Anda di halaman 1dari 14

KEPEDULIAN SOSIAL

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Hadits Tahlili

Dosen Pengampu :

K.H. Ahmad Sya’roni, MSI.

Oleh:

Mochamad Arif Dzini’am NIM: 2019.01.01.1240

Khulafaur Rosyidin NIM : 2019.01.01.1242

Asep Mochamad Firda Firdaus NIM : 2019.01.01.1260

Achmad Ali Mustofa NIM : 2019.01.01.1279

Muhammad Maulana Faqih NIM : 2019.01.01.1367

PROGRAM STUDI AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR SARANG
REMBANG

2020

Kepedulian Sosial
A. Pendahuluan
Sikap kepedulian terhadap sesama saat ini semakin terkikis dan
memudar seiring berkembangnya zaman, dimana telnologi yang
berkembang pesat merubah tatanan kehidupan. Dimana sekarang ini kita
melakukan sesuatu tanpa harus susah-susah untuk mencari bantuan orang
lain. Maka dari itu hal tersebut tentunya akan berdampak besar bagi sikap
mereka.
Untuk itu kami membahas tentang kepedulian sosial agar mengerti
bahwa peduli dengan sesama sangatlah penting.
B. Pengetian Kepedulian Sosial
Menurut Ahmad Shalaby kepedulian sosial berati sikap
memperdulikan atau memperhatikan urusan orang lain (sesama anggota
masyarakat). Maksudnya bukanlah untuk mencampuri urusan orang lain,
akan tetapi maksudnya adalah membantu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi orang lain dengan tujuan perbaikan dan perdamaian.1
Kegiatan tersebut menimbulkan dampak positif dalam keberlangsungan
hidup berdampingan satu dengan yang lain, yaitu dapat menumbuhkan
kerukunan, terwujudnya persatuan dan kesatuan, menciptakan kondisi
yang harmonis, dan menghilangkan permusuhan dan dendam.
Diantara contoh-contoh bentuk kepedulian sosial adalah sebagai
berikut:

1. Menolong orang lain

a. bunyi hadist :

1
Ahmad Shalaby, Kehidupan Sosial Dalam Pemikiran Islam, (Amzah, 2001), hlm. 313
ُّ ‫ب‬
‫الد ْنيَا‬ ِ ‫ قَ َال رسو ُل الّلَ ِه ﷺ من َنفَّس َعن م ْؤِم ٍن ُكرب ةً ِمن ُك ر‬: ‫َعن اَيِب ُهر ْير َة قَ َال‬
َ ْ َْ ُ ْ َ َْ ُْ َ ََ ْ ْ
ِ ‫الد ْنيا و اأْل‬
‫َخ َر ِة‬ ‫ب َي ْوِم الْ ِقيَ َام ِة و َم ْن يَ َّس ر َعلَى ُم ْع ِس ٍر يَ َّس ر الَّلهُ َعلَْي ِه يِف‬
ِ ‫َنفَّس الّلَ هُ َعْن هُ ُكرب ةً ِمن ُك ر‬
َ َ ُّ َ َ َ َ ْ َْ َ
ِ ‫َخر ِة والَّله يِف عو ِن الْعب ِد ما َكا َن الْعب ُد يِف عو ِن أ‬
‫َخْي ِه (أخرجه‬ ِ ُّ ‫َو َم ْن َسَتَر ُم ْسلِ ًما َسَتَرهُ الَّلهُ يِف‬
َْ َْ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ ‫الد ْنيَا َواأْل‬
)‫مسلم‬

Artinya : Dari Abu Hurairoh dia berkata, bersabda Rasulullah saw.:


“Siapa saja yang menolong seorang mukmin dari suatu kesusahan
niscaya Allah akan menolongnya dari kesusahan-kesusahan di hari
kiamat, dan siapa saja yang memberikan kemudahan pada orang yang
mengalami kesulitan niscaya Allah akan memudahkannya di dunua dan
akhirat, dan siapa saja yang menutupi (aib/cela) seorang muslim niscaya
Allah akan menutupi (aib/cela)-nya di dunia dan akhirat, dan Allah
senantiasa menolong hambanya selagi ia masih mau menolong
saudaranya”.

