Anda di halaman 1dari 20

‫الجملة المفيدة وأقسام الكلمة‬

MAKALAH KELOMPOK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab


pada Semeseter I (Satu) Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Tahun Akademik 2020 – 2021

Dosen pengampu : Muhammad Ridwan Fauzi, S.Hum., M.P.d.

Disusun oleh :
Kelompok I (Satu)
Asri Mulyani
Silvani Sania Maulidia
Nadia Maulida
Sendi Muhammad

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


SYAMSUL ‘ULUM GUNUNGPUYUH SUKABUMI
TAHUN AKADEMIK 2020 – 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam. Shalawat dan salam
semoga dilimpahkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai
rahmat bagi sekalian alam, berserta keluarga dan para sahabatnya serta para
pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
            Makalah ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami
mengenai Jumlah Mufidah dan Pembagian kalimah Semoga makalah ini memberi
banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan.
            Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami mohon, semoga usaha ini
merupakan usaha yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari
kemudian.
            Dan tak lain yang kami harapkan adalah syafaat, berkah darimu ya
Muhammad. Semoga kita selalu dalam lindungan Illahi Rabbil Izzati, dan mampu
meneladani kemuliaan akhlaqmu yang teruntai di dalam sunnah-nabawiyahmu.
Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.

Sukabumi 7 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A.   Latar Belakang...............................................................................................1

B.   Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian Jumlah Mufidah (ُ‫)ال ُج ْملَةُ ال ُمفِ ْي َدة‬.....................................................3

B. Pembagian Jumlah Mufidah (ُ‫)ال ُج ْملَةُ ال ُمفِ ْي َدة‬....................................................4

1. Jumlah Ismiyyah (ُ‫ )ال ُج ْملَةُ ا ِإل ْس ِميَّة‬,................................................................4

) .2Jumlah Fi’liyyah(,ُ ‫ال ُج ْملَةُ الفِ ْعلِيَّة‬.................................................................5

C. Pengertian Kalimah.....................................................................................
7

D. Bagian-Bagian
Kalimah..............................................................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................15

B. Saran .......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang


Sebagian besar rakyat indonesia memeluk agama islam, sedangkan islam
memiliki suatu pedoman yaitu al-Qur’an yang ditulis menggunakan bahasa Arab.
Seseorang tidak akan dapat memahami pedoman atau Kitab dan Sunnah dengan
benar tanpa mempelajari bahasa Arab. Menyepelekan dan menggampangkan
bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama. Dan Allah
telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an, karena bahasa arab
adalah bahasa terbaik yang pernah ada sebagaimana firman Allah,
“sesungguhnya kamu telah jadikan Al-quran dalam bahasa arab supaya kalian
memikirkannya.” (QS.Yusuf:2 )
Ilmu bahasa arab itu amatlah luas, dan mempunyai puluhan cabang-cabang
ilmu yang mempunyai pengertian dan kepentingan tersendiri, Walau
bagaimanapun,ilmu paling penting  ialah Nahwu dan Shorof. Oleh karena itu
penting untuk mempelajari ilmu itu. Sehingga di sini kami akan sedikit mengulas
materi dalam nahwu yaitu Jumlah Mufidah

B.   Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini
1.      Apa yang di maksud dengan Jumlah Mufidah
2.      Bagaimana Pembagian Jumlah Mufidah
3.      Contoh–Contoh Jumlah Mufidah
4. Apa Pengertian Kalimah
5. Apa Saja Bagian-Bagian Dari Kalimah

C. Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian Jumlah Mufidah

1
2.      Mengetahui Pembagian Jumlah Mufidah
3.      Mengetahui contoh-contoh Jumlah Mufidah
4. Mengetahui Pengertian Kalimah
5. Mengetahui Bagian-Bagian Kalimah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jumlah Mufidah (ُ‫)ال ُج ْملَةُ ال ُمفِ ْي َدة‬

    Di dalam bahasa Arab, kata “kalimat” dinamakan “jumlah”. Jumlah yang
kemudian lebih dikenal dengan istilah jumlah mufidah, adalah susunan atau
gabungan dari beberapa kata yang mempunyai arti sempurna yang minimalnya
terdiri dari subjek dan predikat.
 Jumlah mufidah biasa diartikan dengan “kalimat sempurna”.

