Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN
A. Ijaz
1. Pengertian
Ijaz secara leksikal bermakna meringkas. Sedangkan dalam terminologi ilmu
balaghah, ijaz adalah:

‫اإليجاز هو جميع المعاني المتكاثرة تحت اللفظ القليل الوافي‬


‫بالغرض مع اإلبانة واإلفصاح‬
Artinya:
“Ijaz adalah mengumpulkan makna yang banyak dengan menggunakan lafaz
yang sedikit, akan tetapi tetap jelas dan sesuai dengan maksud
pengungkapannya”.

Maksud definisi diatas, ijaz bermakna menghadirkan makna dengan lafaz


yang lebih sedikit, dari pada yang dikenal oleh orang-orang yang pemahamannya
pada tingkat sedang. Walaupun lafaznya lebih sedikit dari maknanya, akan tetapi
pesan yang akan disampaikan olehmutakallim dapat terpenuhi. Suatu ungkapan
yang singkat, dan tidak memerlukan banyak kata-kata tidak dikatakan ijaz, jika
pesan yang disampaikannya belum terpenuhi. Efisiensi kata-kata dilakukan
dengan tetap memenuhi makna sebagai tujuan utama dari suatu tindak
tutur.contoh ijaz:

َ‫عن ْٱل َٰ َجهلين‬ ْ ‫ُخذ ْٱل َع ْف َو َوأْ ُم ْر ب ْٱلعُ ْرف َوأَعْر‬


َ ‫ض‬
Artinya :
“ Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.(QS: Al-A'raf Ayat: 199)

Ayat diatas cukup pendek dan kata-katanya sedikit, akan tetapi mengandung
makna yang luas. Serta menghimpun akhlak-akhlak mulia secara keseluruhan.
Contoh lainnya adalah firman Allah SWT:

‫اال له الخلق و االمر‬


Artinya :” Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah”.
Nabi SAW bersabda:

‫انما األعمل بالنيات‬


Artinya :” Sesungguhnya nilah suatu amal itu tergantung pada niatnya”.

Tidak setiap perkataan yang singkat itu dinamakan ijaz. Suatu perkataan yang
lafaznya lebih sedikit dari makna yang dikandungnya, akan tetapi tidak dapat
menampung makna yang dimaksud, maka dinamakan ikhlal (cacat). Ikhlal adalah
membuang satu atau beberapa kata pada suatu kalimat, akan tetapi makna yang
terkandung pada kalimat tersebut tidak sempurna. Sehingga tidak tertutup
kemungkinan timbulnya kesalahpahaman. Contoh ucapan al-Yaskuri berikut ini:

‫ ل النوك ممن عاش كذا‬# ‫والعيش خير في ظالل‬


Artinya : “ Kehidupaan lebih baik dibawah bayangan kebodohan, dari pada
orang yang hidup dalam keadaan kesulitan”.

Maksud yang dikehendaki penyair adalah bahwa nikmatnya kehidupan dalam


keadaan bodoh, adalah lebih baik dari pada mempunyai pengetahuan yang cukup,
akan tetapi hidup dalam kesulitan. Perkataan penyair tidak dapat memberikan
makna yang memadai untuk menjelaskan maksud tersebut. Oleh karena itu,
perkataan tersebut tidak bisa dinilai ijaz.
2. Pembagian ijaz
Menurut imam al-Akhdhari, ijaz terbagi dua, yaitu ijaz hadzaf dan ijaz qashar.
a. Ijaz Qashar (efisiensi dengan cara meringkas)
Ijaz Qashar adalah kalimat ijaz dengan cara meringkas. Dalam istilah ilmu
ma’ani ijaz qashar adalah :

‫ما تزيد فيه المعاني على ا أللفاظ‬


Artinya:
“ Bentuk susunan kalimat yang makna-maknanya melebihi lafaznya”.
Kata-kata yang diungkapkan cukup banyak akan tetapi lafaz yang digunakan
sesedikit mungkin. Contoh ijaz qashar ini adalah sebagai berikut: Firman Allah
SWT dalam al-Qur’an surah al- Baqarah ayat 164:
‫والفلك التى تجرى بما ينفع الناس‬
Artinya :
“ Dan bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia”
Ayat di atas telah mencakup berbagai macam perdagangan, dan macam-
macam kemanfaatan yang tidak dapat dihitung.
b. Ijaz Hadzaf ( efisiensi dengan cara membuang)
Ijaz hadzf adalah ijaz dengan cara membuang bagian dari pernyataan dengan tetap
tidak mengurangi makna yang dimaksudnya. Selain itu juga
terdapat qarinah (indikator) yang menunjukkan kata yang dibuang. Ungkapan
yang dibuang dalam kalimat ijaz bisa bermacam-macam antara lain:
1. Huruf, seperti firman Allah SWT dalam surah Maryam 20:

