dengan penghormatan
kepada Tuhan.
Wejangannya sebagai berikut;
“sing sapa lali marang wong tuwane prasast lali marang Hyang Widhi. Ngabektia
marang wong tuwa”.
Artinya; barang siapa lupa akan orang tua tak ubahnya lupa dengan Gusti Sang
Hyang Widhi. Hormatilah orang tua.
Pada pustaka suci Sarasamuccaya juga dapat ditemukan mengenai penghormatan
seorang anak kepada orang tuanya. Salah satu sloka yang menguraikannya ialah pada
sloka 239;
“tapaçcaucavata nityam, dharmasatyaratena ca, matapitro raharah, pujanam
karyamañjasa”.
Yang artinya orang yang senantiasa hormat kepada ibu bapanya disebut tetap teguh
melakukan tapa dan menyucikan diri, tetap teguh berpegang kepada kebenaran atau
dharma.
Betapa berdosanya apabila tidak dapat berprilaku hormat kepada orang tua, karena
demikian banyak hal yang telah mereka lakukan hingga kita dapat mengecap kehidupan
di dunia. Mereka dengan tidak jemu-jemunya mengusahakan hal yang terbaik bagi putra-
putrinya. Sudah sewajarnya kita selalu hormat dan taat kepada beliau.

Anda mungkin juga menyukai