b. Kosakata/lafadz hadist :

‫ِّس‬
ُ ‫يَُنف‬-‫َّس‬
َ ‫َنف‬ : meringankan beban atau menghilangkan

‫ب‬
ٌ ‫ُك ْربَةٌ ج ُكَر‬ : kesusahan atau cobaan berat

‫ يُيَ ِّس ُر‬-‫يَ َّسَر‬ : memudahkan

‫ُم ْع ِسٌر‬ : orang yang kesulitan

‫َع ْو ٌن‬ : pertolomgan/bantuan

c. Fiqih hadist
penjelasannya adalah siapa yang membantu seorang muslim dalam
menyelesaikan kesulitannya, maka ia akan memperoleh buah dari
perbuatannya tersebut, yaitu akan dimudahkan kesulitannya oleh Allah
di dunia dan akhirat. Seperti yang di sabdakan oleh Rasulullah saw.
“Allah tetap akan menolong hambanya selama ia menolong
saudaranya seorang muslim”2. Membantu kesusahan orang lain itu
banyak sekali macamnya, bergantung pada kesusahan yang di derita,
semisal : jika saudaranya termasuk orang miskin, sedangkan anda
termasuk orang yang berkecukupan atau kaya, maka anda harus
berusaha menolongnya dengan cara memberikan pekerjaan atau
memberikan bantuan semampunya, kemudian ketika saudaranya sakit,
ia berusaha menolongnya dengan membantu mencarikan dokter atau
memberikan uang alakadarnya untuk keperluan berobat, jika
saudaranya di lilit hutang, ia berusaha mencarikan jalan keluar, dan
arahan-arahan agar saudaranya bisa melunasi hutangnya.3 Allah
berfirman dalam Surah Muhammad ayat : 7 yaitu :

ِ
‫ت أَقْ َد َام ُك ْم‬
ْ ِّ‫ص ْر ُك ْم َويُثَب‬ ُ ‫يَاأَيُّ َها الَّذيْ َن اََمنُوا إِ ْن َتْن‬
ُ ‫ص ُروا الَّلهَ َيْن‬

Artinya : “wahai orang-orang mukmin, jika kalian menolong (agama)


Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
(QS. Muhammad: 7)

d. Asbabul wurud hadist


Diriwayatkan Ibnu Majah dan Ahmad yang bersumber dari Suwaid
Ibn Hanzalah, beliau berkata : “Kami mencari dan ingin menemui
Rasulullah saw, kami membawa Wail Ibn Hujr, lalu ia di serang oleh
musuhnya. Dan tidak seorangpun yang berani bersumpah untuk
membantu dan membelanya, maka akulah yang bersumpah untuk
membantu dan membelanya, maka akulah yang bersumpah bahwa Wail
ibn Hujr adalah saudaraku, sehingga orang yang menyerangnya itu
meninggalkannya. Kemudian setelah itu datanglah Rasulullah saw, dan
aku menceritakan kronologi peristiwa itu kepada beliau. Mendengar apa
yang saya ceritakan itu, maka Rasulullah saw bersabda : “engkau benar,
seorang muslim itu adalah bersaudara dengan sesama muslim lainnya.”