‫ولم أك بغيّا‬
Artinya : “ Dan aku bukan (pula) seorang pezina “

Pada ungkapan ayat diatas tepatnya pada kata “ ‫ ” أك‬ada huruf yang dibuang
yaitu huruf “ ‫” ن‬, yang asalnya adalah:
‫ولم أكن بغيّا‬
2. Kata isim yang berfungsi sebagai mudhaf, seperti firman Allah SWT
dalam surat al-Hajj ayat 78:

ّ ‫وجاهدوا فى هللا‬
‫حق جهاده‬
Artinya : “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-
benarnya”

Pada ayat di atas terdapat kata yang dibuang yaitu kata ” ‫ ” سبيل‬yang terdapat
pada ungkapan “ ‫“ فى سبيل هللا‬. Kata yang dibuang pada ayat tersebut
berfungsi sebagai mudhaf.

3. Kata isim yang berfungsi sebagai mudhaf ilaih, seperti firman Allah
SWT dalam surat al-‘Araf ayat 142:

‫و واعدنا موسى ثالثين ليلة و أتممناها بعشر‬


Artinya:
“Dan telah Kami janjikan kepada Musa ( memberikan Taurat) sesudah berlalu
waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan
sepuluh (malam lagi).”

Pada ayat diatas terdapat kata yang dibuang yaitu pada ungkapan“ ‫بعشر‬
‫“ ليال‬. Pada ungkapan tersebut kata yang dibuang adalah “ ‫” ليال‬. kata
tersebut berfungsi sebagaimudhaf ilaih.

4. Kata isim yang berfungsi sebagai maushuf, seperti terdapat pada


firman Allah SWT dalam surat Maryam ayat 60:

َ‫صلحٗا فَأ ُ ْو َٰ َلٗئ َك يَدٗ ُخلُونَ ٱلٗ َجناة‬


َ َٰ ‫عم َل‬ َ َ‫إ اال َمن ت‬
َ ‫اب َو َءا َمنَ َو‬
٦ ‫ٗٗا‬ ٔ ‫َو َال يُظٗلَ ُمونَ شَي‬
Artinya: Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh,

Kata yang dibuang terdapat pada ungkapan “ َ َ‫”إ اال َمن ت‬.
َ‫اب َو َءا َمن‬ Kata
‫ ”عمال‬sehingga kslimst lengkapnya pada ayat tersebut
yang dibuangnya adalah “
adalah “‫” وعمل عمال صالحا‬. Kata “‫ ”عمال‬pada ungkapandi atas
berfungsi sebagai maushuf.

5. Kata isim yang berfungsi sebagai sifat, seperti firman Allah SWT
dalam surah at-Taubah ayat 125:

ً ٗ‫َوأَ اما ٱلاذينَ في قُلُوبهم ام َرضٗ فَزَ ادَتٗ ُهمٗ رج‬


‫سا إلَ َٰى‬
١٢٥ َ‫رجٗسهمٗ َو َماتُواْ َو ُهمٗ َٰ َكف ُرون‬
Artinya: “Maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping
kekafirannya (yang Telah ada)”

Pada ayat di atas kata yang dibuang adalah “ ‫” مضافا‬, sehingga lengkapnya
adalah “ ‫“مضافا إلى رجسهم‬.
6. Adat syarat seperti firman Allah SWT dalam surat ali imran ayat 31:

‫إتّبعوني يحببكم هللا‬


Artinya : “ikutilah Aku, (bila kamu mengikuti Aku), niscaya Allah
mengasihanimu”.
Pada ayat di atas kata yang dibuang adalah “ ‫ ”إن‬sehingga lengkapnya adalah
“‫” فإن تتبعون‬
7. Frase jawab syarat, seperti firman Allah SWT dalam surat al- A’raf
ayat 27

