Anda di halaman 1dari 5

Amil, amal dan ma’mul

A. Amil
Amil adalah lafadz yang mempunyai pengamalan terhadap
kalimat lain, sehingga menyebabkan suatu kalimah memiliki i’rob rafa’
atau nashab atau jer yang semuanya berjumlah 100 amil. Yang bisa
menjadi amil adalah kalimat fiil dan lafal yang menyerupainya ( isim
fail, isim maf’ul, masdar, isim tafdhil, sifat musyabbahat dan isimfiil ),
perabot yang bias menashabkan fiil mudhori’ atau yang bias
menjazmkanya, huruf-huruf yang bias menashabkan mubtada’ dan
yang merofa’kan khobar, huruf yang bias merofa’kan mubtada’, dan
yang menashabkan khobar, huruf jer, mudhof dan mubtada’.

Amil secara umum dibedakan menjadi dua macam, yaitu

Amil lafdzi (98 amil)

Adalah amil yang menyebabkan berubahnya harakat di akhir


kalimat seperti huruf jer atau jazm atau nashab atau bisa diartikan
sebagai lafal yang bisa memberi pengaruh kepada lafal lainya yang
dilafalkan. Contohِ‫ت في البطالة‬ َ ‫العمل لذ ًة لي‬
ْ ‫ْس‬ ِ ‫إنَّ في‬:

Amil lafdzi dikelompokkan lagi menjadi 2:

1. Sima’iyah, dibedakan menjadi 13 kelompok:

a. Huruf yang menjerkan kalimat isim (19 amil), yaitu: ،‫ في‬،‫ إلى‬،‫ من‬،‫الباء‬
،‫ عدا‬،‫ حاشا‬،‫ حتى‬،‫ منذ‬،‫ مذ‬،‫ الكاف‬،‫ على‬،‫ واورب‬، ّ‫ رب‬،‫ تاءالقسم‬،‫ باءالقسم‬،‫ واوالقسم‬،‫عن‬
‫خال‬

b. Huruf yang menashabkan isim dan merofa’kan khobar (6 amil),


yaitu:ّ‫ لعل‬،‫ ليت‬، ّ‫ لكن‬، ّ‫ كأن‬، ّ‫ أن‬، ّ‫إن‬

c. Huruf yang menashabkan isim dan merofa’kan khobar (2 amil),


yaitu:‫ ال‬،‫ما‬
d. Huruf yang menashabkan kalimat isim(7 amil), yaitu: ،‫ يا‬،ّ‫ إال‬،‫واومعية‬
‫ أ‬،‫ أى‬،‫ هيا‬،‫إيا‬

e. Huruf yang menashabkan fiil mudhori’ (4 amil), yaitu:‫ إذن‬،‫ كي‬،‫ لن‬،‫أن‬

f. Huruf yang menjazmkan fiil mudhori’ (5 amil), yaitu: ‫ الم‬،‫ لما‬،‫ لم‬، ْ‫إن‬
‫ النهي‬،‫األمر‬

g. Isim yang menjazmkan 2 fiil mudhori’ dengan menyimpan makna


ْ‫( إن‬9 amil), yaitu:‫ إذما‬،‫ حيثما‬،‫ انى‬،‫ أين‬،‫ مهما‬،‫ متى‬،‫ أي‬،‫ ما‬، ْ‫َمن‬

h. Isim yang menashabkan isim nakiroh dan menjadikanya tamyiz (4


amil), yaitu:

1) Lafad ‫ عشرة‬jika tersusun bersama lafadz ‫ إثنين‬،‫ أحد‬sampai ‫تسعة‬


‫( وتسعين‬bilangan dari 10-99)
َ ‫َك ْم َح ِد ْيثًا َحف ِْظ‬
2) ‫ كم‬seperti : ‫ت؟‬
َ
3) ‫ كاين‬seperti : ‫رأيت؟‬ ً‫َكَأيِّنْ َر ُجال‬

ُ ‫َملَ ْك‬
4) ‫ كذا‬seperti : ‫ت َكذا دِرْ همًا‬

i. Asmaul af’al (9 amil), yaitu:

1) Menashabkan kalimat isim:‫ هاء‬،‫ عليك‬،‫ دونك‬،‫ بله‬،‫ رويد‬،‫حيهل‬

2) Merofa’kan kalimat isim:‫ سرعان‬،‫ شتان‬،‫هيهات‬

‫( َش ّتان الج ُّد واإلهما ُل‬rajin dan malas itu berbeda)

j. Af’alul naqishoh, beramal merofa’kan isimnya dan menashobkan


khobarnya (13 amil), yaitu: ،‫ مازال‬،‫ بات‬،‫ ظل‬،‫ أضحى‬،‫ أمسى‬،‫ أصبح‬،‫ صار‬،‫كان‬
‫ ليس‬،‫ مادام‬،‫ ماانفك‬،‫ مافتئ‬،‫مابرح‬