2
Musthafa Dieb Al-Bugha dan Muhyidin Mistu, Al-Wafi menyelami makna 40 hadist Rasulullah
saw(Syarah Kitab Arbain An-Nawawiyyah), hal. 337
3
Rachmat Syafe’i M.A, Al-Hadist, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 252-253
Dilihat dari sisi penggunaan kata bahasa arab kata (akhun/saudara)
seperti yang disebutkan pada hadist diatas berarti “saling
memperhatikan” dalam artian saling memahami, saling mengerti, saling
membantu, dan membela terhadap sesama saudara ketika ia benar.
2. Menyingkirkan Bahaya di Jalan

Hal yang paling berbahaya ketika seseorang menempuh suatu jalan


adalah tatkala di jalan yang ia tempuh terdapat duri, karena dengan duri
tersebut bukan hanya satu dua orang saja yang akan menjadi korban
namun semua orang yang hendak melewati jalan itu pastinya akan terkean
imbasnya. Maka dalam hal ini Rasulullah mempertegas dalam hadisnya
untuk membuangduri yang ditemukan dijalan supaya tidak menyakiti
orang lain.
a. bunyi hadist :

َّ ‫صالِ ٍح َع ْن أَيِب ُه َر ْي َرةَ َر ِض ي اللَّهُ َع ْن هُ أ‬


‫َن‬ ٌ ِ‫َخَب َرنَا َمال‬
َ ‫ك َع ْن مُسَ ٍّي َع ْن أَيِب‬ ْ‫فأ‬َ ‫وس‬
ِ
ُ ُ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد اللَّه بْ ُن ي‬
َ
‫ص َن َش ْو ٍك َعلَى الطَّ ِري ِق‬ ِ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ َ ‫رس‬
ْ ُ‫ال بَْينَ َم ا َر ُج ٌل مَيْش ي بِطَ ِري ٍق َو َج َد غ‬ َ ‫ول اللَّه‬ َُ
. ُ‫َخ َذهُ فَ َش َك َر اللَّهُ لَهُ َفغَ َف َر لَه‬
َ ‫فَأ‬
Artinnya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah
mengabarkan kepada kami (Malik) dari Sumayya dari Abu Shalih dari
Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan lalu
menemukan potongan atau ranting duri di jalan lalu diambilnya.
Kemudian dia bersyukur kepada Allah maka Allah mengampuninya".
(H.R.Bukhariy kitab Madzhalim bab menyingkirkan bahaya dijalan).
b. kosakata/lafadz hadist :
‫ مَيْ ِشي‬-‫َم َشى‬ : berjalan

‫طَ ِريْ ٌق‬ : jalan

‫ جَيِ ُد‬-‫َو َج َد‬ : menemukan

‫ص ٌن‬
ْ ُ‫غ‬ : ranting
‫َش ْو ٌك‬ : duri

‫ يَأْ ُخ ُذ‬-‫َح َذ‬


َ‫أ‬ : mengambil

‫ يَ ْش ُك ُر‬-‫َش َك َر‬ : bersyukur

‫ يَغْ ِف ُر‬-‫َغ َف َر‬ ; mengampuni

c. fiqih hadist
Membuang bahaya yang ada di jalan adalah sedekah. Abu
Zakariya dalam syarahnya “al-minhaj fi syarh shahih muslim”
menjelaskan bahwa membuang duri, tulang ataupun batu yang berada
di tengah jalan tempat dimana semua orang berlalu lalang lewat
adalah merupakan bagian dari sedekah. Seperti yang telah diketahui
bahwasanya sedekah adalah amalan yang dianjurkan oleh Allah dan
Rasulullah.4 Membuang bahaya di jalan termasuk amalan kebaikan
kecil namun menghasilkan pahala yang besar. Imam muslim
meriwayatkan hadist dari Abi Barzah bahwasannya beliau berkata “
ya Rasulullah, tunjukanlah kepadaku amalan yang aku dapat
memperoleh manfaat darinya. Rasul menjawab : “singkirkanlah
gangguan dari jalan orang-orang muslim.” 5 Membuang bahaya di
jalan adalah termasuk dari salah satu cabang iman yakni termasuk
pada keutamaan segala perbuatan yang bermanfaat bagi manusia dan
menghindari dari segala kemadharatan. 6
3. Rukun dengan Tetangga

Tetangga adalah naungan kedua setelah keluarga dalam kehidupan


sosial, ini dikarenakan tetangga adalah orang yang berada paling dekat dan
selalu memperhatikan kita. Tidak dianjurkan untuk menampakkan
kejelekan terhadap tetangga, hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah :
a. bunyi hadist :

