Anda di halaman 1dari 19

Al-Musytarak al-Lafdzy (Homonimi) dan al-Tadhad (Antonimi)

Angko Wildan
(21200120000004)
Email:angkowilldan810@gmail.com
Magister Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Dalam mempelajari bahasa Arab, kita akan dapat akan ditemukan fenomena-
fenomena kebahasaan yang menunjukan keistimewaan bahasa tersebut. Pada
fenomena bahasa,kita dapat menemukan adanya relasi semantik antara sebuah kata
atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Hubungan
relasi maknatersebuti mungkin salah satunya berkaitan dengan hal kelainan makna al
musytarak ladfzi (homonim/polisemii) dan at Tadhad (Antonimi).
Penulisan artikel ini memuat tentang sebab munculnya istilah musytarak ladfzi dan
at Tadhad yang bisa muncul karena adanya faktor interneal dan juga faktor eksternal,
kemudia dalam penulisan ini ditemukan juga beberapa contoh musytarak ladfzi dan at
Tadhad dalam alqura’an yaitu Musytarok yang mempunyai arti beberapa makna ,
Musytarok yang mempunyai arti yang berlawanan, Musytarok yang mempunyai dua
makna, Musytarok yang mempunyai arti sebenarnya dan kiasan.
Kata kunci : Fenomena, homonim/polisemi,Antonimi.
A. PENDAHULUAN

Bahasa bisa diartikan sebagai alat komunikasi verbal yang mempunyai sifat
arbitrer dan dinamis. Di dalam perkembangannya bahasa bisa berubah dalam tataran
linguistiknya, mulai dari fonologi, morfologi, sintaksis dan juga semantiknya.
Perubahan tersebut bisa terjadi disebabkan karena bahasa adalah produk kebudayaan
manusia. Dengan demikian, bahasa akan terus mengalami perkembangan secara
kontiyu sesuai dengan perkembangan pemikiran dan kebutuhan manusia sebagai
orang pemakai bahasa, hal ini lah yang mengakibatkan perubahan bahasa pada tataran
makna.
Di dalam bahasa Indonesia, bisa kita temukan beberapa kata yang sama
bentuknya, tetapi memiliki pengertian yang berbeda. Ada pula beberapa kata yang
berbeda tetapi mengandung pengertian yang sama. Hal ini lah dalam linguistik disebut
dengan sifat majemuk bahasa. Sifat majemuk bahasa tersebut terkadang memicu
adanya kekacauan semantik (ilm ad Dalah/makna), yaitu apabila ada dua orang
yang sedang berkomunikasi dengan menggunakan kata yang sama bentuknya tetapi
berbeda artinya, atau sebaliknya. Dengan adanya hal tersebut, penutur bahasa bisa
dituntut untuk bisa berbahasa yang dapat mewakili pengertian atau pesan yang
dimaksud. Begitu juga dengan Bahasa Arab yang terkadang juga terdapat kata yang
sama bentuk dan sama dalam segi penuturannya, namun memiliki makna yang
berbeda. Perbedaan ini disesuaikan dengan "siyaq" atau konteks dalam bahasa
Indonesia.
Sebuah kata memiliki relasi satu sama lain dalam segala bentuk.Hal ini
merupakan akibat dari kandungan komponen makna yang kompleks. Ada beberapa
hubungan semantis (antar makna) yang memperlihatkan adanya persamaan,
pertentangan, tumpang tindih, dan lain lain. Hubungan inilah yang dalam ilmu
linguistik disebut sebagai sinonim, antonim, hiponim, homonim dan polisemi.
Pada fenomena bahasa,kita dapat menemukan adanya relasi semantik antara
sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi.
Hubungan relasi maknatersebuti mungkin salah satunya berkaitan dengan hal kelainan
makna al musytarak ladfzi (homonim/polisemii) dan at Tadhad (Antonimi). Oleh
karena itu, pada makalah ini kami akan membahas tentang penngertian homonimi dan
antonimi yang mencakup pengertian, sebab adanya fenomena ini dan juga contohnya.

B. PEMBAHASAN

1. Al Musytarak Al Lafdzi

A. Pengertian al - Musytarak al -Lafdzi


Dalam ilmu bahasa atau Linguistik, istilah al-musytarak al-lafdzi bisa
dikatakan sama dengan polisemi atau homonim (Indonesia), Secara etimologi kata
polisemi (Indonesia) diadopsi dari kata bahasa Inggris polysemy, Polysemy sendiri
diambil dari Bahasa Yunani: “Poly” artinya banyak, dan “Semy” yaitu makna.
Sementara menurut definisi terminologis, polisemi menurut Palmer,Polysemy adalah:
It is olso the case that same word may have a set of different meanings. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , polisemi ialah: “Bentuk bahasa bisa berupa kata,
frase dan lain-lain yang memliki arti atau pengertian lebih dari satu”. Dari defenisi
yang ada, dapat disimpulkan, bahwa polisemi merupakan leksem yang mempunyai
makna lebih dari satu atau ganda. Karena hal itulah, terkadang pendengar atau
pembaca ragu-ragu mengartikan leksem atau kalimat yang didengar atau yang
dibacanya. Sebagai contoh kata “bisa”. Kata ini bisa berarti racun yang terdapat pada
ular. Atau juga bisa bermakna dapat atau mampu melakukan sesuatu. Dalam hal ini
kita harus melihat konteks pembicaraan, agar tidak terjadi kesalah fahaman, atau kita
mungkin bisa bertanya kepada pembicara apakah yang dimaksudkan dengan kata
tersebut merupakan polisemi1
Sedangkan homonimi adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani
kuno onama yang kurang lebih bisa diartikan nama, sementara kata homo yang
artinya sama. Secara harfiah homonimi dapat diartikan sebagai nama sama untuk
benda atau yang lainnya. Sementara linguis Indonesia Verhaar mendefinisikan
homonimi sebagai ungkapan berupa kata, frasa atau kalimat yang memiliki bentuk
yang sama dengan ungkapan lain tetapi maknanya tidak berbeda.2
Sematara itu Taufiqurrahman dalam bukunya Leksikografi Arab memberikan
definisnya tersendiri tentang homonim, ia mengatakan bahwa homonim adalah :

