Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FA’IL DAN MAF’UL BIH

Disusun untuk memenuhi tugas makalah pada mata Bahasa Arab

Disusun oleh :
T. Nancy Indah Sari
Yulia Kartika
Ahmad Rifai Muhibbin
Farhan Isnan

Dosen pengampu : Ustadzah Nurainun Hasibuan, M.Si


PROGRAM STUDI PIAUD
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARAFAH
DELI SERDANG-SUMATERA UTARA
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat yang telah
dilimpahkannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun pokok
bahasan yang dikaji dalam makalah ini adalah tentang “ FA’IL dan MAF’UL BIH “ yang bertujuan untuk
melengkapi tugas mata kuliah Bahasa Arab.

Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada ustadzah Nurainun Hasibuan, M.Si yang
merupakan dosen Bahasa Arab yang telah membimbing kami. Saya mohon bantuan yang sebesar-
besarnya jika masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan dan
kesilapan baik dalam hal penulisannya maupun isi. Kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca sekalian yang bersifat membangun yang bisa jadi bahan acuan dan pertimbangan bagi kami
untuk kesempurnaan makalah dikemudian harinya.

Medan, 6 Februari 2023

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................2

A. Latar Belakang....................................................................................................................................2

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................................4

A. Pengertian Fa’il...................................................................................................................................4

B. Macam- macam hukum fa’il...............................................................................................................5

C. Pengertian Maf’ul bih.........................................................................................................................5

D. Pembagian Maf’ul bih........................................................................................................................6

a. Maf’ul bih Zhahir yaitu Maf’ul bih yang terdiri dari isim zhahir (bukan kata ganti)....................6

b. Maf’ul bih Dhamir Maf’ul bih yang terdiri dari isim dhamir (kata ganti).....................................6

c. Maf’ul bih ghairu sharih.................................................................................................................7

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................8

A. Kesimpulan.........................................................................................................................................8

B. Kritik dan saran...................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................9

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adapun pembahasan dalam Nahwu salah satunya adalah fa’il dan maf’ul bih, yang dimana
fa’il ini termasuk kedalam marfu’ isim dan maf’ul bih ini adalah mansub isim, maka dari itu
pembahasan fa’il dan maf’ul bih ini akan dibahas dalam makalah ini.
Adapun fa’il dalam bahasa Indonesia adalah subjek ( pelaku ), sedangkan maf’ul bih ini
dalam bahasa Indonesia adalah kata keterangan. Fa’il dan maf’ul ini dalam bahasa arab saling
bergandengan, setiap ada fa’il pasti ada maf’ul akan tetapi ada juga fa’il yang maf’ulnya itu jauh
di belakang fa’il.
Isim- isim yang manshub semuanya berjumlah dua belas, yaitu:

1. Maf’ul Bih
2. Maf’ul Fiih
3. Maf’ul liajlih
4. Maf’ul Al- Muthlaq
5. Maf’ul ma’ah
6. Al Hal
7. At- Tamyiz
8. Al- Mustatsna
9. Khobar kana dan saudara- saudaranya
10. Isim inna dan saudara- saudaranya
11. Al- Munada
12. At- tawabi’

Maf’ul Bih merupakan salah satu isim yang Manshub yaitu di fathah kan akhir
hurufnya. Maf’ul Bih adalah isim yang akan dibahas dalam makalah ini. Dengan alasan
terkadang kita sulit menentukan Maf’ul bih dalam satu jumlah mufidah atau dalam
beberapa jumlah mufidah terutama dalam ayat- ayat Al’quran. Maka dari itu makalah ini
disusun untuk membantu kita dalam memahami tentang Maf’ul Bih. Insyaallah .