 Jumlah mufidah adalah susunan 2 kata atau lebih yang mempunyai


pengertian sempurna/lengkap sehingga dapat memuaskan orang yang
mendengarnya.
 Jadi syarat kalimat sempurna adalah:
(1). Minimal tersusun dari 2 kata.
(2). Memberi pengertian sempurna (dapat memuaskan pendengar).
Contoh: a
ٌ‫' = ~ َعلِ ٌّي َمرْ يض‬Ali sakit, tersusun dari dua kata;‫' =' ~ َعلِ ٌّي‬Ali
ٌ‫ = ~ َمرْ يض‬sakit
Susunan kata dalam ‫رْ يضٌ َعلِ ٌّي‬aa‫' = ~ َم‬Ali sakit,  bila diucapkan orang yang
mendengar dapat mengerti.
Contoh: b
‫ َع‬aa‫' = ~ َعلِ ٌّي َر َج‬Ali  telah pulang/kembali, juga tersusun dari dua kata,  bila
diucapkan pendengar dapat mengerti dengan kata lain memberikan faedah yang
sempurna.
Susunan kata diatas disebut dengan Al-Jumlah Al-Mufidah ~ ُ‫ة‬GGَ‫الج ْمل‬
ُ ُ‫ َدة‬GG‫ال ُمفِ ْي‬  .
Apabila ada susunan kata yang tidak memberikan faedah yang sempurna
(walau terdiri lebih dari  tiga kata), susunan kata ini tidak dinamakan sebagai
Jumlah Mufidah.

3
Contoh:
‫ ~ إِ ْن َر َج َع َعلِ ٌّي‬In raja'a 'Aliyyun = Jika Ali telah pulang, tersusun dari tiga kata ; ‫= إِ ْن‬
jika; ‫ = َر َج َع‬telah pulang; dan ‫' = َعلِ ٌّي‬Ali. Susunan kata dalam ‫ = إِ ْن َر َج َع َعلِ ٌّي‬jika Ali
telah pulang, jadi yang mendengar masih menunggu jawaban, ...."Jika Ali telah
pulang....terus ngapain?  Ini menunjukkan bahwasanya susunan tersebut tidak
sempurna atau tidak memberikan faedah yang sempurna, tidak  dikatakan Jumlah
Mufidah.
Untuk menyempurnakan menjadi Jumlah Mufidah,  misalnya  kita  tambahkan
kata ُ‫~فَأ َ ْك ِر ْمه‬fa-akrimhu = maka muliakanlah,  kalimatnya menjadi:
‫ َع إِ ْن‬a‫ هُ َعلِ ٌّي َر َج‬a‫ فَأ َ ْك ِر ْم‬In raja'a 'Aliyyun fa-akrimhu = jika 'Ali telah pulang  maka
muliakanlah ia. Susunan kata  ini, bila diucapkan orang yang mendengar dapat
mengerti, susunan ini baru menjadi susunan yang sempurna dan memberikan
faedah yang sempurna yang dinamakan dengan Jumlah Mufidah".

B. Pembagian Jumlah Mufidah (ُ‫)ال ُج ْملَةُ ال ُمفِ ْي َدة‬

1. Jumlah Ismiyyah (ُ‫اإل ْس ِميَّة‬


ِ ُ‫ )ال ُج ْملَة‬,
yaitu kalimat yang diawali dengan isim (lafadz yang menunjukkan kata 
benda, kata tempat, nama orang, binatang, dll).
Jumlah Ismiyah: adalah jumlah yang diawali dengan Isim
Contoh: a
  ‫' = َمرْ يضٌ َعلِ ٌّي‬Ali sakit Susunan ini diawali dengan ‫' ~ َعلِ ٌّي‬Aliyyun, Isim,
tandanya adalah dhommahtain.
Bila kita menemukan suatu kata dan kata tersebut di tanwin, baik itu
dhommahtain(baris depan), fathahtain(baris atas) atau kasrohtain(baris bawah),
maka kata tersebut adalah Isim.
Sehingga susunan  ‫' ~ َمرْ يضٌ َعلِ ٌّي‬Aliyyun mariydhun merupakan susunan
Jumlah Ismiyah.
contoh: b
‫ = نَبِ ٌّي ُم َح َّم ٌد‬Muhammad  Seorang Nabi.Jumlah atau Kalimat ini diawali dengan ‫ُم َح َّم ٌد‬
~ Muhammadun, Isim, tandanya adalah dhommahtain.