k. Af’alul muqorobah, beramal seperti lafadz ‫( كان‬4 amil), yaitu: ،‫عسى‬


‫ كرب‬،‫ اوشك‬،‫كاد‬

Seperti : ‫ = َكادَ َزي ٌد َيقُ ْو ُم‬Zaid hampir saja berdiri


l. Af’alul madh wa dzam yaitu fiil yang digunakan untuk memuji
danmenghina, beramal menashabkan merofa’kan isim jenis yang
dima’rifatkan dengan ‫( ال‬4 amil),yaitu:‫ َح َّب َذا‬،‫ ساء‬،‫س‬
َ ‫ ِبْئ‬،‫نِعْ َم‬
Seperti : ‫َحب ََّذا‬
‫الر ُج ُل م َُح َّم ٌد‬
َ ‫نِعْ َم‬
‫ت ال َمرْ أةُ ِه ْند‬ِ ‫ِبْئ َس‬

m. Af’alul syak wa yaqin, fiil ragu-ragu dan yaqin yang beramal


ُ
menashabkan 2 maful (7 ami), yaitu: ،‫رأيت‬ ُ
،‫ظننت‬ ُ
،‫خلت‬ ُ
،‫حسبت‬ ُ
،‫زعمت‬
ُ
‫وجدت‬ ُ
،‫علمت‬

2. Qiyasiyah ; amil qiyasiyah ada 7 amil, yaitu:

a. Kalimah fiil

b. Isim fail

c. Isim maful

d. Sifat musyabbihat

e. Mashdar

f. Setiap isim yang disandarkan atau dimudhofkan pada kalimah


isim lainya

g. Setiap isim yang sempurna dan tidak membutuhkan idhofah,


seperti isim mubham

2. Amil ma’nawi (2 amil)

Adalah kalimat isim atau fiil mudhori’ yang sepi dari lafal yang bisa
mempengaruhinya lafal yang dilafalkan atau bisa diartikan fiil mudhori’
yang sepi dari amil-amil nawashib dan amil-amil jawazm dan mubtada’
yang sepi dari amil nawasikh.

Ami lma’nawi hanya ada 2 macam yaitu

a. Amil ma’nawi ibtida’‫ال َط ِبيْبُ ما ِه ٌر‬:


b. Amil ma’nawi tajarrud‫ يقطفُ المزار ُ~ع الموس َم‬:

Yang dinamakan tajarrud atau sepi (kekosongan) adalah tidak


disebutkanya amil. Itu adalah sebab ma’nawi dalam merofa’kanya amil
itu pada lafal yang dikosongkan dari amil yang bersifat lafdzi, seperti
mubtada’ dan fiil mudhori’ yang tidak didahului amil nawashib dan
jawazm.

B. Ma’mul.
Ma’mul adalah lafal yang huruf terakhirnya mengalami perubahan
dengan rafa’ atau nashab atau jer atau jazm karena mendapat
pengaruh dari amil.Yang bias menjadi ma’mul adalah kalimat isim dan
fiil mudhori’.

Ma’mul ada dua macam, yaitu:

Ma’mul bil ashalah (asalnya memang sudah menjadi ma’mul), yaitu


lafal yang mendapat pengaruh dari amil secara langsung, seperti fail
dan naibul fail, mubtada’ dan khobarnya, isimnya fiil naqish dan
khobarnya, isimnya ( ّ‫ )إن‬dan saudara-saudaranya serta khobarnya,
macam-macam maf’ul, haal, tamyiz, mustatsna, mudhof ilaih dan fiil
mudhori’. Contoh : ‫إنّ زيدا قائ ٌم‬

Ma’mul bil tabi’iyah, yaitu lafal yang mendapat pengaruh dari amil
dengan lantaran mengikuti lafal yang lainya, seperti na’at, ‘athaf,
taukid, badal, karena kesemuanya dibaca rafa’, nashab, jer, atau jazm
disebabkan mereka semuanya mengikuti lafal yang dibaca rafa’,
nashab, jer, atau jazm. Dan amil pada semuanya adalah amil yang
terdapat pada lafal yang mereka ikuti yang mendahuluinya. Contoh :
‫جاء رج ٌل عاق ٌل‬

C. Amal.
Amal (atau yang dinamakan I’rob) adalah pengaruh yang
didapatkan karena mempengaruhinya amil pada suatu lafal, yaitu dari
dibaca rafa’, nashab, jer, atau jazm. Contoh : ‫زي ٌد قائ ٌم‬
Bila ditanyakan mengapa I’rob hanya terjadi di huruf terakhirnya
suatu kalimat, maka bisa dijawab dari dua sisi, yaitu:

a) I’rob adalah dalil atau yang menunjukkan, sedangkan lafal yang


dii’robi adalah sebagai madlulalaih atau yang ditunjukkan. Sehingga
dalil tidak boleh dipasang kecuali setelah mendahulukan madlul alaih.

b) Jika I’rob diletakkan di depan, maka hal itu tidaklah dapat


dimungkinkan, karena awal dari suatu kalimat pasti berharakat,
sehinggat idak akan dapat diketahui apakah kalimat itu mu’rab ataukah
mabni, dan sebagian dari I’rab ada yang jazm yang ditandai dengan
sukun.

Jika sukun diletakkan di awal, maka tidak akan dapat dimungkinkan,


karena nantinya kalimat itu tidak dapat diucapkan.

Jika I’rob diletakkan di tengah, maka wazan dari kalimat itu tidak akan
dapat diketahui, selain itu kalimat yang ruba’I (yang mempunyai empat
huruf) tidak mempunyai tengah.

Anda mungkin juga menyukai