.‫عبارة عن كلمات متشاهبة يف النطق والكتابة ولكنها خمتلفة يف الداللة‬: ‫اهلومونيم‬

Homonimi atau Al-Musytarak Al-Lafdzi bisa didefinisikan sebagai kumpulan


beberapa kata yang sama, baik pengucapannya maupun tulisannya, tetapi maknanya
berlainan. Sesungguhnya, kata-kata yang berhomonimi merupakan kata-kata yang
berlainan dan kebetulan bentuknya sama. Oleh karena itu, maknanya juga tidak sama3

Terdapat dua madzhab dalam mendefinisikan istilah homonim atau al


musytarak al-lafdzi. para ilmuan klasik dan ilmuan kotemporer memberikan
definisinya tersendiri. Definisi al-Musytarak al-Lafdzi menurut ilmuan klasik
diantaranya oleh:4
a. Menurut Imam As Suyuti, al-musytarak al-lafdzi yaitu suatu lafadz (lafadz yang
satu) tapi lafadz tersebut menunjukkan dua makna yang berbeda.
b. Amali, berpendapat bahwa musytarak al-lafdzi ialah satu lafadz yang memiliki
dua makna yang berbeda atau lebih.

c. Sedangkan ilmuan modern, menurut Wâfi5 yang dimaksud dengan ‫اشرتاك اللفظي‬
adalah:

1 Mansur Pateda, Semantik Leksikal,( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001,) h. 213-214.
2 Abdul Chaer, “Pengantar Semantik Bahasa Indonesia”, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 1995), hal. 93-94
3 Taufiqurrahman, “Leksikologi Bahasa Arab”, (UIN-Malang Press, 2008), hal. 67
4 Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilm al-Dilalah, Kuwait: Maktabah Dar al-Arabiyah li al-Nasr wa al-Tauzî,

1988, h.158
5 5Ali Abd. al-Wâhid Wâfi, Fiqhu al-Lugah, Kairo: Lajnah al-Bayân Al-Arabiyah, 1962, h. 183.
‫للكلمة الواحدة عدة معان تطلق على كل منها على طريق احلقيقة ال اجملاز‬
Artinya: “Satu kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat
dipakai sebagai makna yang denotatif (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz).”
d. Ya’qub, mendefisikan musytarak yaitu: “Setiap kata yang mengandung lebih dari
dua makna, antara yang satu dengan yang lain tidak ada persamaan

Dalam pembahasa ilmu Balaghah atau retorika, homonimi bisa disepadankan dengan
istilah Jinas, yaitu adanya kemiripan dua kata yang memiliki makna yang berbeda
Dengan kata yang lainya, dapat disimpulak jika suatu kata yang digunakan pada
tempat berbeda maka ia mempunyai makna yang berbeda berbeda pula.

Contoh, firman Allah SWT (QS. Ar-Ruum; 55) :

.‫ كذالك كانوا يؤفكون‬،‫ويوم تقوم الساعة يقسم اجملرمون ما لبثوا غري ساعة‬

“Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa;


“mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)”. Seperti demikianlah
mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran).”

Pada ayat di atas, terdapat kata ‫الساعة‬. Kata itu disebut dua kali. Pertama, bermakna
hari kiamat. Kedua, bermakna waktu sesaat. Pengungkapan suatu kata yang
mempunyai dua makna karena disebut pada tempat yang berbeda, dalam ilmu
Balaghah, dinamakan Jinas. Sedangkan dalam ilmu Linguistik, pengertian semacam
ini disebut Homonimi.6

B. Sebab-sebab al Musytarak al Lafdzi

Menurut linguis terkenal Indonesia, Abdul Chaer dalam bukunya Pengantar Semantik
bahasa Indonesia, al-musytarak al Lafdzi (Homonimi) dapat terjadi karena disebabkan
oleh beberapa hal7 yaitu:
Pertama, bentuk kata yang mengandung homonim itu berasal dari bahasa atau dialek
lahjah yang berbeda. Contohnya, kata bisa yang mempunyai makna “racun ular”
berasal dari bahasa Melayu sedangkan kata bisa yang berarti “mampu” berasal dari

6 Taufiqurrahman, “Leksikologi Bahasa Arab”, (UIN-Malang Press, 2008), hal 67-69


7 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. ( Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm 93-94
bahasa Jawa. Contoh yang selanjutnya adalah kata “bang” berarti “azan” berasal dari
bahasa Jawa, sedangkan kata bang adalah kependekan dari kata “abang” yang artinya
“kakak laki-laki” berasal dari bahasa Melayu/dialek orang-orang Jakarta dan
sekitarnaya. Kata asal yang berarti “pangkal” permulaan berasal dari bahasa Melayu,
sedangkan kata asal yang berarti “kalau: berasal dari dialek masyarakat Jakarta.
Kedua, bentuk-bentuk kata yang berhomonim itu terjadi karena adanya hasil proses
morfologi. Contohnya adalah kata “mengukur” dalam kalimat Ibu sedang mengukur
kelapa di dapur adalah berhomonimi dengan kata mengukur dalam kalimat petugas
agraria itu mengukur luasnya kebun kami. Jelas, kata mengukur yang pertama terjadi
sebagai hasil proses pengimbuhan awalan me- pada kata “kukur” (me+kukur =
mengukur); sedangkan kata mengukur yang kedua terjadi sebagai hasil proses
pengimbuhan awalan me- pada kata ukur (me+ukur = mengukur ).

