Anda di halaman 1dari 8

QURBAN DAN HUBUNGAN SOSIAL DI

TENGAH PANDEMI COVID 19


Oleh: Ust. Ardi, S.H.I.,MH

Khutbah Pertama:

ِ ُ‫×) هللاُ اَ ْكبَ ْر كبيرا َواْل َح ْمد‬4( ‫×) هللاُ اَ ْكبَ ْر‬3( ‫هللاُ اَ ْكبَ ْر‬
‫هلل‬
ُ‫ص ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ هللاُ اَ ْك َب ْر هللا‬ ْ َ‫س ْب َحانَ هللا بُ ْك َرةً َو أ‬ ُ ‫َكثِي ًْرا َو‬
ُ‫اَ ْكبَ ْر َوهللِ اْل َح ْمد‬
‫ب‬ُ ‫ب ْال َعالَ ِميْنَ نَحْ َمدُهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغ ِف ُرهُ َونَت ُ ْو‬ ِ ‫اَ ْل َح ْمدُ ِ ه‬
ِ ‫لِل َر ه‬
‫ت اَ ْع َما ِلنَا َم ْن‬ ِ ‫س ِهيئَا‬ َ ‫ش ُر ْو ِر اَ ْنفُ ِسنَا َو َم ْن‬ ُ ‫اِلَ ْي ِه َونَعُ ْوذُ ِباهللِ ِم ْن‬
َ‫ اَ ْش َهدُ اَ ْن ال‬.ُ‫ِي لَه‬ َ ‫ض ِل ْل فَالَ هَاد‬ ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن ي‬ ِ ‫يَ ْه ِد هللاُ فَالَ ُم‬
َ ‫اِلهَ اِالَّ هللاُ َوحْ دَهُ الَ ش َِريْكَ لَهُ َواَ ْش َهدُ اَ َّن ُم َح َّمدًا‬
ُ‫ع ْبدُه‬
‫علَى َءا ِل ِه‬ َ ‫علَى نَبِيِهنَا ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫سالَ ُم‬ َّ ‫صالَة ُ َوال‬ َّ ‫س ْولُهُ َوال‬ ُ ‫و َر‬. َ
: ‫هللا‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ع‬ ‫ا‬
ِ َ َ ِ َ ْ َ َّ ِ‫ي‬ َ ‫ف‬ :ُ ‫د‬ ‫ع‬‫ب‬ ‫ا‬‫م‬ َ ‫ا‬ ‫ْن‬ ‫ي‬‫ه‬ ‫د‬
ِ ‫ال‬ ‫م‬ ‫و‬
ِ َْ ‫ي‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ِ ‫ا‬ ُ ‫ه‬ ‫ع‬ َ ْ
َ ِ َ َ ِ ِ َ ْ ‫َو‬
‫ب‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫ص‬ َ ‫ا‬
ُ‫ قَا َل هللا‬. َ‫عتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬ َ ‫طا‬ َ ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْفسِي ِبتَ ْق َو هللاِ َو‬ ِ ‫ا ُ ْو‬
‫ يَااَيُّ َها الَّ ِذيْنَ اَ َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح َّق‬:‫آن ْال َك ِري ِْم‬ ِ ‫تَعَالَى فِى ْالقُ ْر‬
‫تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوت ُ َّن اِالَّ َواَ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Jama’ah Idul adha yang berbahagia. Marilah bersama-sama


kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan sebaik-baiknya, dengan kita
menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua
larangan-Nya. Semoga Allah memberikan petunjuk agar
kita bisa berada di jalan yang lurus dan Allah memberikan
kekuatan, kesabaran kepada kita semua dalam menjalani
ujian di masa pandemi Covid-19 ini.

1
Hari ini kita semua merayakan lebaran Idul adha dengan
penuh keterbatasan. Di saat wabah masih ada di sekitar kita,
kita melaksanakan Sholat Ied di Masjid yang kita cintai ini
dan ada juga yang melaksanakan di dalam rumah. Namun
demikian, ini tidak mengurangi rasa syukur karena Allah
masih memberikan kesehatan kepada seluruh anggota
keluarga kita dengan nikmat kesehatan dan umur panjang.

Di tengah situasi pandemi saat ini kita harus memiliki


hubungan sosial yang baik dengan keluarga, saudara,
tetangga maupun karib kerabat lainnya. Sebagai makhluk
sosial, manusia harus hidup bermasyarakat dengan saling
memberi manfaat antara satu dengan lainnya. Jika tidak,
maka kita akan ditimpa kehinaan dan keresahan dimana pun
kita berada. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah:

ِ َّ َ‫علَ ْي ِه ُم ٱل ِذهلَّةُ أَيْنَ َما ث ُ ِقفُ ٓو ۟ا ِإ َّال ِب َح ْب ٍل همِن‬


‫ٱلِل َو َح ْب ٍل‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ض ِر َب‬
ُ
ِ َّ‫همِنَ ٱلن‬
‫اس‬
Mereka ditimpa kehinaan dimana saja berada, kecuali jika
mereka menjalin hubungan baik kepada Allah dan menjalin
hubungan baik kepada manusia (QS. Ali-Imran : 112)

Dengan kata lain, manusia adalah makhluk sosial yang


harus bergaul dan bermasyarakat, hidup berdampingan
dengan sesama, bahu membahu, tolong menolong dan
bahkan saling mensejahterakan

Namun Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah..


Pada kenyataannya hal ini berbeda jauh dengan kenyataan
alias, jauh panggang dari api. Masyarakat tampak semakin
individualistik, egois, materialistis, cuek dan bahkan
opportunis. Dekat bila memerlukan dan menjauh ketika
tidak membutuhkan, na’udzubillah min dzaalik! Di tengah
2
pandemi Covid-19 ini, masyarakat merasakan dampak
sosial dan ekonomi yang dahsyat. KDRT meningkat,
kriminalitas merajalela, dan keuangan pun sangat
bermasalah. Jangankan beli paket data untuk anaknya yang
sekolah online, untuk makan keseharian pun mereka
kepayahan. Banyak juga anggota keluarga, karib kerabat
dan tetangga kita dirundung kesusahan, dan serba sendirian
menghadapi cobaan. Al-hasil, kita pun merasa hidup
terasing di tengah kerumunan banyak orang. Sungguh
memprihatinkan.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Di tengah kehidupan bermasyarakat dibutuhkan kelekatan


sosial yang bisa saling mengisi, berbagi dan melengkapi
satu sama lain. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah,
cepat kaki, ringan tangan, ringan sama dijinjing berat sama
dipikul adalah pribahasa-pribahasa yang menggambarkan
pentingnya kelekatan sosial. Dalam Islam, kelekatan sosial
ini dikenal dengan kata qaraba (dekat) yang kemudian
diserap dalam bahasa Indonesia menjadi akrab, karib dan
kerabat yang menunjukkan kedekatan yang istimewa.
Seperti termaktub dalam QS An-Nahl ayat 90,

‫ان َو ِإيت َِاء ذِي ْالقُ ْر َبى‬


ِ ‫س‬ ِ ْ ‫َّللا َيأْ ُم ُر ِب ْال َعدْ ِل َو‬
َ ‫اْل ْح‬ َ َّ ‫ِإ َّن‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat”.

Menurut Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Asy-


Syaukani dalam Kitab Fath al-Qadir hal. 798, ayat ini
mengandung petunjuk tentang wajibnya seseorang untuk
memberi bantuan kepada kerabatnya sebagaimana Allah

3
SWT menyuruh untuk menegakkan keadilan dan berbuat
kebajikan. Untuk menciptakan kelekatan sosial ini, ibadah
kurban menjadi sarana ampuh untuk mewujudkannya baik
untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarub ilallah)
maupun kedekatan kepada manusia (taqarub ilannas).

Sehingga ibadah kurban mengandung dua dimensi yakni


dimensi spiritual-transendental sebagai konsekwensi dari
kepatuhan kepada Allah dan dimensi sosial humanis yang
nampak dalam pola pendistribusian hewan kurban untuk
mereka yang berhak (mustahiq). Sementara untuk
mewujudkan kelekatan sosial melalui ibadah kurban ini,
ada tiga hal yang dapat dilakukan yakni pertama peduli
sesama dalam bentuk berbagi daging qurban, kedua
memberikan pesan dan harapan yang tinggi dengan
menyebarkan syiar Islam dan ajakan untuk berkurban, dan
ketiga memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dan
berkontribusi melalui sinergi kepanitiaan dan partisipasi
aktif dalam meraih pahala dan fadhilah kurban.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Penyembelihan hewan kurban merupakan simbol


pendekatan spiritual seorang hamba kepada Tuhannya dan
sekaligus pendekatan sosial kemanusiaan dengan
sesamanya. Pemaknaan seperti inilah yang memberikan
spirit dari esensi yang akan menemukan relevansinya
dengan kondisi yang sulit seperti sekarang ini. Secara
sosiologis antropologis, ketaatan dan ketulusan Nabi
Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk mengurbankan
anaknya merupakan simbol keteladanan sosial paling tinggi
walaupun akhirnya Nabi Ismail as diganti dengan hewan
sembelihan. Penggantian kurban manusia dengan hewan ini
sendiri merupakan apresiasi dan aktualisasi janji Allah

4
untuk memberi balasan yang terbaik pada orang yang
bertakwa dan berbuat baik. Allah berfirman:

‫س َٰ َل ٌم‬
َ . َ‫اخ ِرين‬ ِ ‫ٱل َء‬ ْ ‫علَ ْي ِه ِفى‬ َ ‫ َوت ََر ْكنَا‬. ‫ع ِظ ٍيم‬ ٍ ‫َوفَدَ ْي َٰنَهُ ِب ِذب‬
َ ‫ْح‬
‫إِنَّ ۥهُ ِم ْن ِعبَا ِدنَا‬. َ‫ َك َٰذَلِكَ نَج ِْزى ْٱل ُم ْح ِسنِين‬. ‫يم‬
َ ‫علَ َٰ ٓى إِب َٰ َْر ِه‬
َ
َ‫ْٱل ُمؤْ ِمنِين‬
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik)
di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)
"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang
beriman". (QS. As-Shaffat: 107-111)
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam perspektif lain, ibadah kurban juga menegaskan
bahwa ajaran Islam ingin menyelamatkan manusia dari
tradisi yang tidak menghargai manusia dan kemanusiaan.
Ibadah kurban juga bertujuan menghilangkan sifat buruk
binatang yang terkadang muncul pada manusia diganti
dengan sifat saling menyayangi dengan wujud saling
berbagi. Dalam konteks ini, ibadah kurban menjadi simbol
perlawanan terhadap setan dan hawa nafsu (sifat-sifat
kebinatangan), yang hadir lewat sikap menzalimi demi
menghalalkan segala cara.
Nilai-nilai yang dapat disikapi dari ritual kurban, yaitu
pembelajaran ketika Allah menggantikan Nabi Ismail
dengan seekor hewan, tersirat makna agar manusia tidak
lagi menginjak-injak harkat dan derajat manusia dan
kemanusiaan. Ulama besar Imam Al Ghazali mengatakan

5
bahwa penyembelihan hewan kurban menyimbolkan
penyembelihan sifat kehewanan manusia. Oleh karena itu,
qurban semestinya bisa pula mempertajam kepekaan dan
tanggung jawab sosial (social responsibility).
Dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk berkurban
diharapkan timbul rasa kebersamaan di masyarakat.
Sebagai sebuah simbol, perintah kurban haruslah
bertransformasi ke ranah kehidupan yang lebih luas. Ibadah
kurban tidak akan menemui esensinya jika hanya dipahami
sebagai ibadah ritual tahunan saat menjelang Idul adha saja
tanpa menumbuhkan semangat rela berkorban untuk
mensyiarkan agama Allah. Sehingga apapun bentuknya,
sebuah pengorbanan, baik berupa harta, ilmu, pikiran dan
tenaga yang dapat memberikan manfaat untuk orang lain
jika dilakukan dengan kesungguhan hati dan keikhlasan
semata karena Allah dapat mengantarkan seseorang
menjadi lebih dekat kepada Tuhannya. Ibadah kurban tidak
hanya dituntut untuk menjaga ketaatan secara individual
kepada Allah, tetapi juga dituntut menghadirkan
kemanfaatan bagi sesama. Rasulullah saw bersabda :

‫خيرالناس انفعهم للناس‬


“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling
banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari)
Semoga kurban di tengah pandemi ini, memberikan
pelajaran berharga untuk kita semua. Mari maksimalkan
syiar kurban di lingkungan kita dan rajutlah jala ukhuwah
dengan saling mengakrabkan satu dengan lainnya. Dengan
keakraban dan kelekatan sosial inilah kita bisa saling tolong
menolong dan meringankan beban penderitaan kita.

6
‫‪Kiranya kita tetap dalam lindungan Allah agar terhindar‬‬
‫‪dari virus Corona. Amin ya rabbal alamin‬‬

‫آن ْال َع ِظي ِْم‪َ .‬ونَفَ َعنِي َو ِا ِيها ُك ْم بما فيه ِمنَ‬ ‫اركَ هللاُ ِلي َو َل ُك ْم فِي ْالقُ ْر ِ‬ ‫بَ َ‬
‫ي َو ِم ْن ُك ْم ِت َ‬
‫الوتَهُ ِانههُ ه َُو الس َِّم ْي ُع‬ ‫ت َوال ِذه ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪َ .‬وتَقَب َّْل ِم ِنه ْ‬
‫اآل َيا ِ‬
‫الر ِحيْم ‪ْ .‬العَ ِل ْي ُم‬‫فَا ْستَ ْغ ِف ُر ْوا ِانَّهُ ه َُو ْالغَفُ ْو ُر َّ‬
‫‪Khutbah Kedua:‬‬

‫اَهللُ اَ ْكبَ ُر‪ ،‬اَهللُ اَ ْكبَ ُر‪ ،‬اَهللُ اَ ْكبَ ُر‪ ،‬اَهللُ اَ ْكبَ ُر‪ ،‬اَهللُ اَ ْكبَ ُر‪ ،‬اَهللُ اَ ْكبَ ُر‪،‬‬
‫اَهللُ اَ ْك َب ُر‪،‬‬

‫س ْب َحانَ هللا بُ ْك َرةً َو أَ ْ‬


‫ص ْيالً‬ ‫هللاُ اَ ْك َب ْر كبيرا َواْل َح ْمدُ ِ‬
‫هلل َك ِثي ًْرا َو ُ‬
‫‪ .‬الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَ ْر‪ .‬هللاُ اَ ْكبَ ْر َوهللِ اْل َح ْمدُ‪.‬‬

‫ضا‬‫الر َ‬ ‫شتَنَا ِلنَ ْي ِل ِ ه‬ ‫ص ِل َح َم ِع ْي َ‬ ‫ي أَ َم َرنا َ أَ ْن نُ ْ‬ ‫اَ ْل َح ْمدُ ِ‬


‫هلل الَّ ِذ ْ‬
‫ي ِعبَادَتِ ِه َوتَ ْق َواهُ‪َ .‬واَ ْش َهدُ اَ ْن الَ‬ ‫ت فِ ْ‬ ‫اجبَا ِ‬ ‫سعَادَةِ‪َ ،‬ونَقُ ْو َم بِ ْال َو ِ‬‫َوال َّ‬
‫ع ْبدُهُ‬‫س ِيهدَنَا ُم َح َّمدًا َ‬ ‫اِلَ َه اِالَّ هللاُ َو ْحدَهُ الَ ش َِريْكَ لَهُ َواَ ْش َهدُ اَ َّن َ‬
‫علَى‬ ‫س ِيه ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َ‬‫علَى َ‬ ‫س ِله ْم َوبا َ ِر ْك َ‬
‫ص ِهل َو َ‬ ‫س ْولُهُ‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫َو َر ُ‬
‫س ِله ْم تَ ْس ِل ْي ًما ِكثي ًْرا‪.‬اَ َّما بَ ْعدُ‬ ‫اَ ِل ِه َواَ ْ‬
‫ص َحابِ ِه َو َ‬
‫ۦو َال تَ ُموت ُ َّن إِ َّال َوأَنتُم‬ ‫ٱلِل َح َّق تُقَاتِ ِه َ‬ ‫اس ٱتَّقُ ۟‬
‫وا َّ َ‬ ‫فَيا َ اَيُّ َها النَّ ُ‬
‫علَى آ ِل َ‬
‫س ِيهدِنا َ ُم َح َّم ٍد‬ ‫علَى َ‬
‫س ِيه ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫ص ِهل َ‬ ‫ُّم ْس ِل ُمونَ ‪ .‬الل ُه َّم َ‬
‫اح ِميْنَ ‪.‬‬ ‫عنَّا َمعَ ُه ْم بِ َرحْ َمتِكَ يَا اَ ْر َح َم َّ‬
‫الر ِ‬ ‫ض َ‬ ‫ار َ‬ ‫َو ْ‬
‫ت َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َواْل ُم ْس ِل َما ِ‬
‫ت‬ ‫اَلل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َواْل ُمؤْ ِمنَا ِ‬
‫س ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبٌ‬ ‫ت إِنَّكَ َ‬ ‫اَالَحْ يآ ُء ِم ْن ُه ْم َواْالَ ْم َوا ِ‬
‫الزالَ ِز َل َواْ ِلم َحنَ‬ ‫عنَّا اْل َبالَ َء َواْ َلو َبا َء َو َّ‬
‫ات‪ .‬الل ُه َّم ادْفَ ْع َ‬ ‫ع َو ْ‬‫الدَّ َ‬
‫ع ْن بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِسيَّا‬‫طنَ َ‬ ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَ َ‬ ‫س ْو َء اْل ِفتْنَ ِة َما َ‬ ‫َو ُ‬
‫‪7‬‬
‫ان اْل ُم ْس ِل ِميْنَ عآ َّمةً يَا َربَّ اْل َعا َل ِميْنَ ‪َ .‬ربَّنَا‬ ‫سائِ ِر اْلب ُْلدَ ِ‬
‫صةً َو َ‬ ‫خآ َّ‬
‫سنَا َوا ِْن لَ ْم تَ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْون ََّن مِنَ اْلخ ِ‬
‫َاس ِريْنَ ‪.‬‬ ‫ظلَ ْمنَا اَ ْنفُ َ‬
‫َ‬
‫ار‪.‬‬ ‫عذ َ َ‬
‫اب النَّ ِ‬ ‫سنَةً َوقِنَا َ‬ ‫سنَةً َوفِى اْ ِ‬
‫آلخ َر ِة َح َ‬ ‫َربَّنَا آتِنا َ فِى الدُّ ْن َيا َح َ‬
‫بى‬‫ْتآء ذِى اْلقُ ْر َ‬ ‫ان َو ِإي ِ‬ ‫هللا َيأْ ُم ُر ِباْل َع ْد ِل َواْالِحْ َ‬
‫س ِ‬ ‫ِع َبادَهللا‪ ,‬ا َِّن َ‬
‫ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬
‫شآء َواْل ُم ْن َك ِر َواْلبَ ْغي يَ ِع ُ‬ ‫ع ِن اْلفَحْ ِ‬ ‫َويَ ْن َهى َ‬
‫لى نِعَ ِم ِه‬ ‫ع َ‬ ‫تَذَ َّك ُر ْونَ ‪َ .‬واذْ ُك ُروهللاَ اْلعَ ِظي َْم يَذْ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوهُ َ‬
‫هللا اَ ْك َبر‪.‬‬
‫َي ِزدْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر ِ‬

‫‪8‬‬

Anda mungkin juga menyukai