Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

JUMLAH DALAM BAHASA ARAB


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
BAHASA ARAB

Dosen Pengampu
ELIS JULAIHAH, S.S M.A

Disusun Oleh :
AHMAD RIFA’I (2303004315)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM DARUSSALAM CIAMIS
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Jumlah Dalam Bahasa Arab”
Makalah ini berisikan tentang informasi Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah atau yang lebih
khususnya membahas tentang pembagian Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah, Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Jumlah Ismiyah dan
Jumlah Fi’liyah.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
Makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Ciamis, 27 Februari 2024.

AHMAD RIFA’I

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam perjalanan dewasa ini, kita senantiasa di buat bingung oleh
pengertian- pengertian dari bahasa arab Al-Qur’an dan Hadits yang memakai atau
menggunakan bahasa Arab standar sesuai dengan kaidah-kaidahbahasa Arab .Bahasa Arab
adalah Bahasa Al-Qur’an. Salah satu pembahasan dalam ilmu nahwu yang sangat mendasar
adalah mubtada’ dan khabar. sebaiknya mengetahui terlebih dahulu bahwa kalimat , baik
kalimat sempurna maupun tidak dalam bahasa arab terbagi menjadi dua, yaitu Jumlah
Ismiyah adalah kalimat yang didahului oleh isim yang berada di awal kalimat tersebut
dinamakan Mubtada dan bagian yang melengkapinya di namakan Khabar yang mana
hukum nya dalam I’rab harus mengikuti Mubtada. Dan Jumlah Fi’liyah, yaitu kalimat yang di
dahului oleh fi’il.
Sebagaimana yang kita ketahui, mubtada’ dan khabar salah satu unsur terpenting dalam
konteks bahasa arab. Mubtada dan Khobar adalah bentuk kalimat yang saling berkaitan satu
sama lainnya, sehingga belumlah menjadi kalimat yang sempurna jikalau mubtada belum
dilengkapi oleh khobar. Di dalam Bahasa Arab, keberadaan nominal menjadisangat mutlak
karena dalam penggunaan bahasa arab, kita senantiasa menggunakannya. Adapun contoh dari
nominal yang seringkali digunakan adalah mubtada’ dan khobar. Akan tetapi dalam
perjalanan dewasa ini, kita sentiasa dibuat bingung oleh pengertian-pengertian dari bahasa
arab, apa itu mubtada’ dan bagaimanakah khabar itu, senantiasa menjadi pertanyaan bagi kita
para pemuda yang baru belajar bahasa arab. Pola Struktur kalimat bahasa Arab pada dasarnya
terdiri atas dua pola,yaitu jumlah ismiyah atau disebut kalimat nominal dan jumlah fi’liyah
atau disebut kalimat verbal.
Jumlah ismiyah yaitu susunan kalimat yang mempunyai unsur pokok mubtada dan
khabar(dimulai dengan isim /kata benda ), jadi jumlah ismiyah atau kalimat nominal,adalah
kalimat yang dimulai dengan nomin (isim).
Oleh karena itu di dalam makalah ini akan dijelaskan bangaimana penjelasan
mengenai jumlah ismiyyah dan fi’liyah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Jumlah Dalam Bahasa Arab ?
2. Bagaimana penjelasan mengenai jumlah Ismiyyah?
3. Bagaimana penjelasan mengenai jumlah Fi’liyah?
1.3 Tujuan Penulisan

3
Untuk mengetahui penjelasan tentang Jumlah/kalimat dalam bahasa arab.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN JUMLAH DALAM BAHASA ARAB

Jumlah atau kalimat adalah susunan yang bisa memberikan faedah yang sempurna.
Susunan yang dimaksud adalah gabungan beberapa kata, dua atau lebih kata. Jika kata
hanyalah satu, artinya tidak termasuk ke dalam kategori jumlah.