4
Bila kita menemukan suatu kata dan kata tersebut di tanwin, baik itu
dhommahtain(baris depan), fathahtain(baris atas) atau kasrohtain(baris bawah),
maka kata tersebut adalah Isim.
Sehingga Jumlah atau Kalimat  ‫ ~ ُم َح َّم ٌد نَبِ ٌّي‬Muhammadun nabiyyun
merupakan susunan Jumlah Ismiyah.
Bila Al-Jumlah(Kalimat) diawali dengan Isim maka Al-Jumlah tersebut
adalah  Jumlah Ismiyah.
) .2 Jumlah Fi’liyyah(‫ُ ال ُج ْملَةُ الفِ ْعلِيَّة‬,

adalah kalimat yang diawali oleh fi’il (kata kerja).


Contoh: a
َ ‫ َذه‬ ‫ ~ زَ ْي ٌد‬dzahaba Zaidun = Zaid telah pergi. Jumlah atau Kalimat ini diawali
‫َب‬
َ ‫ ~ َذه‬dzahaba= pergi.
dengan ‫َب‬
َ ‫ ~ َذه‬dzahaba = pergi. 
Menentukan kata ‫َب‬
Cara Pertama :
Untuk Fi’i l, seringkali ciri-cirinya tidak disebutkan. Cara praktis untuk
mengetahuinya adalah dengan menghafal ciri -ciri Isim  dan menghafal macam-
macam Huruf.  Apabila tidak termasuk Isim maupun Huruf berarti dia termasuk
َ ‫ ~ َذه‬dzahaba tidak termasuk Isim maupun Huruf berarti dia termasuk Fi’il. 
Fi’il. ‫َب‬
Cara Kedua:
  Kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat
dengan waktu dinamakan dengan Fi'il.
َ ‫ ~ َذه‬dzahaba = pergi  terikat dengan waktu maka kata tersebut adalah Fi'il.
Kata ‫َب‬
  Maka Jumlah atau Kalimat ‫َب‬ َ ‫ ٌد َذه‬GG‫ ~ َز ْي‬dzahaba Zaidun  adalah  merupakan
susunan Jumlah Fi'liyah.
Contoh: b
‫ ~ َعلِ ٌّي َر َج َع‬Raja'a 'Aliyyun = 'Ali telah pulang/kembali. Jumlah atau kalimat ini 
diawali  dengan ‫ ~ َر َج َع‬raja'a  =pulang/kembali.
Menentukan kata  ‫ ~ َر َج َع‬raja'a  =pulang/kembali.
Cara Pertama: 

5
Untuk Fi’il, seringkali ciri-cirinya tidak disebutkan. Cara praktis untuk
mengetahuinya adalah dengan menghafal ciri -ciri Isim  dan menghafal macam-
macam Huruf.  Apabila tidak termasuk Isim maupun Huruf berarti dia termasuk
Fi’il. ‫ج َع‬Gَ ‫ ~ َر‬raja'a  tidak termasuk Isim maupun Huruf berarti dia termasuk Fi’il. 
Cara Kedua: 
Kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat
dengan waktu dinamakan dengan Fi'il.Kata  ‫ ~ َر َج َع‬raja'a  =pulang/kembali terikat
dengan waktu maka kata tersebut adalah Fi'il.Maka Jumlah atau Kalimat ‫ َر َج َع‬  ‫َعلِ ٌّي‬
~ Raja'a 'Aliyyun  adalah  merupakan susunan Jumlah Fi'liyah.
Bila Al-Jumlah Kalimat diawali dengan  Fi'il maka Al-Jumlah tersebut
adalah  Jumlah Fi'liyah.

