BAB I
PENDAHULUAN
anak untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Dalam artian,
pendidikan adalah sebuah proses transfer nilai-nilai dari orang dewasa (guru
atau orang tua) kepada anak-anak agar menjadi dewasa dalam segala hal.
Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa yang sedang
untuk selalu dilaksanakan agar suatu bangsa dapat maju dan berkembang seiring
lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa dan
1
2
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
banyak dipengaruhi oleh guru, karena pengajaran adalah suatu sistem, maka
berbagai aspek yang saling berkaitan. Maka untuk meningkatkan kualitas dan
1
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 7.
3
kuantitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, guru harus
kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses
belajar mengajar.
sesuatu yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai
pengajar yang mendidik. Guru sebagai pendidik mengandung arti yang sangat
masyarakat.
Saat ini, dalam segi kurikulum salah satu upaya yang dilakukan
penting dalam hal ini adalah faktor guru. Sebab secanggih apapun suatu
kurikulum dan sehebat apapun sistem pendidikan, tanpa kualitas guru yang
4
baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Oleh
Guru merupakan salah satu bagian yang urgen dari proses pendidikan
berkompeten akan memberikan pengaruh baik pada anak didiknya. Anak didik
akan termotivasi dan lebih giat lagi dalam menggali ilmu pengetahuan yang
kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan
berkompeten dalam melakukan tugasnya dan hasilnya pun tidak akan optimal.
Dalam proses pembelajaran guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau
teladan bagi siswa yang diajarnya, akan tetapi juga sebagai pengelola
5
Terlebih lagi bagi seorang guru agama, ia harus mempunyai nilai lebih
siswa. Dengan tugas yang cukup berat tersebut, guru pendidikan agama Islam
pembelajaran.
kompleks, karena melibatkan latar belakang dan hubungan, serta variable lain
yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak
2
Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), 198.
6
mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Oleh karena itu,
kenyataan sebelum mengambil keputusan, dan dalam beberapa hal sifat evaluasi
digunakan.
belajar mengajar.4
penguasaannya terhadap bahan ajar, dan juga tidak cukup dengan kemampuan
3
Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1990), h. 106.
4
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 278.
7
tentang jasa, nilai atau manfaat program, hasil, dan proses pembelajaran. 5
ketrampilan, dan sikap yang memadai. 6 Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian,
didik..
dicapai oleh siswa, guru juga harus melaksanakan tugasnya sebagai pengajar
yaitu melaksanakan evaluasi dari tugas yang ia berikan selama waktu tertentu.
Evaluasi ini dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan kehendak
pengajar (tes harian atau mingguan) dan dapat pula mengikuti waktu yang
5
Dimyati, dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 221.
6
Ibid., h. 61.
7
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 3.
8
instrumen tes maupun non tes, mampu membuat keputusan bagi posisi siswa-
belum. Kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yang kemudian menjadi
secara adil. Prinsip ini diikuti oleh prinsip lain agar penilaian bisa dilakukan
secara objektif, karena penilaian yang adil tidak dipengaruhi oleh faktor
kondisi yang tepat dan dengan instrument yang tepat pula, sehingga mampu
8
Soekartawi, Meningkatkan Efektivitas Mengajar Untuk Dosen, Guru, Instruktur, Tutor dan
Mahasiswa Kependidikan, (t.t.p, Pustaka Jaya, t.t), h. 24.
9
E. Mulyasa, Menjadi Guru, h. 62.
10
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2009), h. 38.
9
Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan rancangan dan frekuensi
memberi pelajaran saja. Namun, pada saat guru membuat soal ujian atau tes
(formatif), soal tes disusun seadanya atau seingatnya saja tanpa harus memenuhi
penyusunan soal yang baik dan benar serta pengolahan evaluasi pembelajaran
mengkaji dan meneliti lebih lanjut mengenai kompetensi guru khususnya guru
2009/2010)".
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Tulungagung?
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten Tulungagung.
D. Kegunaan Penelitian
diharapkan dapat memberikan manfaat atau nilai guna, baik manfaat dalam
bidang teoritis maupun dalam bidang praktis. Adapun manfaat penelitian yang
1. Secara Teoritits
2. Secara Praktis
11
E. Sistematika Pembahasan
b. Rumusan masalah.
c. Tujuan penelitian.
d. Kegunaan penelitian.
e. Sistematika pembahasan.
