Ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya tidak lupa penulis sampaikan
kepada seluruh pihak utamanya Bapak Prof. Dr. H. Syarifuddin Ondeng, MA
selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Arab yang telah membimbing penulis
dalam pengerjaan tugas makalah ini. Makalah ini merupakan tugas untuk
memenuhi ujian tengah semester mata kuliah Bahasa Arab di program studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada Universitas Muslim Indonesia.
Nurjannah Abdullah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2
A. Pengertian Kalam.......................................................................................2
1. Pembagian Kalam.................................................................................3
B. Pengertian Jama’.......................................................................................5
a. Macam – Macam Jama’.......................................................................5
C. Pengertian Dhamir......................................................................................9
a. Pronomina Bentuk Bebas (Dhomir Munfashil)..................................10
b. Pronimina Klitika (Dhomir Muttashil)...............................................11
D. Pengertian Mufradat.................................................................................11
a. Jenis – Jenis Mufradat........................................................................12
b. Pembagian Bahasa menurut Maknanya.............................................12
c. Pembagian Mufradat menurut Karakteristik Kata (Takhassus).........13
d. Pembagian Kosakata menurut Penggunaannya..................................13
A. Pola Kalimat.............................................................................................14
a. Pengertian Tata Bahasa Arab.............................................................14
b. Struktur Kalimat Bahasa Arab...........................................................15
c. Pembagian Jumlah atau Kalimat........................................................16
d. Pola – Pola Kalimat dalam Bahasa Arab dan Cara Penerjemahannya20
BAB III PENUTUP............................................................................................23
A. Kesimpulan...............................................................................................23
B. Saran.........................................................................................................23
BAB IV DAFTAR PUSTAKA...........................................................................24
iii
E. Pola Kalimat
Di dalam tatanan bahasa tentu saja terdapat suatu kalimat atau susunan
kata yang mempunyai fungsi untuk mengabarkan atau tuntutan. Termasuk
dalam bahasa Arab tentu saja terdapat jenis kalimat dalam bahasa Arab.
Bahasa Arab di dalam penyampaiannya terkadang sifatnya Khobar atau berita
kemudian insya atau tuntutan. Kedua fungsi tersebut menjadi unsur dari
jumlah atau kalimat.
A. Pengertian Tata Bahasa Arab
Dalam tata bahasa Arab, “kata” dibagi ke dalam tiga golongan besar:
1. ISIM ( ) ِاْس مatau “kata benda”. Contoh: =( َم ْس ِج دmasjid)
2. FI’IL ( ) ِفْع لatau “kata kerja”. Contoh: =( ُأَص ِّلْيsaya shalat)
3. HARF ( ) َح ْر فatau “kata tugas”. Contoh: =( ِفْيdi, dalam)
Perlu diingat bahwa istilah Kata Benda, Kata Kerja dan Kata Tugas seperti
yang kita kenal dalam tata bahasa Indonesia, tidak sama persis dengan
pengertian Isim, Fi’il dan Harf dalam tata bahasa Arab.
iv
Dengan kata lain, yang dimaksud jenis kalimat di dalam bahasa
Arab merupakan lafadz yang susunannya adalah musnad dan musnad ilaih.
Misalnya Mubtada, fi’il dan fa’il, Khobar.
2. Jumlah fi’liyyah
Jumlah fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan kata kerja,
baik berupa fi’il madli mudlari’ maupun fi’il amar, misalnya :
v
( يدرس حسان العربية مرتين في كل أسبوعHassan mengajar bahasa Arab dua
kali setiap minggu)
( قرأ فريد الكتاب قبل الذهاب إلى الجامعةFarid telah membaca buku sebelum
berangkat ke kampus)
( خ |ِالِق الن||اس بخل||ق حس||نBergaullah dengan sesama manusia dengan
akhlak yang baik)
A. Pembagian Jumlah/Kalimat
Jenis kalimat dalam bahasa Arab dapat terbagi ke dalam lima jenis
pembagian jumlah/kalimat, di antaranya ismiyah, fi’liyah, dhorfiyah, dzatu
wajhain dan syartiyah. Untuk lebih jelasnya, berikut ini pembagian yang
dimaksud.