Susunan kata yang banyaknya dua atau lebih harus mampu memberi suatu makna atau
pengertian tepat pada pendengarnya. Sehingga tidak memberikan pertanyaan pada para
pendengarnya, dimaksudkan agar pendengar tidak meminta keterangan lebih lanjut maksud
dari si pembicara.

Sehingga pembuatan jumlah haruslah jelas sehingga pendengar tidak bingung. Misalnya
kata Segala Puji Bagi Allah, artinya memberi kabar bahwa semua pujian itu hanya
diperuntukkan untuk Allah.

Dengan kata lain, yang dimaksud jenis kalimat di dalam bahasa Arab merupakan lafadz
yang susunannya adalah musnad dan musnad ilaih. Misalnya Mubtada, fi’il dan fa’il, Khobar.

B. PEMBAGIAN JUMLAH
1. JUMLAH ISMIYAH
Jumlah Ismiyah (kalimat nominal) : selain fiil, Dalam bahasa arab istilah kalimat di
sebut dengan Jumlah, dan kalimat sempurna disebut dengan Jumlah Mufidah. Sedangkan
jumlah sendiri merupakan susunan dari beberapa kalimah yang memahirkan atau pesan yang

sempurna.

Jumlah ismiyah adalah suatu kalimat yang unsur-unsurnya terdiri dari “mubtada”
dan “khobar”. Mubtada’ adalah kata yang diterangkan, berupa isim yang diletakkan di
permulaan kalimat, dan kata itu berakhir dengan harakat dhommah, sedangkan “khobar”
adalah kata yang menerangkan hal-ihwal mubtada’.

 Ciri – Ciri Jumlah Ismiyah

4
1. Susunan kalimat berawalan dengan isim ( ‫ ) اسم‬yang artinya Kata benda yang berfungsi
sebagai subyek atau mubtada’, contohnya nama orang, benda mati, bangunan, hewan.
Susunan kalimat tidak bisa dikatakan Jumlah Ismiyah apabila awal kata menggunakan fi’il
( ‫ ) فعل‬yang artinya Kata kerja.
2. Terdiri dari Mubtada’ dan Khobar, seperti yang dijelaskan di atas Jumlah ismiyah harus
bermubtada’ dan Khobar.
3. Mubtada’ dan Khobar harus sifatnya sama dan bilangannya sesuai seperti contoh mubtada’
mudzakar, khobarnya pun harus mudzakar begitu juga sebaliknya. Maksud bilangannya sesuai
adalah apabila mubtada’ nya mufrad, khobarnya pun juga mufrad. Mufrad ( tunggal ),
mutsanna ( ganda ), jamak lebih dari tiga ( plural ).
4. Mubtada’ berada di awal kalimat tidak di dahului oleh Khobar, dalam susunan Jumlah Ismiyah
Mubtada’ harus berada di awal kalimat dan dilanjutkan dengan khobar dan Khobar berfungsi
sebagai predikat atau untuk menjelaskan subyek diawal kalimat.
a. Mubtada
Mubtada adalah isim yang dirofa’kan yang Kosong dari amil-amil sebangsa lafadzh.

. ‫ ْحَنَو َقْو ِلَك "َز ْيٌد َقاِئٌم" َو "الَّز ْيَد اِن َقاِئَم اِن " َو "الَّز ْيُد وَن َقاِئُم وَن‬,‫" َو اَخْلَبُر ُه َو َااِل ْس ُم َاْلَمْر ُفوُع َاْلُمْس َنُد ِإَلْيِه‬
Mubtada’ adalah isim marfu’ yang biasanya terdapat di awal kalimat (Subyek) dan
kosong dari ‘amil lafdy. Tetapi mubtada memiliki ‘amil ma’nawi yaitu mubtada harus
beri’rab rofa’ karena menjadi ibtida (awal kalimat atau awal sesuatu yang di ceritakan)
Pembagian mubtada’ ada dua bagian, yaitu :
 Mubtada yang berupa isim dhahir
Isim dhahir adalah kata benda yang bukan kata ganti, seperti Ahmad, sekolah, singa, dll.
Contoh:

‫اْلَم ْد َرَس ُة ِمَج ْيَلٌة‬


Sekolah itu indah
‫ِس‬
‫اْلَبْيُت َو ا ٌع‬
Rumah itu luas
‫ِه‬
‫َاَمْحُد َم ا ٌر‬
Ahmad itu pintar

Dari contoh di atas, yang termasuk Mubtada adalah “ ‫ اْلَبْيُت‬,‫ْد َرَس ُة‬
‫اْلَم‬ dan ‫َاَمْحُد‬

5
 Mubtada Yang Berupa Isim Dhamir
Isim dhammir adalah kata benda yang berupa kata ganti, saya, dia, mereka, dll.
Contoh mubtada yang mudhmar (isim dhamir)
‫ِش‬
‫ َن ْيٌط ُه َو‬Dia (laki-laki) rajin
‫ َنِش ْيَطاِن َمُها‬Mereka berdua (laki-laki) rajin
‫ِش‬
‫ َن ْيُطْو َن ُه ْم‬Mereka (laki-laki) rajin
‫ِه‬ ‫ِش‬
‫ َن ْيَطٌة َي‬Dia (perempuan) rajin
‫ َنِش ْيَطَتاِن َمُها‬Mereka berdua (perempuan) rajin

‫ َنِش ْيَطاٌت ُه َّن‬Mereka (perempuan) rajin


‫ِش‬
‫ َن ْيٌط َاْنَت‬Kamu (laki-laki) rajin
‫ َنِش ْيَطاِن َاْنُتَم ا‬Kamu berdua (laki-laki) rajin
‫ِش‬
‫ َن ْيُطْو َن َاْنُتْم‬Kamu semua (laki-laki) rajin
‫ َنِش َطٌة َاْنِت‬Kamu (perempuan) rajin
‫ْي‬
‫ َنِش ْيَطَتاِن َاْنُتَم ا‬Kamu berdua (perempuan) rajin

‫ َنِش ْيَطاٌت َاْنَّنُت‬Kamu semua (perempuan) rajin

‫ َنِش ْيٌط َاَنا‬Saya rajin


‫ِش‬
‫ َن ْيُطْو َن ْحَنُن‬Kami rajin

Dari contoh di atas, yang termasuk Mubtada adalah “ ‫ ُه ْم‬,‫ َمُها‬, ‫ ُه َو‬sampai ‫ْحَنُن‬. “

Adapun meng-i'rab-nya adalah sebagai berikut: (saya) berkedudukan menjadi mubtada yang
di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya mabni sukun. Sedangkan lafazh menjadi khabar-nya, di-rafa'-
kan, tanda rafa'-nya dengan dhammah. Dan (kami berdiri). Lafazh berkedudukan
menjadi mubtada, di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan mabni dhammah, sedangkan
menjadi khabar-nya, juga di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan wawu karena jamak
mudzakkar salim.

b. Khobar
Khobar adalah sesuatu yang menerangkan kondisi mubtada dan dapat menyempurnakan
makna mubtada’ yang pada bahasa Indonesia dikenal dengan Predikat. Mubtada tanpa khobar

6
tidaklah jelas ma’nanya begitu juga khobar tanpa didahului mubtada akan menjadi tidak
bermakna.
Contoh:

‫( اُأْلْسَتاُذ َم ِر ْيٌض‬Ustadz itu sakit)


‫ِل ِل‬
‫اْلُمْس ُم َص ا ٌح‬ (Orang muslim itu sholeh)

‫( اْلَو َلُد َنِش ْيٌط‬Anak itu rajin)

Seperti pada contoh di atas, kata ‫َتاُذ‬ ‫ اُأْلْس‬berkedudukan sebagai mubtada dan ‫َم ِر ْيٌض‬

berkedudukan sebagai khobar. Kalau ‫َتاُذ‬ ‫ اُأْلْس‬saja tanpa disertai kata ‫ َم ِر ْيٌض‬jelas tidaklah

bermakna.
 Pembagian khabar
Khabar terbagi atas dua macam, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair mufrad.
Khabar mufrad adalah khabar yang bukan berupa jumlah (kalimat) dan bukan pula syibih
(serupa) jumlah. Ingat, yang dimaksud mufrad disini tidak sama dengan isim mufrad yang
menunjukan bilangan tunggal.
Contoh :