2) Prinsip-prinsip evaluasi.
3) Teknik evaluasi.
4) Langkah-langkah evaluasi.
b. Lokasi penelitian.
c. Kehadiran peneliti.
d. Sumber data.
f. Analisis data.
h. Tahap-tahap penelitian.
Ngunut.
e) Data siswa.
2) Deskripsi data
b. Temuan Penelitian
c. Pemhasan
a. Kesimpulan.
b. Saran.
14
BAB II
KAJIAN TEORI
konteks pembangunan bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan
bahwa guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya
untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara penghargaan lain dari sisi
11
Soetjipto, dan Raflis Kosasi, Profesi ke-Guruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h 49.
14
15
didukung oleh guru yang profesional dan berkompeten. Oleh karena itu,
12
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 1.
13
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), h. 59.
14
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,
1994), h. 33.
16
dikeluarkan dalam bentuk peraturan resmi.16 Oleh karena itu, guru harus
menentukan keakraban hubungan guru dan anak didik,17 serta guru bukan
saja dituntut untuk lebih aktif mencari informasi yang dibutuhkan, akan
strategis. Sebagaiama dijelaskan oleh Pullias dan Young yang dikutip oleh
Mulyasa bahwa:
15
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), h. 8.
16
Syafrudin Nurdin, Guru Profesional Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.
20.
17
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 41.
18
Wina Sanjaya, Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Kencana, 2005), 76.
17
Oleh karena itu, agar proses pembelajaran bisa efektif dan efesien
kelas dan yang diperlukan agar praktik mengajar reflektif dan berhasil,
yaitu:
dan strategi utama pengolaan dan pengaturan ruang kelas yang lebih
19
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 37.
18
dan mengajar. Agar tugas utama tersebut dapat dilaksanakan dengan baik,
20
Kay A. Norlander-Case, The Professional Teacher: The Preparation and Nuturance Of The
Retlective Practitioner (Guru Profesional: Penyiapan dan Pembimbingan Praktisi Pemikir), terj. Suci
Romadhona, (Jakarta: Indeks, 2009), h. 33.
21
Marno dan Idris, Strategi dan Metode Pengajaran Menciptakan Ketrampilan Mengajar yang
Efektif dan Menyenangkan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 21.
22
Moh. Uzer usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 15.
19
suatu hal.23
ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan
melalui pendidikan.
23
E. Mulyasa, Standart Kompetensi dan Stratifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), h. 3.
24
Ibid., h. 25.
25
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), h. 5.
26
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kuriklum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukes dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 51.
27
Ibid., h-55.
20
hidup yang paling baik, pencegah perbuatan salah dan munkar yang paling
Islam yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru itu
mengajar.28
dan ketaqwaan para peserta didik.30 Dalam memilih bahan yang akan
28
Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama,1995),
h-9.
29
Sulistiyorini, Menajemen Pendidikan Islam Konsep, Strategi, dan Aplikasi, (Jogjakarta: Teras,
2009), h. 66.
30
Ibid, h. 99.
21
pokok materi yang menjadikan perbuatan ibadah sah. Jangkauan bagi anak
rangka beribadat. Yang diajar harus dapat dengan mudah dan senang
mengerjakannya.31
adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik
dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan
yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu
31
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.
76.
32
Armai Arief, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.18-19.
22
yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam.33
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang
tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar, karena
dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka guru mempunyai tugas dan
terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan
35
Akhyak, Profil Pendidikan Sukses Sebuah Formulasi dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Surabaya: eLKAF, 2005), h. 34.
36
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 64.
24
sebaik mungkin.
belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan
guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompeten
akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada
belajar yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi dan
intelektual.
37
Ibid., h. 36.
38
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 18.
25
capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam
a. Kompetensi pedagogik
39
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat
dalam Penyelenggaraan Pendidikan., (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 112-113.
40
Asrorun Niam, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta : eLSAS, 2006), h. 162.
41
Ibid., 199.
26
b. Kompetensi kepribadian
peserta didik.44
1) Mantap;
2) Stabil;
3) Dewasa;
4) Arif dan bijaksana;
5) Berwibawa;
6) Berakhlak mulia;
7) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
8) Mengevaluasi kinerja sendiri; dan
9) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
44
Asrorun Niam, Membangun..., h. 199.