‫ط ُن َك َماٗ أَخٗ َر َج أَ َب َويٗ ُكم‬ َ َٰ ٗ‫شي‬ ‫َٰ َي َبنيٗ َءادَ َم َال يَفٗتنَنا ُك ُم ٱل ا‬
ُ‫سوٗ َٰ َءته َماٗٗ إناهۥ‬
َ ‫س ُه َما ليُر َي ُه َما‬َ ‫عنٗ ُه َما ل َبا‬ َ ُ‫ّمنَ ٱلٗ َجناة َينزع‬
‫ث َال تَ َروٗنَ ُهمٗٗ إناا َج َعلٗنَا‬ ُ ٗ‫يَ َر َٰى ُكمٗ ُه َو َوقَبيلُهۥُ منٗ َحي‬
٢٧ َ‫ش َٰيَطينَ أَوٗليَاٗ َء للاذينَ َال يُؤٗمنُون‬ ‫ٱل ا‬
Artinya: “dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke
neraka, (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan)”.

Pada ayat di atas ungkapan yang dibuangnya adalah “ ‫”لرأيت أمرا فطيعا‬
yang berfungsi sebagai jawab syarat.

8. Kata sebagai musnad, seperti firman Allah:

ّ
‫ليقولن هللا‬ ‫ولئن سألتهم من خلق السماوات واألرض‬
Artinya : “ dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada merreka :”siapakah
yang menciptakan langit dan bumi ?” tentu mereka akan menjawab : (yang
menciptakannya)Allah.”

Pada ayat di atas lafal yang dibuang adalah ّ


“‫خلقهن هللا‬”. Ungkapan
ّ
“‫خلقهن‬” merupakan musnad dan musnad ilaihnya “‫”هللا‬
9. Berupa musnad ilaih

‫ اذا حشرجت يوما وضاق بها‬# ‫اماوي يغن الثراء عن الفتى‬


‫الصدر‬
Artinya : “Hai keturunan Umayyah, kekayaan itu tidak berguna bagi seorang
pemuda. Apabila jiwanya naik turun (sekarat), dan dada sesak pada suatu hari”.

Pada syi’ir diatas terdapat kata yang dibuang yaitu kata “ ‫ ”النفس‬pada ungkapan
“‫يوما‬ ‫”اذا حشرجت‬, sehingga ungkapan yang lengkap adalah “ ‫اذا‬
‫”حشرجت النس يوما‬.
10. Berupa lafadh yang bersandar ) ‫(متعلّقات‬, seperti firman Allah swt
dalam surah al-Anbiya ayat 23 :
٢٣ َ‫ع ُل َو ُهمٗ يُسٗلُون‬ َ ‫َال يُسٗ ُل‬
َ ٗ‫ع اما يَف‬
Artinya : “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah
yang akan ditanyai”.

Lafadz yang dibuang pada ayat diatas adalah‫عما يفعلون‬


11. Lafazh yang dibuang berupa jumlah, seperti firman Allah SWT dalam
surah al-Baqarah ayat 213:

‫كان النّاس أ ّمة واحدة فحدة فبعث هللا النبيّين‬


Artinya : “ manusia itu adalah umat yang satu, (setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi”.

lafazh yang dibuang diperkirakan : ‫فا ختلفوا فبعث‬


12. Lafazh yang dibuang berupa beberapa jumlah, seperti firman Allah
SWT dalam surat Yusuf ayat 45:

‫صدّيق‬
ّ ‫فأ رسلون يوسوف أيّها ال‬

Artinya :“Maka utuslah aku (kepadanya). (Setelah pelayan itu berjumpa dengan
Yusuf, dia berseru): Yusuf, hai orang yang amat dipercaya”.

Pada ayat di atas terdapat beberapa jumlah yang dibuang yaitu:

‫الرؤيا فأ رسلوه فأتاه وقال له يا‬


ّ ‫فأرسلونى إلى يوسف ألستعبره‬
‫يوسف‬
Dan masih terdapat contoh dalam bentuk lain seperti:
Dalam praktek berbahasa, kalam ijaz memepunyai tujuan sebagai berikut :

a. Untuk meringkas) ‫(اإلختصال‬


b. Untuk memudahkan hafalan )‫(تسهيل الحفظ‬
c. Mendekatkan pada pemahaman )‫(تقريب الفهم‬
d. Sempitnya konteks kalimat )‫(ضيق المقام‬
e. Menyamarkan suatu hal tehadap selain pendengar
f. Menghilangkan perasaan jenuh dan bosan) ‫(الضجر والسامة‬
g. Memeperoleh makna yang banyak dengan lafazh yang hanya sedikit
Kalam ijaz dianggap bagus pada tempat-tempat sebagai berikut:

a. ‫(اإلستعطاف‬
Dalam keadaan mohon belas kasih )
b. Mengadukan keadaan )‫(شكوى الحال‬
c. Permohonan ampun )‫(اإلعتذارات‬
d. Bela sungkwa )‫(التعزية‬
e. Mencerca sesuatu )‫(العتاب‬
f. Mencela )‫(التوبيخ‬
g. Janji dan ancaman )‫(الوعد و الوعيد‬
h. Surat- surat penarikan pajak

i. Surat-surat para raja kepada para penguasa diwaktu perang

j. Perintah-perintah dan larangan kerajaan

k. Mensyukuri nikamat ) ‫[(الشكر على نعمة‬1]


B. Ithnab
1. Pengertian Ithnab

‫تأديةُ المعنى بلفظ ا َ ْز َيدَ منه لفائدة‬


“Mendatangkan makna dengan ucapan yang lebih banyak dari maknanya, sebab
ada gunanya (bukan melantur).”[2]
2. Bentuk-Bentuk Ithnab
Ithnab mempunyai beberapa bentuk antara lain:
a. Menyebutkan yang khusus setelah yang umum. Contoh: (QS: Al-
Qadr:4)

ُّ ‫تَن اَز ُل ٱلٗ َم َٰ َلٗئ َكةُ َو‬


٤ ٗ‫ٱلرو ُح في َها بإذٗن َربّهم ّمن ُك ّل أَمٗر‬
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan.”
Pada ayat di atas Allah menyebutkan kata “” setelah “”. Padahal kata “”
merupakan bagian dari “”. Penyebutan Ruhul Qudus(Jibril) setelah malaikat
merupakan penghormatan Allah kepadanya. Hal ini seakan-akan jibril berasal dari
jenis lain. Faedah penambahan kata tersebut adalah untuk menghormati sesuatu
yang khas.
b. Menyebutkan yang umum setelah yang khas. Contoh :

‫رب اغفرلى ولوالدي ولمن دخل بيتي مؤمنا‬


" Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan setiap orang mukmin
yna masuk keda;am rumahku”

Pada ayat di atas terdapat ithnab, karenaada penyebutan sesuatu yang umum
setelah yang khudus. Penyebutan yang umum setelah yang umum setelah yang
khusus itu tercakup oleh yang umum dengan memberikan perhatian pada sesuatu
yang khusus dengan disebut dua kali.

c. Menjelaskan seutu yang yang umum. Contoh : (QS: Thaha: 120)

َ ‫يٗـادَ ُم هَلٗ أَدُلُّ َك‬


‫علَ َٰى‬ َ َٰ ٗ‫شي‬
َ َٰ ‫ط ُن قَا َل‬ ‫س إلَيٗه ٱل ا‬
َ ‫فَ َوسٗ َو‬
١٢٠ ‫ش َج َرة ٱلٗ ُخلٗد َو ُملٗكٗ اال َيبٗلَ َٰى‬ َ
Artinya : “ Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan
berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi (pohon
kekekalan) dan kerajaan yang tidak akan binasa?"

Pada ayat di atas Allah menjelaskan bahwa syaitan membisikkan kepada Adam.
Setelah itu baru dijelaskan isi dari bisikkan tersebut.
d. Pengulangan. Contoh : (QS: At- Taktsur : 3-4)
Artinya :

٤ َ‫ف تَعٗلَ ُمون‬ َ ‫ ث ُ ام َك اال‬٣ َ‫ف تَعٗلَ ُمون‬


َ ٗ‫سو‬ َ ‫َك اال‬
َ ٗ‫سو‬
3.” Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),”
4.” Dan janganlah begitu, kelak kamu akan Mengetahui.”
Pada aayat diatas terdapat uslub Ithnab yaitu pada pengulangan ungkapan:

e. (‫)جملة إعتراضية‬. Contoh :


Memsukkan sisipan
‫أال زعمت بنو سعد بأنى – أال كذبوا – كبير السن فإني‬
Artinya : “ Apakah anak-anak sa’ad tidak beranggapan bahwa saya –
sebenarnya mereka berbohong – adlah orang yang sudah tua dan akan musnah”.