idak jauh berbeda, dalam bahasa Arab pun al-musytarak al Lafdzi (Homonimi) dapat
disebabkan oleh kedua hal diatas, Mukhtar membagi sebab-sebab terjadinya al-
musytarak al-lafdzi (Homonimi) ke dalam dua bagian, yaitu8
1. Sebab-sebab internal, yang mencakup atas:
a. Perubahan dari segi pelafalan
Perubahan dari segi pelafalan mencakup atas pertukaran posisi huruf (dari segi
morfologi/ shorof ) dan pergantian huruf atau ibdal. Contoh pertukaran posisi huruf
yaitu apabila kita mengambil sighot wazan "‫ "استفعل‬pada lafadz "‫ "دام‬maka akan
menjadi kalimat "‫ "استدام‬dan dari kalimat "‫ "دمى‬akan menjadi kalimat "‫ "استدمى‬akan
tetapi dikatakan bahwa fi'il "‫ "استدام‬yang dapat berarti berkelanjutan namun juga dapat
berarti " ‫ "استدمى‬yang berarti berdarah. Hal ini disebabkan kesalahan si penutur namun
dapat dipahami oleh yang lainnya dan kemudian pada akhirnya banyak digunakan
oleh penutur lainnya.

Contoh dari perubahan pelafalan yang mencakup ibdal, terdapat dua kalimat "‫"حنك‬
dan "‫ "حلك‬keduanya memiliki makna yang berbeda, namun orang arab memakainya
dengan makna yang sama yaitu hitam. Maka dengan pendekatan pergantian "‫"ل‬
menjadi "‫ "ن‬yang disesuaikan antara kata kedua dengan kata yang pertama dalam segi
pelafalannya maka keduanya menjadi al-musytarak al Lafdzi (Homonimi). Lafadz
"‫“ حنك‬bukan hanya dapat berarti "langit-langit mulut" tetapi juga berarti kegelapan

8 Ahmad Mukhtar Umar, Ilmu Dalalah, Kuwait Jamiatul Kuwait. 1982 . hlm 147
yang seharusnya pengertian dari lafadz "‫" حلك‬.
b. Perubahan dari segi makna.
Perubahan dari segi makna mencakup atas tujuan dan gaya penyampaiannya.
2. Sebab-sebab eksternal, yaitu lebih cenderung kepada perbedaan lingkungan
tempat bahasa itu digunakan.
Menurut Sahkholid, faktor-faktor penyebab banyaknya homonimi dalam bahasa Arab
dapat disebutkan sebagai berikut:9
1. Lebih diakibatkan karena banyaknya macam-macam dialek dalam bahasa Arab,
Sementara banyaknya dialek tersebut lebih dikarenakan oleh banyaknya kabilah
dalam bangsa Arab.
2. Karena perkembangan fonem (bunyi) dalam Bahasa Arab, baik itu terjadi karena
naqish (pengurangan), ziyadah (penambahan) maupun naql al-h}arfi (pergantian
huruf).
3. Perubahan sebagian kata dari arti yang hakiki kepada arti yang metaforis, karena
adanya keterkaitan arti dan seringnya dipakai arti metaforis tersebut menjadi kata
hakiki.
4. Perubahan morfologi (tasrif) yang terjadi pada dua kata yang sama bentuknya. Dari
bentuk tersebut timbul arti yang bermacam-macam karena perbedaan bentuk masdar-
nya.

Menurut Pateda, ada sekitar lima sebab terjadinya kata yang mempunyai makna
polisemi 10:
a. Kecepatan ketika melafalkan sebuah leksem, hal ini sangat berpengaruh sekali
kepada sebuah kata misalnya; /bantuan/ dan /bantuan/. Apakah ban kepunyaan
tuan, atau bantuan
b. Faktor Gramatikal atau tata bahasa, misalnya kata /orangtua/. Kata ini bisa
bermakna bapak dan juga ibu, atau orang yang sudah memasuki masa tua. Dari
contoh tersebut terdapat dua makna dan konteks lah yang akan menentukan
maksud dari si pembicara.
c. Faktor leksikal, yang bisa jadi bersumber dari leksem yang mengalami perubahan
pemakaian dalam ujaran yang menyebabkan adanya arti baru. Misalnya kata

9 Sakholid Nasution, Pengantar Linguistik Analisis Teori Linguistic dalam bahasa Arab, IAIN Press,
2010 hlm 123-124
10 Desertasi, Tulus Musthofa, Al Mustarok al Lafdzi dalam Al Quran, (UIN Yogyakarta, 2009), hlm

