Anda di halaman 1dari 12

JUMLAH ISMIYAH DAN JUMLAH FI’LIYAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah: Bahasa Arab Profesi

Dosen Pengampu: Yenny Lailatul Wahdah, MA.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

Kelas/Semester : C/4

Muhammad Ilham Jaya Kesuma 2011010100

Nabila Al Najla 2011010104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kesempatan untuk
menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah “Bahasa Arab Profesi” dengan materi “Jumlah
Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah” yang Insya Allah telah diselesaikan dengan baik.

Shalawat beserta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi
Muhammad SAW yang mudah-mudahan kita selaku umat-Nya mendapat syafa’atul ‘uzma-Nya
dihari kiamat kelak. Atas tersusunnya makalah ini, kami ucapkan terima kasih kepada dosen
kami Ibu Yenny Lailatul Wahdah, MA.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.Oleh
karena itu, kami harap kritik dan saran yang membangun agar sekiranya penyusunan makalah
yang kurang baik akan menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca, memahami dan mengamalkannya.

Bandar Lampung , 15 Maret 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 2
A. Jumlah Ismiyah ................................................................................................................................. 2
B. Jumlah Fi’liyah ................................................................................................................................. 5
C. Tabel Contoh Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah ......................................................................... 6
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Umat Islam secara umum sangatlah penting untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara
satu dengan yang lain. Indonesia sangat kaya dan beragam bahasa yang digunakan dalam
berbicara meliputi: bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, Melayu, dan sebagainnya.
Namun sebagai penganut agama Islam sangat penting membaca, mengetahui dan memahami
bahasa Arab baik subtansinya dari al-Qur’an, hadis nabi maupun kitab agama lain.

Oleh karena itu, hadirnya bahasa Arab merupakan bahasa yang berbentuk konsonan
berbeda dengan bahasa Indonesia yang meliputi konsonan dan vokal. Belajar bahasa Arab
dapat memberikan kemaslahatan umat Islam dan memberikan kemudahan dalam memahami
ilmu tafsir dan ilmu lain. Sejak abad ke XV Hijriah suatu abad yang diyakini dan diharapkan
menjadi awal kebangkitan umat Islam dan seiring dengan disuarakannya kebangkitan Islam
itu, kebutuhan akan kemampuan berbahasa Arab semaking dirasakan oleh kaum muslim,
khususnya di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Jumlah Ismiyah ?
2. Apa Yang Dimaksud Jumlah Fi’liyah?
3. Apa Saja Contoh Jumlah Ismiyah Dan Jumlah Fi’liyah?

C. Tujuan
1. Untuk Memahami Jumlah Ismiyah.
2. Untuk Memahami Jumlah Fi’liyah.
3. Untuk Memahami Contoh Jumlah Ismiyah Dan Jumlah Fi’liyah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jumlah Ismiyah

1. Pengertian Jumlah Ismiyah

Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda). Jumlah
ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan
khabar. Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah. Sifat dari
mubtada' adalah harus berupa isim ma'rifat. Khobar adalah isim yang berfungsi untuk
melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna. Dengan kata lain, mubtada’
adalah subyek, sedangkan khabar adalah predikat (keterangan).

Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila mubtada’nya
isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtada’
berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.
Contoh :
‫ = ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ َرﺳُﻮْ ٌل‬Muhammad adalah Rasul.
◌ٌ ‫ = َز ْﯾﺪ ٌُ◌ أُﺳْﺘﺎَ ُذ‬Zaidah adalah seorang guru.
◌ٌ ُ‫ = َز ْﯾﺪ ٌُ◌ ﺑَ ْﯿﺘُﮫُ َﻛﺒِﯿْﺮ‬Zaidah rumahnya besar.
‫ = اَﻟﻘَﻠَ ُﻢ َﺟ ِﺪﯾ ٌﺪ‬Pulpen itu baru

Keterangan : Kata yang berwarna merah adalah mubtada’ sedangkan yang berwarna
hitam adalah khobar.

· Mubtada’
Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah (kalimat). Sifat
dari mubtada’ yaitu harus isim ma’rifat. Isim ma’rifat adalah isim (kata benda) yang
menunjukkan makna khusus atau sudah jelas kekhususannya. Adapun yang termasuk isim
ma’rifat adalah sebagai berikut :

2
3

1) Isim yang diawali dengan alif lam.


