Anda di halaman 1dari 7

Fail

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Arab

Dosen Pengampu:
Nur Huda, Lc.

Oleh:

Moh. Masruh NIM: 2019.01.01.1452

M. Anwar Mabrur NIM: 2019.01.01.1449

M. Ziyad Hasan NIM: 2019.01.01.1429

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR

SARANG REMBANG

2019

1
A. Pendahuluan

Bahasa arab merupakan bahasa yang penting dalam agama islam, dimana
bahasa ini memiliki perbedaan dengan bahasa lainya baik bahasa Indonesia maupun
bahasa inggris. Dalam bahasa ini memiliki kaidah-kaidah bahasa tersendiri dan
berbeda juga dengan bahasa yang lain, dimana bahasa-bahasa lain lebih bersifat
sederhana, dan hal ini berbeda dengan bahasa arab yang lebih agak sulit dalam
kaidah kebahasaanya. Sekaligus merupakan bahasa yang dipakai dalam Al Qur’an
dan Al Hadist Kita juga tahu bahwa Al Qur’an dan Al Hadist merupakan sumber
ajaran agama islam yang dijadikan pedoman bagi umat manusia dalam menuntun
manusia menuju arah keselamatan. Artinya sudah seharusnya kita sebagai muslim
mengkaji dan memahami benar ajaran agama Islam tersebut, jika kita ingin
mendapatkan keselamatan baik didunia maupun diakhirat nanti. dan dalam
kesempatan kali ini kami sebagai presentator dengan segala kekuranagan kami akan
mempresentasikan salah satu dari beberapa pembahasan Bahasa arab yakni Fa’il.
yang mana sebagai salah satu dari marfuatul asma’. Dan semoga bermanfaat bagi kita
semua wabilkhusus bagi para pembaca.

B. Pengertian Fa’il

Fail adalah isim yang marfu’(di baca rofa’) yang di sandari oleh sebuah
pekerjaan, baik pekerjaan tersebut dalam bentuk fiil atau lafadh yang menyerupainya
(syibhul fiil).

Contoh fail dari fiil ialah lafadh ‫ المعذرون‬dari contoh ‫وجاء المعذرون‬, baik fiilnya dapat
di tashrif seperti contoh di atas, atau fiil yang tidak dapat di tashrif (jamid), seperti
lafadh ‫ الناس‬dari contoh ‫ يوم يقوم النس‬.

2
Yang di maksud dengan syibeh fiil ialah :

1. Isim fail, seperti ‫مختلف الوانه‬


2. Shifat musyabbihat, seperti ‫زىد حسن وجهه‬
3. Masdar, seperti ‫عجبت من ضرب زىد عمرا‬
4. Isim fiil, seperti ‫هىهات هىهات الكافرون‬
5. Dharaf, seperti ‫زىد عندك ابوه‬
6. Jerr majrur, seperti ‫زىد في الدار غالماه‬
7. Af’alut tafdlil, seperti ‫مررت باالفضال ابوه‬

C. Hukum-hukum Fa’il

 Fail tidak boleh dibuang apabila tidak ada pengganti (naibul fa’il)
 Fail tidak boleh mendahului fi’ilnya
 fi’ilnya harus disepikan dari alamat tatsniyah atau jama’ ketika fail berupa
tatsniyah atau jama’
 fiilnya harus diberi alamat muannaats dengan ta’ ta’nits sakinah di akhir fiil
madhi, ta’ mudhoro’ah di awalnya fiil mudhore’ apabila faiilnya berupa
mua’nnats haqiqi muttashil, dhomir mustatir mu’annats (haqiqi atau majazi).
 Fi’ilnya boleh disepikan dari alamat mu’annats apabila : fa’il berupa
mu’annats majazi yang dhohir, fa’ilnya berupa mu’annats haqiqi yang tidak
muttashil.
 Madzhab mayoritas orang arab ialah harus melepaskan fiil dari tanda
tatsniyah dan jama’ apabuila fiil tersebut mempunyai fail yang berbentuk
tatsniyah dan jama’, layaknya fiil yang mempunyai fail berbentuk mufrod.
Contoh : ‫ ويومئذ يفرح مؤمنون‬, ‫قل رجالن‬

3
D. Wajib memudzakkarkan fi’il dengan fa’il
1. Fail yang berupa mudzakkar, mufrod, tatsnihyah,atau jama mudzakkar salim,
baik di sebutkan secara makna atau lafadh.
Contoh: ‫ينجح التلميذ او المجتهدان او المجتهدون‬
2. Fi’il yang berpisah dengan fai’lnya yaitu mua’annats dhohir dengan illat
Contoh: ‫ما قام اال فاطمة‬

E. Wajib menta’nitskan fi’il dengan fa’il


1. Ketika fai’il berupa mua’annats haqiqi dhohir muttashil dengan fi;ilnya yang
berupa mufrod tatsniyah atau jama’ mua’annats salim
Contoh: ‫جائت الفاطمة او الفاطمتان الفاطمات‬
2. Fa’il berupa dhomir mustatir yang kembali kepada mua’annats haqiqi atau
majazi
Contoh: ‫خديجة ذهبت قام والشمس تطلع‬
3. Ketika fail brupa dhimir yang kembali pada jama’ ma;annats salim, atau
kepada jama’ taksir baik mudzakkar atau mua’annts, atau mudzakkar ghoiri
akil. Yang tidak di mua’annatskan dengan ta’ atau dengan nun jama’
muannats (nun jama’ inats maupun niswah).
Contoh:‫الزينبات جائت اوجئنا قام وتجئ او يجئنا‬