1. Kalimat Ismiyah
Jumlah Ismiyah
Pertama yang akan dibahas adalah jumlah ismiyah yang
merupakan salah satu bentuk dari kalimat dalam bahasa Arab.
Definisi Jumlah Ismiyah
Di dalam ilmu nahwu, definisi jumlah ismiyah atau kalimat
nominal adalah kalimat yang lafadz nya diawali oleh kalimat isim.
Yaitu kalimat yang menunjukkan makna tertentu serta tidak
mempunyai keterkaitan zaman. Baik berupa isim yang terlihat jelas
ataupun penta’wilan atau dibelokkan dari lahirnya.
Dengan kata lain, kalimat ini diawali isim atau dhamir yang tersusun atas
Mubtada dan Khabar.
Contoh Jumlah Ismiyah
Agar lebih paham maka harus disertai dengan contoh jumlah
ismiyah dalam ayat Al Quran dimana kalimat ini pada dasarnya
memiliki predikat kata benda. Misalnya, pada kalimat Allahu
Rabb, dimana kata Allahu adalah Mubtada sementara Khabar
adalah Tuhan. Artinya Allah adalah Tuhan. Kemudian pada
vi
kalimat Muhammadun Rasullullah, dimana kata Muhammadun
adalah Mubtada sementara Khabar adalah Rosul.
2. Kalimat Fi’liyah
Jumlah Fi’liyah
Jenis kalimat dalam bahasa Arab yang kedua adalah jumlah
fi’liyah yang akan dibahas dalam penjelasan berikut ini.
Definisi Jumlah Fi’liyah
Definisi jumlah fi’liyah atau kalimat verba adalah jumlah atau
kalimat yang awalannya menggunakan fi’il. Fi’il adalah kata yang
menunjuk pada pekerjaan dan berkaitan dengan zaman, baik itu hal
yang jelas ataupun hal yang dikira-kira (takdir).
Contoh Jumlah Fi’liyah
Pada kalimat “Qala Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam”
dimana kalimat tersebut merupakan contoh jumlah fi’liyah yang
diawali dengan kata kerja berupa Qala. Qala di sini artinya sudah
berbicara dalam bentuk fill madhi yang berarti kata kerja sudah
lampau.
Kata Rasulullah kemudian menjadi subjek atau fa’il dari qala.
Rasullullah menempati subjek yang dhahir, sebab terlihat jelas
subjeknya.
3. Kalimat Dhorfiyyah
Jumlah Dhorfiyyah
Jenis kalimat dalam bahasa Arab selanjutnya adalah jumlah
dhorfiyyah. Untuk lebih lengkapnya simak berikut penjelasannya.
Definisi Jumlah Dhorfiyyah
Pada dasarnya definisi jumlah dhorfiyyah adalah kalimat yang
diawali dengan dhorof atau kata yang bisa menunjukkan makna dari
vii
suatu tempat atau zaman. Atau bisa juga jer major yaitu huruf jer
serta isim yang diubah ke jer.
Dhorof zaman merupakan kata dengan unsur waktu, sementara
dhorof makan merupakan kata yang memiliki unsur tempat. Kalimat
yang diawali dengan tempat atau waktu ini yang dapat disebut
sebagai kalimat dhorfiyah.
Contoh Jumlah Dhorfiyah
Misalnya contoh jumlah dhorfiyah berupa dhorof zaman digunakan
pada Al Baqarah ayat 95, An Nuh ayat 5 dan lain-lain. Kemudian
pada dhorof makan Anda bisa menjumpai dalam Al Baqarah ayat
123, Al Baqarah ayat 17 dan lain-lain.
viii
Jumlah Dzatu Wajhain
Jenis kalimat dalam bahasa Arab selanjutnya adalah jumlah dzatu
wajhain yang akan dijelaskan berikut ini.
