Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qira’atul Kutub

Dosen Pengampu :

Muhammad Al-Kabir S.Pd.

KELOMPOK VI

Disusun oleh : 1. Muhammad Nuril Anwar Sholeh (22.12.07.52.0170)

2. Ratih Dwi Rahmawati (22.12.07.52.0176)

SEMESTER 1/B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG

KRAKSAAN PROBOLINGGO

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Karena atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah)". Shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, serta segenap keluarga dan
sahabatnya. Dan tentunya tidak lupa kami mengucapkan Terimakasih kepada Ustadz
Muhammad Al-Kabir S.Pd. Sebagai Dosen Pengampu yang telah membantu kami secara moral
maupun materi.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, Kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi tolak ukur
untuk penulis agar bisa lebih baik dimasa mendatang.

Semoga makalah yang membahas segala sesuatu tentang Manshubatul Asma’


(Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah) ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Sehingga saat berdiskusi, kami dapat
meminimalisir kesalahpahaman yang terjadi karena kurangnya pengetahuan yang kami
ketahui.

Probolinggo , 08 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................2

1.1 Definisi Maf’ul liajlih...........................................................................................2


a. Contoh Maf’ul li ajlih.....................................................................................2
b. Syarat-syarat Isim dijadikan sebagai Maf’ul Li Ajlih.....................................2
1.2 Definisi Maf’ul ma’ah..........................................................................................3
a. Contoh Maf’ul Ma’ah.....................................................................................3
b. Syarat-syarat Isim dijadikan sebagai Maf’ul Ma’ah.......................................3

BAB III PENUTUP.........................................................................................................4

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................4

3.2 Saran....................................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maf’ul liajlih dan maf’ul ma’ah ditinjau dari segi posisi pembahasannya dalam ilmu
bahasa Arab merupakan bagian dari pembahasan ilmu Nahwu. Ilmu Nahwu adalah salah satu
cabang dari ilmu-ilmu bahasa Arab yang sangat penting dipelajari. Ilmu-ilmu Bahasa Arab
yang dimaksud adalah meliputi ilmu al-aswat atau phonology (ilmu tentang bunyi bahasa), al-
sarf atau morphology (ilmu tentang pecahan kata), dan ilmu al-Nahwu atau syntax (ilmu
tentang struktur kalimat), al-mufradat atau vocabulary (ilmu tentang perbendaharaan kata), dan
al-balaghah atau ilmu tentang gaya bahasa.1
Secara literatur, ilmu Nahwu didefinisikan sebagai “ilmu yang mempelajari prinsip-
prinsip untuk mengenali kalimat-kalimat bahasa Arab dari sisi i’rab dan bina’-nya” (Jami’ud
Durus, Syaikh Musthafa).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut :

1. Apa pengertian Maf’ul li ajlih dan Maf’ul ma’ah ?


2. Apa saja syarat-syarat Isim dijadikan sebagai Maf’ul li ajlih dan Maf’ul ma’ah ?
3. Apa saja contoh Maf’ul li ajlih dan Maf’ul ma’ah ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Memahami pengertian Maf’ul li ajlih dan Maf’ul ma’ah lebih terperinci


2. Memahami syarat-syarat Isim dijadikan sebagai Maf’ul li ajlih dan Maf’ul ma’ah
3. Mehami apa saja contoh Maf’ul li ajlih dan Maf’ul ma’ah

1
Radhi al-Hafid, Pengembangan Materi dan Metode Pengajaran Bahasa Arab, (Ujung Pandang: Berkah, 1993),
hlm. 17
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Maf’ul li ajlih

Maf’ul li ajlih adalah isim yang dinashab yang dinyatakan sebagai penjelasan bagi
penyebab terjadinya fi’il (perbuatan).2 Maf’ul li ajlih disebut juga dengan maf’ul min ajlih dan
maf’ul lahu, (menurut istilah ahli nahwu adalah ungkapan tentang isim mansub yang
disebutkan sebagai sebab dilakukannya fi’il. Maf’ul li ajlih digunakan sebagai jawaban

terhadap pertanyaan ‫لماذا‬ (limadza) yang artinya “mengapa” seperti kalau ada sebuah

pertanyaan “mengapa anda membaca banyak buku?” jawabannya yang menggunakan maf’ul
liajlihi adalah “Saya membaca banyak buku karena cinta ilmu”, ungkapan “karena cinta” itulah
yang berposisi sebagai maf’ul liajlihi.
a. Contoh Maf’ul li ajlih :