F. Di bolehkanya memudzakkarkan dan memua’annatskan fi’il


1. Fa’il Berupa mua’annats majazi dhohir dan tidak berupa dhomir
Contoh: ‫الطلعت الشمس طلع الشمس‬
Memberikan ta’ta’nits lebih unggul
2. Fa’il berupa mua’annats haqiqi yang dipisah antara fa’il dengan fi’ilnya
dengan pemisah selain “‫”اال‬
Contoh: ‫حضرت قام او حضر المجلس امراة‬
3. Fa’il berupa dhomir munfashil yang kembali pada mu’annats
Contoh: ‫ اوانما قامت هي‬,‫انماقام‬

4
Meninggalkan ta’ta’nits lebih baik
4. Fa’il berupa mu’annats dhohir yang fi’ilnya beruipa ‫ نئم بئس‬atau‫ ساء‬untuk
mencela.
Contoh: ‫ وبئس مثوي الضالمين‬,‫ونعم اجرالعاملين‬
Menggunakan ta’ta’nits lebih bagus
5. Fa’il berupa mudzakkar yang dijama’kan dengan menambah huruf alif dan
ta’
Contoh:
Mudzakkar lebih baik
6. Fa’il burupa jama’ taksir mua’annats atau mudzakkar
Contoh: ‫ او الرجال‬,‫ اوجائت الفواطم‬,‫جاء‬
Dan di utamakan fa’il yang mudzakkar dengan fi’il yang mudzakkar
Dan fa’il yang mua’annats dengan fi’il yang mu’annats
7. Fa’il berupa dhomir yang kembalin pada jama’ taksir mudzakkar yang
berakal. Dan memudzakkarkan dengan dhomir jama’ yang berakal itu
lebih shohih.
Contoh‫ اوجائت‬,‫ الرجال جاؤو‬: ‫جاء او جائت الطلحات‬
Mudzakkar dengan dhomir jama’ berakal lebih utama
8. Fa’il burupa mulhaq pada jama’ mudzakkar salim atau mulhaq pada jama’
mu’annats salim
Contoh:‫ امنوا به بنو اسرايل‬,‫جاء او جائت البنوم‬
9. Fa’il berupa isim jama’atau isim jenis jama’
Contoh:‫قال اوقالت العرب‬
G. isim shorih yakni fail yang berupa isim dhohir Pembagian fa’il
fa’il dibagi menjadi 3 macam :
1.
Contoh : ‹‫ وجاء رجل من اقصى المدىنة‬, ‫فلما قضي زىد‬
2. Mu’awwal yakni kalimat fiil yang mengira-ngirakan ta’wilan dari masdar
Contoh : ‫انى اخاف ان ىبدل دىنكم‬
3. Mudhmar yakni fail yang berupa dhomir muttasil atau dhomir munsashil

5
Contoh : ‫ ال اله اال انا فاعبدني‬,‫الئن وقد عصيت‬

H. Membuang fiil

Diperbolehkan membuang fiil dan hanya menyebutkan faiilnya saja jika


terdapat petunjuk, seperti ucapan ‫ زيد‬sebagai jawaban singkat dari pertanyaan ‫من قرء؟‬
(siapakah yang telah membaca?) yang jika dijawab lengkap ialah ‫( زيد قرء‬zaid telah
membaca), dan lafadh ‫ قرء‬dibuang karena sudah pernah di sebutkan dalam kalimat
pertanyaan.

Bahkan, ada beberapa fiil yang wajib dibuang, seperti jika terdapat isim
terbaca rofa’ yang berada setelah ‫ ان‬dan ‫ اذا‬, maka sebelum isim yang terbaca rofa’
tersebut wajib mengira-ngirakan fiil dan menjadikan isim tersebut sebagai fa’ilnya.
Contoh : ) ‫(اى اذا انشقت السماء انشقت‬
ٍ ‫اذاالسماء انشقت‬

Hal ini karena ‫ ان‬dan ‫ اذا‬hanya dapat masuk pada kalimat fi’il dan tidak dapat masuk
pada kalimat isim menurut mayoritas ulama’.

I. PENUTUP
Sudah menjadi keharusan bagi seseorang yang ingin benar-benar
mempelajari agam islam dengan baik dan menyeluruh, untuk belajar Bahasa
arab. Hal ini karna kedua rujukan primer umat islam, yakni alqur’an dan
hadits menggunakan bahasa arab, bahkan bahasa arab yang paling fashih.
Tiada salah kata atau salah tata Bahasa sedikitpun dalam al qur’an maupun
hadits.
Dengan demikian kami membuat makalah ini dengan tujuan agar kita
dapat saling mengetahui dan memahami tentang al qur’an dan hadits. Dan
semoga dengan makalah ini Allah swt. Mencurahkan rahmat dan hidayahnya
kepada kita semua sehingga kita kelak dapat berkumpul bersama lagi di
surgaNya amiin/

6
Daftar Pustaka
al Qur’an
al Ghalaini,Syekh Musthofa, Jami’uddurus, Lebanon: Darrul Khottob Al-
Ilmiyah, 1971
Masykuri, Saifuddin, Kajian Analisis Al Fiyah, Kediri: Santri Salaf Press,
2016
Qodamain, Ibnu, Risalatul Aqlaam, Rembang: Almaktabah Alanwar,ttp

Anda mungkin juga menyukai