45
Ibid.
28
pada umumnya.46
c. Kompetensi sosial
d. Kompetensi profesional
46
E. Mulyasa, Standar Kompetensi, h. 117.
47
Ibid., h. 173.
48
Asrorun Ni'am, Membangun, h. 199.
29
(KTSP) saat ini, dalam hal penilaian atau evaluasi, ditinjau dari sudut
penilaian yang merupakan salah satu ciri yang melekat pada pendidik
49
E. Mulyasa, Standar Kompetensi..., h. 135-136.
30
B. Evaluasi Pembelajaran
50
Kunandar, Guru Profesional:Implementasi, h. 66.
31
komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi
untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan
antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai
dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan yang terjadi pada diri
kualitatif.53
53
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta: 2005), h. 245.
54
Arikunto dan Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, h. 1.
55
Abdul Basir, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Universitas Airlangga, 1998), h.4.
56
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 3.
33
cara-cara yang akan dilaksanakan dimasa yang akan dating guna mencapai
berkesinambungan.58
57
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), h. 1.
58
Husaini Usman, Menajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 61.
34
yang demikian perlu disadari oleh seorang guru karena pada umumnya
siswa masuk kelas dengan kamampuan bervariasi. Ada siswa yang cepat
kecepatan biasa dan ada pula yang tergolong lambat. Guru dapat
mengetahui apa yang mereka kerjakan dari awal sampai akhir belajar.
Pencapaian belajar siswa dapat diukur dengan dua cara, yaitu :59
belajar mengajar itu sendiri,60 atau dilakukan pada akhir program untuk
59
M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta Timur: Bumi Aksara:
2009), h. 2.
60
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1991), h. 5.
61
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 37.
35
62
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h.
23.
63
Ibid., h. 16.
64
M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip, 17.
36
tujuan.
65
Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 31-32.
66
Ibid., h. 32.
37
guru.
beajar.
d. Sebagai sarana umpan balik bagi guru, yang bersumber dari siswa.
f. Sebagai laporan hasil belajar kepada para orang tua wali siswa.
sebagai berikut:68
69
Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik, h. 7.
70
Ibid. h. 7-8.
39
pengajaran.
40
2. Prinsip-prinsip Evaluasi
karena itu evaluasi dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam
selanjutnya.
karena itu maka item-item test harus disusun sedemikian rupa sesuai
c. Prinsip Objektivitas
anak didik.
71
M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi, h. 35-36.
41
itu akan kelihatan dari niat guru, minat yang diberikan dalam
dari semua pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar itu,
bukan sebaliknya.
3. Teknik Evaluasi
Istilah teknik dapat diartikan sebagai alat. Jadi teknik evaluasi berarti
sering juga disebut evaluasi diri, dilaksanakan oleh warga sekolah unutk
72
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 183.
42
sedangkan teknik non test, maka evaluasi dilakukan dengan tanpa menguji
peserta didik.
a. Teknik tes
standar tertentu.73
Ditinjau dari segi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur
golongan:
73
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi, h. 67.
74
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 34.
43
"ulangan harian".
2) Quesioner (Angket)
75
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi, h. 71-72.
76
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi, h. 27-31.
44
4) Wawancara (Interview)
sepihak.
5) Pengamatan (observation)
6) Riwayat hidup
kehidupannya.
4. Langkah-langkah Evaluasi
formatif).
77
Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 45.
45
78
Abdul Basir, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Universitas Air Langga, 1998), h. 6.
79
Anas Sudijono Pengantar Evaluasi, h. 93-97.
46
a. Perencanaan Penilaian
Perencanaan penilaian mencakup penyusunan kisi-kisi yang
memuat indikator dan strategi penilaian. Strategi penilaian meliputi
pemilihan metode dan teknik penilaian, serta pemilihan bentuk
instrumen penilaian.
Secara teknis kegiatan pada tahap perencanaan penilaian oleh
pendidik sebagai berikut:
1) Menjelang awal tahun pelajaran, guru mata pelajaran sejenis
pada satuan pendidikan (MGMP sekolah) melakukan :
a) Pengembangan indikator pencapaian KD.
b) Penyusunan rancangan penilaian (teknik dan bentuk
penilaian) yang sesuai,
c) Pembuatan rancangan program remedial dan pengayaan
setiap KD,
d) Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masing-
masing mata pelajaran melalui analisis indikator dengan
80
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1991), h. 67-68.
