Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH BAHASA ARAB

Jumlah Ismiyah

Anggota Kelompok:

 Nadia Restiani
 Nasywa Baiyinah Noor Mulyana
 Nazwa Septiana
 Neng Zeniva Putri
 Regina Agustin

X IIS 1

MAN 2 Cianjur
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Inter Nasional dan memiliki banyak
keutamaan, yakni bahasa al-Qur`an, bahasa penghuni bahas, bahasa para Nabi, dan
beberapa keutamaan lainnya. Selain itu bahasa Arab merupakan bahasa yang dinamik,
bahasa yang kaya akan kaidah, struktur dan kosakata, Sehingga dalam bahasa Arab
terdapat ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa Arab.
Ilmu tata bahasa Arab merupakan bagian ilmu terpenting dalam agama Islam, karena
faktanya seluruh sumber asli ajaran islam seperti al-Qur`an dan al-Hadis berbahasa Arab.
Salah satu bahasan dari ilmu tata bahasa Arab adalah jumlah ismiyah. Namun Pada
dasarnya jenis jumlah (kalimat) dalam bahasa Arab dikelompokkan menjadi dua yaitu
jumlah ismiyah (kalimat nominal) dan jumlah fi`liyah (kaliamt verbal). Dari kedua
jumlah tersebut terdapat kaida-kaeda yang masing-masing berbeda.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari isim?
2. Apa yang dimaksud dengan harf?
3. Apa yang dimaksud dengan kalimah fiil?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan kalimah isim
2. Agar dapat memahami apa yang dimaksud dengan kaliamh fiil
3. Agar memahami apa yang dimaksud dengan harf.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jumlah Ismiyah

Jumlah ismiyah terdiri dari dua suku kata, yaitu jumlah dan ismiyah, dimana dalam
bahasa Indonesia jumlah diartikan sebagai kalimat atau dalam bahasa Inggris disebut
sentence. Adapun kata ismiyah berasal dari kata isim, dimana isim menurut ulama nahwu
merupakan kata yang menunjukkan suatu makna yang ada pada zatnya dan tidak terikat
oleh waktu. Sehingga ketika kedua kata tersebut digabung menjadi satu “ jumlah
ismiyah”, maka lahirlah pengertian dari beberapa ulama nahwu. Diantaranya:
]1[‫كل جملة تتر كب من مبتد ا وخبرتسمى جملة اسمية‬
Jadi jumlah ismiyah yaitu kalimat yang terdiri dari mubtada (pokok kalimat) dan khabar
(kabar). Adapun pendapat lain mengatakan bahwa “Jumlah ismiyah merupakan susunan
kalimat yang diawali dengan Isim (kata benda).”[2]
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa jumlah ismiyah yaitu
susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan khabar. Mubtada’ adalah isim yang
dii’rab rafa’ sebagai pokok kalimat dan biasanya berada di awal susunan kalimat.
Sedangkan khabar adalah isim yang di’i’rab rafa’ yang menerangkan tentang mubtada’.
Biasanya khabar ini disebutkan setelah mubtada’.

Contoh :

Guru itu Tampan


‫األستاذ جميل‬

Kata ‫ األستاذ‬pada contoh diatas merupakan bagian dari kata benda (isim) atau kata
yang tidak terikat dengan waktu, kedudukanya yaitu sebagai pokok kalimat. Adapun kata
‫ جميل‬kedudukanya ialah sebagai kabar yang menerangkan tentang ‫األستاذ‬.

B. Kaidah-kaidah yang Terkait dengan Jumlah ismiyah

Pada jumlah Ismiyah terdapat kaidah-kaidah, dimana kaidah-kaidah tersebut sangatlah


penting. Sehingga sebaagian literatur yang membahas tentang tata bahasa Arab
membahas kaidah-kaidah tersebut. Dianta kaidah-kaidah yang dimaksud adalah:

1. Dalam jumlah ismiyah akhir kata ditandai dengan rofa` (dommaah, wau dan
alif)[3]. Namun terkadang juga fathah jika isim tersebut mabni.
Contoh :
ُ ‫ البَي‬dan ‫ص ِغ ْي ٌر‬
Diakhir kata ‫ْت‬ َ terdapat tanda baca domma dan dommatain. itulah yang
disebut dengan marfu` biddomah

‫ص ِغ ْي ٌر‬
َ ‫ْت‬ ُ ‫البَي‬
Salah satu tanda rofa` dalam jumlah ismiyah yaitu huruf wau diakhir kata. َ‫ ال ُم ْسلِ ُموْ ن‬dan
‫ َم ِه ْيرُوْ ن‬masing masing diakhir kata terdapat wau

َ‫ال ُم ْسلِ ُموْ نَ َم ِه ْيرُوْ ن‬


Tanda rofa` dalam jumlah ismiyah juga dapat berbentuk alif diakhir kata. ‫ الطَالِبَان‬dan
‫ان‬
ِ ‫ َعاِل َم‬masing masing diakhirikata terdapat alif