Isim nakiroh apabila ditambah alif lam akan berubah menjadi isim ma’rifat.
Contoh : ‫ﺎح‬ ْ ‫ = اَ ْﻟ ِﻤ‬lampu itu
ُ َ‫ﺼﺒ‬
ْ ‫ = اَ ْﻟ َﻤ‬masjid itu
‫ﺴ ِﺠ ُﺪ‬
2) Isim Dhomir (Kata Ganti)
Dhamir atau "kata ganti" ialah isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili
penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang.
Contoh : ‫ = ُھ َﻮ‬dia (laki-laki)
َ‫ = أَ ْﻧﺖ‬kamu (laki-laki)
‫ = أَﻧَﺎ‬saya
3) Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
Isim isyaroh adalah isim yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu. Dalam bahasa
Indonesia biasa diartikan dengan “ini” dan “itu”.
Contoh : ‫ = َھ َﺬا‬ini (muzakkar)
‫( = َھ ِﺬ ِه‬ini, untuk muannast)
َ‫ = َذاﻟِﻚ‬itu (muzakkar)
َ‫( = ﺗِ ْﻠﻚ‬itu, untuk muannast)
4) Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda)
Isim ‘alam adalah isim yang menunjukkan arti nama, baik nama manusia ataupun selain
manusia.
Contoh : ‫ = ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٌﺪ‬Muhammad
َ‫ = َﻣ ﱠﻜﺔ‬Kota Makkah
‫ = اﻟﻨﱢ ْﯿ ُﻞ‬Sungai Nil
5) Isim nakiroh yang disandarkan pada isim ma’rifat yang lain
Isim nakiroh akan menjadi ma’rifat apabila bersambung dengan isim ma’rifat.
contoh : ُ ‫ = ﻗَﻠَ ُﻤﮫ‬pulpennya
ُ ‫ = ِﻛﺘ‬buku Muhammad
‫َﺎب ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ‬

Kata ◌ٌ ‫ﻗَﻠَ ُﻢ‬adalah isim nakiroh, tetapi menjadi ma’rifat karena dirangkai dengan dengan
isim ma’rifat yaitu ٍ◌‫ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ِﺪ‬
4

6) Isim Maushul
Isim maushul adalah isim yang berfungsi untuk menerangkan, sebagai perantara kata
yang disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa indonsia biasa diartikan dengan “yang”.
Contoh:
‫( اﻟﱠ ِﺬي‬yang,untuk mudzakar)
, ‫( اﻟﱠﺘِﻲ‬yang, untuk muannast).

· Khabar
Khabar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk menerangkan keadaan
mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat ( sebagai anak kalimat).
Contoh : ‫ﺾ‬ ُ ‫ﺳﺘ‬
ٌ ‫َﺎذ َﻣ ِﺮ ْﯾ‬ ْ ُ‫ = ْاﻷ‬Ustadz itu sakit
ٌ‫ﺸ ْﯿﻂ‬
ِ َ‫ = ا ْﻟ َﻮﻟَ ُﺪ ﻧ‬Anak itu rajin

2. Kaidah-kaidah dalam Jumlah Ismiyah


Dalam jumlah ismiyah terdapat kaidah-kaidah yang pembahasannya sangat panjang dan
mendetail. Kaidah-kaidah tersebut adalah:

a. Dibaca rofa’
Tanda Rofa’ pada isim adalah dhommah, wawu, alif, dan nun
Contoh: ‫ﺻ ِﻐ ْﯿ ٌﺮ‬ ُ ‫اﻟﺒَﯿ‬
َ ‫ْﺖ‬ = rumah itu kecil
َ‫ =اﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ُﻤﻮْ نَ َﻣ ِﮭ ْﯿﺮُوْ ن‬orang-orang muslim itu pintar
‫ﺎن‬ ِ َ‫= اﻟﻄَﺎﻟِﺒ‬dua murid itu pintar
ِ ‫ﺎن َﻋﺎِﻟ َﻤ‬

b. Mubtada’ harus berupa Isim Ma’rifat.


Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya.

c. Khobar berupa isim nakiroh.


Isim nakiroh adalah isim yang maknanya tidak jelas atau masih umum. Tanda isim
nakiroh adalah adanya tanwin.
Contoh: ٌ‫ = اﻟﺒِ َﻼطَ ﻧَ ِﻈﯿْﻒ‬lantai itu bersih
5

d. Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam hal munannas dan mudzakkar
serta mufrod, musanna, dan jama’nya
Contoh : ٌ‫ﺎط َﻤﺔُ َﺟ ِﻤ ْﯿﻠَﺔ‬
ِ َ‫ = ﻓ‬Fatimah cantik
‫ = زَ ْﯾ ٌﺪ َﺟ ِﻤ ْﯿ ٌﻞ‬Zaid tampan
‫ = اﻟﺘﻠﻤﯿﺬان ﻣﺎھﺮان‬dua murid itu pintar

B. Jumlah Fi’liyah

1. Pengertian Jumlah Fi’liyah

Jumlah fi’liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan fi’il (kata
kerja). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri
dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku).

Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada suatu
masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang). Fa’il (subjek) adalah
isim yang terletak setelah fi’il dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut.
Apabila fa’il berbentuk muannas, maka fi’il juga harus muannas. Begitu juga apabila
berbentuk musanna (ganda) ataupun jamak (banyak), maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).

Metode struktur paling sederhana untuk jumlah fi’liyah adalah :


Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [ pelaku ] atau
Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [pelaku ] + maf’ul bih [ obyek ]

Maf’ul bih adalah isim yang dikenai pekerjaan (objek). Sebuah kalimat yang berpredikat
kata kerja transitif harus dilengkapi dengan objek atau maf’ul bih. Obyek tidak harus ada
dalam jumlah fi’liyah, karena ada fi’il yang menuntut obyek dan ada yang tidak menuntut
obyek.
Contoh :
‫ﺲ َﻋﻠِ ﱞﻲ‬َ َ‫ = َﺟﻠ‬Ali telah duduk ٌ‫ = َﺟﺎ َءتْ إِ ْﻣ َﺮأَة‬seorang perempuan telah datang
ُ ‫ﺸﺔ‬َ ِ‫ = ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻋَﺎﺋ‬Aisyah telah berkata َ ‫ = ﯾَ ْﻜﺘ ُُﺐ اﻟﺪ ْﱠر‬dia sedang menulis pelajaran
‫س‬
َ ‫ = ﯾَ ْﻜﺘ ُُﺐ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ ُﺬ اﻟﺪ ْﱠر‬murid-murid menulis pelajaran
‫س‬
6

2. Kaidah Fi’il dan Fa’il dalam Jumlah Fi’liyah


Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkan maf’ul yang
disebut sebagai fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak membutuhkan yang disebut sebagai
fi’il laazim karena maf’ul bukanlah syarat mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah. Juga terdiri
dari fi’il dan naibul fa’il, fi’ilnya dinamakan sebagai fi’il majhul. Berikut adalah beberapa
ketentuan mengenai fi’il dan fa’il :
a. Fa’il wajib berkedudukan setelah fi’il, contoh : ‫ﻗﺎم رﺟﻞ‬
b. Fi’il wajib Ifrod meskipun fa’ilnya Tasniyah ataupun Jama’
c. Fi’il wajib dimu’anaskan jika fa’ilnya Mu’annas hakiki. Contoh: ‫ذھﺒﺖ ﻓﺎ طﻤﺔ إﻟﻰ اﻟﺴﻮق‬

C. Tabel Contoh Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah

1. Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah dengan menggunakan madhi


No Jumlah Ismiyyah Jumlah Fi’liyyah Arti

1. َ ‫اَ ْﻟ ُﻤﺪَرﱢسُ َدر‬


‫ﱠس اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ ‫ﱠس ْاﻟ ُﻤﺪَرﱢسُ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬
َ ‫ َدر‬Seorang guru mengajar murid-
murid

2 ِ ‫اَ ْﻟ ُﻤ َﺪ ﱢر َﺳ‬
‫ﺎن َد ﱠر َﺳﺎ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ ِ ‫ﱠس ْاﻟ ُﻤﺪَرﱢ َﺳ‬
‫ﺎن اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ َ ‫ َدر‬Dua orang guru mengajar murid-
murid

3 ‫اَ ْﻟ ُﻤﺪَرﱢ ﺳُﻮنَ َد ﱠرﺳُﻮا اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ ‫ﱠس ْاﻟ ُﻤ َﺪ ﱢرﺳُﻮنَ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬
َ ‫ َدر‬Beberapa orang guru mengajar
murid- murid

4 ْ ‫اَ ْﻟ ُﻤﺪَرﱢ ﺳﺔُ َد ﱠر َﺳ‬


‫ﺖ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ ‫ َد ﱠر َﺳﺖ اَ ْﻟ ُﻤ َﺪ ﱢر َﺳﺔً ُ◌ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬Seorang guru (pr) mengajar
murid-murid

5 ِ ‫اَ ْﻟ ُﻤﺪَرﱢ َﺳﺘ‬


‫َﺎن َد ﱠر َﺳﺘَﺎ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ ِ ‫ َد ﱠر َﺳﺖ ْاﻟ ُﻤ َﺪ ﱢر َﺳﺘ‬Dua
‫َﺎن اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ orang guru(pr) mengajar
murid-murid