‫َقِئٌم َز ْيٌد‬
‫َقِئ اِن َز َد اِن‬
‫ْي‬ ‫َم‬
‫َقِئُمْو َن َز ْيُد ْو َن‬
Khabar ghairu mufrad adalah kebalikannya, yaitu khabar yang terdiri dari jumlah dan syibih
(serupa) jumlah. Khabar Jumlah itu sendiri ada dua, yaitu jumlah ismiyah (jumlah yang
terdiri dari mubtada dan khabar) dan jumlah fi’liyah (jumlah yang terdiri dari fi’il dan fa’il).
Sedangkan khabar syibih (serupa) jumlah ada dua juga, yaitu yang terdiri dari jar majrur dan
zharaf. Maka khabar ghair mufrad itu semuanya terdiri dari empat bagian yaitu : jumlah
ismiyah, jumlah fi’liyah, jar + majrur dan zharaf.
Ada ketentuan tertentu dimana jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah bisa jadi khabar.
Jika jumlah ismiyah maka pada mubtadanya harus terdapat dhamir yang kembali pada
mubtada pertama.

Contoh : ‫َز ْيٌد َج اِر َيُتُه َذاِه َبٌة‬ Zaid hamba perempuannya pergi.

7
Ini bisa jadi khabar jumlah ismiyah karena pada mubtadanya (yaitu lafadz ‫ ) َج اِر َيُت ُه‬terdapat
dhamir yang kembali pada kata Zaid (mubtada pertama).
Jika jumlah fi’liyah maka pada fa’ilnya harus terdapat dhamir yang kembali pada mubtada.

Contoh : ‫َاُبْو ُه‬ ‫َز ْيٌد َقاَم‬


Ini menjadi khabar jumlah fi’liyah karena pada fa’ilnya (yaitu lafadz ‫ )َاُبْو ُه‬ada dhamir yang

kembali pada zaid (mubtada).

2 . JUMLAH FI’LIYAH
Jumlah Fi’liyah (kalimat verbal) Jumlah fi’liyah adalah kalimat yang terdiri dari kata
kerja/fiil dan pelaku/fail. Failnya berfungsi sebagai subjek dan fiil sebagai predikat.
Jumlah Fi’liyah adalah suatu kalimat yang diawali dengan kata kerja, dan Jumlah
Fi’liyah terdiri dari dua unsur yaitu Fi’il ( kata kerja ) dan Fa’il ( subjek/pelaku ), apabila fa’il
berbentuk muannas mala fi’il juga harus muannas, Begitujuga apabila berbentuk mudzakar.
Namun apabila fa’il berbentuk mutsanna ( ganda ) ataupun Jamak ( banyak ) maka fi’il harus

tetap mufrod ( tunggal ).

Metode struktur paling sederhana untuk jumlah fi’liyah adalah : Fa’il [ kata kerja ] + fa’il

[ pelaku ] atau Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [pelaku ] + maf’ul bih [ obyek ] Jika menyesuaikan
tata bahasa indonesia, jumlah fi’liyah itu sama dengan susunan S P O, S sebagai Subjek , itu
sama dengan fa’il sebegai pelaku, P sebagai Predikat , itu sama dengan fi’il sebagai pekerja,
dan O sebagai Objek itu sama dengan Maf’ul Bih sebagai yang di kenai pekerjaan.

Kalau maf’lu bih itu adalah isim yang dibaca nashab yang dikenai pekerjaan. Sebuah kalimat

yang berpredikat kata kerja transitif harus dilengkapi dengan objek atau maf’ul bih. Obyek
tidak harus ada dalam jumlah fi’liyah, karena ada fi’il yang menuntut obyek dana ada yang

tidak menuntut obyek.