‫ان‬ ِ َ‫الطَالِب‬
ِ ‫ان َعاِل َم‬

2. Pokok kalimat (mubtada`) harus berupa Isim Ma’rifah[4]. Yang di maksud


Isim Ma’rifah adalah Isim yang sudah jelas maknanya.
Contoh :

Pokok kalimat pada jumlah ismiah disamping adalah domir َ‫( اَ ْنت‬kata ganti orang) dan
sebagaimana kita ketahui bahwa domir itu sifatnya jelas (ma`rifah)

ِ ‫اَ ْنتَ ُمد‬


ٌ‫َرس‬
Kamu seorang guru
Pokok kalimat pada jumlah ismiah disamping yaitu ‫ فصل‬yang artinya kelas namun seletah
dimasuki alif dan lam maka artinya berubah menjadi kelas itu. Sebagaimana kaidah
dalam bahasa arab, bahwa kata benda yang sifatnya masih umum, ketika dimasuki alif
dan lam maka sifatnya menjadi khusus

‫الفصل جميل‬
kelas itu indah
Pokok kalimat pada jumlah ismiah disamping yaitu isim alam (nama orang) . Dan kaidah
bahasa arab mengatakan bahwa isim alam adalah ma`rifah

‫روحل يوسف شرطي‬


Ruhul Yusuf seorang Polisi

3. khabar (kabar) dari jumlah ismiyah merupakan isim nakirah[5]. Yang dimaksud
dengan isim nakirah yaitu isim yang maknanya masih bersifat umum. Biasanya ditandai
dengan tanwin.
Contoh :

Kata ‫ نظيف‬memjelaskan keadaan kelas yang bersih, namun belum diketahui bahwa
bahagian kelas mana yang bersik. Dalam artian bahwa kata bersih masih bersifat umum
‫الفصل نظيف‬
Kelas itu bersih

4. Mubtada’ (pokok kalimat) dan khobar (kabar) harus sisitimatis dalam hal
muannas dan muzakar serta mufrod, musanna dan jama’nya.[6]
Contoh :

Pokok kalimat yaitu ُ‫ فَا ِط َمة‬dan kabarnya adalah ٌ‫ َج ِم ْيلَة‬. Keduanya merupakan muannas

ٌ‫اط َمةُ َج ِم ْيلَة‬


ِ َ‫ف‬
Kata ‫ زَ ْي ٌد‬adalah muzakkar dan kata ‫ َج ِم ْي ٌل‬juga muzakkar.

‫زَ ْي ٌد َج ِم ْي ٌل‬
Pokok kalimat yaitu v‫ التلميذان‬sedangkan kabarnya ‫ماهران‬. Antara pokok kalimat dan kabar
keduanya adalah mutsanna

‫التلميذان ماهران‬
Kata ‫ الطالبون‬adalah jama muzakkar begitupula kata ‫ ضاحكون‬juga harus jama muzakkar

‫الطالبون ضاحكون‬
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan jumlah ismiyah yang telah dipaparkan dalam pembahasan makalah ini,
maka dapat disimpulkan bahwa:

1. jumlah ismiyah yaitu susunan kaliamt yang terdiri dari mubtada’ dan khabar.
Mubtada’ adalah isim yang dii’rab rafa’ sebagai pokok kalimat dan biasanya berada di
awal susunan kalimat. Sedangkan khabar adalah isim yang di’i’rab rafa’ yang
menerangkan tentang mubtada’.
2. Ada banyak kaidah yang terkait dengan jumlah ismiyah. Dintaranya:

1) Dalam jumlah Ismiah akhir kata ditandai dengan rofa`. Yaitu; dommaah, wau dan
alif. Namun terkadang juga fathah jika isim tersebut mabni.
2) Pokok kalimat (mubtada’) harus berupa Isim Ma’rifah. Yang di maksud Isim
Ma’rifah adalah Isim yang sudah jelas maknanya.
3) Kabar (khabar) dari jumlah ismiyah merupakan isim nakirah.
4) Pokok kalimat (Mubtada’) dan kabar (khobar) harus sisitimatis dalam hal muannas
dan muzakar serta mufrod, musanna dan jama’nya.

B. Saran

Sekiranya bahasa Arab adalah bahasa al-Qur`an dan al-Hadis, maka sepantasnyalah kita
sebaga ummatan muslimatan lebih giat mempelajari kaidah-kaidah bahasa Arab.
Tentunya dengan pemahaman yang cukup dalam bahasa Arab, akan mempermudah
memahami pedoman hidup yaitu al-Qur`an dan al-Hadis.

C. Penutup

Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi jumlah ismiah yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, semoga dapat menjadi komsumsi yang bermamfaat
dan menambah wawasan bagi yang membacanya. Tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahan disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh sebab
itu penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya.
Sekian penutup dari kami, semoga berkenan dihati dan kami ucapkan terimakasih.
SUMBER DAN DAFTAR PUSTAKA

 http://zakiyuddinalamsyah.blogspot.com/2018/03/makalah-jumlah-ismiyah-
dan-jumlah.html?m=1

 Buku Nahwu Shorof

Anda mungkin juga menyukai