47
hasil yang dicapai peserta didik dibandingkan dengan kriteria atau standar
tes itu seluruhnya atatu berdasarkan kebaikan setiap soal dalam tes itu,
tetapi dalam pada itu ada beberapa syarat yang harus diperhatikan pada
penyusunan setiap soal dan juga pada penyusunan seluruh tes, yaitu:
a. Validitas
Suatu tes dikatakan valid atau sah, kalau tes itu betul-betul
yang dikehendaki.82
b. Reliabilitas
kapan saja, dimana saja, dan oleh siap saja ujian itu dilaksanakn,
81
Anas Sudijono Pengantar Evaluasi, h. 93-97.
82
H.C. Witherington, dan W.H. Bruto, Tehnik-Tehnik Belajar dan Mengajar, (Bandung:
Jemmars, 1986), h. 156-157.
50
c. Obyektifitas
d. Praktis
lengkap.83
ini akan digunakan oleh guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
penilaiannya tetap siswa. Jadi dengan kata lain dengan melihat hasil yang
mengajar.
83
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi, h. 93-97.
51
untuk mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.84
dan aspek afektif atau perilaku. Penilaian hasil belajar untuk kelompok mata
2. Ujian, ulangan dan atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik.
dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun
lingkungan.
salah satu program atau mata pelajaran atau bidang studi yang kedudukannya
sama dengan bidang studi atau mata pelajaran lainnya. 87 Sehingga pelaksanaan
murid dapat berlangsung secara terulis atau lisan, pada periode waktu-waktu
Mengenai pelajaran pendidikan agama Islam ini adalah lebih baik para
guru mengevaluasinya secara harian karena hal demikian lebih obyektif, efektif
87
Ibid., h-119.
53
kepribadian mereka.88
88
Tayar Yusuf, dan Jurnalis Etek, Keragaman Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), h. 24.
54
Kepala Sekolah MTs Negeri Bandung antara lain: kedisiplinan guru yang
bahwa:
1) Faktor lingkungan
4) Faktor pendidik
peserta didik
yaitu dengan:
gelobal belum ada yang mengkaji secara spesifik tentang kompetensi guru
pembelajaran.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.90
58
59
3. Metode kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan
banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi.
maupun tulisan dari sumber manusia yang telah diamati dan dokumen terkait
lainnya disajikan dan digambarkan apa adanya untuk selanjutnya ditelaah guna
menemukan makna.
dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian
yang dilakukan.95
92
Ibid., h. 8-13.
93
Rulam Ahmadi, Memahami Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: UM Press, 2005), h. 4.
94
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif), (Yogyakarta: UII Press, 2007), h. 35.
95
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 86.
60
dokumen.
7. Teori dari dasar (grounded theory), yaitu suatu cara penelitian kualitatif
Adapun jenis penelitian yang dilakukan ini adalah studi kasus. Studi kasus
adalah salah satu strategi dan metode analisis data kualitatif yang menekankan
penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami
B. Lokasi Penelitian
Pondok Pesantren Sunan Giri yang keduanya merupakan Cabang dari Pondok
yaitu antara siswa dan siswi SMPI, dan antara siswa dan siswi SMAI Sunan
Gunung Jati. Adapun jumlah keseluruhan siswa dan siswi SMAI Sunan
Hal yang menarik buat peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah
kedua pendidikan formal terebut di atas dalam segi kualitas dan kuantitas tidak
biarpun sarana dan prasarana masih banyak yang harus untuk di benahi dan di
penuhi. Bahkan, dalam tiap tahun pelajaran mampu meluluskan siswa dan siswi
formal tersebut juga sudah rata-rata memenuhi standart kompetensi yang telah
62
lulusan Strata Satu (S1). Dan juga dalam penelitian ini, peneliti tertarik ingin
C. Kehadiran Peneliti
merupaka instrument kunci dalam menangkap makna dan sekaligus sebagai alat
D. Sumber Data
bahwa sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi dalam kata-kata, tindakan,
atau aktivitas baik dari segi pendidik atau anak didik dalam proses
pembelajaran.