2
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang bisa pemakalah rumuskan adalah:


1. Apakah yang dimaksud dengan Fa’il ?
2. Apa saja macam hukum Fa’il?
3. Apa yang dimaksud dengan Maf’ul bih?
4. Apa saja pembagian Maf’ul Bih?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari Fa’il


2. Mengetahui macam- macam hukum Fa’il
3. Mengetahui pengertian Maf’ul bih
4. Mengetahui pembagian Maf’ul bih

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fa’il

Fa’il adalah isim marfu’ yang disebut terlebih dahulu Fi’ilnya, atau lafadz yang
mengandung takwil fi’il ( makna yang dimaksud ialah isim fa’il, sifat yang diserupakan dengan
fi’il, mashdar, dan sebagainya dari isim- isim yang dapat beramal sepertifi’il ). (Araaini, 2004)
Perlu diingat kembali, bahwa ada 3 pola susunan jumlah Fi’iliyyah harus dibaca rafa’
( marfu’ ), dan jika Fa’il itu berupa isim zhahir, maka tanda rafa’nya tergantung kepada bentuk
kalimatnya.
Fa’il ada dua bagian: (Umam, 2013)
1. Isim- isim yang menunjukkan benda itu sendiri, nama- nama orang atau jenis

‫ َاْح َم ٌد‬، ‫ ِكَتاٌب‬، ‫َزْيٌد‬

‫ ِاْس ٌم َم ْر ُفْو ٌع َو َع اَل َم ُة الَر ْفِع ِه َضَّم ٌة َظاِهَر ٌة ِفى َاِخ ِر ِه َاِلّنُه ِم ْن َفاِع ٍل‬: ‫َزْيٌد‬

2. Berupa isim dhamir, yaitu isim- isim yang menunjukkan orang ke II dan orang ke III.

Seperti:

‫َاَنا‬ = saya (orang ke I pembicara)

‫أنَت‬ = engkau (orang ke II,lawan bicara)

‫ُهَو‬ = dia (orang ke III, yang dibicarakan).

dan selain kata ganti, di sebut isim-isim zhahir, seperti : ‫ َزْيٌد َر ُجٌل‬dan sebagai. (pent.)

( ‫َقاَم َزْيٌد‬: ‫َفَقاَم ِفْعٌل َم ا ِض َم ْبِنٌي َع َلي َفْتٍح َظاِهٍر ِفي َاِخ ِر ِه َو َزْيٌد َفاِع ٌل َم ْر ُفْو ٌع ِبا لَضَّمِة ا لَظا ِهَرِة ) َفا لّظَاِهُر َنْح ُو َقْو ُلَك‬

4
Fa’il yang berupa isim zhahir , contoh nya :

Artinya: Zaid telah berdiri yaitu

‫(= َزْيٌد‬yang menjadi contoh). maka (I’rabnya)

‫ = قاَم‬fi’il madhi mabni atas fatah yang zhahir (nyata ) dihurufnya yang terakhir.

‫ = َزْيٌد‬Fa’il marfu’ ,dengan tandanya dommah Zhahirah (yang nyata tampak) Tanda rafa’ fa’il
tergantung pada bentuk kalimatnya, sebagai berikut:

1. Jika Fa’il berupa isim mufrad, baik mufead mudzakkar atau mufrad muannats, atau berupa
jamak ‘taksir shighah muntahal- juma, atau berupa jamak ‘muannats salim, maka tanda
rafa’nya adalah dhammah atau tanwin dlammah.
2. Jika fa’il berupa isim mutsanna muannats, maka tanda rafa’nya adalah alif dan nun.
3. Jika fa’il jama’ mudzakkar salim, maka tanada rafa’nya adalah waw dan nun.
4. Jika fa’il berupa asma’ul khamsah yaitu ‫ ُفْو َك َح ٌم َاٌخ َاٌب‬dan ‫‘ ُذ ْو‬maka tanda rafa’nya adalah
waw (‫)و‬.