4
Imam Hafidz Muhyiy al-Din, Ibid hlm. 641
5
Ibnu Hajar al-Atsqalaniy, Fathul Bari bi al-syarh shahih Bukhariy (Bayt al-ifkaral-Dauliyah:
Jordania, 2000), hal. 1261
6
Abu Zakariya OP. Cit, Al-Minhaj hal 1558
‫اب َع ْن أَيِب َسلَ َمةَ بْ ِن َعْب ِد‬
ٍ ‫َخب ريِن ي ونُس َعن ابْ ِن ِش ه‬
َ ٍ ‫َح َّدثَيِن َحر َملَ ةُ بْن حَيْ أَْنبَأَنَ ا ابْن و ْه‬
ْ ُ ُ َ َ ْ ‫ب قَ َال أ‬ َُ ‫ُ ىَي‬ ْ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َال َم ْن َك ا َن يُ ْؤِم ُن بِاللَّ ِه َوالَْي ْوِم اآْل ِخ ِر‬ ِ ِ
َ ‫ال رَّمْح َ ِن َع ْن أَيِب ُهَر ْي َر َة َع ْن َر ُسول اللَّه‬
‫ت َو َم ْن َكا َن يُ ْؤِم ُن بِاللَّ ِه َوالَْي ْوِم اآْل ِخ ِر َفْليُ ْك ِر ْم َج َارهُ َو َم ْن َكا َن يُ ْؤِم ُن بِاللَّ ِه َوالَْي ْوِم‬
ْ ‫ص ُم‬
ِ
ْ َ‫َف ْلَي ُق ْل َخْيًرا أ َْو لي‬
ِ
َ ‫اآْل خ ِر َف ْليُ ْك ِر ْم‬
. ُ‫ضْي َفه‬

Yang artinya: Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya


telah memberitakan kepada kami Ibnu Wahab dia berkata, telah
mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin
Abdurrahman dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau
diam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaklah dia memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan
tamunya."(HR Muslim kitab Iman bab memuliakan tetangga).
b. kosakata/lafadz hadist :
‫ يُ ْؤِم ُن ِب‬-‫َأم َن‬ : beriman kepada

ِ ‫اَلْيوم اَأْل‬
‫َخ ُر‬ : hari akhir
ُ َْ

ً‫َف ْلَي ُقل خَرْي ا‬ : hendaknya berkata yang baik

‫ت‬ ِ
ْ ‫ص ُم‬
ْ َ‫لي‬ : hendaknya ia diam

‫َفْليُ ْك ِر ْم‬ : hendaknya ia memuliakan

ُ‫َج َاره‬ : tetangganya

ُ‫ضْي َفه‬
َ : tamunya

c. fiqih hadist
Karena demikian penting dan besarnya kedudukan tetangga bagi
seorang muslim, Islam pun memerintahkan ummatnya untuk berbuat
baik terhadap tetangga. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) :
ِ ِ‫و ْاعبُ ُدوا اللَّهَ واَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا ۖ وبِالْوالِ َديْ ِن إِ ْحس انًا وبِ ِذي الْ ُق رىَب ٰ والْيَتَ َام ٰى والْمس اك‬
‫ني‬ ََ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ

َ‫ت أَمْيَانُ ُك ْم ۗ إِ َّن اللَّه‬


ْ ‫الس بِ ِيل َو َم ا َملَ َك‬ ِ ‫ب بِ اجْلَْن‬
َّ ‫ب َوابْ ِن‬ ِ ‫الص‬
ِ ‫اح‬ ِ ُ‫واجْلَ ا ِر ِذي الْ ُق رىَب ٰ واجْلَ ا ِر اجْلُن‬
َّ ‫ب َو‬ َ ْ َ
‫ورا‬ ُّ ِ‫اَل حُي‬
ً ‫ب َم ْن َكا َن خُمْتَااًل فَ ُخ‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri” (QS. An Nisa: 36)

Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan ayat ini: “Tetangga


yang lebih dekat tempatnya, lebih besar haknya. Maka sudah
semestinya seseorang mempererat hubungannya terhadap
tetangganya, dengan memberinya sebab-sebab hidayah, dengan
sedekah, dakwah, lemah-lembut dalam perkataan dan perbuatan serta
tidak memberikan gangguan baik berupa perkataan dan perbuatan”
(Tafsir As Sa’di, 1/177)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ‫اب ِع ْن َد اهللِ خيرهم ل‬


ِ ‫َصح‬
َ ‫ َو َخ ْي ُر الْـج ْي َران ع ْن َد اهلل َخ ْي ُر ُه ْم ل‬، ‫صاحبِه‬
ِ‫ـجا ِره‬ َ ْ ُ َُْ َ ْ ‫َخ ْي ُر اْأل‬

“Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik
sikapnya terhadap sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi
Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap tetangganya ” (HR.
At Tirmidzi 1944, Abu Daud 9/156, dinilai shahih oleh Al Albani
dalam Silsilah Ash Shahihah 103)
Maka jelas sekali bahwa berbuat baik terhadap tetangga adalah akhlak
yang sangat mulia dan sangat ditekankan penerapannya, karena
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. 7

4. menjenguk orang sakit

Salah satu bentuk kepedulian seseorang terhadap orang lain di


masyarakat adalah tatkala salah satu anggota masyarakatnya terkena
musibah. Musibah tersebut baik berupa kecelakaan, sakit, kesulitan
ataupun terkena bencana alam. Dalam hal ini Rasulullah menganjurkan
untuk setidaknya datang menjenguk orang tersebut.
a. bunyi hadist :
‫صلَّى‬ ِ
َ ‫ور َع ْن أَيِب َوائ ٍل َع ْن أَيِب ُم‬
َ ِّ ‫وسى َع ْن النَّيِب‬ ٌ ‫ص‬ُ ‫َّد َح َّدثَنَا حَيْىَي َع ْن ُس ْفيَا َن قَ َال َح َّدثَيِن َمْن‬
ٌ ‫َح َّدثَنَا ُم َس د‬
ِ ِ ِ
ُ ُ‫اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال فُ ُّكوا الْ َعايِن َ َوأَجيبُوا الدَّاع َي َوع‬
َ ‫ودوا الْ َم ِر‬
. ‫يض‬

Artinnya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan


kepada kami (Yahya) dari Sufyan ia berkata; Telah menceritakan
kepadaku (Manshur) dari Abu Wa`il dari Abu Musa dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Lepaskanlah tawanan, penuhilah
undangan dan jenguklah orang sakit." (H.R. Bukhari kitab nikah bab
wajib memenuhi undangan walimah).
b. kosakata/lafadz hadist :
ُّ ‫ك – يَِف‬
‫ك‬ َّ َ‫ف‬ : membebaskan atau melepaskan

‫العاين‬
َ : tawanan

‫يب‬ ِ
ُ ‫ جُي‬- ‫اب‬
َ ‫َج‬
َ‫أ‬ : Memenuhi

‫الداعي‬
َ : orang yang memanggil

c. fiqih hadist

7
https://muslim.or.id/10417-akhlak-islami-dalam-bertetangga.html
Menjenguk orang sakit diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Al Bara bin Azib radhiyallahu anhu meriwayatkan,
“Nabi menyuruh kita tujuh hal dan melarang kita tujuh hal. Beliau
menyuruh kita untuk mengantarkan jenazah, menjenguk orang sakit,
memenuhi undangan, menolong orang yang teraniaya, melaksanakan
sumpah, menjawab salam, dan mendoakan orang yang bersin. Dan
beliau melarang kita memakai wadah (bejana) dari perak, cincin emas,
kain sutera, dibaj (sutera halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq
(sutera tebal). (Bukhari no.1239; Muslim no.2066)