 Ciri – Ciri Jumlah Fi’liyah


1. Berawalan kata kerja ( ‫) فعل‬, baik fi’il madhi (kata kerja lampau), fi’il mudhori (kata kerja
sekarang atau yang akan datang), dan fi’il amr (kata perintah).

8
2. Mengandung makna perbuatan, pekerjaan, atau apa yang dilakukan.
3. Mengandung keterangan waktu seperti yang dijelaskan pada poin a baik masa lampau,
sekarang ataupun yang akan datang.
4. Terdiri atas susunan ‫( فعل‬kata kerja), ‫( فاعل‬pelaku/yang mengerjakan) ataupun ‫( مفعل به‬akibat
dari yang dikerjakan).
a. Pembagian fi’il berdasarkan bentuk
Menurut bentuknya fi’il terbagi menjadi dua. Yaitu ,fi’l sahih dan fi’l mu’tal. Fi’l sahih

adalah kata yang semua huruf aslimya bukan huruf ‘illat, (‫ا‬,‫ى‬,‫ ) و‬contohnya , ‫ َف ِر َح‬, ‫َك َتَب‬

‫ َش اَر َك‬, ‫ َس ْيَطَر‬, dan ‫ِاْج َل َّو َذ‬. Sedangkan fi’l mu’tal adalah kata yang salah satu huruf aslinya

adalah huruf ‘illat, contohnya ‫َقاَم‬ , ‫ َو َعَد‬, dan ‫َر ِض َي‬.


b. Pembagian fi’il berdasarkan jenis
Menurut jenisnya fi’il terbagi menjadi dua, yaitu fi’il lazim dan fi’il muta’addi. Fi’il
lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan obyek/maf’ul bih. Sedangkan muta’addi

adalah kata kerja yang membutuhkan obyek/ maf’ul bih.

Berikut contoh - contoh jumlah fi’liyah


‫ُمَحَّم ٌد َقَر َأ‬ ( Muhammad telah membaca )
‫ِهْنٌد َقَر َأْت‬ ( Hindun telah membaca )
‫َزْيٌد َيْقَر ُأ‬ ( Zaid sedang membaca )
‫ ( َيْقَر ُأ الَّطاِلُبْو َن‬Para siswa sedang membaca )
Pada contoh 1 dan 2 dapat kita lihat kesesuaian antara fi’il dan fa’il dalam jenisnya yaitu
mudzakar dan muannast. Sedangkan pada contoh 3 dan 4 dapat kita lihat bahwa berapapun

bilangan failnya fi’il harus tetap mufrod.

9
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mubtada’adalah isim marfu’ yang biasanya terdapat di awal kalimat
(Subyek). Mubtada itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu mubtada yang zhahir dan
mubtada yang mudhmar (dhamir). Khobar adalah sesuatu yang dapat menyempurnakan
makna mubtada’ (Predikat). Khabar itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu khabar mufrad dan
khabar ghair mufrad. Penggunaan mubtada’ dan khobar pada kalimat yaitu Mubtada dan
khabar harus marfu / rofa. mengenai jumlah fi’liyah, dapat disimpulkan bahwa jumlah
fi’liyah adalah kalimat yang terdiri dari fiil dan fa’il. Fa’il adalah kata kerja , sedangkan fa’il
adalah subjek atau pelaku. Jumlah Fi’liyah tidak selalu memerluhkan obyek.

11
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Bakar Muhammad. Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab. Surabaya: Usaha
Nasional. 1981.
Alipandie, Imansyah. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha
Nasional. 1984.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. 2010.
Asyrofi, Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006.
Creswel, John W. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka. 1989.
Douglas, Brown H. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Pearson
Educatin. 2008.
Fasholinanda, Rofi. Surat Az-Zumar dalam Al-Qur’an: Huruf Jar dan Metode
Pembelajarannya (Metode Gramatika). Skripsi. 2013.

12

Anda mungkin juga menyukai