B. Macam- macam hukum fa’il

Fa’il itu mempunyai beberapa ketentuan diantaranya ialah:


1. Tidak boleh membuang fa’il
2. Fa’il tidak boleh mendahului fi’ilnya
3. Fi’il nya harus di mufradkanbeserta fa’il isim tatsniah atau jamak
4. Wajib ta- nis fi’il dengan memakai ta yang disukunkan pada akhir madhi dengan memakai ta
mudhara’ah pada awal fi’il bila mana fa’ilnya muatnas hakiki yang ta-nis (dan fi’il nya bukan ‫ِن‬
‫ ْع َم‬dan ‫) ِبْئَس‬

5. Menurut kaidah asal hendaknya fa’il mengiringi fi’ilnya kemudian disebutkan maf’ul nya.
(araaini., 2004)

C. Pengertian Maf’ul bih

Maf’ul bih menurut bahasa Indonesia sama dengan penderita. Karena dia dikenai suatu
pekerjaan. Atau dengan kata lain berfungsi sebagai obyek. Dalam istilah Maf’ul bih adalah isim
manshub syaratnya adanya fi’il dan fa’il atau kesempurnaan kalimat. Dengan kata lain maf’ul bih
hanya dibutuhkan oleh jenis fi’il muta’adi, sedangkan fi’il lazim tidak.

5
Contoh : ‫ ; َكَتَب اْلَو َلُد الَّدْر َس‬Anak itu telah menulis pelajaran.

‫ َم ْبِنٌي َع َلى اْلَفْتِح َاِلَّنُه ِم ْن ِفْع ٍل َم اٍض‬: ‫َكَتَب‬

‫ ِاْس ٌم َم ْر ُفْو ٌع َو َع اَل َم ُة الَر ْفِع ِه َضَّم ٌة َظاِهَر ٌة ِفى َاِخ ِر ِه َاِلَّنُه ِم ْن َفاِع ٍل‬: ‫َاْلَو َلُد‬.

‫ ِاْس ٌم َم ْنُصْو ٌب َو َع اَل َم ُة َنْص ِبِه َفْتَح ٌة َظاِهَر ٌة ِفى َاِخ ِر ِه َاِلَّنُه ِم ْن َم ْفُعْو ٍل ِبِه‬: ‫َالَّدْر َس‬.

Maf’ul bih adalah objek penderita, yang dikenai suatu perbuatan. Jika fi’ilnya ‘’memukul’’ berarti
maf’ul bih- nya ‘’ yang dipukul’’. Jika fi’ilnya ‘’menolong’’ maka maf’ul bih- nya ‘’yang
ditolong’’

D. Pembagian Maf’ul bih

Maf’ul bih terbagi dua, yaitu Maf’ul bih yang sharih dan yang ghairu sharih. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:

a. Maf’ul bih Zhahir yaitu Maf’ul bih yang terdiri dari isim zhahir (bukan kata ganti).

Contoh : ‫ ضرَب علٌي كلبًا‬: Ali memukul anjing

‫َضَر َب َم ْبِنٌي َع َلى اْلَفْتِح َاِلَّنُه ِم ْن ِفْع ٍل َم اٍض َضِم ْيُر ُهَو‬

‫َع ِلٌي ِاْس ٌم َم ْر ُفْو ٌع َو َع اَل َم ُة الَر ْفِعِه َضَّم ٌة َظاِهَر ٌة ِفى َاِخ ِر ِه َاِلَّنُه ِم ْن ِاْس ٍم َفاِع ٍل‬

‫َك ْلًبا ِاْس ٌم َم ْنُصْو ٌب َو َع اَل َم ُة الَنْص ِبِه َفْتَح ٌة َظاِهَر ٌة ِفى َاِخ ِر ِه َاِلَّنُه ِم ْن َم ْفُعْو ٍل ِبِه‬

b. Maf’ul bih Dhamir Maf’ul bih yang terdiri dari isim dhamir (kata ganti).