Hadits-hadits yang memerintahkan kita untuk menjenguk orang


sakit, membuat Imam Bukhari membuat “bab Wujubi ‘Iyadatil-
Maridh” (Bab Kewajiban Menjenguk Orang Sakit) di dalam kitab
shahih nya.
Imam Ath Thabari menekankan bahwa menjenguk orang sakit
merupakan kewajiban bagi orang yang diharapkan berkah (dari Allah
datang lewat diri) nya, disunnahkan bagi orang yang memelihara
kondisinya, dan mubah bagi mereka.
Imam Nawawi mengutip kesepakatan ulama bahwa menjenguk
orang sakit hukumnya bukan wajib, yakni wajib ‘ain, (melainkan wajib
kifayah).8
d. Asbabul wurud hadist :
Hadits ini tidak mempunyai asbabul wurud secara historis. Namun,
dijelaskan dalam keterangan hadits lain yang serupa bahwasanya
ketika itu, Nabi menjelaskaskan seorang muslim terhadap muslim
lainnya mempunyai lima haq atau kewajiban, yaitu sebagaimana yang
terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim :
‫“ح ُّق الْ ُم ْس لِ ِم َعلَى‬ ِ ُ ‫ قَ َال رس‬:‫عن أَيِب هري ر َة رضي اهلل عنه قَ َال‬
َ :‫ول اللَّه صلى اهلل عليه وسلم‬ َُ َ ْ َُ ْ َ
ِ ِ ِ ِ ٌّ ‫الْ ُم ْسلِ ِم ِس‬
‫س‬
َ َ‫ َوإذَا َعط‬،ُ‫ص ْحه‬
َ ْ‫ص َحك فَان‬ ْ ‫ َوإِذَا‬،ُ‫ َوإِذَا َد َعاك فَأَجْب ه‬،‫ إذَا لَقْيتـَهُ فَ َسلِّ ْم َعلَْيه‬:‫ت‬
َ ‫اسَتْن‬

8
https://www.alquran-sunnah.com/artikel/kategori/akhlak/819-adab-menjenguk-orang-sakit
‫اب ِم ْن َح ِّق‬
ُ َ‫ ب‬،‫لم‬
ٌ ‫ َرواهُ ُمس‬.” )ُ‫فاتـَب ْعه‬
ْ ‫ت‬ َ َ‫ َوإِذاَ م ا‬،ُ‫ض َفعُ ْده‬
ِ
َ ‫ َو إِذاَ َم ِر‬،ُ‫فَ َحم َد اللَّهَ فَ َس ِّمْته‬
(2162 ‫الْ ُم ْسلِ ِم لِْل ُم ْسلِ ِم برقم‬

Dari Abu Hurairh ra berkata : bahwasanya Rasulullah Saw telah


bersabda : ”hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada
enam, yaitu : (1) jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah
salam. (2) jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya. (3)
jika ia meminta nasihatmu maka berikanlah ia nasihat. (4) jika ia
bersin dan mengucapkan “alhamdulillah maka doakanlah ia dengan
mengucap “yarhamukallah”. (5) jika ia sakit maka jenguklah. (6) jika
ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.9
5. mengucapkan salam

Adab seorang muslim apabila bertemu dengan saudaranya sesama


muslim adalah mengucapkan salam (assalamu’alikum warahmatullahi
wabarakatuh). Tiada ucapan yang paling baik ketika bertemu dengan
muslim yang lain melainkan ucapan salam. Mengucapkan salam itu
hukumnya sunnah, sedangkan menjawabnya adalah wajib. Demikian
pendapat imam an-Nawawi.

a. bunyi hadist :