99
Moleong, Metodologi Penelitian, h. 157.
100
Ibid.
64
Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber
tertulis dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen
arsip untuk mengetahui data atau informasi yang ada kaitannya dengan
angket.
101
Ibid., h. 159.
102
Akhyak, (eds.), Metode Penelitian Praktis, (Jakarta Pusat: Bina Ilmu, 2004), h. 28.
103
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2005), h. 116.
65
Analisa data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
Adapun teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penulisan skripsi
ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini dikarenakan adanya penerapan
yang ada guna memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah
dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang
responden.107
104
Sukmadinata, Metode Penelitian, h. 112.
105
Akhyak, (eds.), Metode Penelitian, h. 30.
106
Moleong, Metodologi Penelitian, h. 248.
107
Sukardi, Metodologi Penelitian., h 28.
66
bukan berupa angka yang berisi kutipan-kutipan data baik berasal dari naskah
Tahapan yang harus dilakukan dalam analisa data adalah sebagai berikut.
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya.
penelitian.109
108
Mardalis, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),
h. 109.
109
Moleong, Metodologi Penelitian, h. 248.
67
yang ada dalam latar penelitian. Untuk menetapkan keabsahan data atau
1. Perpanjangan kehadiran
penelitian ini dilakukan penulis tidak hanya sekedar memperoleh data saja
pengamatan dengan teliti, rinci dan terus menerus selama proses penelitian
dengan dosen pembimbing atau teman mahasiswa yang sedang atau telah
valid.111
110
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-Dasar Penelitian, (Surabaya : Elkaf, 2006), h. 162.
111
Asrof Syafii, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya : Elkaf, 2006), h. 162.
68
4. Trianggulasi, yaitu memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk
macam, yaitu:
112
Bungin, Penelitian Kualitatif, h. 256.
113
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), h. 186-187.
69
H. Tahap-tahap Penelitian
penelitian.
data.
merumuskan tema.
BAB IV
70
71
zaman.
1) Visi
dan berintelektual.
2) Misi
Terampil.
72
Zaman.
3) Tujuan
Kepala TU
M. Luqman
Yusuf
Staff TU
M. Amrul Khoiri, A. Ma
A. Zakky Simyani
Nasrul Aziz
Saifudin Yusuf
DEWAN GURU
SISWA
Dosen, dan juga harus mempunyai profil guru secara jelas. Adapun
profil guru yang terdapat di SMAI Sunan Gunung Jati Ngunut dari
keilmuan.
ketinggalan.
yang diajarkan.
Tabel. 4.1
bidangnya masing-masing.
Tabel. 4.2
e. Data Siswa
subyek dalam pendidikan, dalam hal ini siswa sangat berperan dalam
kali meluluskan muridnya 100% dalam ujian nasional, maka dari itu
XII, dan 2 ruang kelas untuk tiap-tiap siswa kelas X-XII. Adapun
kapasitas siswa dan siswi SMAI Sunan Gunung Jati secara rinci
Tabel. 4.3
Data Siswa SMAI Sunan Gunung Jati Ngunut Menurut Kelas dan
Jenis Kelamin
Tabel. 4.4
Data Siswi SMAI Sunan Gunung Jati Ngunut Menurut Kelas dan
Jenis Kelamin
Gunung Jati Ngunut yang di dapat dari observasi penulis, antara lain
sebagai berikut :
79
Tabel. 4.5
mengajar adalah alat tulis menulis, meja, kursi belajar, papan tulis,
yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII
Program IPS.
2. Deskripsi Data
sebagai berikut :
Jati
guru.
bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif atau yang dapat
terhadap suatu hal yang harus dilakukan guru, yaitu sebagai berikut:
yang efektif.
mengatakan bahwa:
yang dilihat dari nilai. Sehingga apabila standart lulusan mutu siswa
yang menyangkut dengan sifat dan sikap pribadi guru. Karena guru
86
sikap yang harus dikuasai, yaitu berakhlak mulia, arif dan bijaksana,
berkelanjutan.
mengatakan:
dilakukan.
tidak terasa asing bagi siswa dan tidak terasa jauh dari masyarakat
apabila ada anak didik atau siswanya yang merasa kurang mampu
menanyakannya.