214-216
makan bisanya berhubungan dengan kegiatan manusia atau binatang
memasukkan sesuatu ke dalam perut, akan tetapi kata tersebut bisa digunakan
pada benda tak bernyawa, pada akhirnya muculah istilah kata atau frasa seperti
makan sogok, rem tidak makan, makan angin, makan uang riba, sebuah gedung
dimakan oleh api, pagar makan tanaman. Contoh-contoh tersebut Digunakan
pada konteks yang berbeda beda tentunya, dalam contoh lain misalnya kata
operasi, dalam dunia medis pastinya berbeda penggunaanya dengan dunai militer,
jika operasi dilafalkan oleh seorang dokter spesialis maka bermakna pekerjaan
membedah bagian organ tubuh untuk menyelamatkan nyawa seseorang;
sementara bagi seorang prajurit atau tentara kata operasi akan bermakna kegiatan
untuk memumpaskan target musuh atau memberantas adanya kejahatan; dan bila
dihubungakn dengan Dunia ketenaga kerjaan ia bermakna sebuah kegiatan yang
akan atau sedang dilaksanakan. Seperti dalam kalimat “Departemen Tenaga Kerja
akan melakukan operasi purna bhakti agar semua perusahaan mematuhi peraturan
dari ketenaga-kerjaan”
d. Faktor pengaruh bahasa asing, contohnya leksem /item/, kini digunakan leksem
/butir/ atau /usur/.
e. Faktor pemakai bahasa yang ingin menghemat pengguaan kata. Maksudnya
dengan satu kata, pemakai bahasa dapat mengungkapkan berbagai ide atau
perasaan yang terkandung di dalam hatinya. Seperti kata /mesin/ yang biasanya
dihubungkan dengan /mesin jahit/. Manusia kemudian membutuhkan kata yang
mengacu kepada mesin yang menjalankan pesawat terbang, mobil, motor, maka
muncullah urutan kata /mesin pesawat/ dan /mesin mobil/.
Sementara itu Mustafa Muhammad mengemukakan ada lima faktor yang
mempengaruhi lahirnya al Isytirak al Lafdzi yaitu11:
a. Diferensi Dialek) ‫(إختالف اللهجات‬
Perkembangan homonim itu tidak terlepas dari perbedaan dialek, setiap dialek satu
daerah dengan daerah lain pasti berbeda. Penggunaan makna kata yang digunakan
antar suku atau kabilah memiliki batasan-batasan makna yang juga berbeda. Dengan
adanya fenomena demikian, maka dialek yang digunakan mempunyai makna yang
berbeda, walaupun kata yang digunakan sama.

11Saida Gani & Berti Arsyad, Fenomena al Isytirak al Lafdzi dalam Al Qur’an, ‘A jamiy, Jurnal Bahasa dan Sastra
Arab Volume 6 No.1 2017. hlm 9
Contoh kata ‫ السيد‬umum artinya ‫( الذئب‬serigala) tetapi dalam kobilah hudzail ber arti

‫( األسد‬singa), kata ‫ الضنا‬secara umum artinya ‫(املرض‬sakit) tetapi dalam kobilah toyyi’

artinya ‫( الولد‬anak).

b. Penggunaan Majaz (Kiasan) (‫)استعمال المجازى‬


Menurut pendapat beberapa ilmuan klasik dan kontemporer tentang homonim yang
berpengaruh dan dominan adalah adanya penggunaan majaz. Hal tersebut
dikarenakan adanya penggunaan makna asli kemudian berubah ke dalam makna
kiasan atau makna bukan sesungguhnya. Artinya dalam majaz tidak mungkin
penggunaan satu kata dan mempunyai satu arti saja, pasti mempunyai banyak arti
Contoh kata ‫المس‬
ِ makna aslinya ‫( مس الشيء باليد‬menyentuh dengan tangan) dan dalam
makna majaz ‫( الجنون‬gila).

c. Kaidah Morfologi (‫الصرتية‬ ‫)القواعد‬


Istilah homonim dari sisi kaidah morfologi atau kita menyebut dalam bahasa Arab
Shorof itu menghasilkan perbedaan maksud dalam satu kata, menghasilkan
persamaan ucapan pada Isim dan Fiil, menghasilkan persamaan dalam bentuk jamak
dan masdar, dan sebagainya. Hal ini diutarakan oleh para tokoh klasik.

Contoh : kata ‫ هوى‬dari bentuk isim dan fiil menurut firus abadi berarti ‫ميل النفس إىل‬

‫الشهوة‬mengalirnya hawa nafsu

d. Bercampurnya Bahasa Lain (‫األخري‬ ‫)اإلفرتاض ابللغات‬


Yang dimaksud, yaitu mengambilnya bahasa asli dari bahasa lain melihat kesesuaian
bentuk kata dan pengucapannya. Sehingga menjadi satu kata yang mempunyai dua
makna yang berbeda. Prosesnya yakni masuknya arti bahasa asing kedalam bahasa
asli, yang sebelumnya memperhatikan 2 point (bentuk kata dan pengucapannya).
Contoh kata ‫ كلية‬awanya berarti kegiatan belajar mengajar yang ada dikampus, tetapi
terpengaruh dengan bahasa inggris dimana kata ‫كلية‬berarti ‫ الجامعة‬sehingga kata ‫كلية‬
berarti fakultas (college).

C. Al Musytarak Al Lafdzi dalam Alquran


a) Musytarok yang mempunyai arti beberapa makna
sepertilafadz )‫ (األمة‬mempunyai beberapa makna diataranya:

)8:‫ولئن أخران عنهم العذاب إىل أمة معدودة (هود‬


Dan Sesungguhnya jika Kami undurkan azab dari mereka sampai kepada suatu waktu
yang ditentukan”. Dalam lafazd (‫ )أمة‬bisa diartikan ) ‫ ( األمد‬menyediakan dan
(‫ (والحين‬ketika .

)120:‫إن إبراهيم كان أمة (النحل‬


“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam “ Dalam lafazd (‫ )أمة‬diartikan ( ‫اإلمام‬
‫ ) الذي يُقتدى به‬seorang imam yang diikuti.