Maf’ul bih dhamir terbagi menjadi dua, yaitu :

1). Dhamir Muttashil (bersambung)

Maf’ul bih dhamir muttashil ada dua belas,yaitu :

‫ َو َض َرَبُهَّن‬، ‫ َو َض َرَبُهْم‬،‫ َو َضَرَبُهَم ا‬،‫ َو َضَرَبَها‬،‫ َو َضَرَبُه‬، ‫ َو َضَرَبُك َّن‬، ‫ َو َضَرَبُك ْم‬،‫ َو َضَرَبُك َم ا‬، ‫ َو َضَرَبِك‬، ‫ َو َضَرَبَك‬،‫ َو َضَرَبَنا‬، ‫ َضَرَبِنْي‬.

6
2). Dhamir Munfashil (terpisah)

Maf’ul bih dhamir Munfashil ada dua belas, yaitu :

‫ واَّياُهَّن‬، ‫ واَّياُهْم‬،‫ واَّياهما‬،‫ واَّياها‬،‫ واَّياُه‬، ‫ واَّياُك َّن‬، ‫ واَّياُك ْم‬،‫ واَّياكَم ا‬، ‫ واَّياِك‬، ‫ واَّياَك‬،‫ واَّياَنا‬، ‫ اّياَي‬.

c. Maf’ul bih ghairu sharih

Maf’ul bih yang ghairu sharih ada tiga bagian :

a.) Muawal bi Masdar.

Contoh :

‫َع ِلْم ُت َاَّنَك ُم ْج َتِح ٌد‬

Pada contoh diatas dapat ditakwilkan menjadi :

‫َع ِلْم ُت ِاْج ِتَح اَدَك‬

b.) Muawwal bi mufrodin

‫َظَنْنُتَك َتْج َتِح ُد‬

Pada contoh diatas dapat ditakwilkan menjadi :

‫َظَنْنُتَك ُم ْج َتِح ًدا‬

c.) Manshub binaz’il Khofid

Yaitu dinashabkan karena dibuang huruf yang men-jarkannya.

Contoh :

‫(َد َخ ْلُت اْلَبْيَت‬saya masuk ke dalam rumah)

Kata Al-Baita menjadi Maf’ul bih Manshub binaz’il Khafid, yaitu membuang huruf yang men-
jarkannya. Ditakdirkan kepada ‫َد َخ ْلُت ِفْي اْلَبْيِت‬.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan makalah ini adalah sebagai berikut:


Fa’il adalah isism mar’fu yang disebut terlebih dahulu fi’ilnya, atau lafadj yang mengandung
takwil fi’il ( makna yang dimaksud ialah isim fa’il, shifat yang diserupakan dengan fi’il, mashdar,
dan sebagainya dari isim- isim yang dapat beramal seperti fi’ilnya) fi’il terbagi kepada dua bagian
yaitu fa’il zhahir dan fa’il dhamir.
Maf’ul bih menurut bahasa Indonesia sama dengan penderita. Karena dia dikenai suatu
pekerjaan. Atau dengan kata lain berfungsi sebagai obyek. Maf’ul bih terbagi kepada dua bagian,
sharih dan tidak sharih, yang sharih meliputi zhahir dan dhamir, sedangkan yang tidak sharih ada
pada tiga tempat sebagaimana tertera diatas.

B. Kritik dan saran

Demikian makalah yang pemakalah tulis, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
maupun penyampaian dari maklah dan pemakalah, pemakalah mohon diberi kritik dan saran guna
untuk perbaikan dalam makalah selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mustafa, Gulayaini. Jami’ud Durus Al- Arobiyyah. Bairut: Darul Fikr, 2007
Fahmi, Ahmad Akrom. Ilmu Nahwu dan Sharaf 3. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2022.
Anwar, Moch. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al- Jurumiyah dan Imrithy Berikut Penjelasannya.
Bandung:Sinar Baru Algensido, 2000
Zakaria Aceng “ ILMU NAHWU PRAKTIS SISITEM BELAJAR 40 JAM” Garut: ibn azka, 2004
Syekh Syamsuddin Muhammad Araaini. Ilmu Nahwu Terjemahan Mutamminah Ajurummiyyah.
Bandung: SINAR BARU ALGENSINDO.2004

9
10

Anda mungkin juga menyukai