Untuk rata-rata murid atau siswa di sini baik tingkat SMPI atau
SMAI yang sudah berhasil beradab tasi baik dengan lingkungan atau
suasana yang ada dalam pesantren, para siswa atau murid tersebut
sudah tidak merasa asing atau takut terhadap gurunya. Jadi yang
ditekankan bukan siswa harus takut kepada gurunya, tapi siswa harus
bisa bersikap sopan santun dan menghormati baik kepada guru,
orang tua, atau kepada sesamanya. Sehingga seperti mas sendiri lihat
di dalam kelas tadi, semua siswa sangat antusias dalam mengikuti
proses pembelajaran, dan berani bertanya apabila kalau ada sesuatu
hal yang belum bisa murid atau siswa dapat memahaminya.
(Sumber: Ibu Siti Bidayah guru bidang studi Sejarah)
terbukti ada beberapa kelas yang belum ada bangku dan meja,
oleh murid.
proses interaksi antara guru dan murid secara aktif. Sehingga apabila
ada salah satau atau beberapa murid atau siswanya yang kurang atau
sejauh mana anak didik atau siswanya telah mengerti bahan yang
berikut:
91
teknik yang digunakan, yaitu tes tulisan, tes lisan, dan tes perbuatan.
kepada para guru lain terhadap hasil evaluasi dan tindakan atau
Islam. Karena selain dari evaluasi yang dilakukan oleh guru PAI
dalam hal PAI sangat berkualitas, biarpun masih ada beberapa siswa
atau anak didik lain yang juga masih mengalami kelemahan dalam
bidang agama.
B. Temuan Penelitian
fokus penelitian.
Jati
dan utama adalah faktor guru. Memang harus diakui bahwa kunci utama
didukung oleh mutu guru yang baik upaya peningkatan mutu pendidikan
memadai. Karena itu sangatlah beralasan apabila pemerintah saat ini lebih
Oleh karena itu, guru bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah
agar bisa mengajar dengan baik serta bisa menjadi panutan baik oleh siswa
keprofesionalan.
siswa.
95
dapat berjalan secara efektif dan efesien serta dapat mencapai tujuan
kelompoknya.
C. Pembahasan
Jati
masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well
Oleh karena itu, untuk mengangkat derajat dan martabat guru, maka
oleh guru, maka untuk menjadi guru profesional akan mudah terwujud,
telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian
pengajaran,
114
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 65.
99
diterapkan di SMAI Sunan Gunung Jati yaitu dengan tes tulisan, tes lisan,
sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Untuk
yang baik. Selanjutnya system penilaian yang baik akan mendorong guru
115
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 56.
101
untuk belajar lebih baik. Dengan demikian, salah satu faktor penting untuk
dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan
evaluasi, yaitu:
Berfungsi sebagai :
yang dimiliki.
102
dibutuhkan guru yang tidak hanya mampu mengajar dengan baik tetapi
hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar tetapi juga perlu penilaian
116
Dunia Pendidikan Indonesia, Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran,
http://weblog-pendidikan.blogspot.com/2009/09/fungsi-dan-tujuan-evaluasi-
pembelajaran.html, diakses 07 Juli 2010.
103
mata pelajaran yang lain, pada dasarnya ketiga aspek tersebut harus
dinilai.
juga:
dimiliki oleh siswa tersebut ataupun dengan kata lain siswa itu sebagai
pusat pembelajar.
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di SMAI Sunan
dan bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka guru mengadakan
pembelajaran yang diterapkan di SMAI Sunan Gunung Jati ini teknik yang
dengan menggunakan teknik tes, yaitu tes tulis, tes lisan, dan tes
105
perbuatan, yang mempunyai fungsi tes formatif, tes sumatif, dan tes
diagnostik.
B. Saran
hanya dalam satu bidang mata pelajaran yang diajarkannya, namun juga
menjadi lebih baik dan bisa mencapai tujuan pemeblajaran yang telah di
teptapkan.
2. Kepada pihak Kepala Sekolah juga hendaknya ikut berperan aktif dalam
guru dengan mengontrol setiap laporan hasil evaluasi dan juga ikut
penulis ini untuk bisa diteruskan secara lebih sistematis dan mendalam
106