Jumlah Ismiyah
Anggota Kelompok:
Nadia Restiani
Nasywa Baiyinah Noor Mulyana
Nazwa Septiana
Neng Zeniva Putri
Regina Agustin
X IIS 1
MAN 2 Cianjur
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari isim?
2. Apa yang dimaksud dengan harf?
3. Apa yang dimaksud dengan kalimah fiil?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan kalimah isim
2. Agar dapat memahami apa yang dimaksud dengan kaliamh fiil
3. Agar memahami apa yang dimaksud dengan harf.
BAB II
PEMBAHASAN
Jumlah ismiyah terdiri dari dua suku kata, yaitu jumlah dan ismiyah, dimana dalam
bahasa Indonesia jumlah diartikan sebagai kalimat atau dalam bahasa Inggris disebut
sentence. Adapun kata ismiyah berasal dari kata isim, dimana isim menurut ulama nahwu
merupakan kata yang menunjukkan suatu makna yang ada pada zatnya dan tidak terikat
oleh waktu. Sehingga ketika kedua kata tersebut digabung menjadi satu “ jumlah
ismiyah”, maka lahirlah pengertian dari beberapa ulama nahwu. Diantaranya:
]1[كل جملة تتر كب من مبتد ا وخبرتسمى جملة اسمية
Jadi jumlah ismiyah yaitu kalimat yang terdiri dari mubtada (pokok kalimat) dan khabar
(kabar). Adapun pendapat lain mengatakan bahwa “Jumlah ismiyah merupakan susunan
kalimat yang diawali dengan Isim (kata benda).”[2]
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa jumlah ismiyah yaitu
susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan khabar. Mubtada’ adalah isim yang
dii’rab rafa’ sebagai pokok kalimat dan biasanya berada di awal susunan kalimat.
Sedangkan khabar adalah isim yang di’i’rab rafa’ yang menerangkan tentang mubtada’.
Biasanya khabar ini disebutkan setelah mubtada’.
Contoh :
Kata األستاذpada contoh diatas merupakan bagian dari kata benda (isim) atau kata
yang tidak terikat dengan waktu, kedudukanya yaitu sebagai pokok kalimat. Adapun kata
جميلkedudukanya ialah sebagai kabar yang menerangkan tentang األستاذ.
1. Dalam jumlah ismiyah akhir kata ditandai dengan rofa` (dommaah, wau dan
alif)[3]. Namun terkadang juga fathah jika isim tersebut mabni.
Contoh :
ُ البَيdan ص ِغ ْي ٌر
Diakhir kata ْت َ terdapat tanda baca domma dan dommatain. itulah yang
disebut dengan marfu` biddomah
ص ِغ ْي ٌر
َ ْت ُ البَي
Salah satu tanda rofa` dalam jumlah ismiyah yaitu huruf wau diakhir kata. َ ال ُم ْسلِ ُموْ نdan
َم ِه ْيرُوْ نmasing masing diakhir kata terdapat wau
ان ِ َالطَالِب
ِ ان َعاِل َم
Pokok kalimat pada jumlah ismiah disamping adalah domir َ( اَ ْنتkata ganti orang) dan
sebagaimana kita ketahui bahwa domir itu sifatnya jelas (ma`rifah)
الفصل جميل
kelas itu indah
Pokok kalimat pada jumlah ismiah disamping yaitu isim alam (nama orang) . Dan kaidah
bahasa arab mengatakan bahwa isim alam adalah ma`rifah
3. khabar (kabar) dari jumlah ismiyah merupakan isim nakirah[5]. Yang dimaksud
dengan isim nakirah yaitu isim yang maknanya masih bersifat umum. Biasanya ditandai
dengan tanwin.
Contoh :
Kata نظيفmemjelaskan keadaan kelas yang bersih, namun belum diketahui bahwa
bahagian kelas mana yang bersik. Dalam artian bahwa kata bersih masih bersifat umum
الفصل نظيف
Kelas itu bersih
4. Mubtada’ (pokok kalimat) dan khobar (kabar) harus sisitimatis dalam hal
muannas dan muzakar serta mufrod, musanna dan jama’nya.[6]
Contoh :
Pokok kalimat yaitu ُ فَا ِط َمةdan kabarnya adalah ٌ َج ِم ْيلَة. Keduanya merupakan muannas
زَ ْي ٌد َج ِم ْي ٌل
Pokok kalimat yaitu v التلميذانsedangkan kabarnya ماهران. Antara pokok kalimat dan kabar
keduanya adalah mutsanna
التلميذان ماهران
Kata الطالبونadalah jama muzakkar begitupula kata ضاحكونjuga harus jama muzakkar
الطالبون ضاحكون
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan jumlah ismiyah yang telah dipaparkan dalam pembahasan makalah ini,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. jumlah ismiyah yaitu susunan kaliamt yang terdiri dari mubtada’ dan khabar.
Mubtada’ adalah isim yang dii’rab rafa’ sebagai pokok kalimat dan biasanya berada di
awal susunan kalimat. Sedangkan khabar adalah isim yang di’i’rab rafa’ yang
menerangkan tentang mubtada’.
2. Ada banyak kaidah yang terkait dengan jumlah ismiyah. Dintaranya:
1) Dalam jumlah Ismiah akhir kata ditandai dengan rofa`. Yaitu; dommaah, wau dan
alif. Namun terkadang juga fathah jika isim tersebut mabni.
2) Pokok kalimat (mubtada’) harus berupa Isim Ma’rifah. Yang di maksud Isim
Ma’rifah adalah Isim yang sudah jelas maknanya.
3) Kabar (khabar) dari jumlah ismiyah merupakan isim nakirah.
4) Pokok kalimat (Mubtada’) dan kabar (khobar) harus sisitimatis dalam hal muannas
dan muzakar serta mufrod, musanna dan jama’nya.
B. Saran
Sekiranya bahasa Arab adalah bahasa al-Qur`an dan al-Hadis, maka sepantasnyalah kita
sebaga ummatan muslimatan lebih giat mempelajari kaidah-kaidah bahasa Arab.
Tentunya dengan pemahaman yang cukup dalam bahasa Arab, akan mempermudah
memahami pedoman hidup yaitu al-Qur`an dan al-Hadis.
C. Penutup
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi jumlah ismiah yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, semoga dapat menjadi komsumsi yang bermamfaat
dan menambah wawasan bagi yang membacanya. Tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahan disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh sebab
itu penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya.
Sekian penutup dari kami, semoga berkenan dihati dan kami ucapkan terimakasih.
SUMBER DAN DAFTAR PUSTAKA
http://zakiyuddinalamsyah.blogspot.com/2018/03/makalah-jumlah-ismiyah-
dan-jumlah.html?m=1