)22: ‫إان وجدان آابءان على أمة (الزحرف‬


"Sesungguhnya Kami mendapati bapak-bapak Kami menganut suatu agama ". Dalam
lafazd (‫ ) أمة‬diartikan ( ‫ ) الدين‬agama dan (‫ ) الملة‬kepercayaan

)23:‫وملا ورد ماء مدين وجد عليه أمة من الناس يسقون (القصص‬
“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana
sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya)”.
Dalam lafazd (‫ ) أمة‬diartikan ( ‫ ) الجماعة من الناس‬sekumpulan orang-orang.

)159: ‫ومن قوم موسى أمة يهدون ابحلق وبه يعدلون (األعراف‬
“Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk “ Dalam
lafazd (‫ ) أمة‬diartikan ( ‫ )الفرقة‬sekelompok (‫ ) الطائفة‬sekte-sekte.
b) Musytarok yang mempunyai arti yang berlawanan. Contohnya seperti
lafadz )‫ (عسعس‬mempunyai beberapa makna diataranya:

(17‫والليل إذا عسعس ) التكوير‬


“Demi malam apabila hampir meninggalkan gelapnya”
Dalam lafazd (‫ ) عسعس‬diartikan (‫ )أقبل‬mendekati (‫ )أدبر‬mengatur

)18:‫والصبح إذا تنفس (التكوير‬


“Dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing”
Sumpah tersebut bisa bermakna sumpah demi malam yang berlalu dan sumpah demi
siang yang akan datang.
c) Musytarok yang mempunyai dua makna Contoh diantaranya:

)69:‫والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا (العنكبوت‬


“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami”.
Dalam lafazd (‫ ) الجهاد‬bisa bermakna orang-orang yang berjihad dalam menegakan
syariat islam, atau bisa juga bermakna orang-orang yang berperan dalam islam.
d) Musytarok yang mempunyai arti sebenarnya dan kiasan diantanya:

‫أمل تر أن هللا يسجد له من يف السماوات ومن يف األرض والشمس والقمر والنجوم واجلبال والشجر‬

)18 :‫والدواب وكثري من الناس( احلج‬


“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit,
di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang
melata dan sebagian besar daripada manusia?”.
Dalam lafazd (‫ ) يسجد‬jika dilihat dari makna hakikat yaitu menempatkan kening diatas
bumi, sedangkan makna majazi nya yaitu mengagungkan.

)2:‫ويبسطوا إليكم أيديهم وألسنتهم ابلسوء (املمتحنة‬


“Mereka melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti (mu)”.
Dalam lafazd ( ‫ ) بسط األيدي‬jika dilihat dari makna hakikat yaitu memanjangkan untuk
memukul atau mengganggu. Dan lafazd (‫ )بسط األلسنة‬dilihat dari makna mazaji adalah
tidak bisa menahan dari ucapan yang kotor12

2. At Tadhad ( Antonimi )
A. Pengertian At Tadhad ( Antonimi )
Secara harfiyah, antonimi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu
antonymy. Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan antonim adalah kata yang
berlawanan makna dengan kata lain. Menurut Verhaar, kata antonymy sendiri berasal
dari bahasa Yunani Kuno, yaitu: “anoma” artinya “nama” dan “anti” artinya

12Saida Gani & Berti Arsyad, Fenomena al Isytirak al Lafdzi dalam Al Qur’an, ‘A jamiy, Jurnal
Bahasa dan Sastra Arab Volume 6 No.1 2017. hlm 12
“melawan.‟ Jadi arti harfiahnya adalah “Nama lain untuk benda lain. 13 Atau lebih
sering disebut dengan lawan kata.
Dalam bahasa Arab antonimi dikenal dengan istilah ‫األضداد‬atau ‫التضاد‬. ‫ألضداد‬
merupakan bentuk jamak dari ‫ضد‬yang berarti sesuatu yang berlawanan dengan yang
lain, seperti ‫(السواد‬hitam) yang berantonim dengan ‫(البياض‬putih). ‫(الموت‬mati) yang
berantonim dengan ‫(الحي‬hidup).
Para ahli bahasa Arab mendefinisikan antonimi dengan ungkapan yang berbeda-beda,
namun demikian merujuk pada satu pengertian yang sama. Dr. Amil Badi’ Ya’kub
(guru besar Fiqh Lughah Universitas Libanon) misalnya mendefinisikan antonimi
dengan menggunakan satu kata atau dua pengertian yang berlawanan. Dalam konteks
ini antonimi merupakan bagian dari homonimi ‫ المشترك اللفظي‬Lebih lanjut beliau
menjelaskan bahwa setiap antonimi merupaka homonimi tetapi tidak sebaliknya.
Contoh : ‫المولى‬yang berarti ‫(العبد‬hamba) dan juga ‫(السيد‬tuan).14
Secara Kridalaksana mendefinisikan antonim sebagai oposisi makna dalam
pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan. 15 Yaitu beberapa pasangan kata yang
mempunyai arti yang berlawanan. Dalam bahasa Indonesia kita kenal kata-kata besar-
kecil, tinggi-rendah, jauh-dekat, rajin-malas, takut-berani, gembira-sedih, sakit-senang,
panas-dingin, dll.