I’tiradh adalah memasukkan satu kalimat atau lebih ke dalam suatu kalimat atau
ke antara dua kata yang berhubungan. Kalimat yang menjadi sisipan tersebut tidak
memiliki tempat dalam i’rab. Penggunaan sisipan pada suatu kalimat sendiri
bertujuan untuk meningkatkan ke –balaghah-an suatu ungkapan. Selain itu juga
,i’tiradh juga bertujuan untuk tanzih (membersihakan diri). Contoh :

‫ لطيف بالعباد‬-‫ تبارك وتعالى‬-‫إن هللا‬


[3]

3. Manfaat Ithanab
1. Menjelaskan yang samar.
2. Ilghol, ialah mengakhiri pembicaraan dengan ucapan yang berfaedah,
meskipun kalam itu cukup tanpa ucapan tersebut.
3. Tazkyiil, ialah mengikutkan kalimah jumlah kepadda kalimah jumlah
lainnya padahal kalimah yang mengikutinya itu mencakup kepada makna
yang terkandung dalam kalimah yang diikutinya.
4. Tskrir, ialah mengulang-ulang kalimah .
5. I’tirodh, ialah berpaling dari suatu kalimah jumlah ke kalimah jumlah
lainnya yang ada hubungannya.
6. Takmil, ialah menyempurnakan pengertian dan disebut ikhtirosh, ialah
menjaga salah paham.
7. Tatmim, menyempurnakan kalam agartidak menimbulakan salah tujuan.
8. Mengatafkan yang khusus kepada yang umum.[4]

C. Musawah

Secara leksikal musawah artinya “sama ” atau sebanding.[5] Musawah adalah


pengungkapan kalimat yang maknanya sesuai dengan banyaknya kata-kata, dan
kata-katanya sesuai dengan luasnya makna yang dikehendaki, tidak ada
penambahan maupun pengurangan. [6]

‫تأدية المعنى بلفظ قدره هي امساواة كسر بذكره‬


Artinya : “Adapun mendatangkan makna dengan ucapan yang sekedarnya (tidak
bertele-tele dan tidak terlalu singkat), ialah musawat namanya, seperti:
Berjalanlah kamu serta ingat kepada Allah”.[7]
Contoh lain diantaranya adalah :
a. Allah SWT. berfirman dalam QS: al- Baqarah ayat: 110

‫وما تقدّموا النفسكم من خير تجدوه عند هللا‬


Artinya : “Dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu
kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah”
b. Allah SWT. berfirman dalam QS: al- Faathirr ayat: 43

‫وال يحيق المكر السيئ إالّ بأهله‬


Artinya : “rencana yang jahat itu tidak akan menimpa kecuali atas orang yang
merencanakannya”.[8]
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jarim , Ali dan Musthafa Amin. 2010. Terjemah al Balaghatul


Wdhihah.Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Anwar,Moch. 1985. Jauhar Makmun atau Ilmu Balaghah.terjemahan
Imam Akhdlori Bandung: PT Alma’arif.
Zaenuddin, Mamat & Yayan Nurbayan. 2007.Pengantar Ilmu
Balaghah.Bandung: PT Refika Aditama.
‫حضرات حفنى بك حفنى‬. et.all, tanpa tahun. ‫ قواعداللغة العربية‬. Surabaya: Maktabah al-
Hidayah.

[1] Mamat Zaenuddin & Yayan Nurbayan,Pengantar Ilmu


Balaghah.(Bandung: PT Refika Aditama, 2007).hlm: 133-142
[2]Moch Anwar,Jauhar Makmun atau Ilmu Balaghah,terjemahan Imam
Akhdlori (Bandung: PT Alma’arif, 1985).hlm: 115-116
[3] Mamat Zaenuddin & Yayan Nurbayan,Pengantar Ilmu
Balaghah.(Bandung: PT Refika Aditama, 2007).hlm: 143-144.
[4] Ibid.,116-119
[5] Loc.cit
[6] Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin, Terjemah al Balaghatul
Wdhihah,(Bandung: Sinar Baru Algesindo,2010).hlm: 339
[7] Imam Akhdlori, Ilmu Balaghah, (Bandung: PT Alma’arif, 1985).hlm:
114
[8] Op.cit.,hlm:338

Anda mungkin juga menyukai