Definisi Jumlah Dzatu Wajhain
Definisi jumlah dzatu wajhain pada dasarnya adalah dua wajah.
Maksudnya jumlah yang bisa diawali dhorof ataupun jer majrur.
Contoh Jumlah Dzatu Wajhain
Contoh jumlah dzatu wajhain bisa Anda jumpai dalam kalimat “hal
indaka holidu”, dimana lafadz indaka merupakan dhorof serta jer
majrur yang membutuhkan keterhubungan kalimat lain atau
ta’alluq.
Jika pada lafadz yang sebelumnya tidak dijumpai ta’alluq, taqdir
dapat berupa isim, fi’il atau lafadz yang sejenisnya.
Apabila yang di taqdir adalah kalimat fi’il berarti termasuk ke
dalam kategori kalimat fi’liyyah. Sebaliknya apabila yang di taqdir
adalah kalimat isim maka masuk dalam kalimat ismiyah. Inilah
yang menjadi alasan jumlah dzatu wajhain memiliki dua wajah.
5. Kalimat Syartiyah
Jumlah Syartiyah
Berikutnya jumlah syartiyah yang masuk ke dalam jenis kalimat
pada bahasa Arab. Untuk lebih lengkapnya simak penjelasannya
berikut ini.
ix
Kalimat pertama adalah kalimat syarat, sementara kalimat kedua
adalah penghubung jawabiyah. Kata penghubung berupa jawab
berfungsi untuk menghubungkan jawab dan syarat.
Huruf syarat biasa disebut juga sebagai imtina limtina, yaitu
terhalangnya jawab dikarenakan terhalangnya huruf syarat. Huruf
syarat lebih digunakan untuk menjelaskan tindakan masa lampau,
tetapi tidak terjadi atau batal dikarenakan sebab tertentu. Bisa juga
digunakan untuk menyatakan suatu tindakan yang hendak
dilakukan tetapi tidak jadi dilakukan karena adanya suatu sebab.
Contoh Jumlah Syartiyah
Huruf syarat berupa in atau indzmaa bisa dimaksudkan untuk
menjelaskan kata jika. Kemudian huruf lau bisa memberi makna
kata kalau. Untuk kata lau ini, jika madhi bersifat positif maka bisa
bersambung dengan huruf lam, sementara jika negatif maka tidak
bersambung huruf lam.
Selanjutnya huruf lau laa atau lau maa dimaksudkan untuk
menjelaskan kata sansainya. Kedua huruf tersebut memiliki fungsi
untuk menjelaskan suatu hal yang tidak jadi terjadi karena adanya
suatu hal yang menjadi faktor.
Kemudian huruf amma menunjukkan maksud adapun. Sementara
hufur lamma memberikan maksud ketika atau tatkala.
Surat Muhhamad ayat 7, “In tanṣurullaha yanṣurkum wa yusabbit
aqdamakum”, maka sebagai huruf syaratnya adalah kata “in”.
x
Dalam bahasa Arab banyak digunakan jumlah fi’liyah, yaitu kalimat
yang diawali dengan fi’il sebagai permulaan kalimat sehingga kalimat
itu dimulai dengan predikat, sedangkan subjeknya berada dibelakang.
Namun, walaupun kalimat itu berbentuk jumlah fi’liyah,tetapi
padanannya dalam bahasa Indonesia adalah jumlah ismiyah,sehingga
kalimat itu diterjemahkan seperti jumlah ismiyah pula,
Contoh:
َيِبْيُع الَفَّالُح الَح َض َر
Arti harfiah : Menjual petani sayur-sayuran
Terjemahan : Petani menjual sayur-sayuran
َتَع َّلَم الُّطَالُب ُك َّل َيْو ٍم
Arti harfiah : Belajar para siswa tiap hari
Terjemahan : Para siswa belajar tiap hari.
xi
Arti harfiyah: Saya disenangi karena bertemu anda
Terjemahan : Saya senang bertemu Anda
َأَنا َم ْسُر ْو ٌر ِبُح ُض ْو ِر َك
Arti harfiyah: Saya disenangi oleh kedatangan anda
Terjemahan : Saya senang anda datang
xii
Kata منmempunyai beberapa padanan makna, karena itu منtidak
selalu diberi arti sama, melainkan diterjemahkan sesuai dengan
pengertian kalimat. Kadang-kadang berarti karena, salah seorang,
dari,terhadap, antara lain.