Dalam kajian linguistik Arab, antonim sama dengan ‫التضاد‬. Karena menurut

Wâfi, yang dimaksud dengan ‫التضاد‬ adalah16


‫التضاد هو أن يطلق اللفظ على املعىن وضده‬
Artinya: “Satu kata mengandung dua makna yang kontradiktif”

B. Pendapat Ulama Tentang Tadhad


Sebagian ulama berpendapat bahwa tadhad tidak ada. Diantara yang
berpendapat seperti itu adalah Ibnu Darastawaih, Ibnu Darastawaih menentang Al-
Tadhad dengan segala bentuknya. Ia menulis kitab yang judulnya”‫”أبطل األضداد‬. Ibnu

13 J. W. M. Verhaar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press, 1989), Cet. Ke-
12, h. 133.
14 Ubaid Ridho, Sinonim dan Antonim dalam al Quran, Jurnal Al Bayan Vol 9 no.2 Tahun 2017. hlm

283
15 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), Cet. Ke-5,

h. 15.
16 Âli Abd. al-Wâhid Wâfi, Fiqhu al-Lugah, Kairo: (Lajnah al-Bayân Al-‘Arabiyah, 1962), h 148
Sidah dalam kitabnya “‫ ”المخصص‬meriwayatkan bahwa salah satu gurunya
mengingkari adanya Al-Tadhad.
Salah satu alasan yang dikemukakan oleh kelompok yang menentang adanya
tadhad adalah sebagaimana dikemukakan oleh Tajuddin Al-Armawy Muhammad Bin
Husain. Ia mengemukakan alasan bahwa makna yang berlawanan tidak mungkin
terkandung dalam satu kata, karena ia berpandangan dalam musytarak lafzhiy tidak
boleh terdapat keraguan dalam pemaknaan.4 Di saat dalam satu kata terdapat dua
makna yang berlawanan, maka akan terjadi keraguan dalam memahaminya, apakah
makna kata tersebut merupakan makna pertama atau lawannya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Tadhad itu ada, mereka pun
memberikan contoh-contoh yang banyak. Diantara yang berpendapat seperti ini
adalah Imam Khalil, Sibawaih, Abu Ubaidah, Abu Zaid Al-Anshari, Ibnu Faris, Ibnu
Sidah, Ibnu Juraji, Tsa’labi, Mubarrad, dan Suyuthi. Suyuthi dan Duraid telah
menghitung Al-Tadhad mencapai 100 kata. Ulama kelompok ini banyak menyusun
kitab, yang terkenal diantaranya: “‫ ”كتاب األضداد‬susunan Ibnu al-Anbari yang
didalamnya terhitung lafadz Al-Tadhad kurang lebih 400 kata.
Yang menjadi pijakan argumentasi kelompok ulama yang berpendapat bahwa
tadhad itu ada salah satunya adalah yangdikemukakan oleh Ibnu Anbari. Menurutnya,
kata dalam bahasa Arab saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya, dan
terkadang ada makna baru yang muncul pada satu kata.5 Melihat argumentasi yang
dikemukakan oleh Ibnu Anbari tersebut, maka sangatlah wajar jika dalam satu kata
terdapat dua makna yang saling berlawanan, karena ada salah satu dari kedua makna
tersebut yang datang atau diterima oleh pengguna bahasa di saat kata yang
disematinya sudah mempunyai makna terlebih dahulu.17

C. Sebab Munculnya At Tadhad18 (Antonimi )


a) Perbedaan penggunaan suatu lafadz oleh suku-suku Arab, seperti kata “ ‫”لسدفةا‬
bermakna gelap menurut suku Tamim, dan terang menurt suku Qais Kata “‫”قرأ‬
Bermakna suci menurut orang hijaj dan bermakna haid menurt orang Irak. Kata
kerja “‫ ”سجد‬bermakna berdiri tegak bagi suku Thoyyi’ dan membungkuk menurut

17 Apriwanto, Tadhad: Fenomena Sosial-Kultural dalam bahasa Arab, Diwan: Jurnal Bahasa dan Sastra
Arab Vol.11 Edisi 1, Januari-Juli 2019, hlm 34-35
18 Ubaid Ridho, Sinonim dan Antonim dalam al Quran, Jurnal Al Bayan Vol 9 no.2 Tahun 2017. hlm

284-285
kebanyakan suku. Dan kata kerja “‫ ”وثب‬bermakna duduk menurut Himyar di
Yaman dan meloncat menurut seluruh orang Arab.
b) Dilalah suatu kata yang pada asli pembentukannya memiliki dua makna yang
berbeda, jika terdapat lafadz atau kata yang memiliki dua makna yang
bertentangan makasebenarnya bermakna satu, contohnya kata ‫ الشدفة‬bermakna
‫(الستر‬penghalang), maka siang ketika tiba malam cahayanya akan terhalangi oleh
gelapnuya malam, begitu pula gelapnya malam ketika tiba pagi hari akan
tertutupi oleh cahaya siang.
Contoh lain seperti kata ‫الجلل‬bermakna mudah (biasa) juga agung (luar biasa),
karena suatu yang bisa menjadi luar biasa bagi orang yang lebih biasa darinya.
Begitu juga sebaliknya sesuatu yang besar menjadi kecil jika disandingkan
dengan yang lebih besar darinya.
c) Kesamaan antara dua kata dalam satu shighat sharfiyah (bentuk perubahan kata).
Dalam bahasa Arab banyak kita temukan kesamaan bentuk kata antara isim fa’il
dan isim maf’uul. Fenomena seperti ini akan menimbulkan adanya dua makna
berlawanan yang lahir dari satu kata. Contohnya adalah kata ‫المختار‬. Kata ini bisa
berarti “yang memilih” (shighat isim fa’il) dan bisa juga berarti “yang dipilih”
(shighat isim maf’uul). Kasus serupa juga terdapat pada kata ‫المبتاع‬yang dapat
berarti “yang membeli” dan “yang dibeli”.19
d) Tadhad muncul karena adanya faktor-faktor sosial yang terdapat pada bangsa
Arab. Diantara faktor tersebut adalah: (1) tafaa’ul. Adalah mengungkapkan suatu
kata untuk mengharapkan datangnya sebuah kebaikan. Contohnya adalah kata
‫البصير‬yang berarti melihat digunakan sebutan bagi orang yang buta. Kata itu
digunakan sebagai bentuk pengharapan agar orang buta tersebut bisa melihat
kembali. (2) Tahakkum. Yaitu mengungkapkan sebuah kata dengan niat
mengejek. Contohnya adalah ungkapan ‫أبو البيضاء‬yang ditujukan pada seseorang
yang berkulit hitam. Hal ini tentunya melahirkan makna yang berlawanan dengan
makna aslinya yaitu Putih. Dalam konteks ini, penggunaan kata tersebut
ditujukan untuk mengejek seseorang yang berkulit hitam tersebut.

D. Klasifikasi At Tadhad (Antonim )

19Apriwanto, Tadhad: Fenomena Sosial-Kultural dalam bahasa Arab, Diwan: Jurnal Bahasa dan
Sastra Arab Vol.11 Edisi 1, Januari-Juli 2019, hlm 37
Menurut Al Khammas20, antonim dibagi menjadi lima macam yaitu :
a) Antonim Mutlak ( Tadhad Had)
Yaitu, di antara medan makna pada dua kata yang berlawanan tidak terdapat
tingkatan/level. Artinya, kedua kata yang maknanya berlawanan itu benar-benar
mutlak. Contoh:‫( أنثى‬Betina/Perempuan) lawan katanya adalah ‫( ذكر‬Jantan/Laki-laki)
atau ‫( ميت‬Mati) lawan katanya ‫( حي‬Hidup).
b) Antonim Bertingkat ( Tadhad Mutaddarij)
Yaitu, di antara medan makna pada dua kata yang berlawanan masih terdapat
tingkatan/level. Artinya, makna dari kata-kata yang saling berlawanan masih relatif.
Contoh: ‫(سهل‬mudah) lawan kata ‫(صعب‬sulit); namun antara ‘mudah’ dan ‘sulit’ masih
tingkat kemudahan /kesulitan tertentu; atau ‫( بارد‬dingin) lawan kata ‫(حار‬panas); di
antara ‘dingin’ dan ‘panas’ masih ada level tertentu, seperti ‫(فاتر‬hangat kuku), ‫دافئ‬
(hangat), ‫(ساخن‬paling hangat).
c) Antonim Berlawanan ( Tadhad Aksiy)
Yaitu, di antara medan makna pada dua kata yang berlawanan bersifat lazim/lumrah.
Contoh: ‫ ( أب‬Bapak) lawannya ‫ ( أم‬Ibu) dan juga ‫( باع‬Menjual ) ‫ (اشترى‬Membeli).
d) Antonim Bergaris samping ( Tadhad Amudi )
Yaitu, apabila kata-kata yang antonim (berlawanan) tersebut terdiri dari kosa kata
yang bersifat arah (direction). Kosa kata yang berlawanan menurut garis menyamping
disebut antonim garis samping. Misalnya, ‫( شمال‬utara) lawan kata ‫( شرق‬timur) ‫جنوب‬
( Selatan) lawan kata ‫ (غرب‬Barat).‫ (غرب‬Barat) lawan kata ‫( شمال‬utara).
e) Antonim Bergaris Lurus ( Tadhad Imtidadi )
Yaitu, apabila kosa kata yang berlawanan (antonim) berdasarkan garis lurus (melawan
arah). Misalnya, ‫ (جنوب‬Utara ) lawan dari ‫(شمال‬selatan), ‫( شرق‬timur) lawan kata ‫غرب‬
(barat), ‫( فوق‬atas) lawan kata ‫( تحت‬bawah).

E. Contoh At Tadhad (Antonimi ) dalam Al Qur’an21


1) Kata ‫االشتراء‬. Kata ini memiliki dua arti yang bertentangan yaitu arti yang pertama
adalah “membeli”. Pengertian inidapat dilihat dalam surat at-Taubah: 111.
Perhatikan ayat berikut ini:

20 Iswah Adriani, Al Adldad Sebuah fenomena Pertentangan Makna Dalam Linguistik Arab, OKARA
Vol II, Tahun 6 November 2011 hlm 151-152
21 Apriwanto, Tadhad: Fenomena Sosial-Kultural dalam bahasa Arab, Diwan: Jurnal Bahasa dan Sastra

Arab Vol.11 Edisi 1, Januari-Juli 2019, hlm 39-40


.‫إ ّن هللا اشرتى من املؤمنني أنفسهم وأمواهلم أب ّن هلم اجلنّة‬
Artinya: Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
Sedangkan dalam ayat lain, Arti ‫االشتراء‬yang kedua adalah “ menjual”. Pengertian ini
terdapat dalam surat al-Baqarah: 90:

.‫بئسما اشرتو به أنفسهم ان يكفروا مبا انزل هللا يغباً ان ينزل هللا من فضله من يشاء من عباده‬
Artinya: Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri
dengan kekafiran kepada apa yang Telah diturunkanAllah, Karena dengki bahwa
Allah menurunkan karunia-Nya kepadasiapa yang dikehendaki Nya diantara
hambahamba-Nya.
2) Kata ‫اسر‬. Dalam al-Qur’an kata ini memiliki dua makna yangbertentangan, yaitu
makna “menampakan” ‫اإلظهار‬dan“menyembunyikan” ‫اإلخفاء‬. Pengertian yang
pertama dapat dilihat dalam surat as-Saba: 33:

.‫اسروا الندامة ملا رأو العذاب وما جعلنا األغالل ىف أعناق الذين كفروا‬
ّ ‫و‬
Artinya : kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab.
dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. mereka tidak dibalas
melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan.(QS. Saba’: 33).
Sedangkan dalam ayat lain kata ‫ اسر‬terdapat pada surat Yunus ayat 54 :

.‫ وقضي بينهم ابلقسط وهم اليظلمون‬،‫اسرو الندامة ملا رأوا العذاب‬


ّ ‫و‬
dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka Telahmenyaksikan azab
itu. dan Telah diberi Keputusan di antara merekadengan adil, sedang mereka tidak
dianiaya.
3) Kata ‫ظن‬, kata ini juga memiliki arti yang berlawanan yaitu“yakin” (‫ )يقين‬dan“kira-
kira: atau “ragu” (‫)شك‬. Pengertian yangpertama dapat dilihat dalam surat al-
Baqarah: 46

‫الذين يظنّون اهنم مالقو رّّبم وا ّهنم اليه راجعون‬


(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan
bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
Sementara kata ‫ ظن‬juga bisa berarti ragu (‫ )شك‬seperti yangterdapat dalam surat al-
Jasyiyah berikut ini:
‫نظن إالّ ظنّاً وما حنن‬
ّ ‫ ان‬.‫الساعة ال ريب فيها قلتم ما ندري ما الساعة‬
ّ ‫وإذا قيل إ ّن وعد هللا حق و‬
.‫مبستيقنني‬
Artinya: Dan apabila dikatakan (kepadamu): "Sesungguhnya janji Allahitu adalah
benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya", niscaya kamu menjawab:
"Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, kamisekali-kali tidak lain hanyalah
menduga-duga saja dan kami sekali-kalitidak meyakini(nya(

D. KESIMPULAN
 Homonimi atau Al-Musytarak Al-Lafdzi bisa didefinisikan sebagai kumpulan
beberapa kata yang sama, baik pengucapannya maupun tulisannya, tetapi
maknanya berlainan. Sesungguhnya, kata-kata yang berhomonimi merupakan
kata-kata yang berlainan dan kebetulan bentuknya sama. Oleh karena itu,
maknanya juga tidak sama
 Sebab sebab al musytarak Lafdzi meliputi Sebab Eksternal dan Internal.
Perubahan internal meliputi segi pelafalan dan makna, sementara sebab eksternal
disebabkan karena dialek dan perkembangan fonem dan kata
 Musytarak di dalam al quran memiliki klasifikasi musytarak mempunyai
beberapa macam makna, musytarak yang memiliki kata berlawanan dan
musytarak yang mempunyai dua makna
 Dalam kajian linguistik Arab Tadhad adalah “Satu kata mengandung dua makna
yang kontradiktif”
 Beberapa ulama berbeda pendapat mengenai adanya Tadhad dalam bahasa Arab,
ada yang tidak setuju dan juga ada yang setuju dengan adanya tadhad atau
antonimi ini.
 Tadhad dapat dikasifikasikan menjadi Antonim mutlak (Tadhad Had), Antonim
Bertingkat (Tadhad Mutadarrij), Antonim berlawanan (Tadhad Aksiy), Antonim
bergaris Samping (Tadhad Amudi) dan Antonim Begaris lurus (Tadhad imtidadi)
DAFTAR PUSTAKA
Pateda Mansur 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Chaer Abdul. 1995.Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta; PT Rineka Cipta
Taufiqurrahman. 2008. Leksikologi Bahasa Arab. UIN-Malang Press.
Mukhtar Umar Ahmad. 1988.‘Ilm al-Dilalah. Kuwait: Maktabah Dar al-Arabiyah li
al-Nasr wa al-Tauzî.
Wâfi Ali Abd. al-Wâhid .1962 Fiqhu al-Lugah.Kairo: Lajnah al-Bayân Al-Arabiyah.
Nasution Sakholid.2010. Pengantar Linguistik Analisis Teori Linguistic dalam
bahasa Arab. IAIN Press
Desertasi Musthofa Tulus.2009 Al Mustarok al Lafdzi dalam Al Quran. UIN
Yogyakarta
Gani Saida & Arsyad Berti.2017. Fenomena al Isytirak al Lafdzi dalam Al Qur’an,
‘A jamiy, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Volume 6 No.1
Verhaar W. M.1989. Pengantar Linguistik Yogyakarta: Gajah Mada Universty .J
Press Cet. Ke-12.
Ridho Ubaid. 2017 Sinonim dan Antonim dalam al Quran. Jurnal Al Bayan Vol 9
No.2 .
Kridalaksan Harimurti a. 2001 . Kamus Linguistik.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. Cet. Ke-5, h. 15.
al-Wâhid Wâfi Âli Abd. 1962 .Fiqhu al-Lugah Kairo Lajnah al-Bayân Al- .K
‘Arabiyah.
Apriwanto. 2019. Tadhad: Fenomena Sosial-Kultural dalam bahasa Arab. Diwan
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Vol.11 Edisi 1. Januari-Juli
Adriani Iswah. 2011. Al Adldad Sebuah fenomena Pertentangan Makna Dalam
Linguistik Arab, OKARA Vol 2.

Anda mungkin juga menyukai