6 ُ ‫اَ ْﻟ ُﻤ َﺪ ﱢر َﺳ‬
‫ﺎت َد ﱠر ْﺳﻦَ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ ُ ‫ َد ﱠر َﺳﺖ ْاﻟ ُﻤ َﺪ ﱢر َﺳ‬Beberapa orang guru(pr) mengajar
‫ﺎت اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬
murid- murid
7

2. Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah dengan menggunakan Mudhori’


No Jumlah Ismiyyah Jumlah Fi’liyyah Arti

1. ‫اَ ْﻟ ُﻤﺪَرﱢسُ ﯾُﺪَرﱢسُ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ ‫ ﯾُﺪَرﱢسُ ْاﻟ ُﻤ َﺪرﱢسُ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬Seorang guru mengajar murid-
murid

2 ‫ﺎن اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ ِ ‫اَ ْﻟ ُﻤﺪَرﱢ َﺳ‬


ِ ‫ﺎن ﯾُ َﺪ ﱢر َﺳ‬ ِ ‫ ﯾُﺪرﱢسُ ْاﻟ ُﻤﺪَرﱢ َﺳ‬Dua orang guru mengajar murid-
‫ﺎن اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬
murid

3 ‫اَ ْﻟ ُﻤﺪَرﱢ ﺳُﻮنَ ﯾُ َﺪ ﱢرﺳُﻮنَ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ ‫ ﯾُﺪَرﱢسُ ْاﻟ ُﻤﺪَرﱢ ﺳُﻮنَ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬Beberapa orang guru mengajar
murid- murid

4 ‫اَ ْﻟ ُﻤﺪَرﱢ ﺳﺔُ ﺗُ َﺪرﱢسُ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ ‫ ﺗُﺪَرﱢسُ ْاﻟ ُﻤﺪَرﱢ َﺳﺔً ُ◌ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬Seorang guru (pr) mengajar
murid-murid

5 ‫اَ ْﻟ ُﻤﺪَرﱢ َﺳﺘَﺎ ِن ﺗُ َﺪ ﱢرﺳﺎ ِن اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ ‫ ﺗُﺪَرﱢس ْاﻟ ُﻤﺪَرﱢ َﺳﺘَﺎ ِن اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬Dua orang guru(pr) mengajar
murid-murid

6 ُ ‫اَ ْﻟ ُﻤﺪَرﱢ َﺳ‬


‫ﺎت ﯾُ َﺪ ﱢر ْﺳﻦَ اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ ُ ‫ ﺗُﺪَرﱢسُ ْاﻟ ُﻤﺪَرﱢ َﺳ‬Beberapa
‫ﺎت اﻟﺘﱠﻼَ ِﻣ ْﯿ َﺬ‬ orang guru(pr)
mengajar murid- murid
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda). Jumlah
ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan
khabar.
2. Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah. Sifat dari
mubtada' adalah harus berupa isim ma'rifat
3. Khobar adalah isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat
yang sempurna.
4. Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila mubtada’nya
isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtada’
berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.
5. Sifat dari mubtada’ yaitu harus isim ma’rifat, adapun yang termasuk isim ma’rifat adalah
sebagai berikut : Isim yang diawali dengan alif lam, Isim Dhomir (Kata Ganti), Isim
Isyaroh (Kata Tunjuk), Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda), Isim nakiroh yang
disandarkan pada isim ma’rifat yang lain, Isim Maushul.
6. Jumlah fi’liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan fi’il (kata
kerja). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri
dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku).
7. Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il, berikut adalah beberapa ketentuan mengenai
fi’il dan fa’il : Fa’il wajib berkedudukan setelah fi’il, Fi’il wajib Ifrod meskipun fa’ilnya,
Fi’il wajib dimu’anaskan jika fa’ilnya Mu’annas hakiki.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu atas selesainya makalah ini. Kami menyadari makalah yang kami susun tidak
sempurna. Oleh karena itu kami memohon kritik yang membangun agar dapat memperbaiki
makalah kami selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abu, Bakar Muhammad. Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab. Surabaya: Usaha
Nasional. 1981

Ma’ruf, Amir. 2002. “Istilah Kalimat dan Klausa dalam Bahasa Arab,” Humaniora Volume XIV,
No. 1/2002. Yogyakarta.

Rifa’i, Ilyas. 2013. Gramatika Bahasa Arab (memahami konsep kata dalam bahasa Arab dengan
mudah dan sistematis). Bandung: Fajar media.

Zakaria, A. 2004. Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam. : Azka press.

Anda mungkin juga menyukai