Contoh :
َو َص َل الُسَّياُح ِم َن الَيَبان
Arti harfiyah : Sampai para turis itu dari Jepang
Terjemahan : Para turis itu datang dari Jepang
ِم ْن َأِط َّباِء الَعَر ِب إُبو الَقاِس ِم الَز ْه َر اِو ي
Arti harfiyah : Dari dokter-dokter Arab Abul Qosim Al-Zahrawi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
xiii
Kitab Al – Qur'an, kitab Hadits, ushul fiqh, tasawuf dan buku – buku
sumber pengetahuan lainnya tentang agama Islam yang menggunakan bahasa
Arab dalam penulisannya menjadi sebuah dasar bahwa bahasa Arab
merupakan salah satu bahasa yang harus dipelajari khususnya oleh umat
Islam. Maka atas dasar agar mampu mengerti dan memahami pokok ajaran
agama Islam maka bahasa Arab bisa dikatakan wajib untuk dipelajari oleh
umat Islam, dan juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa Arab. Sama halnya
dengan pembelajaran bahasa lainnya, pembelajaran bahasa Arab memiliki
pokok keterampilan atau maharah yang harus dipelajari dan difahami oleh
orang yang mempelajarinya, antara lain:
1. Keterampilan mendengarkan (Maharah al-Istima')
2. Keterampilan berbicara (Maharah al-Kalam)
3. Keterampilan membaca (Maharah al-Qiro'ah)
4. Keterampilan menulis (Maharah al-Kitabah)
Walaupun banyak ahli bahasa yang mengatakan dari keempat
keterampilan itu ada yang lebih diutamakan atau didahulukan, namun pada
hakikatnya keempat keterampilan itu saling melengkapi dan tidak dapat
ditinggalkan dalam pembelajaran bahasa Arab hal ini bertujuan demi
mencapai totalitas dan hasil maksimal dari pembelajaran bahasa Arab.
B. Saran
Peningkatan pembelajaran bahasa Arab seharusnya dapat direalisasikan jika
merujuk pada metode dan konsep pembelajaran yang tepat, dengan
memberikan sitematika pembelajaran yang bertahap menyesuaikan dengan
kapasitas pemahama dan klasterisasi tingkatan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
xiv
Aryan, K. (2021, September 07). Makalah Pembelajaran Bahasa Arab. Retrieved
from id.scribd.com. https://id.scribd.com/document/523594579/Makalah-
Pembelajaran-Bahasa-Arab
Inasari, & Suma, M. (2021). Memahami Asal Kata (Mufrodat). Retrieved from
mynida.stainidaeladabi.ac.id.
https://mynida.stainidaeladabi.ac.id/asset/file_pertemuan/2bf22-makalah-
bahasa-arab-mufrodat.pdf.
Sitoresmi, A. R. (2023, February 10). Dhomir Adalah Kata Ganti, Pahami dari
Makna dan Jenis - Jenisnya . Retrieved from Liputan 6.
https://www.liputan6.com/hot/read/5203325/dhomir-adalah-kata-ganti-
pahami-dari- makna-dan-jenis-jenisnya?page=4
https://belajar-menerjemah-bahasa-arab.blogspot.com/2017/01/pola-pola-kalimat-
dalam-bahasa-arab-dan.html
https://belajar-menerjemah-bahasa-arab.blogspot.com/2017/01/pola-pola-kalimat-
dalam-bahasa-arab-dan.html
https://lister.co.id/blog/tata-bahasa-arab-pengertian-struktur-jenis-dan-contohnya/
xv