6
B. Pengertian kalimah
Kalimah adalah suatu lafaz yang digunakan untuk menunjukan makna
yang bersifat mufrod/tunggal. Jika kalimah dalam bahasa arab di bahasa
indonesiakan maka disebut kata.
Kalam. Adalah ucapan yang tersusun sehingga pendengar memahami
maksudnya. Sesuai dengan objek pembicaraannya, maka ucapan tersebut
harus dalam bahasa Arab. Sehingga suatu ucapan disebut kalam apabila
memenuhi 4 (empat kriteria), yakni:
a.Diucapan ( ٌ‫) َم ْلفُوْ ظ‬
b.Disusun ( ٌ‫) ُم َر َّكب‬,
c.Difahami dan ( ‫) ُمفِ ْي ٌد‬,
d.Berbahasa Arab ( ‫َوضْ ُع ْال َع َربِيَّة‬
Untuk nahwu pertama-tama kita akan mempelajari tentang dasar yaitu
pengertian kalam sebagaimana dikutip dalam kitab jurumiyyah (kitab
dasar ilmu nahwu)dan kita akan mempelajari kitab itu disini sebagai
permulaan , disitu dituiskan :
َ ‫ألكَاَل ُم هُ َو اللَّ ْفظُ ْال ُم َر َّكبُ ْال ُمفِي ُد بِ ْال‬
‫ـوضْ ِع‬
“ALKALAAMU HUWAL LAFDZUL MURAKKABUL MIFYDU BIL
WAD’I”
Artinya: Adapun pengertian kalam secara harfiyah yaitu satu lafadz yang
tersusun lagi memberi faedah dengan letaknya (dengan bahasa arab).
Contoh  :                    ‫> َجا َء َز ْي ٌد قَائِـ ٌم‬  zaid datang dalam keadaan berdiri
Seperti dijelaskan kalam adalah lafadz, yang memberi faedah, yang
tersusun dan dengan letaknya( dengan bahasa arab), itu hanyalah
pengertian umumnya sedangkan kita yang pemula tidak mengetaui apa arti
lafadz,memberi faedah dll, untuk itulah saya menambahkan beberapa
pengetian mengenai lafadz dan sebagainya

7
Lafadz adalah suara yang mengandung sebagian huruf hijaiyyah contoh :
‫زَ يْد‬
ِ ‫وت يَ ْشتَ ِم ُل َعلَى بَ ْع ِد ال ُحر‬
‫نحو َز ْي ٌد‬, ‫ُوف ال ِه َجائِيَ ِة‬ ٌ ‫ص‬َ ‫ ه َُو‬: ُ‫أَللَّ ْفظ‬
“ALLAFDJU : HUWA SHOWTUN YASYTAMILU ALA’ BA’DIL
HURUUFIL HIJAAIYATI , NAHWU ZAIDUN”
Dan ada pula beberapa yang tidak dikategorikan sebagai lafadz yaitu suara
yang tidak terkandung didalamnya sebagian huruf hijaiyyah seperti suara
suara gendang, suara tepukan tangan Dan tidak termasuk lafadz juga yaitu
setiap yang bukan   termasuk suara saperti sebuah isyarat atupun sebuah
tulisan.
Kita masuk ke pembahasan kedua yaitu murokkab (tersusun) adalah
sesuatu  yang tersusun dari dua kalimat atau lebih contoh :

‫ = َز ْي ٌد قَائِ ٌم‬zaid berdiri   ‫قَا َم ُم َح َّم ٌد‬      = telah berdiri Muhammad


‫ قَا َم ُم َح َّم ٌد‬, ‫ن فَأ َ ْكثَ َر نحو َز ْي ٌد قَائِ ٌم‬aِ ‫ب ِم ْن َكلِي َمتَ ْي‬
َ ‫ َما تَ َر َّك‬: ُ‫أل ُم َر َّكب‬
“ALMUROKKABU : MA TARAKKABA MIN KALIYMATAYNI
FA’AKTSARA NAHWU ZAIDUN QOOIMUN , QOOMA
MUHAMMADUN”
Disini dijelaskan murokkab/tersusun adalah yang tersusun dari dua
kalimat, maka jika hanya berupa satu kalimat saja dalam artian tidak
tersusun dari dua kalimat maka tidak bisa dikatakan murokkab dan tidak
termasuk dalam kalam.