‫اد أَنَّهُ مَسِ َع ثَابِتًا َم ْوىَل َعْب ِد الرَّمْح َ ِن‬


ٌ َ‫َخَبَريِن ِزي‬
ْ ‫ أ‬:‫َخَبَرنَا ابْ ُن ُجَريْ ٍج قَ َال‬ ْ ‫َح َّدثَيِن حُمَ َّم ُد بْ ُن َساَل ٍم أ‬
ْ ‫َخَبَرنَا خَمْلَ ٌد أ‬
ِ ‫الراكِب علَى الْم‬
,‫اش ي‬ ِ
َ َ ُ َّ ‫ يُ َس لِّ ُم‬:‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ ُ ‫بْ ِن َزيْ ٍد أَنَّهُ مَسِ َع أَبَا ُهَر ْيَر َة َي ُق‬
ِ ُ ‫ قَ َال رس‬:‫ول‬

. ‫يل َعلَى الْ َكثِ ِري‬ِ ِِ ِ


ُ ‫ َوالْ َقل‬,‫َوالْ َماشي َعلَى الْ َقاعد‬
Artinnya: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Salam] telah
mengabarkan kepada kami [Makhlad] telah mengabarkan kepada kami
[Ibnu Juraij] dia berkata; telah mengabarkan kepadaku [Ziyad] bahwa dia
mendengar [Tsabit] bekas budak Abdurrahman bin Zaid, bahwa dia
mendengar [Abu Hurairah] berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Hendaknya orang yang berkendara memberi salam

9
HR. Muslim, no. 2161
kepada yang berjalan, dan yang berjalan memberi salam kepada yang
duduk dan (rombongan) yang sedikit kepada (rombongan) yang banyak."
(H.R. Bukhari, no. 6.232)

b. kosakata/lafadz hadist

ِ ‫امل‬
‫اش ى‬ : orang yang duduk
َ
‫القاعدة‬ : orang yang sedang duduk

c. fiqih hadist

: ‫ال‬
َ ‫س َف َق‬ ِ ِ ِِ ِِِ ِ ِ ِ ‫خلَق اهلل‬
َ َ‫س َف َعط‬
َ َ‫فَ َجل‬، ُ‫ وأمرالْ َماَل ئ َكة فَ َس َج ُدوا لَه‬، ‫ َونَ َف َخ فيه م ْن ُروحه‬، ‫آد َم بيَده‬
َ ُ َ َ

َّ : ‫إيت َه ؤاَل ِء الْ َماَل ئِ َك ةَ َف ُق ِل‬


، ‫الس اَل ُم َعلَْي ُك ْم‬ ِ ،‫ك‬َ ُّ‫ك اهللُ َرب‬ َ ‫ َف َق‬، ِ‫احْلَ ْم ُد هلل‬
َ ُ ‫ َي ْرمَح‬: ُ‫ال لَ هُ َربُّه‬

‫ مُثَّ َر َج َع إِىَل َربِِّه َت َع اىَل‬، ِ‫الس اَل ُم َو َرمْح َ ةُ اهلل‬


َّ ‫ك‬َ ‫ َو َعلَْي‬: ‫ َف َق الُوا‬، ‫الس اَل ُم َعلَْي ُك ْم‬
َّ : ‫ال‬ ُ َ‫فَأَت‬
َ ‫اهم َف َق‬
ِِ
َ ِ‫ك َوحَتِ يَّةُ ذُ ِّريَّت‬
‫ك َب ْيَن ُه ْم‬ َ ُ‫ َهذه حَتِ يَّت‬: ُ‫ال لَه‬
َ ‫َف َق‬

“Allah menciptakan Adam dengan tangan-Nya, lalu meniup ruh


untuknya. Lalu Allah memerintahkan Malaikat untuk sujud kepada
Adam, lalu merekapun sujud. Lalu Adam duduk, kemudian ia bersih.
Allah pun berfirman: yarhamukallahu rabbuka (Rabb-mu telah
merahmatimu). Kemudian Allah berfirman: ‘datangilah para Malaikat
itu dan ucapkanlah: Assalaamu’alaikum‘. Lalu Adam mendatangi
mereka dan mengucapkan: Assalaamu’alaikum. Lalu para Malaikat
menjawab: wa’alaikumussalam warahmatullah. Lalu Adam kembali
kepada Rabb-nya. Kemudian Allah berfirman kepada Adam: ‘Itu
adalah ucapan tahiyyahmu dan anak keturunanmu yang kalian
ucapkan sesama kalian‘” (HR. An Nasa’i).