1) ‫ام زَ ْيدٌ ِإ ْج ََل اًل ِل َع ْم ٍرو‬


َ َ‫( ق‬Zaid berdiri dalam rangka menghormati Amr)
2) ‫ص ْدت ُ َك اِ ْبتِغَا َء َم ْع ُروفِ َك‬
َ َ‫( ق‬Saya menujumu dalam rangka mengharap
kebaikanmu)
b. Syarat-syarat Isim dijadikan sebagai Maf’ul Li Ajlih :
a. Harus mashdar
b. Harus berupa mashdar qalbi, yang dimaksd dengan mashdar qolbi adalah kata
itu tidak menunjukkan perbuatan yang dilakukan oleh anggota badan seperti
tangan atau lisan, misalnya membaca dan memukul tapi dilakukan oleh
perbuatan hati seperti rasa takut, cinta dan sopan.
c. Harus sebagai alasan (sebab) dari apa yang sebelumnya (sebab dilakukan fi’il
yang disebutkan sebelumnya).
d. Amil dan isimnya itu harus satu dalam hal waktu. Amil dalam hal ini adalah fi’il
madhi atau fi’il mudhari’. Fi’il madhi adalah kata kerja yang telah dilakukan di
masa/waktu lampau, sedangkan fi’il mudhari’ adalah kata kerja yang sedang
atau akan dilakukan. 3
e. Isim dan amilnya harus satu pula dengan fa’ilnya.

2
Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan AL-Jurumiyyah dan Imrithy (Bandung: Sinar Baru
Algensindo,2018), h.115.
3
Ahmad Yazid dan Umar Hubeis, Belajar Mudah Ilmu Nahwu Shorof-Jilid II, (Cet.I; Surabaya: Pustaka
Progressif , 2011), h. 170
2.2 Maf’ul Ma’ah
Maf’ul ma’ah ialah isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan zat yang
menyertai dilakukannya fi’il tersebut. Yakni bahwasanya maf’ul ma’ah adalah isim yang
dinashob yang disebutkan untuk menjelaskan zat yang menyertai pekerjaan yang

dilakukannya. Maful ma’ah adalah isim yang lebih yang berada di belakang ‫المعیة‬ ‫( واو‬waw
ma’iyyah) yang artinya “bersamaan”.
a. Contoh Maf’ul Ma’ah :

1) َ ‫یر َو ْال َجی‬


‫ْش‬ ُ ‫( َجا َء اَ ْْل َ ِم‬Raja datang bersama prajurit)
2) َ ‫(اِ ْستَ َوى اَ ْل َما ُء َو ْال َخ‬Telah merata air bersama kayu)
َ‫شبَة‬
b. Syarat-syarat Isim dijadikan sebagai Maf’ul Ma’ah :
a. Isimnya harus fadhlah (lebih) yang dimaksud dengan fadhlah adalah bahwa
maf’ul ma’ah bukanlah unsur penentu dalam suatu kalimat. Jadi maf’ul ma’ah
bukanlah fa’il, bukan pula mubtada’ ataupun khabar.
b. Jumlah yang ada sebelumnya harus fi’il atau serupa dengan fi’il.

c. Harus berada setelah ‫المعیة‬ ‫( واو‬waw ma’iyyah).


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan :
1. Maf’ul li ajlih adalah isim yang dinashob yang dinyatakan sebagai penjelasan bagi
penyebab terjadinya fi’il (perbuatan). Sedangkan Maf’ul ma’ah ialah isim manshub
yang disebutkan untuk menjelaskan zat yang menyertai dilakukannya fi’il tersebut.
2. Syarat untuk Maf’ul Li Ajlih adalah berbentuk mashdar qalbi, sebagai alasan (sebab)
dari apa yang sebelumnya (sebab dilakukan fi’il yang disebutkan sebelumnya), amil
dan isimnya itu harus satu dalam hal waktu, dan isim dan amilnya harus satu pula
dengan fa’ilnya. Dan syarat-syarat maf’ul ma’ah adalah isimnya harus fadhlah (lebih),
umlah yang ada sebelumnya harus fi’il atau serupa dengan fi’il, dan berada setelah

‫( واو المعیة‬waw ma’iyyah).


3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berupa kritik maupun saran yang membangun terhadap penulisan juga
bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Yazid, Ahmad dan Umar Hubeis. 2011. “Belajar Mudah Ilmu Nahwu Shorof-Jilid II. Cet.I”,
diakses pada 5 November 2022 pukul 18.01

al-Hafid dan Radhi. 1993. “Pengembangan Materi dan Metode Pengajaran Bahasa Arab”,
diakses pada 5 November 2022 pukul 18.12

Indah Fauziah. 2019. “Antara Bahasa Arab, Nahwu dan Sharaf”, diakses pada 5 November
2022 pukul 19.41

Anwar, Moch. 2018. “Ilmu Nahwu Terjemahan Matan AL-Jurumiyyah dan Imrithy”, diakses
pada 5 November 2022 pukul 19.50

Yazid, Ahmad dan Umar Hubeis. 2011. “Belajar Mudah Ilmu Nahwu Shorof-Jilid II. Cet.I”, diakses pada
5 November 2022 pukul 20.03

Anda mungkin juga menyukai