َ َ‫ َجل‬, ‫ب أَ ْل َكلِ َمةُ ْال َوا ِح َدةُ نحو زَ ْي ٌد‬


‫س‬ ِ ‫فَخَ َر َج ِمنَ ال ُم َر َّك‬
“FAKHARAJA MINAL MUROKKABI ALKALIMATUL
WAAHIDATU NAHWU ZAIDUN , JALASA”
artinya : Maka keluar/tidak termasuk dari murokkab (tersusun) yaitu
kalimat yang tunggal (1 kata)  contoh ;

َ َ‫ َجل‬  =duduk
‫ =زَ ْي ٌد‬zaid(nama orang)                 ‫س‬

8
Sekarang kita membahas tentang  mufiyd(memberi faedah) adalah sesuatu
kalimat yang memberi faedah/memberi kejelasan dengan sekiranya bisa
diam dari orang yag berbicaa maupun pendengar, contoh ;
Maha benar Allah = ‫ق هللا‬ َ          zaid telah memukul  Amar = ‫ب زَ ْي ٌد‬
َ ‫ص َد‬ َ ‫ض َر‬
َ
‫َع ْمرًا‬
Maka jika dikatakan seperti cotoh di atas atau yang lain dan yang
mendengarkan diam dalam artian mengerti  maka itulah yang dinamakan
Mufiyd.

‫ب ِم ْن َكلِي َمتَ ْي ِن فَأ َ ْكثَ َر نحو ِإ ْن قَا َم زَ ْي ٌد‬ َ ‫فَ َخ َر َج ِمنَ ْال ُم ْف ْي ِد ُكلُّ َما لَي‬
َ ‫ْس ُمفِ ْيدًا َو ِإ ْن تَ َر َّك‬
“FAKHORAJA MINAL MUFIYDI KULLU MAA LAYSA MUFIYDAN
WA IN TARAKKABA MIN KALIYMATAYNI FA’AKTSARA
NAHWU IN QOMA ZAIDUN”
Artinya  : Dan keluar/tidak termasuk Mufid yaitu setiap apa-apa
(perkataan) yang tidak memberi faedah sekalipun tersusun dari beberapa
kalimat seperti  contoh :
Jika Zaid telah  berdiri = ‫إِ ْن قَا َم َز ْي ٌد‬
sebagaimana contoh yang saya sebutkan di atas dikatakan “jika Zaid telah
berdiri” ,,,? Apa maksudnya ,,,? Kalimat tsb sama sekali tidak memberi 
faedah meskipun tersusun dari  beberapa kata karna kalimat tersebut masih
membutuhkan sebuah jawab atau kalimat tambahan contoh :
Jika Zaid telah berdiri maka aku akan memukulnya = ‫ ٌد‬aْ‫ا َم َزي‬aَ‫فَـأْضْ ِربُهُ إِ ْن ق‬
Kalimat tersebut baru bisa dikatakan mufid.

Selanjutnya kita membahas tentang bil wad’i /dengan letaknya (dengan


bahasa arab) iyalah ada dua penjelasan mengenai hal ini , yaitu ;
1.      Dengan bahasa arab maka yang tidak termasuk dalam hal ini adalah
perkata’an al ajm (perkataan selain bahasa arab) sepeti contoh ; ‫موسى‬

“Kata musa diambil bukan dari kata bahasa arab melainkan dari bahasa
lain.

9
2.      Dengan disengaja , maka seperti perkataan orang yang sedang tidur
dan perkataan orang mabuk dan orang gila dan lainnya itu tidak termasuk
dalam bil wad’i karena semuanya berupa tidak disengaja.
Nah, dengan ini anda sudah mengerti tentang kalam (‫ )كالم‬dan apa-apa
yang termasuk dalam kalam dan yang tidak termasuk kalam, dipostingan
berikutnya akan dijelaskan mengenai pembagian/pengkategorian kalam .

D.       Bagian-bagian kalimah


Kalimah terbagi dalam 3 bagian, yaitu: isim, fi’il dan haraf.

1.          Isim (kata benda)


a. Ta’rif isim yaitu:
‫وهوكلمة دلت على معنى قى نفسها ولم تقترن بزمن وضعا‬
“Adalah kalimah yang menunjukan pada arti pada dirinya sendiri
tanpa tidak disertai oleh waktu”.
Contoh: ‫انا‬, ‫( زيد‬zaed dan saya)
b. Tanda-tanda isim
‫ وحرف خفض وبال م والف‬    ‫فاالسم با لتنوين والخفض عرف‬
Isim Dengan Tanwin Dan Kasrah Diketahui Itu Isim            Dan
Haraf Kasrah Dan Alif Lam
Tanda-tanda isim dalam ilmu nahwu ada 4, yaitu:
1)         Harkat jar (‫ )خفض‬pada akhir kalimat, contoh:‫ررت بزيد‬aa‫م‬ 
( saya melewati pada zaed ).
2)        Tanwin, adapun ta’rif tanwin:
‫والتنوين هو نون سا كنة تلحق اخر االسم لفظا ال خطا‬
“Tanwin adalah nun sukun yang  bertemu akhiran isim
pelafalannya tidak pada tulisannya”.
Tanwin ada empat, yaitu:
a) Tanwin tamkin, yaitu:

‫وهو الحق لال سماء المعربة‬

10
“tanwin yang terdapat pada isim-isim yang mu’rob,
seperti lafaz ‫ زيد‬dan ‫رجل‬. dikecualikan yaitu tanwin yang
terdapat pada muanats salaim seperti yang terdapat pada
lapaz  ‫مسلما ت‬  . dikecualikan pula tanwin yang terdapat pada
kalimat  ‫جوا ر‬  dan  ‫ غواش‬.
b)        Tanwin tankir, yaitu:
‫وهوالحق لالسماء البنيةفرق بين معرفتها ونقرتها‬
“ tanwin yang berada dalam isim mabni untuk membedakan
antara nakiroh dan ma’rifatnya”
Seperti lafaz: ‫صه‬ artinya diam dari segala
perkataan(nakiroh). Jika lafaz ‫صه‬  Artinya: Diam dari
sesuatu hal tertentu (Ma’rifat) . ‫ سبو يهسبو‬ ‫يه‬
c)        Tanwin Muqabalah, yaitu:
‫وهوا لحق لجمع ا لمؤ نث ا لسا لم‬
“ Tanwin yang berada pada Jama’ muanassalim “
Contoh : ‫لما تهن‬aa‫ مس‬ ‫دا ت‬. Tanwin ini berkedudukan sebagai
pembanding huruf  Nun yang terdapat pada Jamak
mudakarsalim, seperti lafadz ‫مسلمين‬.
d)       Tanwin Iwadh, terbagi 3, yaitu :
1)        Tanwin Iwadh ‘anilharpi.
‫وهو الحق لجواروالغواس‬
 “Tanwin yang terdapat pada lafadz Jawarin dan
Ghowassin“
Contoh: ‫جوار‬
2)        Iwadh ‘anil Ismi, yaitu :
‫وهوالحق لكل عدعواضا عما تضا ف اليه‬
“ Tanwin yang berada pada lafadz kullun dan ‘iidin sambil
menjadi pengganti dari mudop ilaih.
Contoh:‫( كل قا ئم‬setiap yang berdiri)

11
3)        Iwad ‘anil jumlah, yaitu :
‫وهو الحق عد عوا ضاعن جملة تقو م بعدها‬
“tanwin yang ada pada lafaz ‘id yang menjadi penggantio
dari haraf sebelumnya”
Contoh : ‫وانتم هينئد تنضرون‬
3)        Alif lam (‫)ال‬, contoh: ‫( والغالم الرجل‬laki-laki itu dan
pemuda itu).
4)        Haraf jar, yaitu:
a)        ‫( من‬dari), contoh : ‫بيت‬aa‫( صرت من ال‬saya berjalan dari
rumah)
b)        ‫( الى‬ke), contoh:‫( الى المدر سة‬ke sekolah)
c)        ‫( عن‬melewati), contoh: ‫وس‬aaa‫هم عن الك‬aaa‫( رميت الس‬saya
melempar panah melewati busurnya)
d)       ‫( على‬di atas), contoh: ‫( ركبت على الفرس‬saya naik di atas
kuda)
e)        ‫( فى‬di dalam), contoh: ‫(الماء فى الكوز‬air di dalam dendi)
f)         ‫ رب‬ada yang bermakna menyedikitkan, contoh: ‫رب‬
‫ل بخيل‬aaa‫( رج‬sedikit laki-laki yang pelit). Dan ada yang
bermakna banyak, contoh: ‫ريم‬aa‫ل ك‬aa‫(رب رج‬banyak laki-laki
yang penyayang).
g)        ‫اء‬aaaa‫( ب‬mempertemukan), contoh: ‫ررت بزيد‬aaaa‫( م‬saya
melewati zaed).
h)        ‫كاف‬  (seperti), contoh:‫( زيد كا لبد ر‬zaed seperti bulan).
i)          ‫( الم‬memiliki), contoh: ‫( الما ل لزيد‬harta milik zaed).

Adapun dengan haraf sumpah, yaitu:


a) ‫( واو‬demi), contoh: ‫( وهللا‬demi allah).
b) ‫باء‬  (demi), contih: ‫( باهللا‬demi allah).

c)        ‫( تاء‬demi), contoh:‫( تاهللا‬demi allah).

2.          Fi’il (kata kerja)

12
a.         Ta’rif fi’il, yaitu :

‫وهوكلمة دلت على معنى قى نفسها واقترنت بزمن وضعا‬

“kalimah yang menunjukan pada arti pada dirinya sendiri yang disertai
oleh waktu melakukannya”.

Contoh: ‫( قام‬telah berdiri).

c. Macam-macam fi’il, yaitu:


1) Fi’il madi, yaitu:
‫مادل على حدث مض وانقض‬
" sesuatu yang menunjukkan pada waktu yang sudah lewat”.
Contoh:   ‫( قام‬sudah berdiri).
2) Fi’il mudhori, yaitu:
‫مادل عتى حدث يقبل الحال واال ستقبال‬
“sesuatu yang menunjukan pada wktu sekarang dan waktu
yang akan datang”.
Contoh: ‫يقوم‬  (sedang/akan berdiri).
3) Fi’il amar, yaitu:
‫ما دل على حدث فى المستقبا ل‬
“sesuatu yang menunjukan pada waktu yang akan datang”.
contoh :‫قم‬  (harus berdiri).
d. Tanda-tanda fi’il

‫ وتاء تانيث مع التسكين‬  ‫و الفعل معروف بقد والسين‬


Fi’il Diketahui Dengan Qad Dan Sin Ta Tanis Yang Sukun.
1)        ‫قد‬, bisa pada fi’il madi dan fi’il mudhori.
Jika qod ada pada fi’il madi, maka bermakna littahqiq
(sesungguhnya),contoh: ‫ام‬aaaa‫د ق‬aaaa‫(ق‬sesungguhnya telah berdiri).
Jika qod ada pada fi’il mudhori, bermakna littaqlil (terkadang),
contoh:‫( قد يقوم‬terkadang berdiri).

13
2)      ‫ين‬aaaa‫ س‬dan ‫وف‬aaaa‫ س‬hanya bisa pada fi’il mudari saja

Sin bermakna littaswif, yaitu menunjukan pada waktu yang akan


datang tapi sudah dekat, contoh: ‫( سيقوم‬akan berdiri sebentar lagi).
Saufa bermakna littaswif, yaitu menunjukan pada waktu yang akan
datang dan masih lama, contoh:‫وم‬aaaa‫وف يق‬aaaa‫( س‬akan berdiri).
3)        ‫ تاء تنيس سكنه‬hanya untuk fi’il madi,
contoh: ‫( قا مت هند‬hindun sudah berdiri).
2. Huruf
‫وهوكلمة د لت على معنى فى غيرها‬
“Yaitu, kalimah yang menunjukan pada arti bukan pada dirinya sendiri”.
Contoh: ‫( هل و لم و الى‬apakah, tidak/belum, dan ke)
‫ اال انتفا قبوله العالمة‬  ‫والحرف لم يصلح له عالمة‬
Huruf tidak mempunyai tanda kecuali merasa cukup dengan tanda
Kalimat huruf (kata keterangan) adalah kata yang tidak memiliki makna
tertentu, kecuali disandarkan pada kata benda.
‫ = ِمن‬dari. Contoh kalimat, ‫ت‬ ِ ‫ ُر ُج ِمنَ ْالبَ ْي‬aa‫ا اَ ْخ‬aaَ‫ = اَن‬saya keluar dari rumah
َ ِ‫ = ا‬ke. Contoh kalimat, ‫َاب اِل َى ْاالُ ْستَا ِذ‬
‫لى‬ َ ‫ = هُ َو بُ َسلِّ ُم ْال ِكت‬dia menyerahkan buku itu
ke gurunya.
‫ =فِ ْى‬dalam. Contoh kalimat, ‫ = تَ ْق َرأُ ْالقُرْ اَانَ فِ ْى ْال َم ْس ِج ِد‬anda membaca al-quran di
masjid
َّ ‫ ِه ْي ٌد َع ِن‬aa‫أ َ ُل َش‬aa‫ = يَ ْس‬syahid menanyakan
‫ = ع َْن‬dari. Contoh kalimat, ‫ه ِْريَّ ِة‬aa‫الش‬
tentang infak bulanan.
َ ‫ = ع‬ke (atas). Contoh kalimat, ‫َلى ْالبِالَ ِط‬
‫َلى‬ َ ‫ = قَا َم التَّالَ ِم ْي ُذع‬para siswa berdiri di
atas lantai.
ِ = oleh. Contoh kalimat, ‫ = اَنَا اَ ْقطَ ُع التُّفَّا َح بِال ِّس ِّك ْي ِن‬saya memotong buah apel
‫ب‬
dengan pisau.

14
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Kalimah adalah suatu lafaz yang digunakan untuk menunjukan makna


yang bersifat mufrod/tunggal.

Kalimah terbagi 3, yaitu: kalimah isim, kalimah fi’il, dan kalimah haraf.
1)      Isim adalah kalimah yang menunjukan pada arti pada dirinya sendiri
tanpa tidak disertai oleh waktu.

2)      Fi’il adalah kalimah yang menunjukan pada arti pada dirinya sendiri
yang disertai oleh waktu melakukannya.

3)      Haraf adalah  , kalimah yang menunjukan pada arti bukan pada
dirinya sendiri

B. Saran
Kita sebagai mahasiswa yang sedang mepelajari keilmuan islam
seyogianya mempunyai pengetahuan yang luas tentang ilmu bahasa arab.
Sedangkan agama islam sendiri mempunyai suatu pedoman dalam
menjalani kehidupan, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Sarena seseorang tidak
akan dapat memahami pedoman atau Kitab dan Sunnah dengan benar
tanpa mempelajari bahasa Arab. Menyepelekan dan menggampangkan
bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama. Dan
Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an, karena
bahasa arab adalah bahasa terbaik yang pernah ada.
Maka dari itu, semoga para mahasiswa mempunyai semangat dan motivasi
yang tinggi untuk mempelajari bahasa Arab.

15
DAFTAR FUSTAKA

Anwar, K. H Mochammad. 1992. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al –


Ajurumiyyah dan ‘Imrithy edisi ke dua.: Bandung:Sinar Baru
Algensindo

Sukamto, Imaduddin. 2000.Tata Bahasa Arab Sistematis. Yogyakarta:

Bisri, Adib dan Fatah, Munawir A, 1999.Kamus Al-Bisri, Surabaya: Pustaka


Progresif,

Anda mungkin juga menyukai