d. Asbabul Wurud
Hadits ini tidak mempunyai asbabul wurud secara historis. Namun,
dijelaskan dalam keterangan hadits lain yang serupa bahwasanya
ketika itu, Nabi menjelaskaskan seorang muslim terhadap muslim
lainnya mempunyai lima haq atau kewajiban, yaitu sebagaimana yang
terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim :
‫“ح ُّق الْ ُم ْس لِ ِم َعلَى‬ ِ ُ ‫ قَ َال رس‬:‫عن أَيِب هري ر َة رض ي اهلل عن ه قَ َال‬
َ :‫ول اللَّه صلى اهلل علي ه وسلم‬ َُ َ ْ َُ ْ َ
ِ ِ ِ ِ ٌّ ‫الْ ُم ْس لِ ِم ِس‬
‫س‬
َ َ‫ َوإذَا َعط‬،ُ‫ص ْحه‬
َ ْ‫ص َحك فَان‬ ْ ‫ َوإِذَا‬،ُ‫ َوإِذَا َد َع اك فَأَجْب ه‬،‫ إذَا لَقْيتــَهُ فَ َس لِّ ْم َعلَْي ه‬:‫ت‬
َ ‫اسَتْن‬
ِ
َ َ‫ َوإِذاَ ما‬،ُ‫ض َفعُ ْده‬
.ُ‫ت فاتـَْب ْعه‬ َ ‫ َو إِذاَ َم ِر‬،ُ‫فَ َحم َد اللَّهَ فَ َس ِّمْته‬
ُّ ‫اب ِم ْن َح ِّق الْ ُم ْسلِ ِم لِْل ُم ْسلِ ِم‬
216 ‫(رد السالم)برقم‬ ُ َ‫ ب‬،‫سلم‬
ٌ ‫(رواهُ ُم‬
َ
Artinya : Dari Abu Hurairh ra berkata : bahwasanya Rasulullah Saw
telah bersabda : ”hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada
enam, yaitu : (1) jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah
salam. (2) jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya. (3)
jika ia meminta nasihatmu maka berikanlah ia nasihat. (4) jika ia bersin
dan mengucapkan “alhamdulillah maka doakanlah ia dengan mengucap
“yarhamukallah”. (5) jika ia sakit maka jenguklah. (6) jika ia meninggal
dunia maka iringilah jenazahnya.10
C. Kesimpulan
Menurut Ahmad Shalaby kepedulian sosial berati sikap
memperdulikan atau memperhatikan urusan orang lain (sesama anggota
masyarakat), maksudnya adalah membantu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi orang lain dengan tujuan perbaikan dan perdamaian.
Sehingga manusia yang berdampingan satu dengan yang lainnya akan
menimbulkan kenyamanan dalam melakukan aktivitasnya, begitu juga
agama islam yang mengatur tatanan dalam kepedulian terhadap sesama,
banyak sekali hadist-hadist yang menerangkan tentang kepedulian sosial
diantaranya adalah hadist tentang menolong orang lain, menyingkirkan
duri dijalan, menjenguk orang sakit, rukun dengan tetangga, mengucapkan
salam ketika bertemu dengan sesama muslim, dan tentunya masiih banyak

10
HR. Muslim, no. 2161
sekali hadist-hadist lain yang menerangkan tentang kepedulian sosial.
Dengan adanya hadist-hadist tersebut tentunya kita dapat
mengambil pelajaran yang terkandung didalamnya, bahwa peduli terhadap
sesama sangatlah penting, walaupun zaman yang terus-terusan
berkembang dan menunjang kita untuk melakukan segala hal tanpa
memerlukan bantuan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai