Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK DOSEN PENGAMPU

Materi Hadits di Mts/Ma Dr. Hairul Hudaya M.ag

Hadits Tentang Tolong Menolong dan mencintai Anak Yatim

Kelompok 1
Disusun Oleh
Muhammad Wahyudi :170102011109
Mufidah :170102011106
Miftahul Munawwaroh :170102010150
Nurkamallia :170102011075

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tolong menolong termasuk persoalan yang penting dalam hidup


manusia dan dilaksanakan oleh seluruh umat manusia karena manusia tidak
dapat hidup sendiri dan manusia memerlukan bantuan dari orang lain.
Manusia adalah makhluk sosial, satu sama lain saling membutuhkan, tidak
mungkin seseorang dapat bertahan hidup sendirian tanpa bantuan dari orang
lain.
Dalam islam bukan hanya membahas persoalan tentang tolong-
menolong tetapi ada juga perintah untuk mencintai anak yatim salah satu nya
dengan cara memberikan perhatian, kasih-sayang dan lainnya. Oleh karenanya
makalah ini akan menyajikan tentang yang terkait dengan tolong-menolong
dan mencintai anak yatim.

B. Rumusan Masalah
a. Apa bunyi hadis tentang tolong- menolong ?
b. Bagaimana syarah hadits tentang tolong-menolong ?
c. Apa bunyi hadits tentang anak yatim ?
d. Bagaimana syarah hadits tentanf tolong-menolong ?

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui bunyi hadis tentang tolong- menolong
b. Mengetahui syarah hadits tentang tolong-menolong
c. Mengetahui bunyi hadits tentang anak yatim
d. Mengetahui syarah hadits tentanf tolong-menolong
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadist 1

:َ‫ قَال‬،َ‫ ع َْن أَ ِبي ه َُري َْرة‬،‫س ٍع‬


ِ ‫ ع َْن ُم َح َّم ِد ب ِْن َوا‬،‫ان‬
ٍ ‫س‬ َّ ‫ أنبا ِهشَا ُم ْبنُ َح‬،ُ‫ َح َّدثَ َنا يَ ِزيد‬،‫ َح َّدثَنِي أ َ ِبي‬،ِ‫َّللا‬ َ ‫َح َّدثَنَا‬
َّ ‫ع ْب ُد‬
‫س ع َْن‬َ ‫ َو َم ْن َن َّف‬،‫ياآلخ َر ِة‬
ِ ‫َّللاُ ِف‬ َ ‫س ِل َم ِفي الد ْن َيا‬
َّ ‫ستَ َر ُه‬ ْ ‫ستَ َر أ َ َخا ُه ا ْل ُم‬
َ ‫ « َم ْن‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫قَا َل َر‬
‫َّللاُ فِي ع َْو ِن ا ْلعَ ْب ِد َما كَانَ ا ْلعَ ْب ُد فِي‬
َّ ‫ َو‬،‫ب يَ ْو ِم ا ْل ِقيَا َم ِة‬ ِ ً‫ع ْنهُ ك ُْربَة‬
ِ ‫كم ْن ك َُر‬ َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫س‬ ِ ‫أَ ِخي ِه ك ُْربَةً ِم ْن ُك َر‬
َ َّ‫ب الد ْنيَا نَف‬
»‫ع َْو ِن أَ ِخي ِه‬

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan


kepdaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Yazid, menceritakan oleh
Hisyam bin Hassan, dari Muhammad bin Wasi’, dari Abi Hurairah, berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menutupi (aib) saudaranya yang
muslim, maka Allah akan menutupi (aib) nya di dunia dan akhirat. Barangsiapa
yang meringankan bagi saudaranya sebuah beban dari beban-beban dunia, maka
Allah akan meringankan bagi dirinya beban-beban pada hari kiamat. Dan Allah
senantiasa menolong hambanya, selama dia (hamba) menolong
saudaranya”.(HR.Ahmad).1

Mufradatnya:

‫ نَفَّس‬: Meringankan ِ‫ َع ْون‬: Menolong

ِ‫ست ََر‬
َ : Menutup ِ‫ ُك ْربَة‬: Kesusahan

B. Syarah/Penjelasan Hadist :
Di dalam hadist tersebut dijelaskan tentang perbuatan tolong-
menolong antar sesama. Dari hadits itu, bisa diambil satu cerminan bahwa
salah satu cara untuk membahagiakan orang lain adalah dengan memberinya

1
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Ibnu Majah, (Jakarta : Pustaka Azzam,
2013). hlm.123.
sebuah kelapangan melalui sikap tolong-menolong. Dalam hal hutang
misalnya, pihak pemberi hutang harus bisa memberi pihak yang berhutang
ketika dipandang yang berhutang benar-benar tidak mampu membayarnya
tepat waktu. Dan termasuk di dalamnya adalah semangat untuk saling
membantu satu sama lain. Di sadari atau tidak, sebenarnya di titik itulah
seseorang bisa melihat betapa Islam itu mencintai adanya kerukukunan antar
sesama manusia dengan tolong-menolong. Allah SWT berfirman di dalam
Q.S Al-Ma’idah ayat 2 :

ِ ‫شدِي ُد ۡٱل ِع َقا‬


٢‫ب‬ ٰۖ َّ ْ‫ٱۡل ۡث ِم َو ۡٱلعُ ۡد َو ِن َوٱتَّقُوا‬
َّ َّ‫ٱللَ ِإن‬
َ َ‫ٱلل‬ ِ ۡ ‫علَى‬ َ ‫ع َلى ۡٱل ِب ِر َوٱلت َّ ۡق َو ٰۖى َو ََل ت َ َع‬
َ ْ‫اونُوا‬ َ ْ‫اونُوا‬
َ ‫ َوت َ َع‬...

Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)


kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya”.(Q.S Al-Ma’idah ayat: 2)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa kita harus saling tolong-menolong


dalam segala bentuk dan macam hal yang membawa kepada kemaslahatan
duniawi atau ukhrawi. Demikian juga tolong-menolong dalam hal keaqwaan,
yakni segala upaya yang dapat menghindarkan bencana duniawi ataupun
ukhrawi.2 Mengingatkan sesama tetang kebaikan agar tidak terlepas dari jalan
yang benar dan senantiasa menjaga keimannya kepada Allah SWT. Ayat
tersebut juga melarang kita untuk berbuat tolong-menolog dalam hal dosa dan
pelanggaran. Hal tersebut akan memberikan efek yang negatif terhadap
sesama yang artinya kita menebar benih-benih kejahatan.

ْ ‫ست َ َر أ َ َخا ُه ا ْل ُم‬


Di dalam hadist tersebut terdapat kalimat ِ ‫س ِل َم ِفي الد ْن َيا‬ َ ‫َم ْن‬
(Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim). Hal tersebut melihat di dalam
perbuatan buruk, tetapi dia tidak membeberkannya kepada manusia. Adapun

2
M.Quaish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol.3, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.13.
perintah bolehnya sesorang untuk menjadi saksi bagi saudaranya yang
melakukan perbuatan buruk, dipahami apabila dia telah mengingkari dan
menasehatinya, tetapi saudaranya itu tidak mau berhenti dan tetap melakukan
perbuatan buruknya, bahkan melakukannya secara terang-terangan. Hal itu
sama dengan perintah menutupi keburukan diri sendiri. Kemudian dilanjutkan
dengan kalimat

ِ‫ست ََرهُِفيِّللاَِّ اآلخ َرة‬


َ

yang merupakan balasan dari Allah SWT di akhirat. Allah SWT akan
menutupi aibnya dengan segala kebaikan yang telah dia lakukan selama di
dunia dengan menutupi aib saudaranya. Hal ini menjadi sebuah poin penting
bagi kita untuk senantiasa menjaga nama baik seseorang termasuk keluarga
kita sendiri.

Titik tekan yang lain dari hadits ini adalah kalimat ً‫س ع َْن أ َ ِخي ِه ك ُْربَة‬
َ َّ‫نَف‬.
Kalimat tersebut memiliki maksud yang luas dan apapun yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan muslim, sudah
termasuk di dalamnya, baik itu berupa bantuan ilmu, harta, maupun tenaga.
Yang terpenting di sini adalah bagaimana orang lain itu merasa bebas dari
kesusahan yang sedang mereka hadapi dengan adanya bantuan dari kita
walaupun hanya berupa nasehat.3 Hadist yang senada juga menyebutkan :

Dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW bersabda:

‫َّللاُ يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة‬ َ ‫ع ْبدًا فِي الد ْنيَا إِ ََّل‬


َّ ُ‫ست َ َره‬ َ ‫ع ْب ٌد‬ ْ َ‫ََل ي‬
َ ‫ست ُُر‬

Artinya : "Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia,


melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak”(Shahih
Muslim).

3
Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a., Himpunan Fadhilah Amal,
(Yogyakarta: As-Shaff, 2001).hlm. 400.
C. Hadits 2

ِ َ‫ِ"أناِوكافلُِاليَتيمِكهاتَيْنِفيِالجنَّةِ"ِوقَ َرنَ ِبين‬:‫ِقال‬-‫صلىِهللاِعليهِوسلم‬-ِ‫عنِسه ٍلِأنِالنبي‬


‫ِأبوِداود‬.‫ىِوالتيِتليِاإلبهام‬
َ َ ‫صبُعَيهِالوس‬
‫ط‬ ْ ‫أ‬

Artinya: Dari Sahl, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: "Aku dan


pengasuh anak yatim seperti ini di surga -lalu beliau mensejajarkan kedua
jarinya yaitu; jari tengah dan jari setelah ibu jarinya (jari telunjuk)".4
(HR.Abu Daud).

Mufradatnya:

‫انا‬ : Saya

‫اصبعيه‬ : kedua jarinya

‫الوسطئ‬ : jari tengah

‫بين‬ : antara

‫وكافل الييتيم‬ : dan pengasuh anak yatim

‫ والتي تلي اَلبهام‬: dan jari setelah ibu jarinya

‫وقرن‬ : dan beliau mengajarkan

‫في الجنة‬ : di surga

‫كهاتين‬ : seperti ini

4
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Daud, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2006).
Hlm. 441
D. Syarah/Penjelasan Hadist :
Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati ayahnya ketika mereka
masih kecil (belum dewasa)5. Permasalahan anak yatim tidak hanya terletak
pada materi, ada sebagian anak yatim yang ditinggal dengan harta yang
banyak. Akan tetapi mereka membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang
tua dalam perkembangan kepribadiannya. Mereka perlu bimbingan, arahan
dan pendidikan yang baik. Tanpa perhatian, kasih sayang dan bimbingan
mereka tidak dapat tumbuh secara seimbang antara jasmani dan rohani
sehingga memungkinkan anak mengalami perkembangan yang timpang.
Selama ini, menyantuni anak yatim cenderung pada kebutuhan fisik
saja, padahal bukan hanya itu yang mereka perlukan. Anak-anak yatim yang
tinggal dipanti atau dirumahnya sendiri pasti merindukan sosok ayah/ibu yang
menjadi tempat curhat dan bermanja. Mereka kesepian, mereka merasa iri
melihat teman yang memiliki keluarga yang lengkap. Oleh karena itu,
sebaiknya pemberian dalam bentuk fisik juga disertai dengan komunikasi
pribadi untuk memahami kebutuhan psikologis dan pengembangan bakat
minatnya yang berguna bagi masa depannya.
Hadis ini memberikan motivasi kepada kita agar peduli terhadap anak
yatim, karena dengan peduli terhadap anak yatim kita memperoleh kedudukan
yang tinggi. Rasulullah SAW menggambarkan betapa besar balasan terhadap
orang yang memperhatikan anak yatim. Beliau mengibaratkan seperti jari
tengah dan jari telunjuk keberadaannya didalam surga dengan Rasulullah.6

5
Muhammad Hamid, Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim dan Fakir Miskin, (Yogyakarta:
Tugu Publisher, 2012), hlm. 13.

6
T. Ibrahim, H. Darsono, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis Kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 46
E. Hadits 3

‫وب ع َْن‬ َ ‫س ِعي ِد ب ِْن أ َ ِبي أَي‬


َ ‫ع ْن‬َ ‫ار ِك‬َ ‫ع ِلي ْبنُ ُم َح َّم ٍد َح َّدث َ َنا يَحْ َيى ْبنُ آ َد َم َح َّدثَنَا ا ْبنُ ا ْل ُم َب‬
َ ‫َح َّدثَنَا‬
‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ َ‫ب ع َْن أ َ ِبي ُه َر ْي َرة‬
َ ِ ‫ع ْن النَّ ِبي‬ ٍ ‫عتَّا‬َ ‫سلَ ْي َمانَ ع َْن َز ْي ِد ب ِْن أ َ ِبي‬ ُ ‫يَحْ َيى ب ِْن‬
ْ ‫ت فِي ا ْل ُم‬
‫س ِل ِمينَ بَيْتٌ فِي ِه‬ ٍ ‫سنُ إِلَ ْي ِه َوشَر بَ ْي‬
َ ْ‫س ِل ِمينَ بَيْتٌ فِي ِه يَتِي ٌم يُح‬ ٍ ‫قَا َل َخي ُْر بَ ْي‬
ْ ‫ت فِي ا ْل ُم‬
‫سا ُء إِلَ ْي ِه‬
َ ُ‫يَتِي ٌم ي‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami (Ali bin Muhammad) telah
menceritakan kepada kami (Yahya bin Adam) telah menceritakan kepada
kami (Ibnu Al Mubarak) dari (Sa'id bin Abu Ayyub) dari (Yahya bin
Sulaiman) dari (Zaid bin Abu 'Attab) dari (Abu Hurairah) dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sebaik-baik rumah di kalangan
kaum muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim yang diperlakukan
dengan baik. Dan sejelek-jelek rumah di kalangan kaum muslimin adalah
rumah yang terdapat anak yatim dan dia diperlakukan dengan buruk”.
(HR.Ibnu Majah).

Mufradanya:

‫سن‬
َ ْ‫ يُح‬: Memperlakukan dengan baik, yaitu memperlakukan dengan
kelembutan, memuliakan, menginfaqi, memberikan makan serta
mendidik.
‫سا ُء‬
َ ُ‫ ي‬: Memperlakukan dengan buruk, yaitu dengan menghardiknya, memarahi
serta memakan hartanya.7

F. Syarah/Penjelasan Hadist :
Rasulullah Saw, menilai bahwa rumah yang paling baik adalah rumah
yang di dalamnya ada anak yatim yang diasuh dengan baik. Sebaliknya,

7
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah,
2010).hlm.321.
seburuk-buruk rumah adalah jika ada anak yatim di rumah tersebut, akan
tetapi tidak diasuh dengan baik. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa di surga
nanti, rumah yang digunakan mengasuh anak yatim dengan baik disebut
“Rumah Kesenangan” karena mereka memberikan kesenangan kepada anak
yatim sewaktu di dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam
surga terdapat rumah yang disebut “Rumah Kesenangan”. Tidak ada yang
bisa memasukinya kecuali orang yang menyenangkan anak-anak yatim-
mukmin”. Hadist ini menjelaskan bahwa Allah SWT memberikan ganjaran
yang paling berharga berupa “Rumah Kesenangan” di syurga.
Kebersamaan dengan anak yatim ketika di dunia yang diasuh dengan
baik menunjukkan bahwa mereka akan ditempatkan bersama-sama dengan
Rasulullah SAW di surga. Sebab Allah SWT akan membangkitkan manusia di
akhirat kelak bersama-sama dengan orang yang menyertainya. Sungguh
perbuatan yang sangat mulia apabila mau berbagi kasih sayang dengan anak-
anak yatim yang banyak ditelantarkan oleh keluarganya karena keterbatasan
biaya. Beliau SAW mengisyaratkan kedekatannya dengan pengasuh anak
yatim bagaikan kedekatan jari telunjuk dengan jari tengah atau jari telunjuk
dengan ibu jari.
Rasulullah SAW bersabda “Aku bersama orang yang mengurus anak
yatim di surga seperti ini “Nabi mengisyaratkan dua jarinya, telunjuk dan
jari tengah, atau jari telunjuk dan ibu jari”.
Dituturkan dari Ibn Abbas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda
“Barang siapa memelihara anak yatim di tengah kaum muslim dengan
memberimakan dan minum, maka Allah akan memasukkannya ke surga
kecuali ia melakukan dosa yang tidak diampuni Allah (dosa musyrik”).
Dalam hadist lainnya dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda
“Demi Allah yang mengutusku dengan haq, Allah tidak akan menyiksa pada
hari kiamat pada orang yang mengasihi anak yatim, ramah, manis tutuk
katanya dan benar-benar menyayangi anak yatim dan memaklumi
kelemahannya. Juga tidak menyombongkan tetangganya dengan kekayaan
yang diberikan Allah kepadanya”.
Banyak keutamaan dan ganjaran yang akan Allah berikan jika kita
memperlakukan anak yatim dengan baik, begitu pula sebaiknya orang yang
memperlakukan anak yatim dengan buruk dilaknat bahkan dikatakan sebagai
pendusta agama. Allah SWT berfirman:
ِ
- ِ‫ِالمسْكيْن‬ َِ ِ‫ع ٰلي‬
ْ ‫ط َعام‬ ُّ ‫ُِّال َيتي َْمِ َو ََلِيَ ُح‬
َ ِ‫ض‬ ْ ‫بِبالديْنِ فَ ٰذلكَ ِالَّذ‬
ِْ ‫يِ َيدُع‬ ْ ‫ا َ َر َءيْتَ ِالَّذ‬
ُ ‫يِيُ َكذ‬

Artinya : ”Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah


orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan
orang miskin.” (QS Al-Ma’un : 1-3).
Ada dua hal yang menyebabkan seseorang tergolong pendusta agama,
yaitu menghardik anak yatim dan tidak mau menganjurkan memberi makan
orang miskin. Hal tersebut dikarenakan anak yatim memiliki status yang
sangat mendasar dalam Islam menyangkut keperibadian Rasulullah itu
sendiri. Rasulullah dilahirkan dalam keadaan yatim, dan ketika ibundanya
meninggal juga beliau masih dalam keadaan anak yatim. Saat beliau dalam
keadaan yatim tidak ada seorang pun peduli terhadap beliau, kecuali
keluarganya sendiri. Perlakuan semena-mena terhadap anak yatim dan tidak
adanya kepedulian kepada fakir miskin merupakan sebab utama manusia
tergolong sebagai pendusta agama. Muhammad SAW diutus menjadi Rasul,
yang salah satu syari’at nya mewajibkan kepedulian terhadap anak yatim. 8
Dalam kitab Tafsir Jalalain dijelaskan maksudnya ialah sebagaimana
dahulu dirimu (wahai Muhammad) seorang yatim yang tidak memiliki ayah,
lalu Allah melindungimu dengan penjagaan-Nya, maka janganlah kamu

8
Syekh Muhammad bin Shalih Al-Usaimin, Syarah Riyadushalihin jilid 2 (Jakarta Timur:
Darus Sunah Press, 2009).
berlaku sewenang-wenang atau menzhalimi anak yatim. Jangan pula kamu
merasa sempit dadamu dengan kehadirannya. Dan jangan pula kamu
menghardik atau membentaknya. Bahkan sudah seharusnya kamu
memuliakannya. Berilah sesuatu yang mudah untuk kamu berikan kepadanya
serta bermu’amalahlah kepadanya dengan sebaik-baiknya, seperti kamu
bermu’amalah dengan anak-anakmu.
Apabila anak yatim tersebut berkecukupan, maka sebagai penanggung
jawab sementara sampai yatim tersebut baligh janganlah kita memakan harta
anak yatim karena hal tersebut merupakan dosa yang sangat besar. Abu Ya’la
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Pada Hari Kiamat, ada suatu kaum dibangkitkan dari kubur mereka
dengan nyala api di mulut mereka.” "Siapa mereka itu ya Rasulullah ?”
Tanya para sahabat. "Tidakkah kalian perhatikan bahwa Allah SWT
berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak-anak yatim
dengan cara yang tidak lurus, mereka akan memakan api sepenuh perutnya."
(QS an-Nisa : 10)
Oleh karena itu, mari kita kasihi anak yatim dan hindari dari menyakiti
hatinya bahkan memakan hartanya. Karena sekecil apapun kebaikan yang
dilakukan lakukan akan Allah SWT balas dan sebaliknya sekecil apapun
keburukan yang dilakukan juga akan Allah SWT balas.9

9
Imam jalaluddin Al Mahalliy, Terjemah Tafsir Jalalain berikut Asbaabun NuZzul.
(Bandung: Sinar Baru 1990) hlm 327-328
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tolong menolong sesama umat muslim merupakan prilaku yang
mulia. Salah satunya adalah dengan meringankan beban dan menutup aib
sesama saudara kita yang muslim untuk menjaga kehormatan dan nama
baiknya. Hal tersebut akan diganjar oleh Allah dengan hal yang serupa di
akhirat kelak.
Selain itu amal kebaikan lainnya yang tak kalah mulia di sisi Allah
SWT adalah mencintai anak yatim, karena mereka bukanlah anak yang
memiliki orang tua dan masih memerlukan kasih sayang dari kita oleh
sebeb itu, sebagai umat muslim yang baik hendaknya kita memiliki
kepedulian antar sesama dan saling memberikan pertolongan kepada yang
membutuhkan serta memuliakan anak yatim.
B. Kritik dan Saran
Penulisan makalah yang kami buat ini masih kami sadari terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Kritik dan saran kalian sangatlah
membangun bagi penulisan makalah kami yang akan datang. Dengan
adanya makalah yang kami tulis ini, kami berharap semoga masyarakat
dan mahasiswa (i) dapat mengetahui hadits tentang tolong menolong dan
mencintai anak yatim.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2006. Shahih Sunan Daud. Jakarta: Pustaka


Azzam.

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2013. Shahih Sunan Ibnu Majah. Jakarta :


Pustaka Azzam.

Al-Kandahlawi Rah.a, Maulana Muhammad Zakariyya. 2001. Himpunan Fadhilah


Amal. Yogyakarta: As-Shaff.

Al Mahalliy Imam jalaluddin dkk, 1990 Terjemah Tafsir Jalalain berikut Asbaabun
NuZzul. Bandung: Sinar Baru hlm

Al-Usaimin, Syekh Muhammad bin Shalih. 2009. Syarah Riyadushalihin jilid 2.


Jakarta Timur: Darus Sunah Press.

Hamid, Muhammad, Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim dan Fakir Miskin. 2012.
Yogyakarta: Tugu Publisher.

Shihab, M.Quaish, Tafsir Al-Misbah Vol.3. 2002. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

T. Ibrahim, H. Darsono. 2009. Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis Kelas VIII


Madrasah Tsanawiyah. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Yunus, Mahmud. 2010. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa
Dzurriyah.

Anda mungkin juga menyukai